BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai suatu petunjuk atau indikasi apa saja
yang harus dilakukan, dengan siapa, dan dengan peralatan apa yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan pada waktu tertentu (Scroeder, 2000). Keputusan dalam suatu penjadwalan yang diartikan pada penugasan adalah berupa mengurutkan pekerjaan (sequencing) dan waktu (timing) untuk memulai pekerjaan, dimana untuk menentukan semuanya itu harus diketahui urutan operasinya terlebih dahulu. Penjadwalan selalu berhubungan dengan pengalokasian sumber daya yang ada pada jangka waktu tertentu, hal tersebut adalah proses pengambilan keputusan yang tujuannya adalah untuk optimalitas (Pinedo, 2002). Penjadwalan berperan penting dalam industri manufaktur dan industri servis. Penjadwalan tidak bisa lepas dari sequencing yaitu pekerjaaan/job mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dalam suatu pesanan. Penjadwalan bisa menjadi sumber masalah apabila terdapat order yang datang secara bersamaan pada waktu tertentu, sedangkan fasilitas yang dimiliki perusahaan terbatas. Jika hal ini terjadi, maka aturan prioritas akan diberlakukan. Untuk membuat suatu penjadwalan, diperlukan data diantaranya adalah mencakup jenis dan banyaknya job yang akan diproses, urutan ketergantungan antar proses produksinya, waktu proses untuk masing-masing operasi, serta fasilitas yang dibutuhkan oleh
Universitas Sumatera Utara
setiap operasi. Dari masukan tersebut, penjadwalan yang dihasilkan adalah berupa urutan pekerjaan yang akan dijadwalkan. Dalam membuat penjadwalan yang baik, perusahaan membutuhkan suatu perencanaan produksi dan pengendalian produksi agar fasilitas yang digunakan untuk memproduksi dapat digunakan secara efisien, dengan demikian perencanaan dan pengendalian produksi yang dibutuhkan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Membuat suatu daftar pesanan yang datang dengan memperhitungkan kapasitas produksinya. 2. Sebelum pesanan tersebut diproduksi, periksa terlebih dahulu mengenai ketersediaan bahan bakunya. 3. Menentukan batas waktunya untuk pekerjaan yang ada, dan melakukan pengawasan saat produksi berlangsung. 4. Dari aktifitas produksi yang berjalan dibuat laporannya sebagai feedback. 5. Dilakukan pengwasan terhadap efisiensi peroduksi yang berjalan.
2.2
Tujuan Penjadwalan Tujuan penjadwalan adalah untuk mengurangi waktu keterlambatan dari batas
waktu yang ditentukan agar dapat memenuhi batas waktu yang disetujui dengan konsumen, penjadwalan distribusi juga dapat meningkatkan produktifitas mesin dan mengurangi waktu menganggur. Produktifitas mesin meningkat maka waktu menganggur berkurang, secara tidak langsung perusahaan dapat mengurangi ongkos produksi. Semakin baiknya suatu penjadwalan semakin menguntungkan perusahaan maka hal ini dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan dalam hal pelayanan. Jika
Universitas Sumatera Utara
tujuan penjadwalan ini dapat tercapai maka hal ini dapat juga dijadikan suatu keuntungan dan strategi bagi perusahaan dalam pemuasan pelanggan. Tujuan dari aktifitas penjadwalan menurut Bedworth (1987) adalah sebagai berikut: 1. Memenuhi due date pelanggan atau operasi hilir. 2. Meminimumkan flow time (waktu penyelesaian sebuah pekerjaan). 3. Meminimumkan persediaan (inventory) WIP (work in process). 4. Memaksimumkan utilisasi (minimasi waktu mesin dan pekerja yang menganggur). 5. Meminimumkan keterlambatan baik earliness (penyelesaian lebih awal dari yang seharusnya) maupun tardiness (penyelesaian lebih lambat dari waktu yang ditentukan). 6. Meminimumkan total biaya penalti atas keterlambatan.
2.3
Fungsi Penjadwalan Fungsi penjadwalan sebuah sistem produksi harus berinterksi dengan fungsi-
fungsi lainnya. Interaksi ini begantung pada sistem yang ada dalam perusahaan. Lantai produksi bukanlah satu-satunya bagian dari organisasi yang menetukan jalannya proses penjadwalan. Proses penjadwalan juga dipengaruhi oleh proses perencanaan produksi yang menangani jangka waktu menengah dan jangka waktu panjang keseluruhan perusahaan. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan komposisi produk yang dihasilkan oleh perusahaan dan alokasi sumber daya jangka panjang berdasarkan inventori, peramalan permintaan, dan kebutuhan sumber daya.
Universitas Sumatera Utara
Keputusan keputusan yang diambil pada level perencanaan yang lebih tinggi dapat memberikan dampak langsung pada proses penjadwalan.
2.4.
Operasi Penjadwalan Penjadwalan adalah suatu proses untuk memutuskan bagaimana menjalankan
berbagai sumber daya pada berbagai tugas yang mungkin. Waktu dapat ditentukan atau dibuat mengambang sebagai bagian dari urutan kejadian. Penjadwalan merupakan hal yang penting dalam organisasi untuk memeroleh pemanfaatan atau utilisasi yang optimal dari sumber daya produksi dan aset lain yang dimiliki. Penjadwalan diperlukan agar alokasi tenaga operator, mesin dan peralatan produksi, urutan proses, jenis produk, pembelian material dan sebagainya menjadi efisien. Di samping keputusan perencanaan jangka menengah yang tanpa memperhatikan urutan kegiatan produksi, ada masalah lain yang disebut penjadwalan yang mana alokasi sumberdaya dan urutan pengerjaan menjadi sangat penting. Dalam hierarki pengambilan keputusan, penjadwalan merupakan langkah terakhir sebelum dimulainya operasi.
