BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1. Puisi Pengertian puisi Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Situmorang, 1980:10). Menurut Coulter, kata poet berasal dari kata bahasa Gerik yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Gerik, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka pada dewa-dewa. Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi (Situmorang, 1980:10). Ada beberapa pengertian lain sebagai berikut ini. a. Puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin. b. Puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian. c. Puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling senang dari pikiran-pikiran yang paling senang.
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. e. Puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap rencana yang matang serta bermanfaat. (Situmorang, 1980:8-9) Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, serta penyusunan larik, bait, ungkapan secara implisit, dan ekspresi dari pengalaman imajinatif yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. 2.1.1 Unsur Puisi Puisi adalah sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur tersebut dinyatakan bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur yang lainnya. Unsur-unsur tersebut bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga bersifat fungsional terhadap unsur lainnya (Waluyo, 1987:25)
2.1.1.1 Unsur Batin Puisi a. Sense (tema, arti)
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sense atau tema adalah pokok persoalan (subjek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Dengan latar belakang pengetahuan yang sama, penafsir-penafsir puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus, tetapi objektif, dan lugas. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan) (Waluyo,1987:106). b. Feling (perasaan) Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dengan penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda. Perasaan yang diungkapkan penyair berpengaruh terhadap pemilihan bentuk fisik (metode) puisi (Waluyo, 1987:121). c. Tone (nada) Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia bersifat menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau nersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif (Waluyo, 1987:125). d. Intention (tujuan, amanat) Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair (Waluyo, 1987:130).
2.1.1.2 Unsur Fisik Puisi Untuk mencapai maksud tersebut, penyair menggunakan sarana-sarana yang disebut metode puisi. Metode puisi yang dimaksud adalah sebagai berikut ini. a. Diction (diksi) Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin. Penyair mencoba menyeleksi kata-kata baik kata yang bermakna denotatif maupun konotatif sehingga kata-kata yang dipakainya benar-benar mendukung maksud puisinya. b. Imageri (imaji, daya bayang) Yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan melihat dan merasakannya dalam membuat puisi.
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara lain sebagai berikut ini. 1. Citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indra penglihatan 2. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indra pendengaran 3. Citra penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan pencecapan. 4. Citra
intelektual,
yaitu
citraan
yang
timbul
oleh
asosiasi
intelektual/pemikiran. 5. Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak. 6. Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan 7. Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan c. The concrete word (kata-kata kongkret) Yang dimaksud the concrete word adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Slamet Mulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus. d.
Figurative language (gaya bahasa)
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya. Jenis-jenis gaya bahasa antara lain: 1.
perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, umpama, laksana, dan lain-lain.
2. metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa mempergunakan kata-kata pembanding. 3. perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat berturut-turut. 4. personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia. 5. metonimia, yaitu kiasan pengganti nama. 6. sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk benda itu sendiri. 7. allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang dilanjutkan. e. Rhythm dan rima (irama dan sajak) Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua, metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu. Ritme, yaitu irama yang disebabkan perntentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur. Irama
