5
BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Data 2.1.1 Literatur Buku 1. “Prosesi Perkawinan Masyarakat Gumi Sasak” Karya Lalu Ratmaja, S.Pd – Bahrie, S.Pd – H. Sudirman, S.Pd 2. “Gumi Sasak Dalam Sejarah” Karya H. Sudirman, S.Pd 3. “Lombok Pulau Perawan” Karya Solichin Salam 4. “Tata Budaya Adat Sasak di Lombok” Karya H. Lalu Lukman 5. “Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat” 6. “Adat dan Upacara Perkawinan Nusa Tenggara Barat” 2.1.2 Literatur Artikel 1. http://kebudayaan-ntb.blogspot.com/ 2. http://kangeryu.blogspot.com/2013/03/kota-mataram_16.html 3. http://www.nusatenggaraindonesia.com/2012/05/uniquely-nyongkolan-inlombok-island.html 4. http://ummughifari.blogspot.com/2013/06/nyongkolan-dengan-kecimolmasih-layakkah.html 5. http://www.infolombok.net/tradisi-unik-merariq-suku-sasak/ 2.1.3 Pengertian Film Dokumenter Film Dokumenter adalah film yang mendokumentasikan sebuah peristiwa yang diambil dari kejadian yang nyata atau sungguh-sungguh terjadi. Istilah dokumenter ditemukan oleh John Grierson, dalam resensi film Moana (1926) karya Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, di New 5
6
York Sun pada tanggal 8 Februari 1926. Grierson berpendapat bahwa dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas (Susan Hayward, Key Concept in Cinema Studies, 1996, hal 72). Oleh karena itu dokumenter pun termasuk didalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik, yang dalam istilahnya disebut “creative treatment of actuality” (perlakuan kreatif atas keaktualitasan). Karena ada perlakuan kreatif, sama seperti dalam film fiksi lainnya, dokumenter dibangun dan bisa dilihat bukan sebagai suatu rekaman realitas, tetapi sebagai jenis representasi lain dari relitas itu sendiri. Sekalipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. Apa Itu Dokumenter. (2009, January 7). Retrieved March 26, 2014, from http://www.scribd.com/doc/9810056/Apa-Itu-Dokumenter#scribd 2.1.3.1 Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film documenter misalnya dokudrama. Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan. Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Demikian pula dalam film dokumenter, mencuplik dari buku yang berjudul Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi, Gerzon R. Ayawaila membagi genre jenis film dokumenter menjadi dua belas jenis. Berikut dua belas jenis-jenis film dokumenter : 2.1.3.1.1 Laporan Perjalanan Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh –
7
temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film. Film Nanook of the North (1922) karya Robert Flaherty oleh banyak pengamat dianggap sebagai film perjalanan yang awal. Dibuat selama satu tahun penuh oleh Flahert walaupun sebenarnya film ini hanya menceritakan aktivitas Nanook dan keluarganya (perdagangan, berburu, memancing dan migrasi dari suatu kelompok hampir tidak tersentuh oleh industri teknologi). Sekarang ini banyak televisi yang membuat program dengan pendekatan dokumenter perjalanan, misalnya Jelajah (Trans TV), Jejak Petualang (TV7/Trans7) Bag Packer (TVOne) dan sebagainya, bahkan di beberapa televise berbayar membuat saluran televisi khusus laporan perjalanan seperti Travel and Living. Dikarenakan
penayangannya
di
televisi,
maka
kedalaman
permasalahannya sangat disesuaikan dengan kebutuhan televisi. 2.1.3.1.2 Sejarah Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. Tidak diketahui sejak kapan dokumenter sejarah ini digunakan, namun pada tahun 1930-an Rezim Adolf Hitler telah menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-filmnya yang memang lebih banyak bertipe dokumenter. Khususnya film-film yang disutradarai oleh Leni Refensthal seperti Triumph of the Will (1934), Olympia I : Festival of Nations (1937) & Olympia II : Festival of Beauty (1938). Pada awal film Olympia I divisualisasikan tentang bangsa Aria di masa lalu sedang melakukan oleh raga seperti lari, lempar lembing, lempar cakram dan sebagainya. Sedangkan tahun 1955, Alain Resnais membuat film Night and Fog yang mencengangkan dunia pada masa
8
itu sebab ia menggambarkan bagaimana terjadinya genosida kaum Yahudi oleh tentara Nazi dalam sebuah kamp konsentrasi. Pada masa sekarang, film sejarah sudah banyak diproduksi karena terutama karena kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Tingkat pekerjaan masyarakat yang tinggi sangat membatasi mereka untuk mendalami pengetahuan tentang sejarah, hal inilah yang ditangkap oleh televisi untuk memproduksi film-film sejarah. Sekarang ini di Metro TV sering ditayangkan Metro Files, program dokumenter yang mengupas sejarah yang tidak terungkap di Indonesia. Dalam beberapa tayangannya sempat membahas tentang budaya Tionghoa di Jakarta (Batavia) dalam judul Merah Hitam di Batavia, pengupasan kepahlawanan Dr. Johannes Leimena, seorang negarawan yang gigih dan memberi kontribusi terhadap berdirinya puskesmas dalam judul Mutiara dari Timur, serta tentang tokoh pergerakan bangsa yang berjuang melalui pendidikan dalam Lentera Bangsa. 2.1.3.1.3 Potret atau Biografi Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas – di dunia atau masyarakat tertentu – atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya, yaitu: 2.1.3.1.3.1 Potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa –peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh. Misalnya saja film Fog of War (2003) karya Errol Morris yang menggambarkan pemikiran strategi hidup dari Robert S.
