BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Manajemen Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan pada awalnya tidak dianggap sebagai aktivitas yang penting dan perlu di manage karena hal tersebut berjalan seiring dengan dijalankannya operasi dalam perusahaan. Pemeliharaan didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk menjaga agar fasilitas tetap berada pada kondisi yang sama pada saat pemasangan awal sehingga dapat terus bekerja sesuai dengan kapasitas produksinya (Mann, 1976). Manajemen perawatan secara umum merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, organisasi dan kepegawaian, implementasi program dan metode kontrol kegiatan perawatan. Kegiatan tersebut bertujuan mengoptimalkan kinerja perawatan dengan meningkatkan keandalan dan ketersediaan (availability) dari suatu sistem atau peralatan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengaturan tenaga kerja, pengawasan dan evaluasi yang baik. Pemeliharaan juga dilakukan untuk menjaga peralatan agar tetap dalam kondisi yang dapat diterima oleh penggunanya (Corder, 1976).
2.2
Konsep Dasar Maintenance Scorecard Maintenance scorecard diperkenalkan sebagai sebuah pendekatan yang komprehensif untuk membangun dan mengimplementasikan strategi dalam area manajemen aset (Mather, 2006). Maintenance scorecard memberikan informasi kepada pekerja tentang faktor yang mendorong keberhasilan saat ini dan yang akan datang. Sebagai sebuah metodologi yang berdasarkan pengukuran kinerja, maintenance scorecard dibangun dalam penggunaan indikator manajemen yang dikenal sebagai key performance indicator (KPI) untuk menuju ke pengembangan dan implementasi strategi (Septiani, 2012). Maintenance scorecard merupakan suatu tool yang di desain untuk membantu praktisi maintenance, owner, dan manajer untuk membuat dan mengimplementasikan strategi dalam pengelolaan aset-aset perusahaan. Maintenance scorecard juga digunakan untuk mengukur performa dalam manajemen aset tentang apa yang dilakukan, bagaimana kinerja saat ini, dan bagaimana setiap tindakan dilakukan sesuai dengan tujuan perusahaan. Maintenance Scorecard diaplikasikan melalui suatu hirarki tujuan atau pendekatan yang terstruktur. Pendekatan yang terstruktur ini terdiri dari rantai tujuan melalui tiga level yang fundamental yaitu corporate, strategic, dan functional, yang mana hal ini dapat dilihat pada gambar gambar berikut.
Gambar 2.1 Hierarki Tujuan MSC
4
5 2.2.1
Competitive Advantages Pada Corporate Level Sebagaimana telah diuraikan, maintenance scorecard diaplikasikan melalui pendekatan yang terstruktur dengan tiga tingkatan. Tingkatan pertama dalam pendefinisian hierarki ini dilakukan pada level corporate atau eksekutif dari manajemen. Hal ini dilakukan dengan mendefinisikan competitive advantages atau corporate objectives dari manajemen aset. Definisi competitive advantages dalam konteks maintenance scorecard adalah suatu set kemampuan yang unik dan sulit untuk diduplikasikan, kompetensi dan kapasitas dalam perusahaan yang memberikan kemampuan untuk bersaing dalam bidang yang dihadapi. Corporate goal dan corporate objective harus dihubungkan dengan competitive advantages yang ingin dicapai dalam organisasi tersebut. Competitive advantages dapat berada dalam berbagai area yaitu: produktifitas, penyimpanan akan pengetahuan, peningkatan skill karyawan, pengurangan resiko, peningkatan pelayanan, dan area lain dimana perusahaan beroperasi. Corporate goal sebuah perusahaan dapat ditentukan berdasarkan pada competitive advantages yang ingin dicapai.
2.2.1.1 Productivity Perspective Berikut adalah contoh pendekatan dari perspektif produktifitas : 1. Bagaimana kita dapat meningkatan waktu produktif dari mesin-mesin yang ada dengan mengurangi repair time. 2. Bagaimana kita dapat meningkatkan kapasitas produksi melalui mesinmesin yang dapat diandalkan. 3. Bagaimana kita dapat meningkatkan waktu produktif melalui pengurangan waktu administratif. 2.2.1.2 Cost Effectiveness Perspective Sebagai sebuah faktor utama dari pengeluaran operasional perusahaan, area ini sering kali menarik perhatian ketika profit marjin perlu ditingkatkan atau ketika keseluruhan direct cost perlu diturunkan. Ada tiga hal potensial dalam hal ini: 1. Pengurangan direct cost melalui pengurangan kegiatan maintenance. 2. Isolated measures dan cost saving activities. 3. Mengurangi direct cost maintenance melalui pengurangan pengeluaran. 2.2.1.3 Safety Perspective Peningkatan accessability dan responsibility adalah kunci penggerak dalam perspektif ini. Perhatian pada accessability dalam insiden kecelakaan pada tempat kerja terus meningkat setiap tahunnya. Kewajiban moral untuk menjamin bahwa penurunan resiko pada insiden keselamatan sebisa mungkin dapat dilaksanakan. Terdapat juga beberapa keuntungan ekonomis yang dapat diperoleh dari program safety manajemen yang efektif diantaranya adalah : 1. Pengurangan insiden kecelakaan akan meningkatkan produktifitas karyawan dan penurunan pengeluaran akibat kecelakaan yang dialami oleh pekerja. 2. Pengurangan premi asuransi. 3. Peningkatan moral karyawan yang mengarah pada pengurangan waktu untuk cuti akibat sakit dan peningkatan aksi atau kegiatan yang proaktif.
6 Untuk memperoleh keuntungan yang kompetitif dari perspektif ini, diperlukan perhatian khusus pada dua area dibawah ini: 4. Perusahaan harus mengerti bagaimana meminimumkan resiko dari kejadian kecelakaan pada level yang dapat ditoleransi. 5. Harus fokus pada bagaimana memaksimalkan sinergi antara area ini dengan perspektif lainnya. Dengan demikian akan menjadi sumber peningkatan dalam bidang ekonomi. 2.2.1.4 Environment Perspective Pada akhir tahun 1980-an, berusaha untuk tidak melakukan kerusakan alam menjadi hal khusus bagi semua orang. Pada masa tersebut kita semakin sadar akan efek dari rumah kaca, fenomena dari perubahan iklim, dan hal-hal mengenai lingkungan lainnya. Hal tersebut menghasilkan beberapa persetujuan internasional, perundang-undangan seluruh dunia dan besarnya fokus media akan kejadian yang menyangkut lingkungan. Dalam hal ini perusahaan yang melakukan tindakan perusakan alam akan dikenai hukuman yang berlaku. Pada beberapa negara isu tentang lingkungan merupakan hal yang lebih tinggi dibandingkan dengan isu ekonomi dan sosial. Hal ini bukan hanya mengarahkan perusahaan pada penurunan kejadian yang membahayakan lingkungan, tetapi dapat juga diaplikasikan pada cara bagaimana mereka mengoperasikan aset mereka. 2.2.1.5 Quality Perspective Kualitas dari suatu produk secara umum tergantung dari tercapai atau terlampauinya syarat yang diinginkan pasar, dan hal tersebut dilakukan secara konsisten. Kualitas dapat juga menyatakan tingkat dari kecakapan kerja. Human Error sering menjadi faktor utama yang menjadi penyebab kecelakaan dalam industri. Kemampuan untuk menurunkan tingkat kesalahan yang disebabkan oleh manusia dalam proses produksi dapat dijadikan suatu keuntungan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan otomatisasi sebagai usaha untuk mengurangi tingkat kesalahan manusia. Bagaimanapun keputusan seperti ini perlu dilakukan ketika ditemukan adanya area kegagalan dalam prosesnya. 2.2.1.6 Learning Perspective Area ini merupakan yang paling penting bagi manajemen aset. Ini adalah area dimana otomatisasi berskala besar dari penggantian tenaga mekanik tidak mungkin dari sudut pandang teknologi. Walaupun otomatisasi sering kali mengurangi jumlah orang yang dibutuhkan, tetap saja dibutuhkan tenaga untuk mengelola peralatan yang ada. Hal tersebut menunjukan bahwa kita akan bergantung dengan ahli dan akusisi dari maintenance. Karena peralatan yang ada semakin kompleks dan tingkat skill juga akan mengalami banyak perubahan. Bagaimanapun dengan menyediakan tenaga kerja dengan teknologi yang baik tidak cukup dalam menunjang segala aspek terkait dengan maintenance. Untuk itu usaha untuk meningkatkan keterampilan perlu dilakukan untuk melakukan kemajuan dan inovasi terkait dengan permasalahan yang akan dihadapin nanti.
7 2.3
Analytic Network Process (ANP) Analytic Network Process (ANP) adalah generalisasi dari Analytic Hierarchy Process (AHP), dengan mempertimbangkan ketergantungan antara elemen-elemen hirarki. Banyak masalah keputusan tidak bisa terstruktur secara hierarki karena mereka melibatkan interaksi dan ketergantungan elemen-elemen dari level tertinggi di hierarki dalam elemen yang berada di level terendah (Saaty, 2008). Dengan kata lain, Analytic Network Process sama dengan Analytic Hierarchy Process tetapi dengan cara penyelesaian yang berbeda. Pada kasus ini, ANP digunakan untuk mengukur bobot prioritas key performance indicator. Langkah pertama adalah menghitung matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antar perspektif, dengan cara mengurutkan perspektif mana yang diprioritaskan sampai yang tidak diprioritaskan.
Perspective Productivity Cost Effectiveness Safety Quality Environmental Learning Jumlah
Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan Cost Productivity Safety Quality Environmental Learning Effectiveness 1 2 3 4 5 6 0,500
1
2
3
4
5
0,333 0,25 0,2 0,167 2,45
0,5 0,333 0,25 0,2 4,283
1 0,5 0,333 0,25 7,083
2 1 0,5 0,333 10,833
3 2 1 0,5 15,5
4 3 2 1 21
Sumber: Kosasih, 2011
Setelah matriks perbandingan berpasangan dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan matriks normalisasi antar perspektif.
Perspective Productivity Quality Cost Effectiveness Safety Environment Learning
Productivi ty 0,408 0,204
Tabel 2.2 Matriks Normalisasi Antar Perspektif Cost Quality Safety Environment Effectiveness 0,467 0,424 0,369 0,323 0,233 0,282 0,277 0,258
0,136 0,102 0,082 0,068
0,117 0,078 0,058 0,047
0,141 0,071 0,047 0,035
0,185 0,092 0,046 0,031
0,194 0,129 0,065 0,032
Learning
Eigen
0,286 0,238
0,379 0,249
0,190 0,143 0,095 0,048
0,160 0,102 0,065 0,043
Sumber: Kosasih, 2011
2.4
Super Decision Super Decision adalah suatu perangkat lunak yang digunakan untuk mengimplementasikan metode Analytic Network Process (ANP) (superdecisions.com). Pada metode maintenance scorecard, Super Decision digunakan untuk menentukan pembobotan Key Performance Indicator. Versi yang digunakan adalah Super Decision 2.2.6
8 2.5
SmartPLS SmartPLS adalah suatu perangkat lunak yang digunakan untuk pemodelan jalur dengan variabel laten (LVP). SmartPLS banyak digunakan untuk menganalisis SEM berbasis komponen (http://www.smartpls.de/forum/). Keunggulan metode ini adalah tidak memerlukan asumsi dan dapat diestimasi dengan jumlah sampel yang relatif kecil. Alat bantu yang digunakan berupa program SmartPLS Versi 2 yang dirancang khusus untuk mengestimasi persamaan struktural dengan basis variance. Dibandingkan SEM dengan pendekatan covariance based yang sudah banyak digunakan seperti LISREL, AMOS, EQS, COSAN, dan EZPATH, terdapat dua hal penting dari PLS yang menggunakan pendekatan variance based, yaitu memiliki kemampuan menghindari dua masalah serius, yaitu (Wiyono, 2011): 1. Inadmissible Solution Yaitu solusi yang tidak dapat diterima, dalam hal ini, PLS berbasis variance tidak akan pernah terjadi masalah matriks singularity. Selain itu, karena PLS bekerja pada model strukturan yang bersifat rekursif, maka masalah yang bersifat unidentified, under-identified, atau overidentified juga tidak akan terjadi. 2. Factor Indeterminacy Yaitu faktor yang tidak dapat ditentukan, artinya jika terjadi adanya lebih dari satu faktor yang terdapat dalam sekumpulan indikator sebuah variabel, khusus indikator yang bersifat formatif tidak memerlukan common factor, sehingga selalu diperoleh variabel laten yang bersifat komposit. Tabel 2.3 Perbedaan Variance Based dan Covariance Based Aspek
Variance Based
Hubungan
Kuat, lemah, dan eksploratif Linier
Model Struktural
Rekursif
Landasan Teori
Covariance Based Kuat Linier Rekursif dan Respirokal
Asumsi Distribusi
Tidak diperlukan pendekatan resampling dengan bootstraping
Normal atau; tidak diperlukan; pendekatan resampling dengan bootsraping
Model Pengukuran
Reflektif; Formatif
Reflektif
Ukuran Sampel
Minimal 30
Direkomendasikan minimal 100-200
9 Tabel 2.3 Perbedaan Variance Based dan Covariance Based (Lanjutan) Covariance Aspek Variance Based Based Jika model tidak fit, dapat dilakukan Tidak diperlukan Modifikasi modifikasi, pendekatan resampling Model dengan dengan bootstraping penuntun indeks modifikasi
Goodness of Fit
Q-Square predictive relevance, prinsipnya sama dengan R2
RMSEA, Chisquare/DF, dan lain-lain (terdapat 26 jenis GOF)
Pengujian Model
Theory Triming, membuang jalur yang non signifikan
Theory Triming, membuang jalur yang non signifikan
Output
Pengukuran model dan uji model struktural
Dasar Penggunaan
Model Prediktif
Pengukuran model dan uji model struktural Pengujian Model
(Sumber: Wiyono, 2011)
Dalam SmartPLS, ukuran refleksif individual dikatakan valid apabila memiliki nilai loading (λ) dengan variabel yang ingin diukur ≥ 0.5. Jika salah satu nilai indikator memiliki nilai loading (λ) < 0.5 maka indikator tersebut harus dibuang karena akan menandakan bahwa indikator tersebut tidak cukup baik untuk mengukur variabel secara tepat (Hidayat, 2012). 2.6
Ishikawa Chart (Fishbone) Merupakan salah satu tool yang efektif untuk mengidentifikasi penyebab yang dapat menyebabkan masalah dengan tulang utama (main bone) yang menggambarkan masalah utama dimana tersambung dengan tulang-tulang lainnya yang menggambarkan penyebab masalah tersebut. Ishikawa Chart juga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengalokasikan resources untuk menyelesaikan masalah (Bilsel & Lin, 2012).
10
Gambar 2.2 Ishikawa Chart
2.7
Key Performance Indicator (KPI) KPI didefinisikan sebagai ukuran utama yang akan memberikan gambaran tentang performa dari suatu aset, sistem, departemen, cabang atau perusahaan dalam sebuah area performa tertentu (Mather, 2006). KPI juga akan memberikan gambaran dari performa secara keseluruhan dalam area yang lebih spesifik. Pemilihan pengukuran yang tepat merupakan hal penting dalam meningkatkan efektivitas. KPI harus dibangun dalam sebuah sistem pengukuran kinerja sehingga individu dan kelompok dapat memahami bagaimana perilaku serta aktivitas mereka dapat memenuhi tujuan perusahaan secara keseluruhan. Sebuah pengukuran tanpa target adalah tidak berarti, perhatikan laporan-laporan kinerja, peta, tabel dan grafik yang dihasilkan dalam organisasi. Apakah orang-orang dalam organisasi memahami secara baik level target dari kinerja. Pada kenyataannya hanya sedikit yang memahaminya untuk beberapa alasan, banyak organisasi yang mengasumsikan bahwa setiap orang mengetahui target dari kinerja yang telah di tetapkan dan oleh karena itu terdapat kinerja yang baik dan kinerja yang buruk. Pada kenyataannya apa yang kemudian terjadi adalah kinerja rata-rata sekarang merupakan representasi dari level target kinerja yang tidak resmi dan sebagai hasil bukan dilihat sebagai perbaikan kinerja. Sebuah sistem kontrol yang efektif terdiri dari empat elemen kunci yaitu : 1. Target atau poin referensi. 2. Sistem pengukuran untuk mengukur output aktual.s 3. Alat pembanding antara aktual dengan target. 4. Metodologi untuk penyesuaian input sehingga output yang diinginkan akan dicapai
2.8
Skala Likert Merupakan teknik self report bagi pengukuran sikap dimana subjek diminta untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap masing-masing pernyataan. Skala Likert adalah salah satu teknik pengukuran sikap yang paling sering digunakan dalam riset
11 pemasaran. Dalam pembuatan skala Likert, peneliti membuat beberapa pernyataan yang berhubungan dengan suatu isu atau objek, lalu subjek atau responden diminta untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap masing-masing pernyataan. Berikut langkah-langkah dalam menggunakan skala Likert (Priyono, 2008) : 1. Mendefinisikan fokus permasalahan. 2. Memilih items yang akan di rating. 3. Me-ratting item tersebut. 4. Memilih items yang akan di ratting di final. 5. Mengimplementasikan skala likert. 2.9
Analisa SWOT Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah STRENGTH atau Kekuatan, W adalah WEAKNESS atau Kelemahan, O adalah OPPORTUNITY atau Kesempatan, dan T adalah THREAT atau Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja.
2.10
Kuesioner Kuesioner adalah perangkat survei dalam mendapatkan suatu data yang dibutuhkan (Jogiyanto, 2013). Item-item kuesioner dibangun untuk membentuk suatu konstruk. Konstruk disebut juga dengan nama variabel laten yaitu variabel yang belum dapat diukur secara langsung. Kuesioner berisi dengan banyak item yang dijadikan sebagai pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Kumpulan dari beberapa item pertanyaan membentuk suatu konstruk. Apabila masih berupa konstruk yang belum dapat diukur secara langsung, maka konstruk tersebut harus didefinisikan secara naratif terlebih dahulu. Definisi naratif dari suatu konstruk adalah sebuah konsep. Untuk dapat didefinisikan secara operasional, maka konstruk ini harus diuraikan untuk menjadi sebuah dimensi-dimensi dan elemen-elemen data yang dapat diukur. Pengukuran dalam kuesioner yaitu pemberian nilai properti dari suatu objek. Oleh karena itu terlihat bahwa yang diukur adalah properti dari suatu objek. Objek merupakan suatu entitas yang akan diteliti. Objek dapat berupa perusahaan, manusia, karyawan, dan lainnya. Properti adalah karakteristik dari suatu objek dimana properti dapat berupa properti fisik, properti psikologi, dan properti sosial. Dimensi dari suatu konstruk adalah bagian bagian dari properti yang menunjukan karakteristik-karakteristik utama dari properti konstruk tersebut. Dimensi ini masih belum dapat dilakukan pengukuran sehingga perlu dibagi lagi menjadi sebuah elemen-elemen. Elemen-elemen merupakan perilaku yang dapat di observasi dan diukur suatu konstruk atau dimensi.
2.11
Kepemimpinan, Kinerja, Inovasi, dan Pembelajaran dalam Organisasi Kepemimpinan adalah aktivitas yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar mencapai tujuan dalam sebuah organisasi (Mondiani,
12 2012). Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh faktor kepemimpinan (Thoha, 2004). Berikut adalah beberapa karakteristik penting kepemimpinan dalam sektor publik atau pemerintahan (Sari, 2010): 1. Membangun kesatuan tujuan melalui cara berbagai visi, yaitu dengan melakukan penegasan hal-hal yang akan menjadi tanggung jawab seorang pemimpin, sehingga diharapkan nantinya tidak berkembang suatu pemikiran yang buruk dengan pola pola pengambilan manfaat pribadi. 2. Melakukan klarifikasi arahan berupa langkah-langkah strategis yang diturunkan melalui visi dan pola-pola aksi yang terukur. 3. Melakukan pergeseran dari pendekatan transaksi menjadi sebuah transformasi, untuk menghindari fokus yang sempit dan hanya berorientasi transaksi individual. Pergeseran dari transaksi menjadi transformasi dapat terjadi apabila aparat memahami bahwa tugas sehari-hari mereka merupakan bagian dari tujuan organisasi; mampu menghubungkan antara program operasional, proyek dan isu secara jelas; serta paham atas kebutuhan akan berbagai inovasi untuk berbagai solusi; mampu berkolaborasi, koordinasi, dan mendukung tim kerja sehari-hari secara terus menerus meningkatkan proses kerja. Dalam berbagai jenis industri, persaingan selalu ada untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, ditambah dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan baru. Selain meningkatnya pertumbuhan industri secara signifikan, berbagai macam perubahan juga terjadi di berbagai macam industri. Industri kelistrikan dewasa ini dihadapkan dengan regulasi dan perubahan secara teknologi yang menyebabkan transformasi yang sporadis dalam proposisi nilai dan proses inovasi dalam suatu perusahaan. Meskipun fakta membuktikan bahwa 70% dari nilai tambah bruto bisa dikaitkan dengan sektor pelayanan, tetapi masih ada kebutuhan untuk penelitian di suatu area untuk mengantarkan proses pengembangan di sektor pelayanan. Sistem pelayanan adalah salah satu kemungkinan untuk bersaing di pasar dunia. Industri yang butuh inovasi tinggi dalam sektor pelayanan adalah industri kelistrikan. Karena kenyataan bahwa listrik tidak dapat disimpan dengan mudah dan biaya yang efektif tanpa kerugian lebih besar sebagai barang fisik lainnya, industri kelistrikan mempunyai konstelasi yang menciptakan nilai secara bersama (Domigall, 2013). Kelembagaan, teknologi, dan perubahan yang kompetitif mengemukakan ancaman untuk membangun cara dalam mengelola dan mengatur berbagai proses dan aktivitas dalam sektor industri listrik. Tantangan-tantangan ini membutuhkan kemampuan untuk melakukan inovasi dalam struktur organisasi, strategi dalam manajemen human resource, dan kompetensi kepemimpinan untuk tetap di garis terdepan di proses yang kompleks dan inovasi produk di wilayah yang berbeda (Solari, 2014). Kinerja adalah pencapaian tujuan suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu untuk mencapai tujuan perusahaan yang diukur dengan standar. Ini berarti bahwa pekerjaan dicapai dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepada seseorang atau organisasi.
13 Karya ini diperoleh ketika merencanakan dan tugas yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pemantauan. Jika hasilnya menunjukkan kepatuhan dengan rencana bahkan melebihi rencana, ini menunjukkan prestasi manajemen dalam menciptakan dan meningkatkan nilai pemegang saham. Dalam hal ini, nilai didefinisikan sebagai kekayaan pemegang saham melalui apresiasi harga saham dan dividen. Performance perusahaan adalah hasil dari kegiatan manajemen. Parameter yang digunakan untuk menilai performance suatu perusahaan didasarkan pada pendekatan di mana informasi keuangan yang diambil dari laporan keuangan atau laporan keuangan lainnya. Hal ini didasarkan pada data yang disiapkan untuk luar, laporan keuangan yang diaudit. Berkenaan dengan pengukuran kinerja, performance didasarkan pada performance pasar. Namun, beberapa mengandung beberapa kelemahan seperti jumlah kejadian yang tidak terkontrol. Ketidakpastian dapat menyebabkan risiko harga pasar sebagai komponen yang tidak terkendali, tetapi juga memberikan umpan balik pada kualitas manajemen dan upaya yang digunakan.