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga. Dinamik, yaitu tekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Tempo, yaitu
tekanan cepat lambatnya pengucapan kata. Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan. Bunyi semacam ini disebut euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang membawa suasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony. (Waluyo, 1987:72-90) 2.1.2
Musikalisasi Puisi
2.1.2.1 Pengertian Musikalisasi puisi Musikalisasi puisi merupakan penggabungan dari musik dan puisi. Musikalisasi puisi adalah suatu kegiatan penciptaan musik berdasar sebuah puisi, sehingga pesan yang ada dipuisi tersebut makin jelas maknanya. Musikalisasi merupakan kegiatan menyanyikan puisi total dengan memberi melodi, pola ritme, pemilihan jenis tangga nada, hingga pemberian rambu-rambu dinamik dan ekspresi pada puisi tertentu. Pemusikalisasian puisi bukanlah sekedar untuk menampilkan saja. di dalamnya ada upaya yang lebih dari itu. benar bahwa tujuan seperti halnya musikalisasi puisi seperti halnya deklamasi atau pembacaan puisi adalah menyampaikan isi puisi kepada apresian. Hanya saja ada unsur yang menjadi
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembeda, yaitu musik. Musik ini sengaja diciptakan sebagai sarana komunikasi dari pemusikalisasi dengan audiensinya. komunikasi yang terbangun sebagai sarana dari penyampaian ini, pada musikalisasi tentunya tidak sekedar penampilan musik saja. Mengapa demikian? Karena musik ini dapat diciptakan tentunya setelah pemusikalisasi sudah sangat memahami, mengerti, dan menghayati isi dari puisi, sehingga segala penafsirannya pada puisi tersebit bisa ia lahirkan lewat aransemen musik. Tentulah hasil yang diperoleh pun akan merupakan suatu karya yang uth, menyatu (musik dengan puisi) dan bukan karya sendiri-sendiri. Mengacu pada hal di atas, dan juga pada keberagaman jenis musikalisasi puisi yang berkembang, musikalisasi puisi dapat didefinisikan sebagai sarana mengomunikasikan puisi kepada apresiator melalui persembahan musik (nada, irama, lagu, atau nyanyian). (Kpin, 2008:8). 2.1.2.2 Jenis-Jenis Musikalisasi Puisi Dilihat dari cara penyuguhan musikalisasi puisi, maka musikalisasi puisi bisa dikelompokkan menjadi 3 jenis musikalisasi puisi, yaitu: a. Musikalisasi Puisi Awal Yaitu, musikalisasi puisi yang dibawakan dengan cara pembacaan puisi yang dilatarbelakangi suatu komposisi musik, baik musik vokal maupun musik instrumental. b. Musikalisasi Puisi Terapan
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Yaitu, musikalisasi puisi yang mana syair-syair puisi diterapkan menjadi lirik lagu, sebagaimana halnya lagu-lagu populer pada umumnya. c. Musikalisasi Puisi Campuran Yaitu, musikalisasi puisi yang ditampilkan dengan cara menyuguhkan komposisi musik, yang di dalamnya ada sebuah puisi yang syair-syairnya ada yang dilagukan dan dinarasikan. (Kpin, 2008:9)
2.1.2.3 Manfaat Musikalisasi Puisi A. Manfaat Bagi Masyarakat Mengomunikasikan puisi dengan jalan dimusikalisasi ini, mengandung banyak manfaat. Seperti pernah diungkapkan Nenden Lilis A. (2004), manfaat itu antara lain sebagai berikut ini. 1. Memudahkan upaya sosialisasi puisi kepada masyarakat. 2. Lebih merangsang minat masyarakat untuk memasuki dunia sastra. 3. Memberi alternatif penafsiran kandungan suatu puisi. 4. Memperkuat daya sentuh puisi lewat representasi musik. 5. Memperkuat aspek-aspek bunyi. Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(Kpin, 2008:9-10)
2.1.2.4 Manfaat bagi Pembelajaran Apresiasi Puisi Musikalisasi puisi, selain dapat dijadikan sebagai salah satu materi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada tingkat sekolah menengah, juga bisa digunakan para guru sebagai media pembelajaran apresiasi puisi. Sebagai materi, seperti tercantum dalam Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, musikalisasi puisi ditampilkan siswa dengan mengacu pada kesesuaian musik dengan isi puisi. (Kpin,2008:10-11) 2.2
Tangga Nada Minor Dalam teori musik, tangga nada minor atau tangga nada minor adalah
salah satu tangga nada diatonik. Tangga nada ini tersusun oleh delapan not. Interval antara not yang berurutan dalam tangga nada minor (asli) adalah: 1, 1/2, 1, 1, 1/2, 1, 1. Sebagai contoh, tangga nada A minor adalah A, B, C, D, E, F, G, A'. Tangga nada minor dapat dilihat sebagai musik keenam dalam tangga nada mayor. Tangga nada minor kadangkala dianggap mempunyai bunyi yang cenderung lebih sedih dibandingkan dengan tangga nada mayor. Nada minor dibentuk dari dari tangga nada minor
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Ciri-cirinya adalah: 1.