9
McNamara, mantan Menteri Pertahanan di masa pemerintahan Presiden John. F Kennedy dan Presiden Lyndon Johnson. Selain itu ada beberapa film yang berwujud potret seperti Salvador Dali: A Soft Self- Portrait (1970) karya JeanChristophe Averty, Maria Callas: La Divina – A Portrait (1987) karya Tony Palmer, Zidane : A 21st Century Portrait (2006) yang disutradarai Douglas Gordon serta Phillipe Parreno dan lain sebagainya. 2.1.3.1.3.2 Biografi yaitu yang cenderung mengupas secara kronologis dari yang secara garis penceritaan bisa dari awal tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat meninggal atau saat kesuksesan sang tokoh) yang diinginkan oleh pembuat filmnya. Film The Day After Trinity (1981) karya Jon Else adalah salah satunya. Film ini berkisah tentang seputar bom atom yang diciptakan oleh Robert Oppenheimer dan penyesalannya terhadap penyalahgunaan teknologi itu untuk membombardir Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945. Metro TV dalam Metro Files-nya pernah mengulas tentang perjuangan Laksamana Muda John Lie yang memperjuangkan Indonesia dari laut di mana pada saat itu banyak orang masih bergunjing tentang pribumi dan keturunan. 2.1.3.1.3.3 Profil. Sub-genre ini walaupun banyak persamaannya namun memiliki perbedaan dengan dua di atas terutama karena adanya unsur pariwara (iklan/promosi) dari tokoh tersebut. Pembagian sequence-nya hampir tidak pernah membahas secara kronologis dan walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran dan tempat ia berkiprah, biasanya tidak pernah mendalam atau terkadang hanya untuk awalan saja. Profil umumnya lebih banyak membahas aspek – aspek ‘positif’ tokoh seperti keberhasilan ataupun kebaikan yang dilakukan. Film–film seperti ini dibuat oleh banyak orang di Indonesia terutama saat kampanye pemilu legeslatif ataupun pemilukada (pemilihan umum kepala daerah).
10
2.1.3.1.4 Nostalgia Film – film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari kejadian–kejadian dari seseorang atau satu kelompok. Pada tahun 2003, Rithy Panh membuat S21: The Khmer Rouge Death Machine di mana ia mendatangkan beberapa orang yang merupakan dua pihak dari kekejaman Khmer Merah, baik dari pihak korban maupun para penyiksa di masa lalu. 2.1.3.1.5 Rekonstruksi Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus dibantu rekonstruksi
peristiwanya.
Perisitiwa
yang
memungkinkan
direkonstruksi dalam film – film jenis ini adalah peristiwa criminal (pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya. Contoh film jenis ini adalah Jejak Kasus, Derap Hukum dan Fokus. Rekonstruksi yang dilakukan tidak membutuhkan mise en scene (pemain, lokasi, kostum, make-up dan lighting) yang persis dengan kejadiannya, sehingga sangat berbeda
rofessio yang memang membutuhkan keotentikan yang
tinggi. Yang hendak dicapai dari rekonstruksi di sini adalah sekedar proses terjadinya peristiwanya itu. Dalam membuat rekonstruksi, bisa dilakukan dengan shoot live action atau bisa juga dibantu dengan animasi. 2.1.3.1.6 Investigasi Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh
rofes ataupun tidak. Umpamanya korupsi dalam
11
penanganan bencana, jaringan kartel atau mafia di sebuah negara, tabir dibalik sebuah peristiwa pembunuhan, ketenaran instan sebuah band dan sebagainya. Peristiwa seperti itu ada yang sudah terpublikasikan
rofess pula yang belum, namun persisnya seperti
apa bisa jadi tidak banyak orang yang mengetahui. Terkadang, dokumenter seperti ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa. Bahkan di beberapa film aspek rekonstruksinya digunakan untuk menggambarkan dugaandugaan para subjek di dalamnya. Misalnya yang dilakukan oleh Errol Morris dalam filmnya The Thin Blue Line, rekonstruksi digunakan untuk memperlihatkan seluruh kemungkinan dan detil peristiwa yang terjadi saat itu, misalnya merk mobil, bentuk lampu, jarak pandang dan sebagainya. 2.1.3.1.7 Perbandingan dan Kontradiksi Dokumenter ini mentengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu seperti film Hoop Dreams (1994) yang dibuat oleh Steve James. Selama empat tahun, ia mengikuti perjalanan dua remaja Chicago keturunan Afro – America, William Gates dan Arthur Agee untuk menjadi atlit basket
rofessional. Michael Moore dalam
Sicko (2007) membandingkan kebijakan dan pelayanan kesehatan di Amerika Kesehatan dengan tiga negara maju lainnya, yaitu Kanada, Inggris dan Perancis serta satu negara berkembang yang justru tetangga Amerika Serikat sendiri yaitu Kuba. Hasilnya ternyata Amerika Serikat sangat jauh tertinggal dalam pelayanan kesehatan bahkan antara orang yang punya asuransi dan yang tidak memiliki asuransi hampir tidak ada bedanya sebab pada akhirnya uang asuransi mereka juga sulit keluar sehingga mereka harus membayar sendiri biaya dokter atau rumah sakitnya.
12
2.1.3.1.8 Ilmu Pengetahuan Film dokumenter genre ini sesungguhnya yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia, misalnya saja pada masa Orde Baru, TVRI sering memutar program berjudul Dari Desa Ke Desa ataupun film luar yang banyak dikenal dengan nama Flora dan Fauna. Tapi sebenarnya film ilmu pengetahuan sangat banyak variasinya lihat saja akhir tahun 1980 -an ketika RCTI (pada masa itu masih menjadi televisi berbayar) memutar program Beyond 2000, yaitu film ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan teknologi masa depan. Saat itu beberapa kalangan cukup terkejut sebab pengetahuan yang mereka dapatkan berbeda dari dokumenter yang mereka lihat di TVRI. 2.1.3.1.9 Buku Harian Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber–genre ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang dari tema– temanya menjadi sangat subjektif sebab sangat berkaitan dengan apa yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa yang dialami atau bahkan perlakuan kawan – kawannya terhadap dirinya. Dari segi pendekatan film jenis memiliki beberapa ciri, yang Pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional. Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi unsur suara lebih banyak digunakan serta seringkali mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang cukup detil, misalnya Rumah Dadang, Jakarta. Tanggal 7 Agustus 2011, Pukul 13.19 WIB. Pada beberapa film, jenis diary ini oleh pembuatnya digabungkan dengan jenis lain seperti laporan ataupun nostalgia. Salah satu film yang dianggap film berjenis buku harian adalah A Diary for Timothy (1945) adalah film dokumenter Inggris yang disutradarai oleh Humphrey Jennings.
13
2.1.3.1.10 Musik Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun pada masa 1980 hingga sekarang, dokumenter jenis ini sangat banyak diproduksi. Memang salah satu awalnya muncul ketika Donn Alan Pannebaker membuat film – film yang sebenarnya hanya mendokumentasikan pertunjukkan musik. Misalnya ketika membuat Don t Look Back yang menggambarkan seorang seniman muda berusia 23 tahun bernama Bob Dylan. 2.1.3.1.11 Association Picture Story Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar – gambar yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka. Film yang sangat berpengaruh dalam 11 genre ini adalah A Man With The Movie Camera karya Dziga Vertov. 2.1.3.1.12 Dokudrama Selain menjadi sub-tipe film, dokudrama juga merupakan salah satu dari jenis dokumenter. Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh aspek
filmnya
(tokoh,
ruang
dan
waktu)
cenderung
untuk
direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan tempat aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh aslinya. Contoh dari film dokudrama adalah ini adalah JFK (Oliver Stone), G30S/PKI (Arifin C. Noer), All The President s Men (Alan J. Pakula) dsb. Uniknya, di Indonesia malah pernah ada dokudrama yang tokoh utamanya dimainkan oleh pelakunya sendiri yaitu Johny Indo
karya
Franky
Rorimpandey.
Pada
waktu
itu
sangat
14
menghebohkan karena Johny Indo juga dikenal sebagai pemain film sebelum kejadian perampokan toko emas. Hermansyah, D. (2011, March 25). Jenis-Jenis (Genre) Film Dokumenter.
Retrieved
March
26,
2014,
from
https://kusendony.wordpress.com/2011/03/25/jenis-jenis-filmdokumenter/ 2.1.3.2 Keberagaman materi yang ingin disampaikan dalam suatu film dokumenter pun akhirnya melahirkan beberapa pendekatan. Dikenal sedikitnya tiga jenis gaya film dokumenter dan dengan jelas memiliki ide dan kode etik tentang dokumenter yang sama, yaitu: 2.1.3.2.1 Classical Cinema adalah bentuk paling terstruktur dan tradisional dari dokumenter. Jenis dokumenter ini sering menggunakan banyak narasi didaktik. 2.1.3.2.2 Cinéma Vérité. Gaya Cinéma Vérité berasal dari tahun 1950-an dan mencapai popularitas di tahun 1960. Cinéma Vérité didorong oleh kemajuan teknologi film seperti kamera portabel dengan teknologi perekam suara yang bisa dibawa ke mana saja. Cinéma Vérité, berarti ‘True Cinema’. Cinéma Vérité bertujuan agar terjadi naturalism ekstrim, menggunakan aktor non-profesional, teknik pembuatan film yang tidak mengganggu subjek, kamera genggam, lokasi asli, bukan suara studio, suara alamiah tanpa editing pada pasca produksi atau voiceovers. Kamera adalah yang mengambil segala hal yang terjadi. 2.1.3.2.3 Documentary Drama. Gaya ini mencampur teknik drama dan unsur – unsur faktual dokumenter. Peristiwa nyata diperankan oleh actor profesional dengan setting yang dikendalikan dalam gaya yang direkonstruksikan dengan jelas.
15
Jessica, A. (2012, July 9). KUASA PENGETAHUAN DALAM FILM
DOKUMENTER.
Retrieved
March
26,
2014,
from
https://philosophyangkringan.wordpress.com/2012/07/10/kuasapengetahuan-dalam-film-dokumenter/ 2.1.3.3 Pada dasarnya, Barsama menempatkan dokumenter sebagai suatu kategori tersendiri, karena ia mengatakan bahwa peran si pembuat film dalam menentukan interpretasi materi dalam jenis-jenis film tersebut jauh lebih khas. Perkembangan dokumenter dan genrenya saat ini sudah sangat pesat dan beragam, tetapi ada beberapa unsur yang tetap dan penggunaannya, yakni unsur – unsur visual dan verbal yang biasa digunakan dalam dokumenter, yaitu: 2.1.3.3.1 Unsur Visual 2.1.3.3.1.1 Observasionalisme reaktif; pembuatan film dokumenter dengan bahan yang sebisa mungkin diambil langsung dari subyek yang difilmkan. Hal ini berhubungan dengan ketepatan pengamatan oleh pengarah kamera atau sutradara. 2.1.3.3.1.2 Observasionalisme proaktif; pembuatan film dokumenter dengan memilih materi film secara khusus sehubungan dengan pengamatan sebelumnya oleh pengarah kamera atau sutradara. 2.1.3.3.1.3 Mode ilustratif; pendekatan terhadap dokumenter yang berusaha menggambarkan secara langsung tentang apa yang dikatakan oleh narator (yang direkam suaranya sebagai voice over). 2.1.3.3.1.4 Mode asosiatif, pendekatan dalam film dokumenter yang berusaha menggunakan potongan-potongan gambar dengan berbagai cara. Dengan demikian, diharapkan arti metafora dan simbolis yang ada pada informasi harafiah dalam film itu, dapat terwakili.
