Bab 2 Landasan Teori
Kalimat majemuk dalam bahasa Jepang disebut dengan Fukubun(複文). Dalam kalimat majemuk antara kalimat bagian depan dan bagian belakang saling berkaitan satu dengan lain. Salah satu kalimat majemuk yang berhubungan dengan waktu FukubunJikan o arawasu hyogen (複文―時間を表す表現)adalah (~うちに)dan(~間 に). Berikut ini untuk memperjelas(~うちに)dan(~間に)terlebih dahulu peneliti membahas mengenai sintaksis.
2.1
Teori Sintaksis Sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam
tuturan (speech) (Verhaar, 2004:11). Verhaar menuturkan bahwa tata bahasa terdiri atas morfologi dan sintaksis. Morfologi itu menyangkut struktur gramatikal di dalam kata, dan sintaksis itu berurusan dengan tatabahasa di antara kata-kata, di dalam tuturannya. Bila suatu kalimat hanya mengandung satu pola kalimat sedangkan perluasannya tidak lagi membentuk pola kalimat yang baru maka kalimat semacam ini disebut kalimat tunggal. Dengan kata lain : kalimat tunggal adalah, kalimat yang hanya terdiri dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur tambahan, dengan catatan unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat yang baru.
7
Contoh : 1. Adik menangis. 2. Kemarin saya belajar saja di rumah. Sebaliknya kalimat-kalimat tunggal yang diperluas sekian macam hingga unsur-unsur baru itu membentuk satu lebih pola kalimat lagi disebut sebagai kalimat majemuk. Dalam kalimat majemuk terdapat paling kurang dua pola kalimat dan tiap-tiap pola boleh diperluas lagi dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan. Contoh: 1. Ali menyelesaikan tugasnya, sesudah ia pulang dari berjalan-jalan. 2. Adik bermain di pekarangan, tetapi kakak melarangnya. Dari uraian-uraian di atas dapat menurunkan batasan-batasan yang lain untuk kalimat majemuk, yaitu : 1. Kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa, sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat yang baru di samping pola yang sudah ada. Contoh : Skema 2.1 Contoh Kalimat Majemuk 1
Anak itu menendang bola
Anak, yang kau sebut kemarin itu menendang bola.
2. Kalimat majemuk adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru ini mengandung dua pola kalimat atau lebih.
8
Contoh : Skema 2.2 Contoh Kalimat Majemuk 2
Ayah menulis surat. Ayah menulis surat sambil adik berdiri di sampingnya. Adik berdiri di sampingnya.
Adapun jenis-jenis kalimat majemuk ada tiga, yaitu : a. Kalimat majemuk setara Kalimat majemuk setara yaitu kalimat dimana kedua pola kalimat itu sederajat. b. Kalimat majemuk bertingkat Kalimat yang berhubungan pola-polanya tidak sederajat. Salah satu pola atau lebih menduduki fungsi tertentu dari pola yang lain. Dan terbagi lagi dua bagian, dimana bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut sebagai induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah disebut sebagai anak kalimat. c. Kalimat majemuk campuran Kalimat majemuk campuran terdiri dari sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan.
9
2.2
Fukubun (複文) dalam Bahasa Jepang Dalam bahasa Indonesia Fukubun(複文) diartikan sebagai kalimat majemuk.
Seperti yang telah diuraikan di atas kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih sebagai hasil penggabungan atau perluasan. Contoh kalimat majemuk dapat ditemukan pada kalimat “Kerusakan jalan semakin cepat” yaitu pada kalimat Kerusakan jalan terjadi semakin cepat karena jalan terbebani melebihi kapasitasnya. Kalimat tersebut disebut sebagai kalimat majemuk karena merupakan penggabungan dua kalimat tunggal dengan menggunakan konjungsi karena. Berikut ini pola kalimat tersebut (Sutarni, 2008:18): Kerusakan jalan terjadi semakin cepat karena jalan terbebani melebihi kapasitasnya. S
P
Ket.
Konj.
S
P
Ket.
Berikut ini pengertian 複文 menurut Iori (2001:192): 定刑動詞(不定詞、動名詞、分詞以外の動詞)を一つ含むを複文。 Terjemahan : Kata kerja terbatas (kata tidak terbatas, kata kerja benda, kata kerja di luar kata kerja bentuk lampau) digabungkan menjadi satu yang disebut kalimat majemuk. atau 複文:文のある部分が節でできている分。 Bagian dari kalimat yang dibentuk dari bagian suatu klausa. 例: 田中さんは背が高い。 Tanaka san tinggi.
10
私が登ったのは富士山です。 Gunung yang pernah saya daki adalah gunung Fuji. 道は遠かったが、元気で歩いた。 Jalan sangat jauh tetapi saya berjalan dengan semangat.
しかし、この分類には大きな問題があります。例えば:「背が高い」は 「長身だ」と置き換えられるように実質的には 1 つの述語であると考え られます。にもかかわらず、上の定義からは「田中さんは背が高い」は 複文で、「田中さんは長身だ」は単文であるということになってしまい ます。「私が登ったのは富士山です」と置き換えることができ、さらに これは「その富士山です」と置き換えられます。 Terjemahan : Tetapi, pembagian ini memiliki masalah yang besar. Misalnya: Secara nyata agar Se ga takai dapat diganti menjadi choumi karena sama-sama satu predikat. Selain itu, dari definisi di atas tersebut (Tanaka san wa se ga takai) adalah kalimat majemuk, sedangkan (Tanaka san wa choumi da) menjadi kalimat tunggal. (Watashi ga nobotta no wa Fujisan desu) dapat digantikan menjadi (Sono Fujisan desu). 複文 berfungsi untuk menghubungkan dua pola kalimat agar menjadi satu kesatuan kalimat. Sehingga di dalam 複文 memerlukan konjungsi antar kalimat sebelumnya dengan kalimat setelahnya. Maka salah satu bentuk konjungsi yang digunakan dalam 複文 adalah konjungsi yang dikaitkan penggunaannya dengan waktu atau disebut 時間を表わす表現.
11
2.3
Jenis-jenis Jikan o Arawasu Hyogen(時間を表わす表現) Menurut Iori, et al (2004:450) ada beberapa jenis-jenis 時間を表わす表現, yaitu: 1.ある出来事がおこるときにほかの出来事が起こる事を表す表現。 Pernyataan yang mengungkapkan kejadian yang muncul akibat adanya kejadian sebelumnya. ~とき(に)、~際(に)、~おり(に) ~あいだ(に)、~うち(に)、~最中(に) 2.二つの出来事が(ほとんど)同時に起こる事を強調的に表す表現。 Pernyataan yang mengungkapkan adanya dua kejadian yang (hampir) terjadi dalam waktu yang bersamaan. ~と同時に、~た(が)と思うと、~が早いか、~や(否や)、 ~なり、~か~ないかのうちに、~たとたん(に)、~次第、 ~そばから
3.ある出来事がほかの出来事のあとに起こる事を表す表現。 Pernyataan yang mengungkapkan kejadian yang setelah kejadian lain terjadi. ~てから、~てはじめて、~てからでないと、~た上で、 ~て以来、~てからというもの
12
2.4
Teori ~Uchi ni (~うちに)
Menurut Maruyama (1995:171) ,(~うちに)memiliki dua arti dan penggunaan yang berbeda sebagai berikut : Aの(~うちに)は後に状況の変化が起きることを意識してその対応含 めた内容のことを表す文になります。ですから意識的に何かをするとい う立場をとっています。 Bの(~うちに)はその範囲をすぎ状況に変化が起きたことを表す、 または将来的にその変化が起きることを想定する意味になります。です から、Aが意識的であるのに対しBは無意識的であるともいえます。 Terjemahan : Pada A ( ~ う ち に ) secara sadar kalimat di belakang ( ~ う ち に ) menyatakan kalimat pertentangan pada inti kalimat. Oleh karena itu diartikan sebagai keadaan yang dilakukan secara sadar. Pada B ( ~ う ち に ) , menyatakan suatu batasan keadaan yang berubah, kemudian mengandung arti perandaian perubahan yang terjadi pada waktu yang akan datang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa A memiliki kesadaran sedangkan B secara tidak sadar.
Andou (2007:365) juga mengemukakan bahwa(~うちに)memiliki dua arti dan penggunaan yang berbeda sebagai berikut. 1..状熊性の表現をとって、その状熊が終割る前に主節野の動作が実 現していなければならない(その期間内に終了しておかないと、 好ましくない状熊が起こってしまう)。 Terjemahan: Sebagai ungkapan bentuk keadaan, sebelum sebuah keadaan berakhir suatu perbuatan harus dilakukan (Kalau dalam jangka waktu itu tidak diselesaikan, akan terjadi hal yang tidak menyenangkan)
13
1)子供が寝ているうちに、仕事をしょう。 Sewaktu anak-anak sedang tidur, ayo kita bekerja. 2)暗くならないうちに、帰ろう。 Sebelum gelap, ayo pulang. 2.「ている」の刑をとって、一つのことをしているとき、自然に別の ことが起こってくることを表す。 Bentuk (~ teiru) menyatakan saat sebuah kegiatan sedang dilakukan, sehingga menimbulkan hal lain yang bersifat alami. 3)本を読んでいるうちに眠くなってきた。 Pada saat membaca buku, saya mengantuk.
Selain itu, Oshiwa (1999) mengemukakan bahwa (~うちに)digunakan pada waktu untuk menyatakan (Di bagian dalam P, telah terjadi perubahan Q (akan muncul)). Selain itu, Oshiwa juga menjelaskan bahwa P dalam(P のうちに)adalah menyatakan batasan akan hal yang tidak dapat dilakukan oleh P, sehingga sebelum batasan waktu P berakhir ada nuansa keharusan, dan apabila P tidak dilakukan akan menimbulkan nuansa penyesalan. Terdapat lima jenis pola-pola yang berkaitan dengan (~うちに)(Iori, et al, 2004:204)、yaitu:
V(辞)+(~うちに)
14
例: 子供が学校へ行っているうちに、十分昼寝をした。 Selagi anak-anak sedang pergi ke sekolah, saya sudah cukup tidur siang. 考えている / いくうちに、少しずつわかってきた。 Pada saat berpikir, saya sedikit demi sedikit mengerti.
V(否)+(~うちに)
例: スープに生クリームを加えたら、沸勝しないうちに、火からおろす。 Kalau sup ditambahkan krim, sebelum mendidih, turunkan dari api. A(辞)+(~うちに) 例: スープが熱いうちに早く食べなさい。 Selagi sup masih panas, cepat makan.
Na な+(~うちに) 例: まだ暇なうちに、先に少しやっておこう。 Selagi masih santai, ayo mengerjakannya duluan.
15
N の+(~うちに)
例: 学生のうちに(学生であるうちに) Selagi masih pelajar. (Sewaktu masih pelajar)
Pola kalimat dan arti penggunaan yang berkaitan dengan (~うちに)dapat disimpulkan sebagai berikut: Tabel 2.1 Pola Kalimat dan Fungsi (~うちに) Pola Kalimat V(辞)+(~うちに) V(否)+(~うちに) A(辞)+(~うちに) Na な+(~うちに) N の+ (~うちに)
2.5
Fungsi a) (~うちに)mengungkapkan dimana suatu perbuatan harus dilakukan, apabila tidak dilakukan dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan suatu nuansa penyesalan. Sehingga ada nuansa keinginan, perintah, harapan. b) ( ~ う ち に ) mengungkapkan bentuk kegiatan yang sedang dilakukan (~ている) yang kemudian secara tidak disengaja menimbulkan suatu hal yang lain.
Teori ~Aida ni (~間に)
Menurut Keisuke (1995:169) penggunaan (~間に)adalah sebagai berikut: (~間に)とともに表された期間内に他の動作が行われることを表す文、 状態の変化が起こった事を表す文がくる。 Terjemahan: 16
(~間に)menyatakan kalimat dimana ada kegiatan lain yang terjadi dalam batasan waktu sehingga ada perubahan yang terjadi pada suatu keadaan.
Kemudian fungsi (~間に)menurut Niwa: (に)が付くと、(あいだ)とそのまえの述語によって示された時間の 副の中のどこがで、Bの事柄が起こる事を示します。言い換えると, (~あいだに)の(に)は(2 時に)の場合の(に)と同じように (点)を示します。時間と場所の意味にまたがっています。 Terjemahan: Pada predikat, pola ( ~ あ い だ に ) yang dilekati dengan partikel ( に ) menunjukkan waktu dan situasi keterangan. Bisa dikatakan bentuk(に)pada (~あいだに)misalnya pada contoh(2 時に),(に)menunjukkan(点) atau titik point. Dan itu bermakna menunjukkan waktu dan tempat secara gamblang dan jelas.
(~間)dan(~間に)merupakan partikel yang mirip, dan yang membedakannya adalah adanya 格助詞(に)pada (~間に). Selain itu penting untuk diketahui bahwa ( ~ 間 ) dan( ~ 間 に ) mirip tetapi memiliki perbedaan fungsi. Ada pun perbedaan (~間)dan(~間に)diterangkan oleh Tomomatsu, et al
yaitu:
(~間)は、始めと終わりがある一定時間の幅を表す。(~間)の 後ろ には、継続する動作や状態を表す言葉がくる。(~間に)は(その時間幅 が終わる前に)という意味だから、後ろには瞬間性の表現がくる。 (Tomomatsu, 2004:21) Terjemahan : Aida menunjukkan bentuk awal dan akhir pada satu kurun waktu. Pada bagian akhir aida ni kata-kata yang menunjukkan suatu kondisi atau perbuatan yang kontinuitas. Sedangkan aida ni bermakna sebelum kejadian tersebut selesai dalam kurun waktu itu, kata-kata yang muncul di belakang aida ni bermakna kejadian yang berlangsung cepat(瞬間性).
17
(間)とともに表された期間にある動作、状態が継続的に行われることを あらわす文がくる。 (~間に)とともに表された期間内に他の動作が行われることを表す 文、 状態の変化が起こった事を表す文がくる。
Terjemahan : (間)menyatakan kalimat dimana kegiatan, keadaan pada suatu waktu terjadi secara berlanjutan. (~間に)menyatakan kalimat dimana ada kegiatan lain yang terjadi dalam batasan waktu sehingga ada perubahan yang terjadi di suatu keadaan. Contoh kalimat perbedaan (~間)dan(~間に): A. 親が元気な間一度も故郷に帰られなかった。 B. 親が元気な間に親孝行をした法がいいですよ。 Menurut Maruyama (1995:169) dari kedua kalimat di atas dapat ditarik simpulan bahwa apabila diperhatikan secara seksama, ada nuansa (ずっと)kalimat belakang (~間)yang menunjukkan kata kerja, situasi yang berkelanjutan. Sedangkan pada kalimat
(~間に)tidak ada nuansa (ずっと), lebih tepatnya ada sebuah nuansa
yang mirip ( な が ら ) bahkan terkadang dapat digantikan dengan ( な が ら ) . (~間)dan
(~間に)memiliki perbedaan yang jelas. Bagian belakang kalimat
(~間), dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Perbedaan Aida dan Aida ni
18
あいだに
彼女がここに来る(一回的動作・出来事)
Aida ni
Dia datang kesini (Hanya perbuatan yang terjadi satu kali. Hal yang dapat dilakukan)
彼が出かけている
時間
Dia sedang keluar
Waktu
あいだ
彼女がここにいる(状態)
Aida
Dia berada disini (Keadaan)
彼が出かけている
時間
Dia sedang keluar
Waktu
Sumber: Tomomatsu,et al (2004:22)
Ada pun pola-pola kalimat (~間に)adalah sebagai berikut (Iori, et al, 2004:204) :
V(辞)+(~間に)
例:
19
あなたがいる間に、いろいろ聞いておきた事があります。 Selagi ada kamu, banyak pertanyaan yang aku ingin tanyakan. A(辞)+(~間に)
例: 若いあいだに勉強しておきなさい。 Selagi masih muda, belajar. Na な+(~間に)
例: 仕事が暇な間に、勉強しておこう。 Selagi pekerjaan sedang santai, ayo belajar.
N の+(~間に)
例: 今年は夏休みの間に, 一度帰国するつもりです。 Selama musim panas tahun ini, saya ingin pulang satu kali ke negara saya.
「過去
+(~間に)
例: 彼女がいた間に、いろいろ教わっておけばよかった。
20
Selama dia ada disini, saya senang telah diajarkan banyak hal. Pola kalimat dan arti penggunaan yang berkaitan dengan (~間に)dapat disimpulkan sebagai berikut. Tabel 2.2 Pola Kalimat dan Fungsi (~間に) Pola Kalimat V(辞)+(~間に) A(辞)+(~間に)
Fungsi ( ~ 間 に ) mengungkapkan dimana suatu kegiatan, keadaan dilakukan dalam sebuah jangka waktu tertentu, sebelum waktu tersebut berakhir.
Na な+(~間に) N の+ (~間に)
Pola kalimat (~間に)menggunakan kata kerja 「動詞」yaitu kata kerja yang berlangsung cepat dan bersifat sementara shunkandōshi ( 瞬 間 動 詞 ) . Ada pun perbedaan
shunkadōshi
(瞬間動詞)dengan kata kerja kontinuitas keizokudōshi
(継続動詞)dijabarkan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 2.3 継続動詞と瞬間動詞
継続動詞
ある時間動作。作用を表 例 す動詞 あらう、歌う、使う、待 つ、作る、読む,書く、 働く、泳ぐ,走る、歩
21
瞬間動詞
く、飛ぶ、眠る,降る、 着る。 瞬間に終わってしまうど 例 うさ。作用を表す動詞 結婚する、開く、始ま る,咲く、入る、晴れ る,起きる、落ちる,止 まる、消える、乗る、乾 く、立つ、取れる、壊れ る、割れる、着る。
Sumber: Tomomatsu, et al (2004:22) 2.6 Teori Keizokudōshi(継続動詞) Berikut ini pengertian 継続動詞 menurut Machida (1989:25) : (継続動詞)の表示する事象は、その開始点と終結点が明確にとらえ られる性質のものである。 Terjemahan : 継続動詞 mengungkapkan kejadian dimana adanya kejelasan karakteristik titik dimulai dan titik akhir.
22
Menurut Machida (1989:25) 継続動詞 memiliki beberapa sifat khusus, di antara lain: 1. Bentuk ru(ル)pada
継続動詞 yang dapat menyatakan waktu dimana waktu
tersebut berkaitan dengan kebiasaan(習慣)dan ru(ル)disini merupakan titik point pembicaraan tersebut dimulai atau mulai terjadi. Contoh : A. 太郎は早く走る。(習慣) B. 太郎は運動大会で走る。(未来)
2. Karena untuk menyatakan titik waktu pembicaraan yang sedang berlangsung, sehingga harus menggunakan teiru(テイル). Contoh : 太郎は走っている。
3. 継続動詞 menyatakan kejelasan titik dimulai dan titik berakhir, maka
継続動詞
dapat menjelaskan seberapa panjangnya jangka waktu tersebut. Contoh : A. 太郎は三時間走る。 B. 太郎は三時間走っている。
2.7 Teori Shunkandōshi(瞬間動詞)
23
Berbeda dengan
keizokudōshi
(継続動詞) yang merupakan kejadian yang
terjadi dengan terus-menerus. Sedangkan pengertian shunkandōshi
( 瞬間動詞 )
menurut Machida (1989:44) adalah 瞬間動詞の特殊は、事象が偽である状態から真である状態への瞬間的な変 化を意味するということである。 例えば、(眠る)という動詞の表示する事象は、寝ていない状態から眠っ た状態への瞬間的な変化である。 Terjemahan : Karakteristik shunkandōshi adalah ada fenomena yang berarti dimana ada perubahan sementara dari suatu keadaan menjadi keadaan yang terjadi dengan cepat.
Machida (1989:44) menjelaskan sifat khusus 瞬間動詞 seperti berikut : 1.
Bentuk ru ( ル ) pada shunkandōshi ( 瞬 間 動 詞 ) sama dengan
keizokudōshi(継続動詞), ru (ル)disini memiliki arti kebiasaan sekarang adalah titik point pembicaraan itu dimulai atau mulai terjadi. Contoh : 太郎は旅館でははやめに眠る。 2. Karena fenomena dimensi shunkandōshi(瞬間動詞)adalah titik, maka tidak perlu menjelaskan panjangnya rentan waktu dimensi tersebut. Contoh : 太郎は八年かかって大学を卒業した。
24
3. Karena pada shunkandōshi(瞬間動詞) tidak ada waktu akhir, maka tidak perlu menggunakan
teiru ( テ イ ル ) untuk menunjukkan waktu titik
pembicaraan karena tidak dapat menunjukkan hal yang berkelanjutan.
2.8 Teori Pembelajaran Bahasa Asing Menurut Ellis (1986:215) yang dikutip dalam Chaer (2003:243) ada dua tipe pemelajaran bahasa yaitu tipe naturalistik dan tipe formal di dalam kelas. Tipe naturalistik bersifat ilmiah, tanpa guru dan tanpa kesengajaan. Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat. Contohnya: seorang anak di lingkungan keluarganya menggunakan bahasa B1 misalnya bahasa X, begitu keluar rumah berjumpa dengan teman-temannya ia akan menggunakan bahasa Y. Sedangkan tipe kedua, bersifat formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan alat-alat bantu belajar yang sudah dipersiapkan. Biasanya bahasa asing dipelajari untuk kebutuhan praktis dan keperluan mengikuti perkembangan ilmu. Menurut para pakar pemelajaran bahasa, sampai saat ini belum secara mantap biasa disebut sebagai teori karena belum teruji, sehingga lebih tepat disebut sebagai hipotesis. Hipotesis-hipotesis tersebut antara lain (Chaer, 2003:246) a) Hipotesis Kesamaan Antara B1 dan B2 Hipotesis ini menyatakan adanya kesamaan antara proses belajar B1 dan belajar B2. Kesamaan itu terletak pada urutan pemerolehan struktur bahasa, seperti modus interogasi, negasi, dan morfem-morfem gramatikal. Unsur kebahasaan
25
tertentu akan diperoleh terlebih dahulu, sementara unsure kebahasaan lain diperoleh kemudian. b) Hipotesis Kontrastif Hipotesis ini menyatakan bahwa kesalahan yang dibuat dalam belajar B2 disebabkan karena adanya perbedaan antara B1 dan B2. Sedangkan kemudahan belajar B2 disebabkan oleh adanya kesamaan antara B1 dan B2. Pemelajar bahasa kedua sering melakukan transfer B1 ke dalam B2 dalam menyampaikan suatu gagasan. Transfer ini dapat terjadi pada semua tingkat kebahasaan mulai dari tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, maupun tata kata (leksikon). c) Hipotesis Krashen Berkenaan dengan proses pemerolehan bahasa, Stephen Krashen mengajukan sembilan buah hipotesis yang saling berkaitan, di antara lainnya yaitu : 1) Hipotesis Pemerolehan dan Belajar Dalam hipotesis ini penguasaan suatu bahasa perlu dibedakan adanya pemerolehan dan belajar. Pemerolehan adalah penguasaan suatu bahasa melalui cara bawah sadar atau alamiah dan terjadi tanpa kehendak yang terencana. Sedangkan belajar adalah usaha sadar untuk secara formal dan eksplisit menguasai bahasa yang dipelajari, terutama berkenaan dengan kaidah-kaidah bahasa. 2) Hipotesis Urutan Ilmiah Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam proses pemerolehan bahasa, kanakkanak memperoleh unsur-unsur bahasa menurut urutan tertentu yang dapat diprediksikan dan bersifat ilmiah. 3) Hipotesis Monitor 26
Hipotesis monitor menyatakan adanya hubungan antara proses sadar dalam pemerolehan bahasa. Proses sadar menghasilkan hasil belajar dan proses bawah sadar menghasilkan pemerolehan. Jadi ada hubungan yang erat antara hipotesis monitor ini dengan hipotesis pertama yakni hipotesis pemerolehan dan belajar.
4) Hipotesis Masukan Hipotesis ini menyatakan bahwa seseorang menguasai bahasa melalui masukan yang dapat dipahami yaitu dengan memusatkan perhatian pada pesan dan isi, dan bukannya pada bentuk. Kegiatan mendengarkan untuk memahami isi wacana sangat penting di hipotesis ini. 5) Hipotesis Afektif (Sikap) Hipotesis ini menyatakan bahwa orang dengan kepribadian dan motivasi tertentu dapat memperoleh bahasa kedua dengan lebih baik dibandingkan orang dengan kepribadian dan sikap yang lain. Dapat dikatakan bahwa seseorang dengan kepribadian yang hangat akan lebih berhasil mempelajari bahasa kedua dibandingkan orang dengan kepribadian yang agak tertutup. 6) Hipotesis Pembawaan (Bakat) Hipotesis ini menyatakan bahwa bakat bahasa mempunyai hubungan yang jelas dengan keberhasialn belajar bahasa kedua. Krashen menyatakan bahwa sikap secara langsung berhubungan dengan pemerolehan bahasa kedua, sedangkan bakat berhubungan dengan belajar. 7) Hipotesis Filter Afektif 27
Hipotesis ini menyatakan bahwa sebuah filter yang bersifat afektif dapat menahan masukan sehingga seseorang tidak atau kurang berhasil dalam usahanya untuk memperoleh bahasa kedua. Filter tersebut dapat berupa kepercayaan diri yang kurang, situasi yang menegangkan, sikap defensif, dan sebagainya. Filter afektif ini disebut sebagai mental block.
8) Hipotesis Bahasa Pertama Hipotesis ini menyatakan bahwa bahasa pertama anak akan digunakan untuk mengawali ucapan dalam bahasa kedua, selagi penguasaan bahasa kedua belum tampak. Apabila seorang anak pada tahap permulaan belajar bahsa kedua dipaksa berbicara dalam bahasa kedua, maka ia akan menggunakan kosa-kata dan aturan tata bahasa pertamanya. 9) Hipotesis Variasi Individual Pengguanaan Monitor Hipotesis ini berkaitan dengan hipotesis ketiga yakni hipotesis monitor menyatakan bahwa cara seseorang memonitor penggunaan bahasa yang dipelajari adalah bervariasi. Ada yang tidak peduli dengan aturan-aturan tata bahasa dalam menggunakan bahasanya, artinya orang seperti itu tidak pernah menggunakan monitornya. Ia tidak peduli kalimat yang digunakannya benar atau salah, yang penting ia dapat mengungkapkan idenya dalam bahasa yang dipelajari.Model orang seperti inilah yang umumnya lebih cepat dalam belajar bahasa. d) Hipotesis Bahasa-Antara
28
Bahasa antara adalah bahasa atau ujaran yang digunakan seseorang yang sedang belajar bahasa kedua pada satu tahap tertentu, sewaktu ia belum dapat menguasai dengan baik dan sempurna bahasa kedua itu. Bahasa antara ini memiliki ciri khas dan karakteristik tersendiri yang tidak sama dengan bahasa pertama dan ciri bahasa kedua. Bahasa antara merupakan produk dari strategi seseorang dalam belajar bahasa kedua.
e) Hipotesis Pijinisasi Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam proses belajar bahasa kedua, selain terbentuk bahasa antara terbentuk juga yang disebut bahasa pijin (pidgin), yakni sejenis bahasa yang digunakan oleh satu kelompok masyarakat dalam wilayah tertentu yang berada di dalam dua bahasa tertentu. Bahasa pijin ini digunakan untuk keperluan singkat dalam masyarakat yang masing-masing memiliki bahasa sendiri. Jadi, bisa dikatakan bahasa pijin ini tidak memiliki penutur asli (Chaer dan Agustina, 1995).
2.9
Teori Analisis Kesalahan Berbahasa
Dalam mempelajari bahasa kedua, sering terjadi banyak penyimpangan oleh pemelajar bahasa. Kemudian penyimpangan ini dianalisis, baik yang berhubungan dengan penyebabnya, daerah linguistik mana yang menyimpang dan sifat penyimpangan. Menurut Ruru dalam Pateda (1990:107) analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pemelajar yang sedang belajar bahasa asing atau 29
bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik. Melalui
analisis
kesalahan
berbahasa
diharapkan
dapat
menemukan,
mengklasifikasikan kesalahan berbahasa yang dibuat oleh pemelajar bahasa yaitu latar belakang, sebab kesalahan dan ragam kesalahan. Tujuan dari analisis kesalahan berbahasa tidak hanya meningkatkan keberhasilan pembelajaran dan pengajaran berbahasa namun juga diutamakan meminimalkan kesalahan serta melakukan perbaikan pada kesalahan pemelajar. Berkaitan dengan proses pengajaran bahasa, Brown (2008:283) mengemukakan ada dua macam kesalahan yang dilakukan oleh pemelajar bahasa, antara lain: 1.
Mistake atau kekeliruan adalah apa yang oleh para peneliti sebut sebagai kesalahan performa yakni pemelajar mengetahui sistemnya tetapi gagal menggunakannya.
2. Error atau kesalahan adalah hasil dari kompetensi sitematik seseorang yakni sistem pembelajar yang tidak tepat. Perbedaan mistake (kekeliruan) dan error (kesalahan) menurut James dalam Brown (2008:283) yaitu sebuah kesalahan tidak bisa dikoreksi sendiri sedangkan kekeliruan bisa dikoreksi sendiri jika penyimpangan ditunjukkan kepada penutur. Tetapi kapasitas pemelajar untuk mengoreksi diri hanya bisa diamati secara objektif. Menurut para pakar bahasa, sebagian besar kesalahan yang dibuat pemelajar bisa dikaitkan dengan bahasa ibu, dan para pemelajar dari latar belakang bahasa berbeda cenderung membuat kesalahan yang sama dalam mempelajari satu bahasa sasaran.
30
Kesalahan-manifestasi eksplisit sistem pemelajar-muncul dari beberapa kemungkinan sumber umum yakni kesalahan interlingual karena interfensi dari bahasa asal, kesalahan intralingual dalam bahasa sasaran, konteks sosiolinguistik komunikasi, strategi psikolinguistik atau kognitif, dan tentunya tak terbilang variabel afektif. Sumber utama dari penyebab kesalahan bahasa yang dilakukan pemelajar terutama pemelajar yang sedang mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua menurut Brown dan Jack Richard (1997:138-139) yaitu:
a. Transfer Interlingual Kesalahan karena transfer interlingual disebabkan karena pengaruh atau penggunaan unsur atau kaidah bahasa ibu pada bahasa target. Pengaruh bahasa ibu pada bahasa target yang sedang dipelajari merupakan hal yang sering terjadi pada tahap pemulaan pembelajaran bahasa target atau bahasa kedua. b. Transfer Intralingual Kesalahan yang disebabkan oleh transfer intralingual adalah kesalahan yang sedang terjadi dalam bahasa target itu sendiri (bukan pengaruh dari bahasa lain). Kesalahan seperti ini biasanya berupa: 1) Generalisasi berlebih Generalisasi berlebih meliputi fakta dan kebiasaan dari pemelajar bahasa membentuk bentuk-bentuk yang sama yang ia ketahui dalam bahasa yang sedang dipelajarinya. Pemelajar bahasa menyamaratakan semua kaidah dalam bahasa tersebut. 2) Ketidaktahuan akan batas-batas aturan suatu bahasa 31
Merupakan penerapan suatu aturan bahasa ke bagian lain yang tidak menggunakan aturan tersebut. Jenis kesalahan ini hampir sama dengan yang pertama karena masih tergolong dalam tindakan generalisasi. Perbedaannya adalah yang kedua bertolak dari ketidaktahuan, sedangkan yang pertama disebabkan perasaan serba tahu menempatkan sesuatu. 3) Penerapan kaidah secara tidak lengkap Jika suatu saat pemelajar menerapkan kaidah secara berlebihan, pada saat yang lain pemelajar cenderung tidak lengkap menerapkan kaidah. Hal ini mungkin disebabkan sikap menghindarkan beban linguistik yang terlalu besar. 2.10 Peristiwa Lupa dalam Belajar Dari pengalaman sehari-hari sering kali apa yang telah dipelajari dengan tekun sukar diingat kembali dan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang ditekuni sepintas dengan mudah melekat dalam ingatan. Menurut Syah (2009:170) mengenai pengertian lupa Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.
atau
Masih menurut Syah (2009:170-173) ada berbagai faktor penyebab lupa di antaranya 1. Lupa yang terjadi karena gangguan konflik antara lain a. Gangguan proaktif, dimana materi pelajaran lama yang telah tersimpan mengganggu masuknya materi pelajaran baru. b. Gangguan retroaktif, dimana materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan untuk mengingat materi pelajaran lama.
32
2. Lupa yang terjadi karena adanya tekanan terhadap item yang ada, baik secara di sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan yaitu a. Karena item infomasi (beberapa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga kealam ketidaksadaran; b. Karena item infomasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif; c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan. 3. Lupa yang terjadi karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). 4. Lupa yang terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. 5. Lupa yang terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan pemelajar. 6. Lupa yang terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Meskipun penyebab lupa ada beraneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan adalah faktor gangguan proaktif dan retreoaktif.
33