Bersifat sedih
2.
Kurang Bersemangat
3.
Biasanya diawali dan diakhiri dengan nada La = A
4.
Mempunyai pola interval : 1 , ½ , 1 , 1 , ½ , 1 , 1
2.2.1 Tonalitas Minor Nada minor memiliki kekhasan yang unik. Tonalitas minor memiliki karakter berlawanan dari tonalitas mayor. Tonalitas minor lebih cenderung memiliki karakter instabil atau tidak stabil, sehingga seolah-olah memiliki kesan gelap atau feminim atau berkelamin betina. Karakter tersebut disebabkan oleh relasi-relasi nadanya. (Firmansyah dan Syukur, 2011).
2.3
Media Pembelajaran
2.3.1 Pengerian Media Pembelajaran Media pembelajaran mereupakan salah satu faktor pendukung berhasilnya pembelajaran di kelas. Media pembelajaran juga dapat menarik minat siswa dan memotivasi siswa dalam kegiatan belajar di kelas. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Kata media berasal dari bahasa latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan mengenai pengertian media yang sangat luas, namun kita membatasi pada media saja yakni
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran. Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun non verbal, proses ini dinamakan encoding. Panafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinakaman decoding. (Daryanto, 2010:5) 2.3.2 Manfaat Media Pembelajaran Sadiman (2002:2) memberikan empat manfaat dari media pembelajaran, sebagai berikut 1. Pengajaran
akan
lebih
menarik
perhatian
sehingga
dapat
menumbuhkan motivasi belajar. 2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik. 3. Metode
mengajar
akan
lebih
bervariasi,
tidak
semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. 4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapu juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. 2.3.3
Musikalisasi Puisi Bernada Minor Sebagai Media Pembelajaran Apresiasi Puisi
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Musikalisasi puisi bernada minor adalah suatu hasil karya dengan mengubah puisi menjadi seni musik tanpa merubah jiwa dan makna puisi seutuhnya. Media musikalisasi puisi bernada minor termasuk media audio visual yang ditampilkan secara langsung di kelas atau disebut juga media tiga dimensi. Media tiga dimensi merupakan sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup ataupun mati, dan dapt pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya (Daryanto, 2010:29). Pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan media musikalisasi puisi bernada minor merupakan salah satu cara guru untuk menarik minat dan motivasi siswa dalam memahami puisi. Selain itu penyajian secara audio visual dapat menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2.4
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut. 5. Jika hipotesis (Hi) yang berbunyi “terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas VII SMP 6 Pasundan Bandung tahun ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran apresiasi puisi” sebelum dan sesudah diberi perlakuan musikalisasi puisi bernada minor maka (Hi) dapat diterima secara signifikan dan (Ho) ditolak. Dengan kinerja uji hipotesis, jika thitung>ttabel berarti Ho ditolak atau Hi diterima.
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6. Jika hipotesis nol (Ho) yang berbunyi “tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas VII SMP 6 Pasundan Bandung tahun ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran apresiasi puisi” sebelum dan sesudah diberi perlakuan musikalisasi puisi bernada minor maka (Ho) dapat diterima secara signifikan dan (Hi) ditolak. Dengan kinerja uji hipotesis, jika thitung>ttabel berarti Ho diterima atau Hi ditolak. Hipotesis yang dapat peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pemahaman siswa dalam mengapresiasi puisi sebelum dan sesudah diterapkan teknik pemodelan musikalisasi puisi nada minor.
Krisdianto Pangestu, 2012 Penerapan Media Musikalisasi Puisi Bernada Minor dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu