BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Menulis 2.1.1
Pengertian Menulis Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa.
Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh seseorang secara berurutan. Keterampilan tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di antara keempat keterampilan berbahasa tersebut, menulis merupakan keterampilan tertinggi yang dimiliki oleh seseorang. Supani (1990:2) mengungkapkan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang menuntut seseorang menghasilkan sesuatu (karangan) sebagai ukuran pikiran, perasaan, dan kemampuan dalam bahasa tulis. Namun, tidak semua orang mempunyai motivasi untuk menulis. Sebagian orang beranggapan bahwa menulis adalah kegiatan bagi orang yang mempunyai bakat dan keahlian dalam menulis. Menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dengan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada
9
10
pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca. Seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya. Kegiatan menulis sangat penting dalam pendidikan karena dapat membantu siswa berlatih dalam berpikir, mengungkapkan gagasan, dan memecahkan masalah. Menulis adalah suatu bentuk berpikir, yang juga merupakan alat untuk membuat orang lain (pembaca) untuk berpikir. Dengan menulis, seseorang siswa mampu membangun berbagai ilmu atau pengetahuan yang dimiliki dalam sebuah tulisan, baik dalam bentuk esai, artikel, laporan ilmiah, cerpen, puisi, dan sebagainya. Menurut Rusyana (1988:191) menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21). Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu kepada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang
tersebutlah
pembaca
dapat
memahami
apa
yang
digunakan
untuk
dikomunikasikan penulis. Menulis
merupakan
kegiatan
produktif
yang
menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan tersebut berupa isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Menurut
11
Akhadiyat (1997:8) menulis tersebut mengandung unsur komuniksai, proses berpikir, tulisan sebagai mediumnya dan merupakan penyampain gagasan penulis kepada khalayak. Menulis
merupakan
suatu
kegiatan
penyampaian
pesan
dengan
menggunakan tulisan sebagai mediumnya (Akhdiah, 1997:1.3). Karena itu menulis itu sulit oleh sebab itu, kegiatan menulis perlu mendapat bimbingan dari guru. Menurut Widyamartaya (1990:9) pengetahuan dan keterampilan menulis dapat dibagi menjadi tiga.
Pertama, subtansi bahan yang berupa ide,
pengorganiosasian dan bahasa, kedua, strategi penyampaian ide, ketiga gaya yang di antaranya adalah ejaan, pilihan kata, pilihan kata, hubungan kata, susunan kalimat, susunan paragraf, hubungan paragraf. Tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Dan, melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis. Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Di samping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya. Misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, motivasi yang kuat, dan lain-lain. Paling tidak menurut Harris (1977:68) seorang penulis harus menguasai lima komponen tulisan, yaitu: isi (materi) tulisan, organisasi tulisan, kebahasaan (kaidah bahas tulis), gaya penulisan, dan mekanisme tulisan.
12
Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis. Mengacu kepada pemikiran di atas, jelaslah bahwa menulis bukan hanya sekedar menuliskan apa yang diucapkan (membahasatuliskan bahasa lisan), tetapi merupakan suatu kegiatan yang terorganisir sedemikian rupa sehingga terjadi suatu tindak komunikasi (antara penulis dengan pembaca). Bila apa yang dimaksudkan oleh penulis sama dengan yang diamaksudkan oleh pembaca, maka seseorang dapat dikatakan telah terampil menulis. Keterampilan menulis yang dimiliki oleh seseorang tidak datang begitu saja secara otomatis, tetapi seperti keterampilan lain yang harus dipelajari dan diasah terus menerus. Semua itu dimulai dari latihan secara kontinyu dan penuh ketekunan. Uraian di atas menunjukkan bahwa, keterampilan menulis itu merupakan suatu proses pembelajaran melalui banyak latihan. Untuk mampu memiliki keterampilan menulis tidak cukup dengan mempelajari pengetahuan tentang tata bahasa dan paham tentang teori menulis, ataupun hanya melafalkan definisi istilah-istilah yang terdapat dalam bidang karang mengarang, tetapi di perlukan prose berlatih secara terus menerus dan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa tidak sekedar dibekali dengan kemampuan memakai dan menggunakan kalimat semata, tetapi memakai dan menggunakan
kalimat
dalam
berbagai
konteks
komunikasi
berbahasa.
Pembelajaran terhadap keterampilan ini tidak bisa hanya melalui uraian/ penjelasan guru saja, namun harus melalui latihan dan praktik secara teratur. Di
13
sisi lain siswa mendapat bimbingan yang sistematis setahap demi setahap sehingga siswa mengerti betul apa yang seharusnya dilakukan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap kemampuan dan keterampilan berbahasa di sekolah hendaknya dilakukan secara terprogram dan berorientasi pada pengembangan dan peningkatan kompetensi siswa. Mengingat semua jenis dan jenjang pendidikan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar (Undang-Undang No.20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) maka, penguasaan keterampilan bahasa Indonesia menjadi kunci keberhasilan pendidikan Indonesia. 2.1.2
Fungsi dan Manfaat Menulis Bagi sebagian orang, menulis dianggap membosankan. Buang waktu
hanya untuk sebuah tulisan yang belum tentu dibaca, disukai atau dinikmati orang lain. Pendapat serperti itu dianggap syah karena tiap orang punya kepentingan dan keinginan yang berbeda dengan kegiatan menulis. Bagi yang telanjur menganggap menulis itu tidak penting, luangkanlah sedikit waktu untuk sekedar merenung: apa arti tulisan dan mengapa orang mau menulis bahkan bisa menulis. Alasannya pasti beragam, mulai dari sekedar hobi, mengembangkan bakat, kepuasan mengekspresikan pikiran dan perasaan, tuntutan pekerjaan dan yang paling “menjual” bisa mempengaruhi dan mengubah pikiran orang lain atau menginspirasi orang lain. Apa sebenarnya yang menarik dari kegiatan menulis? Menulis ternyata memiliki banyak keunikan dan manfaat. Keunikan menulis akan dirasakan ketika kita menikmati kegiatan itu. Keunikan dari kegiatan menulis bisa tercermin lewat kepuasan batin bahkan memberikan
14
pengaruh bagi pola hidup si penulis. Secara aktivitas, menulis memang membutuhkan waktu yang kadang-kadang tak sedikit. Bisa berjam-jam, berharihari bahkan berbulan-bulan. Apalagi jika tulisan yang dibuat bersifat riset ilmiah atau sebuah discovery, waktu yang dibutuhkan bisa bertahun-tahun. Namun, proses itu akan terasa begitu berharga ketika hasil itu diapresiasi dan memberi banyak manfaat. Sebuah kepuasan yang tidak terbeli dengan nilai material. Kepuasan batin ini akan memberikan pengaruh positif terhadap kondisi mental si penulis. Misalnya, bisa memotivasi kreativitas dan rasa percaya dirinya untuk menghasilkan tulisan yang lebih baik. Menulis dapat menjadi tempat menyalurkan perasaan dan pendapat yang jika disimpan bisa berdampak negatif bagi tubuh dan pikiran secara fisik dan mental. Sebagaimana diungkapkan James Pennebaker, Ph.D, dan Janet Seager, Ph.D, dalam jurnal Clinical Psychology bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memberi kekuatan positif pada tubuh kita. Dengan memahami ini, maka menulis bisa menjadi kekuatan dan sebuah tulisan bisa menjadi kekuatan bagi penulis bahkan pembacanya. Manfaat lain dari menulis ialah kita bisa menghargai data dan waktu. Joel Saltzman dalam bukunya If You Can Speak You Can Write mengungkapkan bahwa menulis tidak berhenti pada langkah pertama. Artinya, menulis tidak cukup sekali dan sekali jadi, tetapi diperlukan upaya untuk menulis kembali.
15
Penyuntingan, revisi, dan penulisan kembali merupakan langkah penting untuk menyempurnakan hasil tulisan. Seorang penulis perlu memeriksa kembali tulisannya secara kritis dan objektif mengenai berbagai hal, khususnya dalam ketepatan pemilihan kata, contoh, dan ilustrasi, serta menghindari kesalahan dalan penyusunan kalimat. Ini menunjukkan bahwa waktu sangat berharga untuk dimanfaatkan bagi seorang penulis dan menulis membutuhkan waktu apalagi untuk menghasilkan tulisan yang memiliki kekuatan. Penghargaan atas waktu berpengaruh positif terhadap kestabilan dan kesehatan mental si penulis. Orang yang menghargai waktu merupakan orang yang mampu dan mau memanfaatkan waktu sesempit apa pun untuk kebermaknaan hidup, sehingga dengan sendirinya akan membangun mentalitas dan pola pikirnya. Jadi, menulis itu kegiatan yang sangat mengasyikan, terlepas dari ada tidaknya apresiasi atau opini orang lain atas tulisan kita. 2.1.3
Tujuan Menulis Tujuan menulis menurut Imron Rosidi dalam artikelnya “Pengertian dan
Fungsi Menulis” mengungkapkan bahwa seseorang yang melakukan kegiatan menulis tentunya memiliki tujuan. Tujuan seseorang menulis pun beragam. Ada yang hanya sekedar iseng, ada yang menulis untuk tugas, dan ada juga yang menulis untuk mendapatkan materi. Jika kita menjadi seorang penulis kita harus lebih mementingkan pembacanya, yaitu bagaimana caranya agar tulisan kita terbaca dan terpahami oleh para pembaca. Ingat, seorang penulis setidak-tidaknya memperhatikan tiga hal dalam tulisannya, yaitu: (1) unsur informatif, (2) unsur
16
pendidikan, dan (3) unsur hiburan. Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut diharapkan sebuah tulisan dapat digemari oleh pembacanya. Sebuah tulisan yang baik harus disesuaikan dengan berbagai situasi. Situasi yang dimaksud meliputi.
1) Tujuan menulis (perubahan yang diharapkan terjadi pada diri pembaca). 2) Keadaan dan tingkat kemampuan pembaca (kelompok usia, terpelajar/ tidak terpelajar, pebisnis atau bukan). 3) Keadaan yang terlibat dalam penulisan (waktu, tempat, kejadian atau peristiwa, masalah yang memerlukan pemecahan, dan sebagainya.
Tujuan menulis itu bermacam-macam bergantung pada ragam tulisan. Secara umum, tujuan menulis dapat dikategorikan sebagai berikut. 1)
Memberitahukan atau Menjelaskan Tulisan yang bertujuan memberitahukan atau menjelaskan sesuatu biasa
disebut dengan karangan eksposisi. Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha untuk menjelaskan sesuatu kepada pembaca dengan menunjukkan berbagai bukti-bukti konkret dengan tujuan untuk menambah pengetahuan pembaca. 2)
Meyakinkan atau Mendesak Tulisan yang bertujuan meyakinkan dan mendesak sesuatu biasa disebut
dengan karangan argumentatif.
17
Pernahkah Anda mendengar kalimat dalam sebuah diskusi kelas ‘Apa argumen Saudara?’ Arti argumen tersebut adalah alasan untuk meyakinkan seseorang. Alasan tersebut bisa berupa uraian, angka-angka, tabel, grafik, dan contoh-contoh. Dengan demikian tujuan tulisan ini adalah meyakinkan pembaca bahwa apa yang disampaikan penulis benar sehingga penulis berharap pembaca mau mengikuti pendapat penulis. 3)
Menceritakan Sesuatu Tulisan yang bertujuan untuk menceritakan suatu kejadian kepada
pembaca disebut dengan karangan narasi. Karangan narasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris (nyata) dan narasi sugestif (fiksi). Narasi ekspositoris misalnya sejarah, biografi, dan otobiografi, sedangkan narasi sugestif misalnya cerpen, novel, dan legenda. 4)
Mempengaruhi Pembaca Mungkin Anda pernah membaca janji-janji yang disampaikan oleh juru
kampanye pada surat kabar atau majalah. Atau mungkin, Anda pernah membaca sebuah iklan dalam surat kabar atau majalah. Apa yang disampaikan juru kampanye dan pemasang iklan itu bertujaun untuk mempengaruhi atau membujuk pembaca agar pembaca mengikuti kehendak penulis dengan menampilkan buktibukti yang sifatnya emosi (tidak nyata). 5)
Mengambarkan Sesuatu Penulis karangan deskripsi bertujuan agar pembaca seolah-olah ikut
merasa, melihat, meraba, dan menikmati objek yang dilukiskan penulis.
18
Dalam kenyataannya, pengungkapan suatu tujuan dalam sebuah tulisan tidak dapat secara ketat, melainkan sering bersinggungan dengan tujuan-tujuan yang lain. Akan tetapi, biasanya dapat diusahakan ada satu tujuan yang dominan dalam sebuah tulisan yang memberi nama keseluruhan tulisan atau karangan tersebut. Ditinjau dari sudut kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut. 1) Tujuan penugasan Pada umumnya para pelajar menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun karangan bebas. 2) Tujuan estetis Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan sebuah keindahan dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. Untuk itu, penulis pada umumnya memperhatikan benar pilihan kata atau diksi serta penggunaan gaya bahasa. Kemampuan penulis dalam mempermainkan kata sangat dibutuhkan dalam tulisan yang memiliki tujuan estetis. 3) Tujuan penerangan Surat kabar maupun majalah merupakan salah satu media yang berisi tulisan dengan tujuan penerangan. Tujuan utama penulis membuat tulisan adalah untuk memberi informasi kepada pembaca. 4) Tujuan pernyataan diri
19
Anda mungkin pernah membuat surat pernyataan untuk tidak melakukan pelanggaran lagi, atau mungkin menulis surat perjanjian. Apabila itu benar, berarti Anda menulis dengan tujuan untuk menegaskan tentang apa yang telah diperbuat. Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat pernyataan. 5) Tujuan kreatif Menulis sebenarnya selalu berhubungan dengan proses kreatif, terutama dalam menulis karya sastra, baik itu berbentuk puisi maupun prosa. Anda harus menggunakan daya imajinasi secara maksimal ketika mengembangkan tulisan, mulai dalam mengembangkan penokohan, melukiskan setting, maupun yang lain. 6) Tujuan Konsumtif Ada kalanya sebuah tulisan diselesaikan untuk dijual dan dikonsumsi oleh para pembaca. Penulis lebih mementingkan kepuasan pada diri pembaca. Penulis lebih berorientasi pada bisnis. Salah satu bentuk tulisan ini adalah novel-novel populer karya Fredy atau Mira W., atau yang lainnya. Berdasarkan tujuan-tujuan menulis diatas kita dapat mengetahui banyaknya tujuan sesorang menuangkan ide dalam bentuk tulisan yaitu tujuan memberitahukan atau menjelaskan, meyakinkan atau mendesak, menceritakan sesuatu, mempengaruhi pembaca, dan menggambarkan sesuatu. Selain tujuan tersebut ada juga tujuan lainnya yaitu tujuan penugasan, estetis, penerangan, pernyataan diri, kreatif dan konsumtif.
20
2.1.4
Ciri-ciri tulisan yang baik Pada prinsipnya, setiap penulis mengharapkan agar pembaca memberikan
respons yang baik terhadap karyanya. Oleh sebab itu, mau tidak mau, penulis harus berusaha agar mampu menyajikan tulisannya dengan menarik dan mudah dipahami dengan harapan buku yang ditulis laku keras di pasaran atau bestseller. Untuk menjadikan buku yang kita tulis menjadi buku yang bestseller tentunya tidaklah mudah. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Adapun ciri-ciri tulisan yang baik adalah sebagai berikut. 1) Tulisan merupakan hasil rakitan dari berbagai bahan atau pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Tulisan bukan hanya sekadar tempelan-tempelan bahan yang diperoleh penulis dari berbagai literatur atau bahan bacaan. Apabila ini terjadi, penulis bukan sebagai perakit, tetapi hanyalah sebagai pemulung. Buku yang hanya terkesan sebagai tempelan bahan bukan merupakan tulisan yang baik. Tulisan tidak lancar dan seakan-akan terpotong-potong mengakibatkan ketidakutuhan sebuah tulisan. 2) Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar, memanfaatkan struktur kalimat dengan tepat, dan memberi contoh-contoh yang diperlukan sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, pembaca tidak perlu bersusahsusah memahami makna yang tersurat dan tersirat dalam sebuah tulisan. 3) Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan, menarik
minat
pembaca
terhadap
pokok
pembicaraan,
serta
21
mendemontrasikan suatu pengertian yang masuk akal. Dalam hal ini haruslah dihindari penyusunan kata-kata dan pengulangan hal-hal yang tidak perlu. Setiap kata haruslah menunjang pengertian yang sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. 4) Mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritisi masalah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. Seorang penulis hendaknya bersedia dan mampu merevisi naskah pertamanya. 5) Mencerminkan kebanggaan penulis terhadap naskah yang dihasilkan. Penulis harus mampu mempergunakan ejaan dan tanda baca secara saksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikan. Kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari benar-benar bahwa hal-hal kecil seperti itu dapat memberi akibat yang kurang baik terhadap karyanya. Secara singkat, ciri-ciri tulisan yang baik sebagai berikut. 1) Jujur: jangan mencoba untuk memalsukan gagasan atau sebuah ide karena. Anda kurang memiliki pengetahuan yang cukup terhadap apa yang akan Anda tulis. 2) Jelas: jangan membingungkan para pembaca dengan kalimat - kalimat kompleks dan penjelasan yang bertele-tele. 3) Singkat: jangan memboroskan waktu para pembaca dengan penjelasanpenjelasan yang dirasa tidak perlu.
22
4) Tidak monoton: jangan menggunakan kalimat yang berpola sama. Panjang kalimat yang bervariasi dapat menghindari kebosanan pada diri pembaca. 2.1.5
Pembelajaran Menulis Keterampilan menulis siswa perlu ditingkatkan dan memerlukan
dukungan dari semua pihak. Baik dari guru dan siswa maupun dari unsur-unsur yang lainnya, seperti lingkungan, orang tua, sistem yang layak dan baik, dan metode pembelajaran yang dirancang oleh guru tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa dan menjadi jalan keluar dari kendala yang dihadapi siswa dalam hal menulis. Unsur terpenting dalam diri siswa untuk memulai menulis adalah adanya motivasi. Siswa dapat meraih keinginannya untuk memulai menulis, jika didukung dan dikondisikan guru dalam pembelajaran dengan model pembelajaran yang tepat, efektif, efisien, dan dapat memancing motivasi siswa untuk menulis. Menurut teori motivasi belajar ada dua arah yang mempengaruhi sikap manusia. Arah pertama dari individu tersebut dan arah kedua dari lingkungan. Motivasi menurut Martinis yamin, dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (2004:80) menyebutkan bahwa motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam belajar. Motivasi berhubungan dengan arah prilaku, kekuatan respon (yakni usaha). Setelah belajar siswa memilih mengikuti tindakan tertentu, ketahanan prilaku, atau berapa lama seseorang itu terusmenerus berprilaku menurut cara tertentu. Oleh karena itu, motivasi belajar merupakan energi yang bersinergi dengan individu yang mendorongnya untuk
23
melakukan kegiatan belajar., mengasah pikiran, dan menambah keterampilan, serta pengalaman. Motivasi adalah dorongan internal (psikis dan motorik) yang dapat mempengaruhi gerak siswa. Faktor lainnya yang dapat menyebabkan kurang diminatinya pembelajaran menulis di kelas adalah materi pembelajaran yang tidak membuat siswa aktif dan kreatif. Metode dan model pembelajarannya tidak bersifat praktis yang dapat dimanfaatkan siswa di luar pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang disusun yaitu metode, model pembelajaran dan teknik yang dipilih guru kurang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, turut memperngaruhi motivasi siswa. Seorang guru hendaknya memiliki kepekaan dalam mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya dari dalam diri guru itu sendiri yang kurang tepat dalam penggunaan alternative model pembelajaran atau teknik dalam pembelajarannya. Empat keterampilan berbahasa tidak bisa dipisah-pisahkan, begitupun dengan keterampilan menulis dan membaca. Kedua keterampilan ini berhubungan erat atau tidak dapat dipisahkan. Sebelum kita menghasilkan sebuah tulisan (menulis) tentunya kita harus membaca buku atau referensi. Begitupun dengan seorang presenter berita, sebelum membacakannya kepada masyarakat umum dia harus menuliskan teks berita teerlebih dahulu agar pembacaan berita di depan kamera lancar.
24
Dikarenakan keterampilan menulis dan membaca teks berita tidak dapat dipisahkan,
peneliti
juga
mengujikan
keterampilan
membaca
sebagai
pembelajaran tambahan selain menulis berita. Dengan pembelajaran membacakan teks berita diharapkan siswa mampu membacakan berita dengan baik, seperti layaknya presenter berita terkenal baik di media televisi maupun di radio.
2.2 Hakikat Membaca 2.2.1
Pengertian Membaca Membaca
merupakan
salah
satu
keterampilan
berbahasa
selain
menyimak, berbicara, dan menulis. Membaca adalah sebuah proses interaktif antara bahasa dan pikiran. Sebagai proses interaktif, maka keberhasilan membaca akan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang melatarbelakangi strategi atau metode membacanya. Tarigan (1987), mengungkapkan bahwa membaca sangat penting bagi semua pelajar karena banyak kegiatan belajar adalah membaca. Berbagai mata pelajaran dapat dikuasai pelajar melalui kegiatan membaca. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari melalui kegiatan membaca. Ketrampilan membaca menentukan hasil penggalian ilmu itu. Karena itu dapat kita katakan ketrampilan mambaca sangat diperlukan dalam dunia modern. Hodgson (dalam Tarigan, 1986) memberikan definisi membaca suatu prose yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlibat dalam pandangan sekilas dan agar kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat maupun yang tersirat tidak akan dipahami dan proses membaca tidak terlaksana dengan baik.
25
Membaca adalah proses melisankan lambang yang tertulis. Dari sudut linguistik membaca adalah proses penyandian dan pembacaan sandi. Membaca adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengenal lambang yang disampaikan penulis untuk menyampaikan makna. Pendapat lain membaca merupakan
metode
yang
dipergunakan
untuk
berkomunikasi
atau
mengkomunikasikan makna yang terkandung pada lambang-lambang (Tarigan, 1989:18). Membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu (Depdikbud, 1985:11). Batasan tersebut lebih tepat jika dikenakan pada membaca tingkat lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif. Membaca bukanlah suatu proses “efakator”, melainkan ketrampilan dan kemampuan yang interaktif dan terpadu. Faktor-faktor yang secara tunjang menunjang terjalin dalam proses membaca itu ternyata mempunyai sifat yang menguntungkan. Hampir semua jenis keterampilan membaca dapat diperbaiki dengan jalan latihan ( Budi Nuryanto.1997:11.24). Selanjutnya, Anderson dalam Tarigan (1985:7) berpendapat bahwa membaca adalah proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambanglambang bahasa tulis. Menurut Harras dan Sulistianingsih (1997/1998), membaca merupakan proses psikologis, proses sensoris, proses perseptual, proses perkembangan, dan proses perkembangan ketermpilan berbahasa.
26
Ketrampilan membaca sebagai salah satu ketrampilan berbahasa merupakan ketrampilan pokok yang terus menerus diperlukan. Membaca mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan ketrampilan membaca, tiap orang akan memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona, memahami khasanah kearifan yang banyak hikmah dan mengembangkan berbagai ketrampilan lainnya yang amat berguna untuk kelak menjadi sukses dalam hidup. Aktivitas membaca yang trampil akan membuka jendela pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam dan lorong keahlian yang lebar di masa depan (Gie dalam Widyamartaya, 1992:10). Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu proses. Membaca itu bertujuan. Membaca itu bersifat aktif.
Membaca
memerlukan strategi, dan
membaca merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa lainnya. 2.2.2
Aspek-Aspek Membaca Secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu aspek
yang bersifat mekanis dan aspek yang bersifat pemahaman. Ketrampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakupi: 1) pengenalan bentuk huruf;
27
2) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, pola klauosa, kalimat, dan lain-lain); 3) pengenalan hubungan/koresponden pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis); 4) kecepatan membaca bersifat lambat. Munby (dalam Nababan, 1993:165) berpendapat bahwa membaca itu melibatkan ketrampilan sebagai berikut: 1) mengenal ortografi suatu teks; 2) mengambil simpulan mengenai makna kata-kata dan menggunakan butir-butir leksis (kosakata) yang belum dikenal; 3) memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara eksplisit; 4) memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara implicit; 5) memahami fungsi-fungsi komunikatif kalimat-kalimat dalam bacaan itu; 6) memahami kaitan-kaitan unsur-unsur dalam kalimat (intrakalimat); 7) memahami kaitan-kaitan antara bagian-bagian suatu teks melalui strategi kohesi leksis; 8) mengenal butir-butir indicator dalam wacana;
28
9) mengidentifikasi butir-butir yang penting atau informasi yang paling menonjol dalam teks; 10) membedakan ide pokok dari ide-ide penunjang; 11) mencarikan butir-butir yang penting untuk dirangkum; 12) memilih butir-butir yang relevan dari teks; 13) meningkatkan ketrampilan untuk merujuk pada konsep lain yang mendasar; 14) mencari pokok landasan dari teks (Scimming); 15) mencari informasi khusus dari teks (scanning); 16) mengalihkan informasi dari suatu teks menjadi diagram, skets, skema, dsb (trancoding); 17) mengenal isi teks melalui sajian dalam bentuk lain, dengan tempat-tempat kosong setiap kata ke sekian (close presedur); 18) mengintrepetasiakan teks dengan memandang isi atau pesan dari luar teks. 2.2.3
Tujuan Membaca Pada pengertian membaca di atas telah disebutkan bahwa membaca
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bertujuan memahami makna dan isi bacaan.
29
Tujuan membaca dalam kaitan dengan proses dan kemampuan membaca terlihat sebagi berikut. 1) Kemampuan seseorang dalam memahami bahan bacaan secara nyata dipengaruhi tujuan membacanya. 2) Tujuan membaca yang terumuskan secara jelas akan mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan. 3) Tujuan membaca bersifat luas, artinya ada bermacam-macam kepentingan untuk tiap individu. Dari pendapat di atas, tampak bahwa tujuan membaca mempunyai kedudukan yang penting dalam membaca karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman bacaan. Tujuan aktivitas membaca, menurut River ( dalam Akhmadi, 1984:13) sejak permulaan belajar, menunjukkan bahwa pembaca. 1) Menginginkan informasi untuk tujuan-tujuan tertentu, atau karena ingin tahu tentang beberapa topik. 2) Memerlukan instruksi untuk dapat melaksanakan beberapa tugas dalam pekerjaan atau hidup shari-hari. 3) Ingin melaksanakan beberapa aktivitas yang menyenangkan, seperti: ingin bermain drama, atau permainan baru yang lain. 4) Ingin akrab dengan teman dengan berkorespondensi. 5) Ingin tahu di mana dan kapan sesuatu terjadi.
30
6) Ingin mencari atau menemukan kesenangan dan menikmati (membaca karya sastra). Membaca merupakan aktifitas aktif, memberi tanggapan terhadap arti apa yang dibaca,maka tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna membaca. Makna erat sekali dengan tujuan dalam membaca berikut ini. 1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus,atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh 21 sang tokoh. Membaca semacam ini disebut membaca untuk memperoleh perincianperincian atu fakta-fakta (reading for details or facts). 2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). 3) Membaca untuk menemukan, mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi pada mula-mula pertama,kedua,ketiga, seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramtisasi.Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasai cerita (reading for sequence or organization).
31
4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca,mengapa para tokoh berubah, kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for reference). 5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yamg tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam 22 cerita, atau apakah cerita itu benar-benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan membaca untuk mengklasifikasikan (reading for classify). 6) Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang dibuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading for evaluate). 7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast) (Tarigan 1985 :9-10). 2.2.4
Jenis Membaca Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Dasar pijakan
dalam melakukan pembagian atau penggolongan jenis jenis membaca bermacammacam. Ditinjau dari terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca
32
menjadi dua jenis, yakni membaca dalam hati (silent reading), serta membaca nyaring atau membaca bersuara (oral readingor aloud reading). Dilihat sudut cakupan bahan bacaan yang dibacanya, membaca dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca intensif (intensive reading). Dilihat dari tingkatan kedalaman atau levelnya membaca dapat digolongkan kedalam tiga jenis, yakni membaca literal (literary reading), membaca kritis (critical reading), dan membaca kreatif (creative reading) (Harras 1997:2.1) Menurut Tarigan (1985:12-13) kegiatan membaca dibedakan ke dalam jenis membaca bersuara atau membaca nyaring (oral reading atau reading aloud) dan membaca dalam hati (silent reading). Begitupun dengan membaca teks berita termasuk dalam jenis membaca nyaring karena membaca teks berita membutuhkan intonasi dan volume suara yang keras dan jelas, agar berita yang dibacakan dapat didengar dan dimengerti oleh pendengar/ pemirsa berita. Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta isi bacaan itu sendiri. Di samping itu, pungtuasi atau tanda baca dalam tata tulis bahasa Indonesia tidak boleh diabaikan. Para siswa harus dapat membedakan secara jelas intonasi kalimat berita, intonasi kalimat tanya, intonasi kalimat seru, dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang sedang susah, marah, bergembira, dan suasana lainnya. Siswa
33
dapat memberi tekanan yang berbeda pada bagian-bagian yang dianggap penting dengan bagian-bagian kalimat atau frasa yang bernada biasa. Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu pembelajaran membaca dan pembelajaran membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksud yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain, misalnya guru atau kawan-kawan lainnya. Si Pembaca bertanggung jawab dalam hal lafal kata, lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di dalamnya. Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. Pembaca bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan, suara, dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih bertanggung jawab terhadap isi bacaan, karena mereka ini di pihak yang berkepentingan dengan kegiatan pembaca. 2.2.5
Tips Membacakan Berita Kegiatan membaca teks berita termasuk membaca nyaring. Artinya,
membaca dengan suara dilantangkan. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca nyaring.
1) Pembaca harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bacaan. 2) Memperhatikan penekanan pembacaan pada kata-kata penting.
34
3) Harus memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, sebab pembaca harus memperhatikan teks sekaligus sesekali melihat kepada pendengar. 4) Pelafalan harus jelas dan benar, sebab setiap kesalahan pengucapan akan terlihat. 5) Suara harus lantang meskipun dibantu dengan alat pelantang suara (microphone).
Beragam kegiatan yang dapat dilatihkan untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca nyaring adalah sebagai berikut: memahami isi teks dan memberikan tanda jeda pada teks, berlatih membacakan teks dengan intonasi, lafal, dan pemenggalan yang tepat, berlatih mengomentari hasil pembacaan, berlatih meningkatkan performansi pembacaan teks, misalnya: latihan vokal, intonasi, melafalkan kata-kata yang sulit, menyerasikan gerak dan ucapan, dan pernafasan. Menurut Tarigan (1999: 25), seorang pembaca nyaring yang baik biasanya mempunyai motivasi tinggi untuk menyampaikan sesuatu kepada para pendengarnya. Sesuatu yang penting tersebut dapat berupa informasi baru, pengalaman berharga, uraian, humor yang segar, atau bait-bait puisi. Tanpa dorongan yang sedemikian rupa, kegiatan membaca nyaring itu akan menjadi hambar dan tidak hidup. Membacakan teks berita memerlukan teknik tersendiri, yaitu lafal harus jelas, intonasi harus tepat, dan volume suara harus sesuai. Lafal merupakan pengucapan bunyi. Pelafalan bunyi tersebut tepat apabila diucapkan sesuai
35
dengan daerah artikulasinya. Intonasi merupakan tinggi rendah suara disebut pula tone atau nada suara dalam membaca teks berita. Volume dalam teknik membaca merupakan keras lemah suara yang diucapkan. Apabila lafal, intonasi, dan volume suara tepat, pembacaan berita akan berhasil dengan baik. Intisari berita yang dibacakan akan dapat sampai ke telinga pendengar dengan jelas. Berikut ini tips dan trik dalam membacakan teks berita yaitu. •
Persiapan Sebelum Membaca Berita.
1) Pahami berita yang akan dibacakan. 2) Bila perlu, perbaiki naskah berita dengan sepengetahuan produser program. 3) Koordinasi dengan produser program terkait rundown berita dan wawancara bila ada. 4) Siapkan waktu cukup untuk rias wajah dan menata rambut. 5) Selalu siap bila terjadi hambatan teknis di saat sedang membawakan program. 6) Tetap tenang dan relaks tapi berpikir cepat dan ambil keputusan untuk langkah berikutnya. 7) Minta maaf jika terjadi kesalahan. 8) Siap berbagai versi kalimat yang akan disampaikan jika terjadi kesalahan Contoh: “Pemirsa/ kami mohon maaf/ gambar yang baru saja kami tayangkan bukan tentang penggusuran di Jakarta tapi tentang tanggapan wakil presiden
36
Yusuf Kalla tentang melonjaknya harga minyak goreng// Kita beralih ke informasi berikutnya///” 9) Selalu membawa naskah berita walaupun tersedia prompter. •
Bagaimana Membaca Berita dengan Baik
1) Baca berita seperti bercerita kepada orang lain. 2) Tatap kamera seakan menatap lawan bicara. 3) Ekspresi presenter harus sesuai dengan berita yang dibacakan.
2.3 Teks Berita Menulis teks berita hampir sama dengan menulis laporan peristiwa. Halhal yang ditulis harus berupa fakta yangdapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pokok-pokok berita yang harus diperhatikan, antara lain peristiwa apa yang terjadi, siapa saja yang terlibat, mengapa peristiwa terjadi, kapan dan di mana kejadian tersebut, dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi (5W + 1H). Teks berita ditulis dalam bentuk deskripsi atau pemaparan kejadian sehingga pembaca atau pendengar mampu mengidentifikasi (menggambarkan) kejadian tanpa melihat langsung.
37
2.3.1
Pengertian Berita Berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang baru atau keterangan
yang terbaru tentang suatu peristiwa; suatu fakta yang menarik perhatian atau gagasan yang perlu disampaikan kepada khalayak melalui media massa umum. Menurut E. Kosasih (2005: 145), berita adalah peristiwa/ kejadian yang menarik, luar biasa, dan terkini. Disebut berita apabila sudah dilaporkan. Dalam pengertian sederhana, berita adalah fakta/ informasi yang ditulis oleh wartawan dan dimuat di surat kabar, majalah, tabloid, radio, atau televisi. Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Charnley Micthel dalam Ansori dan Kurniawan (2005:91) mengatakan bahwa berita adalah laporan tercepat tentang suatu peristiwa/ kejadian faktual (nyata), penting, dan menarik bagi pembaca dan menyangkut kepentingan pembaca. Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak. Laporan berita merupakan tugas profesi wartawan. Banyak kota besar memiliki surat kabar pagi dan petang. Stasiun televisi biasanya memiliki acara berita atau menayangkan berita sepanjang waktu. Kebutuhan akan berita diamati dalam berbagai masyarakat, baik yang melek huruf maupun yang buta huruf. Berdasarkan beberapa pengertian berita di atas dapat disimpulkan bahwa berita adalah laporan tentang suatu kejadian/ peristiwa yang menarik, luar biasa,
38
dan terkini yang disajikan lewat bentuk cetak, siaran, internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak. 2.3.2
Struktur Berita Teks berita merupakan tulisan yang berstruktur, maka penulisannya pun
harus sistematis. Struktur berita terdiri atas beberapa bagian yaitu. 1)
Kepala berita.
2)
Badan berita.
3)
Ekor berita. Dari segi kepentingannya, bagian kepala berita menempati posisi paling
penting. Hal tersebut karena kepala berita memuat banyak informasi atau memiliki kelengkapan unsur-unsur berita 5W+1H. Bagian badan berita menempati posisi penting dalam suatu teks berita, tetapi nilai kepentingannya tidak sepenting kepala berita. Hal tersebut karena badan berita berisi uraian atau rincian berita dari informasi singkat yang terdapat di bagian kepala berita. Bagian ekor berita merupakan bagian yang nilai kepentingannya tidak sepenting di bagian-bagian sebelumnya. Bagian ini merupakan pemaparan tentang suatu hal yang tidak terlalu dibutuhkan informasinya karena tidak terlalu relevan dengan inti berita.
39
Kepala berita (5W+1H) Pengembangan
Mengenai pola piramida di atas, Kusumadiningrat (2006: 126) menjelaskan sebagai berikut. Berita dimulai dengan ringkas atau klimaks, alinea pembuka, kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam alinea-alinea berikutnya dengan memberikan rincian cerita secara kronologis. Aline-alinea berikutnya yang memberikan rincian berita disebut tubuh berita, sedangkan kalimat pembuka yang memuat ringkasan berita disebut teras berita atau lead. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sruktur berita terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, badan dan ekor berita. Kepala berita berisi hal yang sangat penting dalam berita karena berkaitan dengan unsur berita yaitu 5W+1H, badan berita berisi rincian yang cukup penting dalam sebuah berita karena berisi informasi singkat berkaitan dengan kelapa berita, sedangkan ekor berita berisi hal-hal yang kurang penting dalam berita karena tidak terlalu berkaitan dengan inti berita.
40
2.3.3
Unsur-Unsur Berita Unsur-unsur berita meliputi unsur 5W+ 1H (what/ apa, who/ siapa, when/
kapan, why/ mengapa, dan how/ bagaimana). Penekanan/ penonjolan unsur tersebut bergantung pada kebutuhan penulisan. Keenam unsur berita dalam bahasa Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Apa…? (topik/ masalah yang menjadi pokok berita). 2) Siapa…? (pelaku/ peristiwa). 3) Kapan…? (waktu terjadinya peritiwa). 4) Di mana…? (tempat/ lokasi peristiwa). 5) Mengapa…? (latar belakang terjadinya peristiwa). 6) Bagaimana…? (proses terjadinya peristiwa). Unsur-unsur yang mempengaruhi suatu fakta atau gagasan sehingga dapat dijadikan berita adalah. 1) Penting (significance), yaitu kejadian yang dapat mempengaruhi orang banyak atau kejadian yang punya dampak terhadap kehidupan para pembaca. 2) Besar (magnitude), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka berarti bagi kehidupan orang banyak atau kejadian yang dapat berakibat dijumlahkan dalam rangka menarik buat pembaca. 3) Waktu (timeless), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi atau baru ditemukan.
41
4) Dekat (proximity), yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca. Kedekatan ini bisa bersipat geografis ataupun emosional. 5) Tenar/populer, luar biasa (prominence), menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat terkenal oleh pambaca. 6) Manusiawi (human interest), yaitu kejadian yang memberikan sentuhan perasaan bagi para pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa. 2.3.4
Penulisan Berita Menulis teks berita tidaklah mudah. Menulis teks berita membutuhkan
pengetahuan, keterampilan, dan latihan yang terus-menerus. Teknik penulisan berita harus dipelajari, disebabkan oleh beberapa hal, antara lain. 1) Menulis merupakan keterampilan yang memerlukan pengetahuan tentang sistem tulisan yang biasa/ lazim digunakan serta memerlukan penguasaan kata/ diksi yang cukup untuk mewadahi gagasan. 2) Berita yang dituliskan itu perlu dikomunikasikan melalui media massa yang tentunya mempunyai aturan-aturan sendiri yang harus diketahui dan ditetapkan. 3) Menulis berita perlu mempertimbangkan kualitas berita itu sendiri, apakah ada nilainya dan penting untuk disampaikan atau tidak.
42
4) Penting pula mempertimbangkan calon pembaca/ pendengar berita itu, agar dapat menyesuaikan cara penyajian/ kualitas bahasa yang digunakan. 5) Menulis berita perlu kecepatan dan kecekatan, dan perlu mempertimbangkan panjang tulisan, jangan sampai terlalu penjang yang mengakibatkan pemborosan ruangan dan tempat. Alasan-alsan itu diperlukan oleh setiap penulis pemula melalui proses belajar yang terus-menerus. Menjadi penulis berita yang baik itu memerlukan proses, waktu, disiplin, keuletan, dan ketekunan (Kurniawan dan Ansori, 2005 : 95). Menurut A. Romli (Eramuslim, April 2006) untuk menyusun berita/ artikel, maka terlebih dahulu penulis mengetahui tahapan persiapan menulis berita dan artikel, yaitu. 1) Pahami masalah. 2) Kumpulkan bahan. 3) Seleksi bahan. 4) Tentukan tema pokok/ ide cerita dan 5) Tentukan urutan logis (judul, lead, badan berita dan penutup). 2.3.5
Kriteria Berita Beberapa kriteria/ penanda kejadian yang dapat dinilai sebagai berita
(Kurniawan dan Ansori, 2005: 96) sebagai berikut.
43
1) Kejadian itu merupakan suatu fakta, artinya penulis berita tidak boleh merekareka jumlah korban, misalnya dalam suatu peristiwa gempa bumi. Penulis juga tidak boleh melebih-lebihkan apa yang terjadi sebenarnya. 2) Kejadian itu baru, artinya suatu peristiwa itu harus benar-benar hangat. 3) Luar biasa, artinya peristiwa itu jarang terjadi dan mengherankan, merupakan bahan berita yang baik. 4) Penting dan ternama, artinya peristiwa itu melibatkan orang penting, ternama, dan terkenal. Jika menyangkut suatu peristiwa hendaknya hal itu menyangkut sesuatu yang penting dan berharga. 5) Skandal dan persengketaan, artinya ssesuatu yang berupa persengketaan seperti persengketaan pembatasan negara. Peristiwa yang berupa skandal misalnya skandal Bank BI. 6) Dalam lingkungan sendiri, artinya suatu kejadian/ peristiwa yang dinilai penting bila kejadian itu berada dalam lingkungan sendiri. Bila peristiwa serupa terjadi pada tempat yang jauh dari lingkungan pembaca, maka berita itu dinilai kurang penting. 7) Sesuai dengan selera dan minat konsumen, artinya suatu berita yang baik diputuskan setelah mempertimbangkan kesesuaiannya dengan minat dan selera pembaca/ pendengar berita tersebut. Menurut A. Romli (Eramuslim, April 2006) kriteria berita yang baik sebagai berikut.
44
1) Akurasi, kaidah-kaidah penulisan berita dalam pengertian modern, yaitu laporan harus bersifat faktual dan akurasi objek yang berimbang. Sebagai penjabaran akurasi maka muncul formula 5W+1H. 2) Objektif, artinya berita harus merupakan laporan yang faktual tentang suatu peristiwa seperti apa adanya, tetapi tentu saja sejauh hal ini dimungkinkan, sebab wartawan pun memiliki ketrbatasan. Untuk mengejar objektifitas ini kemudian muncul laporan komperhensif dan laporan investigatif. 3) Berimbang (balanced), berita adalah laporan yang objektf karena tidak memihak kelompok tertentu. Sifat berimbang ini perlu dijaga agar berita tidak menyesatkan pembaca/ pendengar atau tidak digugat oleh pihak yang merasa dirinya dirugikan. Wahyu Wibowo (2000:19) menambahkan bahwa berita yag layak dimuat harus mengandung unsur-unsur berikut. 1) Baruan, aktual, hangat, ternama. Berita yang aktual bukan hanya berarti bahwa ada suatu peristiwa yang baru saja terjadi, melainkan juga adanya fakta yang baru didapat. 2) Jarak, di mana berita itu ditulis dan jarak tempat terjadinya peristiwa juga sangat penting diperhatikan. 3) Akibat, dari sebuah pemberitaan bisa diduga sebelumnya apakah dampaknya langsung terasa/ tidak bagi masyarakat. 4) Ketegangan, diperlukan unsur ketegangan dengan tujuan untuk mendongkrak tiras.
45
5) Pertentangan, unsur ini sangat menarik minat pembaca, missalnya berita tentang olah raga haruslah ditulis dengan semangat pertentangan. Namun jangan sampai tidak adil/ berat sebelah. 6) Kemajuan, unsur ini berkaitan erat dengan penemuan/ terobosan baru dalam ilmu pengetahuan. 7) Human Interest, berita yang menarik perhatian bagi kepentingan manusia karena ada syarat filosofinya. 8) Emosi, dalam hubungan dengan kelayakan berita, emosi adalah gerlora perasaan sesaat yang wujudnya berupa empati. Jika berita ditulis dengan semangat empati tentulah pembaca/ pendengar akan menerimanya dengan semangat simpati. 9) Humor, unsur ini penting dalam penulisan berita. Namun, hendaknya humor itu tidak menyinggung cacat fisik/ Sara. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria sebuah berita pada intinya harus umum, faktual, objektif, dan menarik. Nilai Berita (Menarik untuk dibaca atau Didengar) adalah sebagai berikut.
1) Aktual (waktu/ timeliness). Baru (belum diketahui/ new), sekarang, hangat, sedang berlangsung, berlanjut; cepat saji (waktu) 2) Fakta (nyata/ factual). Bukan rekaan/ karangan/ fiksi; Opini (pendapat); Pernyataanf laporan
46
3) Penting (significant). Pengaruh/kepentingan masyarakat luas; Perlu diketahui orang banyak 4) Jumlah (kuantitatif). Jumlah besar yang berarti bagi kehidupan 5) Aneh/ ganjil/ lucu. Berita tentang keanehan/tak lazim 6) Pertikaian (conflict). Perang, perkelahian, pergulatan politik, bisnis, olahraga, cinta, perdebatan, dsb; Ungkapan berita yang baik adalah berita buruk 7) Dekat (proximity). Kejadian yang dekat dengan pembaca (geografis, emosional) 8) Terkenal, Sesuatu yang terkenal/ dikenal pembaca (orang, benda, dan tempat); Nama menciptakan berita 9) Menggugah/ sentuh perasaan (human interest), Orang biasa dalam situasi luar biasa atau sebaliknya.
2.3.6
Syarat Berita : Suatu berita yang baik memiliki syarat agar berita tersebut dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya di tengah-tengah masyarakat umum. Syarat berita yang baik adalah sebagai berikut. 1) Harus benar, apa yang diberitakan itu sesuai fakta dengan bukti-bukti yang konkrit. 2) Sederhana, berita yang ditulis harus sederhana baik dalam isi maupun bahasanya sehingga dapat dimengerti oleh berbagai lapisan masyarakat.
47
3) Singkat, berita yang baik adalah tidak bertele-tele, langsung pada pokok permasalahan, singkat jelas dan padat sehingga tidak menimbulkan kebosanan pada pembaca. 4) Jelas, apa yang diberitakan itu tidak semu, jelas dan bisa dipertanggung jawabkan. 5) Hidup, apa yang diberitakan harus mendorong minat pembaca untuk terus membaca dan mengikuti perkambangan berikutnya. Pembaca ikut merasakan. 2.3.7
Pembagian Jenis Berita Jenis dan struktur berita menurut Ramli dalam buku Jurnalistik Praktis,
antara lain:
1) Straight News atau berita langsung adalah suatu berita yang apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian halaman depan surat kabar, berisi berita jenis ini. 2) Investigation News adalah berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian (penyelidikan dari berbagai sumber). 3) Depth News, adalah berita mendalam yang dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. 4) Interperative news, adalah berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penilaian penulisnya/ reporter.
48
5) Opinion News, adalah berita mengenai seseorang, biasanya pendapat cendikiawan/ tokoh ahli/ pejabat mengenai suatu hal.
Selain jenis berita yang telah dipaparkan di atas jenis berita juga terbagi menjadi tiga yaitu.
1) Berita langsung (Straight News). 2) Berita ringan (Soft News). 3) Berita kisah (Feature).
Struktur berita, khususnya berita langsung (straight news), pada umumnya mengacu pada struktur piramidaterbalik (inverted pyramid), yaitu memulai penulisan berita dengan mengemukakan bagian yang dianggap paling penting kemudian diikuti bagian-bagian yang agak penting, kurang pasti, dan seterusnya. Susunan piramida terbalik ini menguntungkan pembaca dari segi efesiensi waktu karena mengetahui berita yang paling penting. Oleh karena itu, susunan piramida terbalik ini lebih menarik perhatian pembaca dan memudahkan redaktur/ editor untuk melakukan pemotongan naskah berita (cutting) jika kolom/ ruang yang tersedia terbatas untuk memuat suatu berita. Bentuk berita dan artikel terdiri atas tiga bentuk, yaitu: bentuk beraturan, piramida, dan piramida terbalik. Dari ketiga bentuk tersebut, bentuk beraturan dan bentuk piramida terbalik yang sering digunakan.
49
Piramid
Piramid Terbalik
Beraturan
Bentuk piramid terbalik sering digunakan media cetak dan elektronik karena penulis menuliskan laporan dengan mengutamakan hal-hal yang terpenting. Bentuk piramid terbalik digunakan media cetak yang waktu deadlinenya cukup sigkat dan terbatas. Bentuk beraturan biasanya digunakan penulis tanpa melihat hal terpenting. Namun, penulis cukup sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Sehingga bentuk beraturan sangat tepat digunakan dalam penyususnan artikel, karena bentuk ini lazim digunakan oleh media cetak yang deadline-nya panjang. 2.3.8
Kegagalan Sebuah Berita Menurut farid Gaban (Google, Maret 2010) terdapat tujuh kegagalan
menulis teks berita yaitu. 1) Gagal menekankan segala yang penting, sering kali karena gagal meyakinkan, bahwa kita memahami informasi yang kita tulis; 2) Gagal menghadirkan fakta-fakta yang mendukung; 3) Gagal memerangi kejemuan pembaca, terlalu banyak klise, tidak ada informasi spesifik yang dibutuhkan pembaca; 4) Gagal mengorganisasikan tulisan secara baik. Organisasi hal maupun keseluruhan berita;
50
5) Gagal mempraktikkan tata bahasa secara baik, salah membubuhkan tanda baca dan salah menuliskan ejaan; 6) Gagal menulis secara seimbang/ balance, sebuah dosa yang biasanya merupakan akibat ketidakpercayaan kepada pembaca atau keengganan untuk membiarkan fakta-fakta yang ada mengalirkan cerita sendiri tanpa restu dari persepsi penulis tentang arah cerita yang benar. Dengan kata lain menggurui pembaca; dan 7) Semua kegagalan itu bermuara pada kegagalan untuk mengaitkan diri dengan pembaca. 2.4 Bahasa Berita dan Bahasa Jurnalistik Bahasa berita adalah bahasa yang disyaratkan sederhana tidak bercampur baur dengan kata-kata asing dan kata-kata yang kurang atau tidak dipahami pembaca. Selain itu dalam bahasa berita hindari pemakaian kalimat terbalik dan kata-kata penat. Bahasa jurnalistik atau biasa disebut dengan bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia di samping terdapat juga ragam bahasa akademik (ilmiah), ragam bahasa usaha (bisnis), ragam bahasa filosofik, dan ragam bahasa literer (sastra) (Sudaryanto, 1995). Dengan demikian bahasa jurnalistik memiliki kaidah-kaidah tersendiri yang membedakannya dengan ragam bahasa yang lain. Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa
51
(Anwar, 1991). Dengan demikian, bahasa Indonesia pada karya-karya jurnalistiklah yang bisa dikategorikan sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik itu sendiri juga memiliki karakter yang berbeda-beda berdasarkan jenis tulisan apa yang akan terberitakan. Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menuliskan reportase investigasi tentu lebih cermat bila dibandingkan dengan bahasa yang digunakan dalam penulisan features. Bahkan bahasa jurnalistik pun sekarang sudah memiliki kaidah-kaidah khas seperti dalam penulisan jurnalisme perdamaian (Mc Goldrick dan Lynch, 2000). Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis berita utama, ada yang menyebut laporan utama, forum utama, akan berbeda dengan bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis tajuk dan features. Dalam menulis banyak faktor yang dapat
mempengaruhi karakteristik bahasa jurnalistik karena penentuan
masalah, angle tulisan, pembagian tulisan, dan sumber (bahan tulisan). Namun demikian sesungguhnya bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam hal pemakaian kosakata, struktur sintaksis dan wacana (Reah, 2000). Karena berbagai keterbatasan yang dimiliki surat kabar (ruang, waktu) maka bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Kosa kata yang digunakan dalam bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan bahasa dalam masyarakat. Sifat-sifat tersebut merupakan hal yang harus dipenuhi oleh ragam bahasa jurnalistik mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang
52
tidak sama tingkat pengetahuannya. Dengan kata lain bahasa jurnalistik dapat dipahami dalam ukuran intelektual minimal. Hal ini dikarenakan tidak setiap orang memiliki cukup waktu untuk membaca surat kabar. Oleh karena itu bahasa jurnalistik sangat mengutamakan kemampuan untuk menyampaikan semua informasi yang dibawa kepada pembaca secepatnya dengan mengutamakan daya komunikasinya. 2.4.1
Prinsip Dasar Bahasa Jurnalistik Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai tampak
dalam harian-harian surat kabar dan majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa jurnalistik
itu harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran
intelektual minimal. Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas. Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh bahasa pers, bahasa jurnalistik, mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Oleh karena itu beberapa ciri yang harus dimiliki bahasa jurnalistik di antaranya. 1) Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele. 2) Padat,
artinya
bahasa
jurnalistik
yang
singkat
itu
sudah
mampu
menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya. Menerapkan prinsip 5W+1H, membuang katakata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.
53
3) Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis) 4) Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbungabunga . 5) Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati. 6) Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif. Dalam menerapkan keenam prinsip tersebut tentunya diperlukan latihan berbahasa tulis yang terus-menerus, melakukan penyuntingan yang tidak pernah berhenti. Dengan berbagai upaya pelatihan dan penyuntingan, barangkali akan bisa diwujudkan keinginan jurnalis untuk menyajikan ragam bahasa jurnalistik yang memiliki rasa dan memuaskan dahaga selera pembacanya.
54
2.4.2
Beberapa Jenis Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik
2.4.2.1 Berita. Berita adalah peristiwa yang dilaporkan. Segala yang didapat di lapangan dan sedang dipersiapkan untuk dilaporkan belum disebut berita. Wartawan yang menonton dan menyaksikan peristiwa, belum tentu telah menemukan peristiwa. Wartawan sudah menemukan peristiwa setelah ia memahami prosesnya atau jalan cerita, yaitu tahu apa yang terjadi, siapa yang terlibat, kejadiannya bagaimana, kapan, dan di mana itu terjadi, dan mengapa sampai terjadi. Keenam itu yang disebut unsur berita. Suatu peristiwa dapat dibuat berita bila paling tidak punya satu nilai berita seperti berikut. 1) Kebermaknaan
(significance).
Kejadian
yang
berkemungkinan
akan
mempengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang punya akibat terhadap pembaca. Contoh: Kenaikan BBM, tarif TDL, biaya Pulsa telepon, dan lain-lain. 2) Besaran (magnitude). Kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak. Misalnya: Para penghutang kelas kakap yang mengemplang trilyunan rupiah BLBI. 3) Kebaruan (timeliness). Kejadian yang menyangkut peristiwa yang baru terjadi. Misalnya, pemboman Gereja tidak akan bernilai berita bila diberitakan satu minggu setelah peristiwa.
55
4) Kedekatan (proximity). Kejadian yang ada di dekat pembaca. Bisa kedekatan geogragfis atau emosional. Misalnya, peristiwa tabrakan mobil yang menewaskan pasangan suami isteri, lebih bernilai berita daripada Mac Dohan jatuh dari arena GP 500. 5) Ketermukaan/ sisi manusiawi. (prominence/ human interest). Kejadian yang memberi sentuhan perasaan para pembaca. Kejadian orang biasa, tetapi dalam peristiwa yang luar biasa, atau orang luar biasa (public figure) dalam peristiwa biasa. Misalnya, anak kecil yang menemukan granat siap meledak di rel kereta api, atau Megawati yang memiliki hobi pada tanaman hias. 2.4.2.2 Berita Kisah (Feature) Berita kisah adalah tulisan tentang kejadian yang dapat menyentuh perasaan atau menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan rinci, lengkap, serta mendalam. Jadi nilainya pada unsur manusiawi dan dapat menambah pengetahuan pembaca. Terdapat berbagai jenis berita kisah di antaranya (a) profile feature, (b) How to do it Feature, (c) Science Feature, dan (d) human interest feature. 1) Profile feature menceritakan perjalanan hidup seseorang, bisa pula hanya menggambarkan sepak terjang orang tersebut dalam suatu kegiatan dan pada kurun waktu tertentu. Profile feature tidak hanya cerita sukses saja, tetapi juga cerita kegagalan seseorang. Tujuannya agar pembaca dapat bercermin lewat kehidupan orang lain.
56
2) How to do It feature, berita yang menjelaskan agar orang melakukan sesuatu. Informasi disampaikan berupa petunjuk yang dipandang penting bagi pembaca. Misalnya petunjuk berwisata ke Pulau Bali. Dalam tulisan itu disampaikan beberapa tips praktis rute perjalanan (darat, laut, udara), lokasi wisata, rumah makan dan penginapan, perkiraan biaya, kualitas jalan, keamanan, dan lain-lain. 3) Science Feature adalah tulisan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai oleh kedalaman pembahasan dan objektivitas pandangan yang dikemukakan, menggunakan data dan informasi yang memadai. Feature ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimuat di majalah teknik, komputer, pertanian, kesehatan, kedokteran, dan lain-lain. Bahkan surat kabar pun sekarang memberi rubrik Science Feature. 4) Human interest features , merupakan feature yang menonjolkan hal-hal yang menyentuh perasaan sebagai hal yang menarik, termasuk di dalamnya adalah hobi dan kesenangan. Misalnya, orang yang selamat dari kecelakaan pesawat terbang dan hidup di hutan selama dua minggu. Kakek berusia 85 tahun yang tetap mengabdi pada lingkungan walaupun hidup terpencil dan miskin. 2.4.3
Tips Menulis Berita Menulis teks berita tidak sama dengan kegiatan menulis lainnya. Menulis
teks berita lebih membutuhkan keahlian bila dibandingkan dengan kegiatan menulis lainnya. Untuk itu ikutilah tips berikut ini agar menulis teks berita
57
menjadi kegiatan yang menyenangkan. Beberapa tips untuk menulis teks berita di antaranya. 1) Tulislah berita yang menarik dengan menerapkan gaya bahasa percakapan sederhana. Tulislah berita dengan lead yang bicara. Untuk menguji lead anda “berbicara” atau “bisu” cobalah dengan membaca tulisan yang dihasilkan. Jika anda kehabisan nafas dan tersengal-sengal ketika membaca maka lead anda terlalu panjang. 2) Gunakan kata/ kalimat sederhana. Kalimat sederhana terdiri dari satu pokok dan satu sebutan. Hindari menulis dengan kata keterangan dan anak kalimat. Ganti kata-kata yang sulit atau asing dengan kata-kata yang mudah. Bila perlu ubah susunan kalimat atau alinea agar didapat tulisan yang “mengalir”. Ingat KISS (Keep It Simple and Short). 3) Hindari kata-kata berkabut. Kata-kata berkabut adalah tulisan yang berbungabunga, menggunakan istilah teknis, ungkapan asing yang tidak perlu dan ungkapan umum yang kabur. Yang diperlukan BI ragam jurnalistik adalah kejernihan tulisan (clarity). 4) Libatkan pembaca. Melibatkan pembaca berarti menulis berita yang sesuai dengan kepentingan, rasa ingin tahu, kesulitan, cita-cita, mimpi dan anganangan. Tapi ingat: jangan sampai terjebak menulis dengan gaya menggurui atau menganggap enteng pembaca. Melibatkan pembaca berarti mengubah soal-soal yang sulit menjadi tulisan yang mudah dimengerti pembaca.
58
Melibatkan pembaca juga didapat dengan menulis sesuai rasa keadilan yang hidup di masyarakat. 5) Gantilah kata sifat dengan kata kerja. Baca kalimat ini: Seorang perempuan tua yang kelelahan bekerja di sawahnya! Bandingkan dengan: Seorang perempuan tua membajak, kepalanya merunduk, nafasnya tersengal-sengal! 6) Gunakan kosa kata yang tidak memihak Baca kalimat ini: Seorang ayah memperkosa anak gadisnya sendiri yang masih berusia 12 tahun. Bandingkan dengan: Perkosaan menimpa anak gadis yang berusia 12 tahun. 7) Hindari pemakaian eufemisme bahasa. Baca kalimat: Selama musim kemarau terjadi rawan pangan di Gunung Kidul. Bandingkan dengan: Selama musim kemarau terjadi kelaparan di Gunung Kidul. Dengan paparan bahasa jurnalistik seperti yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh jurnalis dalam menulis berita. Bahasa jurnalistik bersifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas. Terdapat empat prinsip retorika tekstual bahasa jurnalistik yaitu prinsip prosesibilitas, mudah dipahami pembaca. Prinsip kejelasan yaitu menghindari ambiguitas. Prinsip ekonomi, menggunakan teks yang singkat tanpa merusak dan
59
mereduksi pesan. Prinsip ekspresivitas, teks dikonstruksi berdasarkan aspekaspek pesan. 2.5
Teknik 3-P (Pengamatan, Penulisan dan Pelaporan) Teknik pembelajaran mengandung pengertian penjabaran metode penelitian
atau sistem/ metode penelitian dengan meneliti langsung objeknya (KBBI.2005. hal; 1158). Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Teknik 3-P itu sendiri adalah. 1) Pengamatan adalah pengawasan terhadap perbuatan (orang lain) / perbuatan mengamati dengan penuh perhatian (KBBI 2005. hal: 25). Dalam hal ini siswa diajak untuk mengamati contoh teks berita yang diberikan oleh guru dengan penuh perhatian. 2) Penulisan adalah proses / cara / perbuatan menulis (KBBI 2005. hal: 1219). Dalam hal ini siswa diajak untuk menulis teks berita mulai dari kegiatan pramenulis, menulis draf, dan melakukan perbaikan. 3) Pelaporan adalah proses / cara / perbuatan melaporkan (KBBI 2005. hal: 640). Dalam hal siswa disuruh untuk melaporkan hasil tulisannya kepada guru dan teman-teman yang lainnya di depan kelas. Pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik 3-P merupakan formula baru bagi dunia pendidikan. Teknik 3-P merupakan salah satu
60
cara yang dapat membantu mengembangkan ide-ide kreatif yang dimiliki siswa dalam berbahasa dan bersastra, khususnya dalam membuat suatu tulisan teks berita Dalam proses menulis teks berita siswa diberi tugas untuk mengamati contoh teks berita yang dipersiapkan oleh guru selanjutnya siswa ditugaskan untuk memulai menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas. kemudian untuk tugas yang terakhir siswa diminta untuk melaporkan hasil kerjanya (hasil kerja diskusi) di depan kelas. 2.6
Pembelajaran
Menulis
Teks
Berita
Teknik
3-P
(Pengamatan,
Penulisan dan Pelaporan) Salah satu cara untuk melatih kemampuan siswa dalam membuat teks berita yaitu dengan penggunaan teknik 3-P. Teknik pembelajaran 3-P merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berita. Secara lebih rinci langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut : 1) Siswa membuat kelompok yang ditentukan oleh guru. 2) Siswa dan guru bertanya jawab mengenai teks berita dan berita yang tengah hangat di masyarakat. 3) Siswa diberi materi pokok yaitu menulis teks berita yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari teks berita yang bertemakan sosial pada siklus I, ekonomi pada siklus II, dan pendidikan pada siklus III yang telah diberikan oleh guru.
61
4) Siswa diminta untuk mengamati contoh teks berita yang diberikan oleh guru kemudian melalukan proses penulisan teks berita dengan menggunakan teknik 3P yaitu pengamatan, penulisan dan pelaporan dan juga memperhatikan unsur-unsur teks berita/ mencatat unsur berita yaitu 5W+1H dari teks yang mereka dapat. 5) Guru mengambil kembali potongan teks berita lalu meminta siswa menuliskan kembali berita yang telah mereka dapat dengan berpedoman pada unsur 5W+1H yang telah mereka susun. 6) Setelah siswa selesai praktik menulis teks berita dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya. 7) Kemudian siswa diberi pertanyaan tentang apa yang telah didapat/ dipelajari dari teks berita yang diberikan kemudian siswa ditugaskan untuk melaporkan hasil penulisan teks berita. 8) Siswa dan guru bersama-sama menyimpulan materi tentang teks berita dan guru menjawab pertanyaan yang diajukan siswa dengan benar. 2.7 2.7.1
Pembelajaran Inovatif dan Model Kolaboratif Pembelajaran Inovatif Inovatif (innovative) yang berarti new ideas or techniques, merupakan kata
sifat dari inovasi (innovation) yang berarti pembaharuan, juga berasal dari kata kerja innovate yang berarti make change atau introduce new thing (ideas or techniques) in oerder to make progress. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yang artinya belajar, atau pembelajaran. Jadi, pembelajaran inovatif
62
adalah pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari learning how to learn untuk melakukan langkahlangkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi pebelajar untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. Inovasi pembelajaran muncul dari perubahan paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma pembelajaran berawal dari hasil refleksi terhadap eksistensi paradigma lama yang mengalami anomali menuju paradigma baru yang dihipotesiskan mampu memecahkan masalah. Paradigma pembelajaran yang merupakan hasil gagasan baru adalah (1) peran guru lebih sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan, dan kawan belajar, (2) jadwal fleksibel, terbuka sesuai kebutuhan, (3) belajar diarahkan oleh siswa sendiri, (4) berbasis masalah, proyek, dunia nyata, tindakan nyata, dan refleksi, (5) perancangan dan penyelidikan, (6) kreasi dan investigasi, (7) kolaborasi, (8) fokus masyarakat, (9) komputer sebagai alat, (10) presentasi media dinamis, (11) penilaian kinerja yang komprehensif. Paradigma pembelajaran tersebut diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dalam proses pembelajaran, paradigma baru pembelajaran sebagai produk inovasi seyogyanya lebih menyediakan proses untuk mengembalikan hakikat siswa ke fitrahnya sebagai manusia yang memiliki segenap potensi untuk
63
mengalami becoming process dalam mengembangkan kemanuasiaanya. Oleh sebab itu, apapun fasilitas yang dikreasi untuk memfasilitasi siswa dan siapapun fasilitator yang akan menemani siswa belajar, seyogyanya bertolak dari dan berorientasi pada apa yang menjadi tujuan belajar siswa. Tujuan belajar yang orisinil muncul dari dorongan hati (mode = inrtinsic motivation). Paradigma pembelajaran yang mampu mengusik hati siswa untuk membangkitkan mode mereka hendaknya menjadi fokus pertama dalam mengembangkan fasilitas belajar. Paradigma hati tersebut akan membangkitkan sikap positif terhadap belajar, sehingga siswa siap melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam menjalani ivent belajar. Marzano et al (1993), memformulasi dimensi belajar menjadi lima tingkatan, (1) sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar, (2) perolehan dan pengintegrasian
pengetahuan
baru,
(3)
perluasan
dan
penyempurnaan
pengetahuan, (4) penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan (5) pembiasakan berpikir efektif dan produktif. Lima dimensi belajar tersebut akan terinternalisasi oleh siswa apabila mereka mampu melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam belajar yang semuanya bersumber dari dorongan hati yang paling dalam. Asas quantum teaching (Bobbi de Porter et al., 2001; Bobbi de Porter, 2000) yang menyatakan: “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka”, mungkin perlu diterjemahkan oleh para guru dalam mengembangkan fasilitas belajar yang mampu mengusik hati siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap belajarnya.
64
Kompetensi tanggung jawab merupakan salah satu kompetensi sikap yang potensial dalam membangun kompetensi-kompetensi lainnya, seperti berpikir kreatif-produktif,
pengambilan
keputusan,
pemecahan
masalah,
belajar
pengelolaan dan/ atau pengendalian diri. Kompetensi-komepetensi tersebut mutlak diperlukan oleh siswa agar mampu menjadi manusia yang adatable, flexible, dan versatil dalam segala aspek kehidupan yang senantiasa berubah. 2.7.2
Model Kolaboratif Kesuksesan dalam praktek-praktek pembelajaran memiliki sifat-sifat yang
didukung oleh beberapa alasan. Pertama, partisipasi aktif siswa. Pembelajaran efektif terjadi apabila para siswa secara aktif terlibat dalam tugas-tugas yang bermakna dan aktif terlibat dalam berinteraksi dengan isi pelajaran. Kedua, praktek. Dalam kontekskonteks yang bervariasi, praktek dapat memperbaiki retensi dan kemampuan menerapkan pengetahuan baru, keterampilan, dan sikap. Ketiga, perbedaan-perbedaan individu. Metode pembelajaran dikatakan efektif apabila dapat mengatasi perbedaan-perebedaan individu dalam hal personalitas, bakat umum, pengetahuan awal siswa. Keempat, balikan. Balikan sangat diperlukan untuk menentukan posisi diri siswa sendiri tentang tugas yang dikerjakan. Kelima, konteks-konteks realistik. Para siswa paling mudah mengingat dan menerapkan pengetahuan yang direpresentasikan dalam suatu konteks dunia nyata. Keenam, interaksi sosial. Melayani kemanusiaan sebagai tutor atau anggota kelompok teman sebaya dapat menyediakan sejumlah pedagogik dan juga dukungan-dukungan sosial.
65
Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran (technology for instruction), pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para siswa dan meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Pembelajaran kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu, yaitu: (1) realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata; (2) menumbuhkan
kesadaran
berinteraksi
sosial
dalam upaya
mewujudkan
pembelajaran bermakna. Dalam sebuah
artikelnya Ted
Panitz
(1996) menjelaskan
bahwa
pembelajaran kolaboratif adalah suatu filsafat personal, bukan sekadar teknik pembelajaran di kelas. Menurutnya, kolaborasi adalah filsafat interaksi dan gaya hidup yang menjadikan kerjasama sebagai suatu struktur interaksi yang dirancang sedemikian rupa, guna memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Pada segala situasi, ketika sejumlah orang berada dalam suatu kelompok, kolaborasi merupakan suatu cara untuk berhubungan dengan saling menghormati dan menghargai kemampuan dan sumbangan setiap anggota kelompok. Di dalamnya terdapat pembagian kewenangan dan penerimaan tanggung jawab di antara para anggota kelompok untuk melaksanakan tindakan kelompok. Pokok pikiran yang mendasari pembelajaran kolaboratif adalah konsensus yang terbina melalui kerjasama di antara anggota kelompok sebagai lawan dari
66
kompetisi yang mengutamakan keunggulan individu. Para praktisi pembelajaran kolaboratif memanfaatkan filsafat ini di kelas, dalam rapat-rapat komite, dalam berbagai komunitas, dalam keluarga dan secara luas sebagai cara hidup dengan dan dalam berhubungan dengan sesama. Rocky Rockwood (1995) membagikan pengalamannya bahwa pembelajaran kooperatif sangat sesuai untuk pendekatan penguasaan pengetahuan/ keterampilan dasar. Baru ketika para siswa sudah menjadi semakin terampil, mereka siap untuk pembelajaran kolaboratif, siap untuk berdiskusi dan menilai. Pada bagian lain artikelnya tersebut, ia juga menjelaskan perbandingan antara pembelajaran kolaboratif dan kooperatif dengan terlebih dulu memahami kesamaan keduanya, yakni: 1) menggunakan kelompok; 2) memberikan tugas yang spesifik; 3) saling berbagi di antara kelompok; dan 4) membandingkan prosedur dan kesimpulan dalam kelompok pleno (seluruh kelas). Dengan demikian, pembelajaran kolaboratif dapat didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang memudahkan para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini. Bila orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk bekerjasama di dalam kelas, di kemudian hari mereka lebih dapat diharapkan untuk menjadi warganegara yang lebih baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh dunia. Akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga dalam skala nasional bahkan mondial.
67
Pembelajaran kolaboratif memudahkan para siswa belajar dan bekerja bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu. Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa belajar dalam kelompok-kelompok
kecil.
Antaranggota
kelompok
saling
belajar
dan
membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya. Menurut Johnsons (1974), sekurang-kurangnya terdapat lima unsur dasar agar dalam suatu kelompok terjadi pembelajaran kooperatif/ kolaboratif, yaitu:
1) Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran ini setiap siswa harus merasa bahwa ia bergantung secara positif dan terikat dengan antarsesama anggota kelompoknya dengan tanggung jawab: (a) menguasai bahan pelajaran; dan (b) memastikan bahwa semua anggota kelompoknya pun menguasainya. Mereka merasa tidak akan sukses bila siswa lain juga tidak sukses. 2) Interaksi langsung antarsiswa. Hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan adanya komunikasi verbal antarsiswa yang didukung oleh saling ketergantungan positif. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar. 3) Pertanggungajawaban individu. Agar dalam suatu kelompok siswa dapat menyumbang, mendukung dan membantu satu sama lain, setiap siswa dituntut
68
harus menguasai materi yang dijadikan pokok bahasan. Dengan demikian setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari pokok bahasan dan bertanggung jawab pula terhadap hasil belajar kelompok. 4) Keterampilan berkolaborasi. Keterampilan sosial siswa sangat penting dalam pembelajaran. Siswa dituntut mempunyai keterampilan berkolaborasi, sehingga dalam kelompok tercipta interaksi yang dinamis untuk saling belajar dan membelajarkan sebagai bagian dari proses belajar kolaboratif. 5) Keefektifan proses kelompok. Siswa memproses keefektifan kelompok belajarnya dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat menyumbang belajar dan mana yang tidak serta membuat keputusan-keputusan tindakan yang dapat dilanjutkan atau yang perlu diubah.
2.8
Pembelajaran Menulis dan Membaca Teks Berita Sebagai Model Pembelajaran Kolaboratif Sebagaimana dikemukakan oleh Kurniawan (2009) dalam artikelnya yang
berjudul Meningkatkan Keterampilan Menulis Mahasiswa dengan Pendekatan Kolaboratif, bahwa sebagian orang berpandangan bahwa budaya kita adalah budaya lisan (orality), bukan budaya tulisan (literacy). Hal ini dapat dibuktikan melalui peninggalan zaman kuno, kurang sekali peninggalan sejarah kita dalam bentuk tulisan (prasasti, naskah), dan lebih banyak dalam bentuk cerita lisan (folklore), yang diwariskan secara turun menurun. Agaknya, kondisi seperti ini terus berlangsung sampai sekarang.
69
Setiap orang dituntut untuk memiliki tradisi membaca dan menulis untuk menunjang
kegiatan
belajar-mengajar serta
dalam menyemarakkan
dan
menggairahkan kebudayaan nasional. Pertama, tradisi membaca perlu digiatkan terutama dalam kehidupan perkotaan yang marak ditandai pengaruh media massa pandang-dengar. Membaca perlu dilatih untuk memantapkan kemampuan pemikiran konseptual yang tercermin dari kegiatan merumuskan kata atau ungkapan yang mewakili gejala dalam kenyataan hidup. Kedua, adalah tradisi menulis. Tradisi menulis perlu dimantapkan untuk melatih memadukan olah otak dengan gerak tangan. Menulis melatih seseorang untuk cermat dalam merancang jalan pemikiran yang terukur berupa karya tulis. Kegiatan baca-tulis merupakan komunikasi yang tidak langsung, tidak bersemuka, dan tidak merupakan bawaan sejak lahir. Oleh karena itu, pendidikan dan tradisi keberaksaraan ini harus dipelajari secara sistematis. Dengan kata lain pendidikan baca-tulis sebagai proses pembelajaran mengandung bebebrapa variabel yang terkait, yaitu pembelajar, dosen/ guru, sistem, dan kurikulum yang ideal yang tercakup tujuan, pendekatan, bobot, urutan, dan metodologi (Tarigan, 1989: 15). Mengingat keterampilan membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar, tidaklah berlebihan kalau keduanya medapat tempat dan porsi yang layak dalam kurikulum pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan inovasi pembelajaran ini adalah menggali situasi yang sesungguhnya di kelas sehingga
70
masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam melakukan aktivitas menulis melalui pengembangan tradisi membaca dapat berjalan secara efektif. Begitu pun dalam pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik pembelajaran 3-P melibatkan dua keterampilan berbahasa yaitu menulis dan membaca. Pembelajaran ini disebut dengan pembelajaran kolaboratif karena memadukan antara dua keterampilan yaitu keterampilan menulis dan membaca, secara langsung dalam satu pembelajaran. Penulis menggunakan teknik 3-P dalam proses menulis dan melaporkan dengan membacakan teks berita agar siswa lebih paham, selain bisa menulis teks berita, siswa juga diharapkan mampu membawakan acara pembacaan berita, dapat dikatakan siswa berperan sebagai presenter di televisi-televisi. 2.9
Menulis Teks Berita dalam Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan) adalah suatu operasional
yang disusun oleh satuan pendidikan dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, standar proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari delapan standar nasional pendidikan yaitu standar isi dan standar kompetensi merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
71
KTSP disusun agar memberi kesempatan kepada perserta didik untuk: 1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME; 2) belajar untuk memahami dan menghayati; 3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; 4) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; 5) belajar untuk mengembangkan dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Penelitian ini mengacu pada KTSP untuk siswa kelas VIII semester dua dengan standar kompetensi mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita, slogan/poster dan kompetensi dasarnya yaitu menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Menulis
12.1
12. Mengungkapkan informasi
Menulis
rangkuman
isi
buku
ilmu
pengetahuan populer
dalam bentuk rangkuman, teks 12.2 Menulis teks berita secara singkat, padat, berita, slogan/poster
dan jelas 12.3
Menulis
slogan/poster
untuk
berbagai
keperluan dengan pilihan kata dan kalimat yang bervariasi, serta persuasuif.