BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Inovasi Kata inovasi berasal dari kata latin, “innovation” yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata kerjanya “innova” yang artinya memperbarui dan mengubah. Inovasi dapat diartikan sebagai “proses” dan atau “hasil” pengembangan dan pemanfaatan atau mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial) Inovasi sebagai suatu “obyek” juga memiliki arti sebagai suatu produk atau praktik baru yang tersedia bagi aplikasi, umumnya dalam suatu konteks komersial. Biasanya, beragam tingkat kebaruannya dapat dibedakan, bergantung pada konteksnya. suatu inovasi dapat bersifat baru bagi suatu perusahaan, baru bagi pasar, negara maupun daerah, serta secara global. Sementara itu, inovasi sebagai suatu “aktivitas” merupakan proses penciptaan inovasi, seringkali diidentifkasi dengan komersialisasi suatu invensi. Inovasi dapat dikatakan juga suatu perubahan yang baru menuju kearah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang sudah ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana atau tidak secara kebetulan. Jenis Inovasi, inovasi terdiri dari 4 jenis, yaitu: 1. Penemuan ( Invention ) merupakan kreasi suatu produk, jasa, atau proses baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Konsep ini cenderung disebut revolisioner. 9
10 2. Pengembangan ( Extension ) merupakan pengembangan suatu produk, jasa, atau proses yang sudah ada. Konsep seperti ini menjadi aplikasi ide yang telah ada berbeda. 3. Duplikasi ( Duplication ) merupakan peniruan suatu produk, jasa, atau proses yang telah ada. Meskipun demikian duplikasi bukan semata meniru melainkan menambah sentuhan kreatif untuk memperbaiki konsep agar lebih mampu memenangkan persaingan. 4. Sintesis ( Synthesis ) merupakan perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah ada menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi pengambilan sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan dan dibentuk sehingga menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru. Menurut Avanti Fontana (2011) inovasi sebagai keberhasilan ekonomi berkat adanya pengenalan cara baru atau kombinasi baru dari cara – cara lama dalam mentransformasi input menjadi output ( teknologi ) yang menghasilkan perubahan besar atau drastis dalam perbandingan antara nilai guna yang dipersepsikan oleh konsumen atas manfaat suatu produk ( barang dan/atau jasa ) dan harga yang ditetapkan oleh produsen. Kemudian inovasi dalam konteks lebih luas bahwa inovasi yang berhasil mengandung arti tidak saja keberhasilan ekonomi melainkan juga keberhasilan sosial. Inovasi yang berhasil adalah inovasi yang menciptakan nilai besar untuk konsumen, untuk komunitas, dan lingkungan pada saat yang sama.
11 Tabel 2.1 Definisi – Definisi Inovasi Item Menciptakan sesuatu yang baru
Deskripsi Merujuk pada inovasi yang menciptakan pergeseran paradigma dalam ilmu, teknologi, struktur pasar, keterampilan, pengetahuan, dan kapabilitas
Menghasikan hanya ide – ide baru
Merujuk pada kemampuan untuk menemukan hubungan – hubungan baru, melihat suatu subyek dengan perspektif baru dan membentuk kombinasi – kombinasi baru dari konsep – konsep lama.
Menghasilkan ide, metode, alat Merujuk pada tindakan menciptakan produk baru baru
atau proses baru. Tindakan ini mencakup invensi dan pekerjaan yang diperlukan untuk mengubah ide atau konsep menjadi bentuk akhir
Memperbaiki sesuatu yang sudah Merujuk pada perbaikan barang atau jasa untuk ada
produksi besar – besaran atau produksi komersial atau perbaikan sistem
Menyebarkan ide – ide baru
Menyebarkan dan menggunakan praktik – praktik baru di dunia
Mengadopsi sesuatu yang baru Merujuk pada pengadopsian sesuatu yang baru atau yang sudah dicoba secara sukses di yang secara signifikan diperbaiki, yang dilakukan tempat lain
oleh organisasi untuk menciptakan nilai tambah, baik secara langsung untuk organisasi maupun secara tidak langsung untuk menciptakan nilai tambah, baik secara langsung untuk organisasi maupun secara tidak langsung untuk konsumen.
Melakukan sesuatu dengan cara Melakukan tugas dengan cara yang berbeda secara yang baru
radikal
12 Mengikuti pasar
Merujuk pada inovasi yang berbasiskan kebutuhan pasar
Melakukan perubahaan
Membuat
perubahan
–
perubahan
yang
memungkinkan perbaikan berkelanjutan Menarik orang – orang inovatif Menarik
/
kepemimpinan
merekrut
dan
mempertahankan
dan
manjemen
talenta
dan
manhemen manusia (people management) untuk memandu jalannya inovasi Melihat sesuatu dari perspektif Melihat pada suatu masalah dari perspektif berbeda yang berbeda Inovasi adalah kesuksesan ekonomi berkat diperkenalkannya cara baru atau kombinasi baru dari cara – cara lama dalam mentransformasi input menjadi output yang menciptakan perubahan besar dalam hubungan antara nilai guna dan harga yang ditawarkan kepada konsumen dan/atau pengguna. Perluasan definisi: inovasi adalah kesuksesan ekonomi dan sosial berkat diperkenalkannya cara baru atau kombinasi baru dari cara – cara lama dalam mentransformasi input menjadi output yang menciptakan perubahan besar dalam hubungan antara nilai guna dan harga yang ditawarkan kepada konsumen dan/atau pengguna, komunitas, sosietas, lingkungan Sumber: Goswami dan Mathew (2005); PDMA (2008); De Meyer dan Garg (2005); Senge dkk. (2008)
2.1.1 Pengertian Inovasi Produk Definisi mengenai pengertian inovasi produk menurut Hurley and Hult dalam (Kusumo, 2006) mendefinisikan inovasi sebagai sebuah mekanisme perusahaan untuk beradaptasi dalam lingkungan yang dinamis, oleh karena itu perusahaan dituntut untuk mampu menciptakan pemikiran – pemikiran baru, gagasan-gagasan
13 baru dan menawarkan produk yang inovatif serta peningkatan pelayanan yang memuaskan pelanggan. Avanti Fontana (2011) mendefinisikan inovasi produk sebagai proses pengenalan produk atau sistem baru yang membawa kesuksesan ekonomi bagi perusahaan dan kesuksesan sosial bagi konsumen serta komunitas atau lingkungan yang lebih luas. Dari teori diatas dapat di simpulkan bahwa inovasi produk merupakan salah satu faktor penting dalam kesuksesan suatu perusahaan melalui produk inovatif yang mereka ciptakan guna memuaskan pelanggan. Sebab, kunci dari keberhasilan produk adalah produk mampu beradaptasi terhadap perubahaan yang terjadi.
2.1.2 Bentuk – Bentuk Inovasi Produk Dalam bukunya (Avanti Fontana, 2011) menyebutkan inovasi produk yang mencakup perubahan – perubahan pada : •
Bungkus produk, membangun, memperbaiki kemasan suatu produk sehingga lebih inovatif
•
Ukuran produk, adanya keragaman ukuran yang inovatif.
•
Inovasi proses, mengubah maupun membangun proses produksi menjadi lebih efisien.
•
Inovasi sistem distribusi, membuat saluran distribusi lebih sederhana
•
Inovasi manajemen, bertujuan membuat manajemen organisasi menjadi lebih fleksibel dan lincah dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan organisasi.
14 2.2 Pengertian Produk Menurut Kotler dan Armstrong (2006), product is anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use, or consumption that might satisfy a want or need. Artinya bahwa produk merupakan sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, dikonsumsi yang bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk dikatakan baik apabila produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan pasar. Perkembangan penjualan produk yang tidak memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli, tidak dapat dibantu dengan strategi promosi penjualan yang efektik sekalipun. Karena tidak mampu membantuk merubah produk tersebut menjadi sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan pembeli. Produk adalah bentuk fisik barnag yang ditawarkan dengan seperangkat citra (image) dan jasa (service) yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan. Oleh karena itu, pengertian perusahaan tentang hakekat produk dimata pembeli adalah penting, konsumen tidak semata – mata membeli atribut produk secara fisik tetapi juga manfaat – manfaat yang dapat diperoleh dari produk tersebut. Menurut Buchari Alma (2008), produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud termasuk di dalamnya warna, harga, nama baik produk, nama baik toko yang menjual (pengecer) dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima oleh pembeli guna memuaskan kebutuhan dan keinginnya. Sedangkan Fandy Tjiptono (2008) mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhartikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, dikonsumsi pasar yang bersangkutan”.
15 Berdasarkan beberapa definisi teori diatas, maka produk didefinisikan sebagai fokus inti dari semua bisnis. Produk merupakan elemen dari keseluruhan penawaran pasar. Kumpulan dari atribut-atribut yang nyata maupun tidak nyata, termasuk di dalamnya kemasan, warna, harga, kualitas dan merek ditambah dengan jasa dan reputasi penjualannya. Bagi konsumen, produk identik dengan perusahaan. Bagi pesaing, produk merupakan sasaran yang harus dikerahkan. Menurut Tjiptono (2008) klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang, yaitu : Berdasarkan wujudnya : 1) Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya. 2) Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi pihak lain). “Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produknya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik” Berdasarkan daya tahannya : 1. Barang Tidak Tahan Lama (Non-durable Goods) Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Contohnya adalah sabun, minuman dan makanan ringan, kapur tulis, gula dan garam. 2. Barang Tahan Lama (Durable Goods) Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian
16 normal adalah satu tahun atau lebih). Contohnya antara lain TV, lemari es, mobil, dan komputer. Berdasarkan tujuannya : 1) Barang konsumen (costumer's goods) Merupakan barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Barang konsumen dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu : • Convinience Goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering beli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya. Contohnya sabun, pasta gigi, makanan, minuman, dsb. • Shopping Goods merupakan barang-barang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Kriteria perbandingan tersebut meliputi harga, kualitas dan model masing – masing barang. Contohnya alat-alat rumah tangga (TV, mesin cuci), furniture (mebel), dan pakaian. • Specially Goods merupakan barang-barang yang memiliki karakteristik dan identifikasi merek yang unik di mana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Contohnya adalah barangbarang mewah dengan merek dan model spesifik. • Unsought Goods merupakan barang-barang yang diketahui konsumen atau kalaupun sudah diketahui tetapi pada umumnya belum terpikirkan untukmembelinya. Contohnya asuransi jiwa (Tjiptono, 2008).
17 2) Barang industri (industrial's goods) merupakan suatu jenis produk yang masih memerlukan pemrosesan lebih lanjut untuk mendapatkan suatu manfaat tertentu. Biasanya hasil pemrosesan dari barang industri diperjual belikan kembali.
2.3 Pengertian Kualitas Produk Menurut Kotler and Armstrong (2006) definisi kualitas produk “product quality is the ability of a product to perform its functions, it includes the product’s several durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artinya kualitas produk adalah kemampuan sebuah produk dalam menampilkan fungsinya baik dalam sudut pandang internal maupun sudut pandang eksternal. Hal itu termasuk keseluruhan daya tahan dari produk, keandalan, ketepatan, presisi, kemudahan pengoperasian dan perbaikan produk, juga atribut produk lainnya. Menurut Kotler, kebanyakan produk disediakan pada satu diantara empat tingkatan kualitas, yaitu : kualitas rendah, kualitas rata-rata sedang, kualitas baik dan kualitas sangat baik. Beberapa dari atribut diatas dapat diukur secara objektif. Namun demikian dari sudut pemasaran kualitas harus diukur dari sisi persepsi pembeli tentang kualitas produk tersebut. Menurut teori yang telah disampaikan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa kualitas produk merupakan keseluruhan karakteristik suatu produk pada kemampuan yang ditampilkan untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat.
2.3.1 Dimensi dan Indikator Kualitas Produk Menurut Mullins, Walker, Larreche, dan Boyd (2005) di dalam Kotler dan Amrstrong
(2006),
apabila
perusahaan
ingin
mempertahankan
keunggulan
18 kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus dapat mengerti aspek – aspek dimensi yang digunakan oleh konsumen atau pelanggan untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut dari: 1. Kinerja (Performance), Kinerja produk merupakan dimensi paling dasar dari produk tersebut. Konsumen atau pelanggan akan kecewa jika kinerja produk tersebut tidak dapat memenuhi harapan mereka. Hal ini meliputi, kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan. 2. Fitur (Features) adalah Karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan – pilihan produk dan pengembangannya. Seperti keunikan dari fitur yang dimiliki dan keragaman fitur yang dimiliki. Karena perkembangan fitur ini hampir tidak terbatas sejalan dengan perkembangan teknologi, maka fitur menjadi target para produsen untuk berinovasi dalam rangka memuaskan pelanggan. 3. Keandalan (Reliability) adalah kemungkinan suatu produk
tersebut
mengalami kerusakan atau gagal pakai. Misalnya, tidak cacat maupun mengalami kerusakan lainya. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan. 4. Kesesuaian (Conformance) adalah karakteristik operasi dasar dari sebuah produk
memenuhi
spesifikasi
tertentu
dari
konsumen
atau
tidak
ditemukannya cacat pada produk tersebut. Hal ini meliputi, pengawasan kualitas, pengawasan desain, dan karakteristik operasional yang digunakan memenuhi standar.
19 5. Daya tahan (Durability) adalah berapa lama atau umur produk bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Hal ini meliputi umur ekonomis maupun tingkat keawetan terhadap produk yang bersangkutan Dengan semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk tersebut, maka semakin besar pula daya tahan produk. 6. Estetika (Aesthetics) Merupakan karakteristik yang bersifat subjektif mengenai nilai–nilai estetika yang berkaitan dengan penilaian pribadi dan preferensi dari setiap individu atau konsumen. Berupa penampilan produk bisa dilihat dari keindahan desain, keunikan model, dan kombinasi warna yang dimiliki produk tersebut. 7. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived quality) Merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Misalnya, dari segi harga, merek maupun tanggung jawab yang perusahaan berikan.
2.3.2 Kualitas Menurut Davis dalam Yamit (2004) definisi kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan produk yang berkualitas.
20 Ada lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis menurut Davis dalam Yamit (2004), yaitu : 1. Transcendental Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur. 2. Product-based Approach Kulitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual. 3. User-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitnes for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. 4. Manufacturing-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratan (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar – standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya. 5. Value-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai “affordable ascellence”.Oleh karena itu
21 kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat beli.
2.4
Citra Perusahaan Menurut Lawrence L. Steinmetz yang dikutip Sutojo (2004) bagi perusahaan,
citra juga dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap pancaran atau reproduksi jati diri perusahaan atau bentuk
perorangan, benda atau organisasi.
Lawrence mengemukakan persepsi seseorang terhadap perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Menurut Soemirat dan Adianto dalam Meriani Setiawan (2007) bahwa citra perusahaan adalah kesan, perasaan dan gambaran dari publik terhadap perusahaan, kesan yang sengaja diciptakan dari suatu objek, orang-orang atau organisasi. Keller dalam Alwi dan Da Silvia (2007) menyatakan bahwa citra perusahaan kesan yang ada pada pikiran konsumen terhadap suatu perusahaan yang menghasilkan barang atau menyediakan jasa untuk konsumen. Citra perusahaan dapat menyebabkan terjadinya asosiasi antara produk dengan atribut atau manfaat (konsumen lebih menyukai kualitas atau inovasi dari produk), orang dan hubungan atau orientasi konsumen, program dan nilai (tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial), kredibilitas perusahaan (perusahaan terlihat lebih ahli, dapat dipercaya, dan menyenangkan). Maka dapat disimpulkan dari teori diatas pengertian citra perusahaan adalah suatu persepsi atau kesan tentang pandangan publik, khususnya pelanggan atas apa yang mereka ketahui terhadap jati diri serta tindakan yang perusahaan ciptakan. Rhenald Kasali (2003) mengemukakan, “pemahaman yang berasal dari suatu
22 informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna”. Dia juga mengemukakan, informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat element sebagai berikut: 1. Personality merupakan keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami publik sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial. 2. Reputation merupakan hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini publik sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak. 3. Value merupakan nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan, karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan maupun keluhan pelanggan 4. Corporate Identity merupakan komponen-komponen yang mempermudah pengenalan publik sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna, dan slogan. Siswanto sutojo (2004) mengemukakkan bahwa citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat sebagai berikut : − Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap − Menjadi perisai selama masa krisis − Menjadi daya tarik ekskutif handal − Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran − Penghematan biaya operasional Siswanto Sutoju juga mengemukakan bahwa keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu:
23 Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran Manfaat yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis Citra yang ditonjolkan merupakan sarana, bukan tujuan usaha.
2.4.1 Indikator – Indikator dalam Citra Perusahaan Keller dalam Alwi dan Da Silvia (2007) mengemukakan indikator – indikator dalam citra perusahaan ada beberapa faktor, yaitu : •
Produk yang dibuat oleh perusahaan, dimana suatu produk sebagai objek atau alat untuk menciptakan pandangan tertentu.
•
Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, menciptakan kesan tertentu terhadap perusahaan tersebut melalui kegiatan periklanan maupun promosi lainnya
•
Cara perusahaan berkomunikasi dengan konsumen, bagaimana perusahaan menerima feedback dari konsumen, baik itu positif maupun negatif.
2.5 Kerangka Teorotis
X1
Y
X2