Universitas Sumatera Utara
2.5
Klasifikasi Penjadwalan Penjadwalan produksi dapat diklasifikasikan dilihat dari perbedaan kondisi
yang mendasarinya, klasifikasi penjadwalan yang sering terjadi dalam proses produksi adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan mesin yang digunakan: a. Penjadwalan pada mesin tungal (Single machine shop). b. Penjadwalan pada mesin jamak/paralel (m machine). 2. Berdasarkan strategi desain proses: a. Flow Shop. Proses produksi yang berdesain flow shop bergerak dalam satu arah, identik dengan pola aliran dari satu mesin ke mesin lain walaupun penggunaan mesinnya tidak selalu berurutan, seperti Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Aliran Flow Shop dimana P adalah pekerjaan/job dan M adalah mesin. Flow Shop ada banyak jenisnya, antara lain adalah: 1. Continuous Flow, ditujukan untuk produksi secara masal, dimana produk yang dibuat hanya untuk satu macam produk saja. 2. Dedicated Repetitive, ditujukan untuk produksi yang jumlahnya masih dapat terhitung (part diskrit) dan produk yang dibuat terdiri
Universitas Sumatera Utara
dari satu macam produk tetapi banyak variasi, namun tidak memerlukan waktu setup. 3. Batch Flow, ditujukan untuk produksi masal atau part diskrit untuk satu macam produk dengan banyak variasi (lebih banyak dari dedicated repetitive) namun untuk setiap pergantian ariasi memerlukan waktu setup. dedicated repetitive) namun untuk setiap pergantian variasi memerlukan waktu setup. 4. Mixed Model Repetitive Batch Flow, ditujukan untuk produksi yang bisa dihitung, dengan ciri satu fasilitas namun dapat digunakan untuk banyak jenis produk, dimana waktu setup adalah hampir nol. b. Job Shop. Proses produksi dengan aliran job shop tidak selalu sama untuk setiap jobnya. Setiap job dikerjakan dengan urutan mesin tertentu sesuai dengan kebutuhan prosesnya. Dengan demikian pola alirannya berbedabeda, tidak selalu dalam satu arah. Keluaran dari setiap mesin untuk jenis job shop bisa berarti langsung sebagai produk jadi, dapat juga berarti produk setengah jadi, seperti Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Aliran Job Shop
Universitas Sumatera Utara
3. Berdasarkan product positioning: a. Make to order. Jumlah dan jenis produk yang dibuat berdasarkan permintaan dari konsumen, biasanya salah satu tujuan kebijakan ini adalah mengurangi biaya simpan. b. Make to stock. Jumlah dan jenis produk terus menerus dibuat untuk disimpan dalam inventory. 4. Berdasarkan pola kedatangan job: a. Statik, pengurutan job terbatas pada pesan yang ada. Job yang baru tidak mempengaruhi pengurutan job yang sudah dibuat. b. Dinamik, pengurutan job selalu diperbaharui jika ada job baru yang datang. 5. Berdasarkan waktu proses: a. Deterministik, waktu proses yang diterima sudah diketahui dengan pasti. b. Stokastik, waktu proses yang diterima belum pasti, oleh karena itu perlu diperkirakan dengan menggunakan distribusi probabilitas. 2.6
Kriteria Optimalitas Ada kriteria-kriteria optimalitas dalam menyusun penjadwalan, antara lain
adalah: 1. Berkaitan dengan waktu (Jay Heizer and Barry Render, 2001): a. Meminimalkan waktu penyelesaian (makespan).
Universitas Sumatera Utara
b. Meminimalkan tardiness. c. Memaksimalkan utilitas mesin d. Meminimalkan persediaan dalam proses. f. Meminimalkan waktu tunggu pelanggan. 2. Berkaitan dengan ongkos. Kriteria ini berkaitan dengan biaya produksi, seperti mengurangi denda akibat terlambatnya pengiriman barang/produk.
2.7
Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran Waktu kerja adalah pengukuran teknik yang direncanakan untuk menetapkan waktu bagi seorang pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelasaikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang ditetapkan. Pengukuran waktu kerja dapat digunakan untuk menentukan waktu standar dari suatu pekerjaan. Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan satu siklus dari suatu kegiatan yang dilakukan menurut metode kerja tertentu, pada kecepatan normal dengan mempertimbangkan faktor-faktor keletihan, kelonggaran untuk kepentingan pribadi. Pada umumnya cara pengukuran waktu terdiri atas dua cara, pertama teknik pengukuran secara langsung dan tidak langsung. Teknik pengukuran secara langsung dilakukan pada tempat pekerjaan yang bersangkutan dilaksanakan. Sedangkan teknik pengukuran tidak langsung adalah melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat pekerjaan, dengan membaca data-data yang tersedia. Sampling pekerjaan dan cara jam henti adalah pengukuran kerja secara langsung. Keduanya diaplikasikan
Universitas Sumatera Utara
guna menetapkan waktu standar ataupun mengukur kondisi kerja yang tidak produktif. Salah satu dari cara ini, akan didapatkan waktu standar dari suatu pekerja yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
2.7.1
Penelitian Waktu Penelitian waktu didefinisikan sebagai analisa tentang penentuan elemen kerja
beserta urutan-urutannya, serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut secara efektif. Umumnya penelitian waktu dilakukan untuk mendapatkan waktu standard.
2.7.2
Pengukuran Waktu langkah Langkah Sebelum Melakukan Kerja Ada beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan
hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut akan dijelaskan dalam langkah-langkah berikut: 1.
Penetapan tujuan pengukuran. Dalam melakukan pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. Misalnya jika waktu standar yang akan diperoleh dimaksudkan untuk dipakai sebagai dasar upah perangsang, maka ketelitian dan keyakinan tentang hasil pengukuran harus tinggi karena
Universitas Sumatera Utara
menyangkut prestasi dan pendapatan buruh disamping keuntungan bagi perusahaan itu sendiri. 2. Melakukan penelitian pendahuluan.
Dalam penelitian pendahuluan dilakukan pengumpulan dan pencatatan semua keterangan yang dapat diperoleh mengenai kondisi pekerjaan, pekerja, dan keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan pekerjaan. Dari hasil pengukuran waktu akan diperoleh waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu kerja yang pantas merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Untuk itu perlu ditetapkan secara tertulis kondisi kerja dan metode kerja yang ada. 3. Memilih operator. Operator yang akan melakukan pekerjaan harus memenuhi persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Pada dasarnya operator yang diamati memiliki kemampuan yang mengikuti distribusi normal, yaitu dari yang berkemampuan rendah sampai tinggi. Selain itu, operator yang dipilih adalah pekerja yang pada saat pengukuran dilakukan dapat bekerja secara wajar dan operator mampu bekerja sama dengan pengamat. Hal ini dimaksud karena operator mungkin akan mencurigai maksud-maksud dari pengukuran waktu tersebut, sehingga operator bekerja tidak wajar. Operator harus dapat bekerja secara wajar tanpa canggung walaupun dirinya sedang diukur dan
Universitas Sumatera Utara
pengukuran beradadidekatnya. Operator yang dipilih merupakan operator yang waktu penyelesaian pekerjaan yang secara wajar diperlukan oleh pekerja normal. 4 . Melatih Operator. Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih memerlukan latihan bagi operator tersebut, terutama jika kondisi dan cara kerja yang digunakan tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator. Hal ini terjadi jika pada saat penelitian pendahuluan kondisi kerja atau cara kerja sudah mengalami perubahan. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan. 5. Menguraikan pekerjaan atas elemen pekerjaan. Untuk memudahkan pengamatan, pengukuran, dan analisa, maka pemecahan siklus kerja atau operasi menjadi bagian-bagian yang terperinci, yang dalam hal ini disebut dengan elemen-elemen kerja. Elemen-elemen kerja ini akan diukur dengan waktunya masing-masing. Selanjutnya akan diperoleh jumlah dari waktu setiap elemen yang disebut sebagai waktu siklus. Beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas elemen-elemen, yaitu: a. Menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan.
Universitas Sumatera Utara
b. Memungkinkan melakukan Rating Performance bagi setiap elemen karena keterampilan operator dalam bekerja belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya. c. Memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. d. Memungkinkan dikembangkannya data waktu standar atau tempat kerja yang bersangkutan. 6. Menyiapkan alat-alat pengukuran. Setelah langkah-langkah diatas dijalankan, maka pada langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran dilakukan penyiapan alat-alat yang diperlukan. Alat-alat tersebut adalah: a. Stop watch. b. Lembaran-lembaran pengamatan. c. layar/Papan pengamatan. d. Alat tulis. 2.7.3
Tahapan Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu-
waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan diatas. Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan ialah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang telah ditetapkan pada saat menjalankan langkah penetapan tujuan. Pengukuran pendahuluan pertama
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan melakukan beberapa buah pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Setelah pengukuran tahap pertama dilakukan, maka dilakukan uji keseragaman data, menghitung jumlah pengamatan yang diperlukan, dan bila pengukuran pendahuluan belum mencukupi jumlahnya, maka akan dilakukan pengukuran pendahuluan tahap kedua. Setelah pengukuran tahap kedua ini selesai, maka akan diikuti lagi dengan ketiga hal seperti di atas bila perlu dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan tahap ketiga. Begitu seterusnya sampai jumlah keseluruhan mencukupi untuk tingkat kepercayaan dan ketelitian yang dikehendaki.
2.7.4
Menguji Keseragaman Data Secara teoritis, menguji keseragaman data adalah pekerjaan yang berdasarkan
teori-teori statistik tentang peta-peta kontrol yang biasanya digunakan dalam melakukan pengendalian kualitas di pabrik-pabrik atau tempat kerja lain. Pengukuran waktu kerja dilakukan terhadap sistem kerja yang dipandang telah baik. Namun sering kali operator atau pekerja tidak mengetahui terjadinya perubahan-perubahan dalam sistem kerja. Memang perubahan merupakan suatu yang wajar, karena bagaimanapun juga suatu sistem tidak dapat dipertahankan tetap harus terus-menerus pada keadaan yang tetap sama. Keadaan sistem yang selalu berubah dapat diterima, asalkan perubahannya adalah memang sepantasnya terjadi. Akibat perubahan sistem kerja ini, waktu penyelesaian yang dihasilkan sistem selalu berubah-ubah, namun harus dalam batas kewajaran. Dengan kata lain, harus seragam. Mendapatkan data yang seragam adalah yang menjadi tugas pengukur. Ketidakseragaman data dapat terjadi tanpa disadari, sehingga dibutuhkan suatu alat
Universitas Sumatera Utara
yang dapat mendeteksi. Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data, merupakan batas seragam tidaknya data. Data dikatakan seragam bila berada diantara kedua batas kontrol, dimana data berasal dari sistem sebab yang sama dan data dikatakan tidak seragam, yaitu berasal dari sistem sebab yang berbeda jika berada di luar batas kontrol. Data yang telah diperoleh dari pengukuran waktu kerja, sebelum digunakan untuk perhitungan selanjutnya, lebih dahulu diadakan pengontrolan atau pengujian terhadap keseragaman data. Pengujian keseragaman data ini, diteliti dengan peta kontrol. Peta kontrol tujuannya untuk menentukan batas atas dan batas bawah daripada suatu pengukuran waktu kerja dari seorang operator. Dalam menentukan suatu asumsi perlu kita memperhatikan peta kontrol pengukuran waktu kerja dari operator yang terlibat suatu pekerjaan, supaya asumsi yang digunakan tepat.
2.8
Penentuan Waktu Standar Setelah pengambilan data melalui pengamatan waktu kerja, maka dilakukan
pengolahan data sehingga memberikan waktu standar yang diharapkan. Untuk mendapatkan waktu standar bagi elemen-elemen pekerjaan yang diamati, maka diperlukan langkah-langkah berikut:
2.8.1
Rating Performance Kerja Dengan melakukan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa
“dinormalkan” kembali. Ketidaknormalan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan
Universitas Sumatera Utara
yang tidak sebagaimana semestinya. Rating adalah satu persoalan penilaian yang merupakan bagian dari aktivitas pengukuran kerja dan untuk menetapkan waktu standar penyelesaian kerja terhadap tempo kerja operator. Rating Performance diukur dengan cara mengalikan jumlah siklus rata-rata atau elemen rata-rata dengan faktor Rating Performance, tentunya sedemikian sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau normal. Jika pengukur operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja diatas batas kewajaran maka nilai P akan lebih besar dari pada satu. Namun apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan dibawah kewajaran (normal) maka nilai P akan lebih kecil dari pada satu. Tetapi bila operator bekerja dengan wajar, maka nilai P sama dengan satu. Salah satu cara untuk menentukan faktor Rating Performance adalah dengan Salah satu cara untuk menentukan faktor Rating Performance adalah dengan cara Westinghouse. Dengan cara Westinghouse ini, faktor Rating Performance ditentukan berdasarkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja.(Wignjosoebroto, Sritomo, 2003) yaitu: a. Keterampilan. Keterampilan adalah kemampuan pekerja atau operator untuk mengikuti cara kerja yang ditetapkan secara psikologis pada suatu unit kerja. b. Usaha. Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan oleh pekerja atau operator ketika melakukan pekerjaannya sehingga mampu memaksimalkan target yang ditetapkan suatu unit kerja.
Universitas Sumatera Utara
c. Kondisi Kerja. Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. d. Konsistensi Faktor ini perlu diperhatikan karena angka-angka yang dicatat pada setiap pengukuran waktu tidak pernah semuanya sama. Besar nilai secara terperinci faktor Rating Performance dengan cara Westinghouse dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Faktor Rating Performance Menurut Westinghouse Faktor
Kelas
Lambang
Rating Performance
Skill
Super Skill Excellent Good Average Fair Fair Poor
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2
Effort
Exccessive
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1
+0,15 +0,13 +0,11 +0,08 +0,06 +0,03 0,00 -0,05 -0,01 -0,16 -0,22 +13 +12 +10 +0,08 +0,05 +0,02 0,00 -0,04 -0,08 -0,12
Excellent Good Average Fair Fair Poor
Universitas Sumatera Utara
2.8.2
Condition
Ideal Excellent Good Average Fair Poor
Consistency
Perfect Excellent Good Average Fair Poor
A B C D E F1 F2 A B C D E F
+0,06 +0,04 +0,02 +0,00 -0,03 -0,07 -0,17 +0,04 +0,03 +0,01 +0,00 -0,02 -0,04
Penetapan Kelonggaran Jumlah normal untuk suatu operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan
bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja yang normal. Walaupun demikian pada prakteknya akan dijumpai bahwa tidaklah bisa diharapkan operator tersebut akan mampu bekerja secara terus-menerus sepanjang hari tanpa adanya kelonggaran sama sekali. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi (personal allowance), menghilangkan rasa keletihan (fatique allowance), dan hambatanhambatan lain (delay allowance). Ketiga hal tersebut secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang dalam pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun dihitung. Karena setelah diperoleh jumlah normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
Universitas Sumatera Utara
2.9
Teknik Simulasi
2.9.1
Pengertian Simulasi Simulasi ialah suatu metodologi untuk melaksanakan percobaan dengan
menggunakan model dari satu sistem nyata (Siagian, 1987). sedangkan simulasi merupakan suatu model pengambilan keputusan dengan mencontoh atau mempergunakan gambaran sebenarnya dari suatu sistem kehidupan dunia nyata tanpa harus mengalaminya pada keadaan yang sesungguhnya (Hasan 2002). Simulasi adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk memformulasikan dan memecahkan model–model dari golongan yang luas. Golongan atau kelas ini sangat luasnya sehingga dapat dikatakan, “ Jika semua cara yang lain gagal, cobalah simulasi” (Schroeder, 1997). 2.9.2 Kelebihan Simulasi Meskipun model analitik sangat berguna dan sering digunakan, namun masih terdapat beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Model analitik tidak mampu menelusuri perangai suatu sistem pada masa lalu dan masa mendatang melalui pembagian waktu. Model analitik hanya memberikan penyelesaian secara menyeluruh, suatu jawab yang mungkin tunggal dan optimal tetapi tidak menggambarkan suatu prosedur operasional untuk masa lebih singkat dari masa perencanaan. Misalnya, penyelesaian persoalan program linier dengan masa perencanaan satu tahun, tidak menggambarkan prosedur operasional untuk masa bulan demi bulan, minggu demi minggu, atau hari demi hari.
Universitas Sumatera Utara
2. Model matematika yang konvensional sering tidak mampu menyajikan sistem nyata yang lebih besar dan rumit (kompleks). Sehingga sukar untuk membangun model analitik untuk sistem nyata yang demikian. Kalaupun model matematika mampu menyajikan sistem nyata yang kompleks demikian, tetapi bisa jadi tidak mungkin diselesaikan dengan hanya menggunakan teknik analitis yang sudah ada. Seperti sistem pedesaan yang dikaitkan dengan faktor ekonomi, sosial, politik, dll. 3. Model analitik terbatas pemakaiannya dalam hal–hal yang tidak pasti dan aspek dinamis (faktor waktu) dari persoalan manajemen. Berdasarkan hal di atas, maka konsep simulasi dan penggunaan model simulasi merupakan solusi terhadap ketidakmampuan dari model analitik. Beberapa alasan yang dapat menunjang kesimpulan di atas adalah sebagai berikut: 1. Simulasi dapat memberi solusi kalau model analitik gagal melakukannya. 2. Model simulasi lebih realistis terhadap sistem nyata karena memerlukan asumsi yang lebih sedikit. Misalnya, tenggang waktu dalam model persediaan tidak perlu harus deterministik. 3. Perubahan konfigurasi dan struktur dapat dilaksanakan lebih mudah untuk menjawab pertanyaan: what happen if… Misalnya, banyak aturan dapat dicoba untuk mengubah jumlah langganan dalam sistem antrian. 4. Dalam banyak hal, simulasi lebih murah dari percobaannya sendiri. 5. Simulasi dapat digunakan untuk maksud pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
6. Untuk sejumlah proses dimensi, simulasi memberikan penyelidikan yang langsung dan terperinci dalam periode waktu khusus.
2.9.3
Kekurangan Simulasi Model simulasi juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu: 1. Simulasi bukanlah presisi dan juga bukan suatu proses optimisasi. Simulasi tidak menghasilkan solusi, tetapi ia menghasilkan cara untuk menilai solusi termasuk solusi optimal. 2. Model simulasi yang baik dan efektif sangat mahal dan membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan model analitik. 3. Tidak semua situasi dapat dinilai melalui simulasi kecuali situasi yang memuat ketidakpastian (Siagian, 1987).
2.9.4
Model-Model Simulasi Model adalah tiruan sebuah sistem yang disusun untuk mempelajari
karakteristik sistem nyatanya. Oleh karena tiruan, maka karakteristik sistem yang digambarkan dalam model biasanya tidak menyeluruh, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan tujuan studi. Dengan demikian, model memiliki sejumlah asumsi yang berkaitan dengan proses/struktur sistem maupun input/output dalam sistem. Sebagai contoh, dalam rangka mempelajari jumlah teller (server) yang ideal di sebuah layanan bank, maka dibuatlah model sistem antrian dan layanan pada teller bank tersebut. Beberapa asumsi yang mungkin dibentuk terkait dengan model yang dibangun antara lain waktu antar kedatangan nasabah berdistribusi eksponensial (asumsi input) dan
Universitas Sumatera Utara
diasumsikan semua nasabah mau menunggu/masuk ke dalam antrian apabila semua teller sedang sibuk. Asumsi input yang dibangun tersebut, meskipun diperoleh melalui analisis data di lapangan, tetap saja rata-rata antar kedatangan tersebut adalah sebuah pendekatan nilai yang didekati dengan sebuah distribusi probabilitas tertentu. Model dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, Singh (2009) seperti yang terlihat pada Gambar 2.3. Model
Matematik
Fisik
Statik
Dinamik
Statik
Numerik
Komputer
Dinamik
Statik
Dinamik
Analitik
simulasi
Gambar 2.3. Model Simulasi Model–model simulasi yang ada dapat dikelompokkan ke dalam beberapa penggolongan, antara lain: 1. Model Fisik.
Universitas Sumatera Utara
Model fisik statik adalah sebuah model yang diilustrasikan dalam bentuk kecil dari bentuk yang sebenarnya. Contoh model fisik statik adalah model bangunan yang dirancang oleh para arsitektur maupun teknik sipil. Model tersebut dapat berupa gambar maupun maket bangunan. Model fisik dinamik adalah model pesawat (berukuran kecil) yang sedang dalam pengujian di ruang pengujian angin. Ruang pengujian tersebut berupaya mencontoh kondisi udara, kecepatan dan lain sebagainya dengan berbagai kondisi ukuran untuk menguji model pesawat yang akan dibangun. Contoh lain model fisik dinamik adalah model bangunan anti erosi yang akan dibangun di pantai. model bangunan ini sebelum dipasang di pantai memerlukan pembangunan dalam skala kecil (model) yang diuji dalam laboratorium dengan berbagai kondisi gelombang selama beberapa waktu. 2. Model matematik. Model matematik merupakan imitasi sistem nyata dalam bentuk simbolsimbol matematik. Model matematik statik tidak mempertimbangkan waktu dalam pengolahan datanya sehingga sistem tidak berubah oleh waktu, sedangkan model matematik dinamik adalah sebaliknya. Contoh model matematik adalah model inventori (persediaan). Model persediaan ini ada yang statik yaitu data permintaan, data lead time diasumsikan berfsifat statik (deterministik), ada pula model persediaan dinamik dimana data permintaan, dan lead time bersifat probabilistik. 3. Model Komputer.
Universitas Sumatera Utara
Model komputer merupakan perkembangan lanjut dalam pemodelan karena seluruh model matematik baik statik maupun dinamik dapat dimodelkan secara lebih baik melalui komputer (Singh, 2009). Model komputer dinamik dapat kita lihat secara sederhana pada model permainan (game) yang meniru dunia nyata. 4. Model Statik. Model simulasi statik dikenal juga dengan nama Simulasi Monte Carlo yang merepresentasikan sebuah sistem pada suatu waktu tertentu. Sebagai contoh, ingin disimulasikan jumlah pelanggan yang membeli suatu produk di sebuah toko berdasarkan data historis yang berdistribusi eksponensial. Kemudian dibangkitkan bilangan random untuk menunjukkan jumlah pelanggan yang dibangkitkan sesuai posisi interval distribusinya. Model simulasi dinamik merepresentasikan sistem dari waktu ke waktu, misal, simulasi sebuah bank dalam rentang jam kerja tertentu. Namun harus diperhatikan bahwa model simulasi dinamis dalam pengertian ini berbeda dengan model simulasi sistem dinamis (dynamic system). 5. Model Deterministik. Model simulasi deterministik adalah model simulasi yang tidak memiliki variable random dalam inputnya. Sebagai contoh, simulasi kedatangan pasien seorang dokter praktek yang telah diatur jadwal pelayanannya. 6.
Model Simulasi Stokastik. Model Simulasi Stokastik adalah model simulasi yang memiliki satu atau beberapa variabel random dalam inputnya. Random input ini akan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan output yang random pula. Simulasi layanan teller bank adalah salah satu contoh model simulasi stokastik. 7. Model simulasi diskrit. Model simulasi diskrit adalah model simulasi yang status variabelnya berubah secara diskrit pada satu waktu tertentu. Contohnya, simulasi layanan teller bank, dimana jumlah pelanggan yang menunggu/antri berubah secara diskrit dari waktu ke waktu.
2.9.5
Pendekatan Model Simulasi Diskrit Model diskrit adalah model dengan peubah yang menggambarkan keadaan
sistem dengan bilangan bulat. Model diskrit biasanya membutuhkan informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan seperti pembongkaran muatan suatu truk. Sebagai contoh, suatu model pengoperasian alat bongkar muatan biji dapat mensimulasi pembongkaran muatan truk dan jumlah yang menunggu untuk dibongkar. contoh lain, jumlah quota yang harus didistribusikan suatu pabrik kepada pihak distributor yang berubah secara diskrit dari waktu ke waktu. Pada prinsipnya, model diskrit dapat dinyatakan dan dipecahkan secara numerik dalam sebuah bahasa pemrograman. Perangkat lunak khusus untuk sistem diskrit seperti, Visual Basic 2010. Pemilihan Visual Basic 2010 sebagai perangkat lunak untuk simulasi model adalah karena kemudahan dan kecanggihannya yang terus berkembang. Model simulasi diskrit adalah sebagai kejadian yang melampaui waktu yang representatif dimana state (keadaan) variabel berubah seketika dan
Universitas Sumatera Utara
terpisah per titik waktu. Dalam istilah matematik disebut sebagai sistem yang dapat berubah hanya pada bilangan yang dapat dihitung per titik waktu. Disini titik waktu adalah bentuk kejadian (event) yang terjadi seketika yang dapat merubah state pada sistem.
2.9.6
Komponen dan Organisasi Model Simulasi Diskrit Walaupun simulasi telah diaplikasikan pada sejumlah besar berbagai sistem di
dunia nyata, model simulasi diskrit keseluruhannya menyumbang sejumlah komponen-komponen umum yang mana sejumlah organisasi logika untuk komponenkomponen tersebut yang mempromosikan pemograman, kendaraan, dan perubahan kedepan pada program komputer model simulasi. Khususnya komponen berikut akan didapatkan model simulasi diskrit yang menggunakan Visual Basic 2010 sebagai berikut: 1.
System state: Pengumpulan variabel state terpenting untuk menjelaskan sistem pada waktu khusus.
2.
Simulation Clock: Sebuah variabel yang memberikan nilai pada saat berlangsungnya simulasi.
3.
Event List: Daftar yang berisikan waktu berikutnya ketika masing-masing tipe event akan terjadi.
4.
Statistical Counters: Variabel yang digunakan untuk menyimpan informasi statistik tentang bentuk sistem.
5.
Initialization routine: Sebuah sub program untuk mengawali model simulasi diwaktu ke nol.
Universitas Sumatera Utara
6.
Timimg routine: Sebuah subprogram yang menentukan event selanjutnya dari event list.
7. Event routine. Sebuah subprogram yang mengapdute state sistem ketika tipe khusus pada terjadinya event. 8. Library
routines.
Kumpulan
subprogram
yang
digunakan
untuk
membangkitkan observasi random dari distribusi probabilitas yang mana ditentukan sebagai bagian dari model simulasi. 9. Report Generator. Sebuah subprogram yang menghitung estimasi (dari statistical counters) pada ukuran yang diharapkan pada bentuk dan hasil laporan ketika simulasi berakhir. 10. Main program. Sebuah subprogram yang membangkitkan kembali timing routine untuk menentukan event selanjutnya dan kemudian mentransferkan kontrol ke event routine yang berkaitan untuk mengupdate sistem state yang tersedia. Main program bisa juga untuk mengecek pada akhir program dan membangkitkan kembali report generator ketika simulasi telah selesai.
2.9.7
Souce Kode Visual Basic 2010 Program Ugha Cement RF 68 adalah salah satu program untuk menghitung
waktu aktual pemuatan semen di unit terminal pengantongan semen dengan menggunakan Visual Basic 2010. Adapun langkah-langkah menyusun program Ugha Cement RF 68 adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1.
Menentukan waktu efektif pemuatan semen ke truk dengan asumsi kecepatan rata-rata rotary parker permenit.
Private Sub btnWaktuMuat_Click (sender As System.Object, e As System.EventArgs) If IsNumeric (txtKecRataRata.Text) And (txtKecRataRata.Text <> vbNullString) Then If
cbTruk.Text = "Colt" Then txtWaktu.Text = 250 / txtKecRataRata.Text
ElseIf cbTruk.Text = "Engkel" Then txtWaktu.Text = 400 / txtKecRataRata.Text ElseIf cbTruk.Text = "Tronton" Then txtWaktu.Text = 600 / txtKecRataRata.Text ElseIf cbTruk.Text = "Intercooler" Then txtWaktu.Text = 700 / txtKecRataRata.Text Else MsgBox("Input tidak di kenal") End If Else MsgBox("Harap masukkan Angka") End If 2. Jumlah hari kerja dan jumlah quota perbulan dan perhari. Private Sub cboHarikerja_SelectedIndexChanged(sender As System.Object, e As System.EventArgs)
Universitas Sumatera Utara
txtQuota.Text = 32500 If cboHarikerja.Text <> vbNullString And txtQuota.Text <> vbNullString And cboSak1.Text <> vbNullString Then calc() End If Private Sub txtQuota_TextChanged(sender As System.Object, e As System.EventArgs) If cboHarikerja.Text <> vbNullString And txtQuota.Text <> vbNullString And cboSak1.Text <> vbNullString Then calc() End If 3. Jumlah waktu normal Private Sub btWaktuNormal_Click_1(sender As System.Object, e As System.EventArgs) Handles btWaktuNormal. Click Dim jam As Double If IsNumeric(txtTotBag.Text) And (txtTotBag.Text <> vbNullString) And IsNumeric(txtKecRataRata.Text) And (txtKecRataRata.Text <> vbNullString) And IsNumeric(txtJRP.Text) And (txtJRP.Text <> vbNullString) Then txtWN.Text=Math.Round((Val(txtTotBag.Text)/ Val(txtKecRataRata.Text) / Val(txtJRP.Text)), 2) jam = Val(txtWN.Text) / 60 txtJam.Text = Math.Round(jam, 2) If Val(txtJam.Text) < 8 Then
Universitas Sumatera Utara
lblSum.Text = "Pemuatan dapat di selesaikan dalam 1 shift" ElseIf (Val(txtJam.Text) > 8 And Val(txtJam.Text) <= 16) Then lblSum.Text = "Pemuatan dapat di selesaikan dalam 2 shift" ElseIf (Val(txtJam.Text) > 16 And Val(txtJam.Text) <= 24) Then lblSum.Text = "Pemuatan dapat di selesaikan dalam 3 shift" ElseIf (Val(txtJam.Text) > 24) Then lblSum.Text = "Pemuatan dapat di selesaikan lebih dari 3 shift" Else lblSum.Text = "Maaf, terjadi kesalahan, harap periksa data yang diinputkan" End If Else MsgBox("Input tidak di kenal") End If End Sub 4. Lama waktu manuver truk, jumlah truk dan waktu aktual Private Sub btnWaktuMuat_Click_2(sender As System.Object, e As System.EventArgs) Handles btnWaktuMuat.Click If IsNumeric(txtKecRataRata.Text) And (txtKecRataRata.Text <> vbNullString) Then If cbTruk.Text = "Colt" Then txtWaktu.Text = Math.Round((250 / txtKecRataRata.Text), 2) ElseIf cbTruk.Text = "Engkel" Then
Universitas Sumatera Utara
txtWaktu.Text = Math.Round((400 / txtKecRataRata.Text), 2) ElseIf cbTruk.Text = "Tronton" Then txtWaktu.Text = Math.Round((600 / txtKecRataRata.Text), 2) ElseIf cbTruk.Text = "Intercooler" Then txtWaktu.Text = Math.Round((700 / txtKecRataRata.Text), 2) Else MsgBox("Input tidak di kenal") End If Else MsgBox("Input tidak lengkap") End If Private Sub btnWA2_Click(sender As System.Object, e As System.EventArgs) Handles btnWA2.Click If IsNumeric(txtmanuver2.Text) And (txtmanuver2.Text <> vbNullString) And IsNumeric(txtjmltruk2.Text) And (txtjmltruk2.Text <> vbNullString) Then Dim wa, a, b, c As Double a = Val(txtmanuver2.Text) * Val(txtjmltruk2.Text) b = Val(txtmanuver2.Text) * Val(txtJRP.Text) c = Val(txtTotBag.Text) / Val(txtKecRataRata.Text) 'Val(txtWN.Text) ' wa = (c + a - b) ' / Val(txtJRP.Text) ' MsgBox(wa / 2) txtWAA.Text = Math.Round((wa / 2), 2)
Universitas Sumatera Utara
txtWAA2.Text = Math.Round((Val(txtWAA.Text) / 60), 2) If Val(txtWAA2.Text) < 8 Then lblAktual1.Text = "Pemuatan dapat di selesaikan dalam 1 shift" ElseIf (Val(txtWAA2.Text) > 8 And Val(txtWAA2.Text) <= 16) Then lblAktual1.Text = "Pemuatan dapat di selesaikan dalam 2 shift" ElseIf (Val(txtWAA2.Text) > 16 And Val(txtWAA2.Text) <= 24) Then lblAktual1.Text = "Pemuatan dapat di selesaikan dalam 3 shift" ElseIf (Val(txtWAA2.Text) > 24) Then lblAktual1.Text = "Pemuatan dapat di selesaikan lebih dari 3 shift" Else lblAktual1.Text = "Maaf, terjadi kesalahan, harap periksa data yang diinputkan" End If Else MsgBox("Harap masukkan angka") End If End Sub
2.9.8
Langkah–Langkah Dalam Proses Simulasi Terdapat 5 langkah pokok yang diperlukan dalam menggunakan simulasi,
Menurut Levin, dkk, (2002 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Menentukan persoalan atau sistem yang hendak disimulasi. 2. Formulasikan model simulasi yang hendak digunakan. 3. Ujilah model dan bandingkan tingkah lakunya dengan tingkah laku dari sistem nyata, kemudian berlakukanlah model simulasi tersebut. 4. Rancang percobaan–percobaan simulasi. 5. Jalankan simulasi dan analisis data.
2.10
Distribusi Distribusi merupakan semua aspek pengiriman produk dari produsen ke
konsumen mulai dari masalah persediaan, pemilihan gudang sampai perencanaan transportasi (Turner, 1993). Suatu perusahaan khususnya yang memproduksi barangbarang consumer goods banyak dihadapkan dengan masalah yang berhubungan dengan sistem distribusi dan juga inventori. Masalah tersebut timbul karena konsumen berada pada lokasi yang terpisah secara geografis. Sedangkan jika ditinjau dari biaya operasional perusahaan, aktivitas distribusi memberikan kontribusi biaya yang paling besar yaitu pada biaya transportasi (Bowersox, 1986). Distribusi seringkali menjadi kendala terbesar terutama bagi perusahaan yang memproduksi barang dengan jumlah yang sangat banyak (massal). Semakin luas wilayah pemasaran, semakin banyak pula kendala yang akan dihadapi sehingga diperlukan pembagian wilayah pemasaran pada setiap lokasi dan penempatan persediaan tersebut memerlukan penanganan yang baik agar persediaan dapat optimal, artinya dapat memenuhi kebutuhan permintaan yang ada tanpa melakukan penyimpanan yang terlalu besar dengan menyebabkan terjadinya penumpukan pada
Universitas Sumatera Utara
gudang yang dapat mengakibatkan tingginya biaya simpan dan kemungkinan terjadinya kerusakan semakin besar. Keputusan yang diambil harus dipertimbangkan dengan baik berdasarkan data-data yang dimiliki, terutama yang berkaitan erat dengan sistem distribusi.
2.10.1 Pengertian Transporter Dalam Mata Rantai Saluran Distribusi Kegiatan memuat dan menyalurkan barang dari pabrik sampai kegudang penyimpanan/stokist sub distributor. Transporter juga berkepentingan untuk menambah jumlah logistik terdaftar stok barang serta meningkatkan hubungan kerja pabrik dan sub distributor. Trasporter refery to strenggler movement of product from one location to another as is maker its tray front the biginning a of supply chain to custemer hands ( Mendl Peter 2001. P262) seperti yang terlihar pada Gambar 2.4.
PRODUSEN
MAIN
SUB
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
Transporter KONSUMEN
OUTLET
GROSIR
Gambar 2.4. Jalur Transportasi Dalam Mata Rantai Saluran Distribusi
Universitas Sumatera Utara
2.10.2. Kondisi Dan Kemampuan Transporter Transporter sebagai pihak perantara dari produsen dan sub distributor sebagai pihak kedua yang mana transporter harus memiliki armada yang kuat untuk menyakinkan pihak produser memiliki
bahwa
kemampuan untuk mengantar barang
pihak
transporter
tepat waktu on time truking.
Untuk memenuhi keinginan kebutuhan klien trasportasi harus mengatasi berbagai persoalan yang sangat penting yaitu: Memiliki manajemen transportasi yang baik. 1. Mengkoordinasi
cara
kerja
trucking
dengan
menganalisa
jalur
terdekat mana yang harus dikirim terlebih dahulu agar pemamfaatan truck/aset perusahaan dapat dipakai secara optimal. 2. Harga jasa transportasi. Pihak transporter selain memberi mutu dan kualitas jasa pengiriman, juga harus memperhatikan ketepatan dalam memberikan harga pada klien dalam tender dengan tujuan mempertahankan dan mengembangkan hubungan bisnis yang baik dengan klien. 3. Kinerja perusahaan. Pihak transporter harus menjaga kepercayaan klien dengan cara menjaga nama baik perusahaan dengan cara kerja yang baik, profesional agar mendapat kepercayaan dari klien secara berkesinambungan.
2.10.3 Kondisi Operasional Perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Pada perusahaan yang memiliki aset besar biasanya masalah yang timbul pada aspek biaya operasional yang besar untuk perawatan peralatan yang ada sehingga perlu dievaluasi terhadap biaya yang tidak perlu. Pada perusahaan besar sering terjadi kelebihan tenaga dan tidak optimalnya penggunaan aset yang ada sehingga tidak efisien pengunaan anggaran yang mengakibatkan perusahan sering merugi.
2.11
Saluran Distribusi Saluran Distribusi adalah lembaga-lembaga distributor atau lembaga-lembaga
penyalur yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan atau menyampaikan barangbarang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen. (Nitisemito (1993, p.102). Saluran Distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri. (Warren J. Keegan (2003).
2.12
Faktor Yang Mendorong Suatu Perusahaan Menggunakan Distributor Ada beberapa faktor perusahan menggunakan jasa distributor diantaranya
adalah: 1. Para produsen atau perusahaan kecil dengan sumber keuangan terbatas tidak mampu mengembangkan organisasi penjualan langsung. 2. Para distributor nampaknya lebih efektif dalam penjualan partai besar karena skala operasi mereka dengan pengecer dan keahlian khususnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Para pengusaha pabrik yang cukup model lebih senang menggunakan dana mereka
untuk ekspansi daripada untuk melakukan kegiatan
promosi. 4. Pengecer yang menjual banyak sering lebih senang membeli macammacam barang dari seorang grosir daripada membeli langsung dari masing-masing pabriknya.
Universitas Sumatera Utara