16
2.1.3.3.2 Unsur Verbal 2.1.3.3.2.1 Overheard exchange; rekaman pembicaraan antara dua sumber atau lebih yang terkesan direkam secara tidak sengaja dan secara langsung. 2.1.3.3.2.2 Kesaksian; rekaman pengamatan, pendapat atau informasi, yang diungkapkan secara jujur oleh saksi mata, pakar, dan sumber lain yang berhubungan dengan subyek dokumenter. Hal ini merupakan tujuan utama dari wawancara. 2.1.3.3.2.3 Eksposisi; penggunaan voice over atau orang yang langsung berhadapan dengan kamera, secara khusus mengarahkan penonton yang menerima informasi dan argumen – argumennya. Apa Itu Dokumenter. (2009, January 7). Retrieved March 26, 2014, from
http://www.scribd.com/doc/9810056/Apa-Itu-
Dokumenter#scribd
2.1.4 Kondisi Fisik Daerah Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai dengan namanya, provinsi ini meliputi bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Mataram yang berada di Pulau Lombok. Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak, sementara suku Bima dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%). Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang beribukota di Mataram terbagi dalam 8 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten
17
Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat, Kota Bima dan Kota Mataram. Kabupaten Sumbawa merupakan wilayah dengan luas terbesar yaitu 6.643,98 Km2 (32,97%), sementara Kota Mataram merupakan wilayah dengan luas terkecil yaitu 61,30 Km2 (0,30%). Safarina,
F.
(2013, March
13). FAUZIAH
SAFARINA'S BLOG:
KERAGAMAN BUDAYA NUSA TENGGARA BARAT. Retrieved March 26, 2014, from http://fzhsafarina.blogspot.com/2013/03/keragaman-budayanusa-tenggara-barat.html 2.1.5 Sejarah Kebudayaan NTB Adat-istiadat yang melekat pada masyarakat NTB diawali oleh Sejarah kehidupan nenek moyangnya yang pernah dijajah dan dikuasai oleh orang-orang hindu. Kekalahan kerajaan hindu membuat islam kembali mendominasi di lingkungan masyarakat NTB. Interaksi yang terjadi antar masyarakat membuat kebiasaan atau adat - istiadat yang ada saling mengisi dan berbaur dengan erat antara yang satu dengan yang lainnya hinga tumbuh dan berkembang sampai sekarang, misalnya saja perpaduan antara budaya hindu dan budaya islam seperti selametan laut yang dilakukan dengan menggelar zikir bersama yang disertai dengan perlengkapan sesajian yang akan disantap bersama dan sejenisnya. Di luar budaya hindu dan islam, budaya masyarakat NTB juga diperkaya dengan beragam budaya masyarakat yang beragama kristen dan buda serta agama konghucu yang dianut oleh sebagian masyarakat cina yang sudah tinggal di NTB sejak zaman penjajahan terdahulu. Kedamaian hidup dalam kerberagaman budaya yang ada tentu menjadi idaman setiap anggota masyarakat NTB yang ada hingga saat ini. Gejala kebudayaan dalam kehidupan masyarakat NTB yang sangat dominan adalah ketergantungan dan kepatuhan masyarakat terhadap tokohtokoh pemuka agama atau tokoh adat sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari, karenanya pengaruh kehidupan masyarakat yang dilandasi sistem
18
patriakhis. Interprestasi ajaran agama yang belum tepat sering mempengaruhi sikap dan pandangan masyarakat yang diimplementasikan pada sistem nilai sosial dan budaya sehingga mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kedudukan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat. Safarina,
F.
(2013, March
13).
FAUZIAH
SAFARINA'S BLOG:
KERAGAMAN BUDAYA NUSA TENGGARA BARAT. Retrieved March 26, 2014, from http://fzhsafarina.blogspot.com/2013/03/keragaman-budayanusa-tenggara-barat.html 2.1.6 Pengertian Nyongkolan Secara garis besar Nyongkolan berasal dari kata songkol / sondol yang artinya; mendorong dari belakang. Nyongkolan bisa didefinisakan sebagai mengiringi atau mengawal pengantin untuk bertandang ke rumah keluarga pengantin wanita dalam sebuah prosesi adat pernikahan masyarakat Sasak. Nyongkolan dilakukan setelah akad nikah dilaksanakan, dan waktunya tergantung dari kesiapan keluarga pengantin pria. Terkadang satu minggu setelah akad nikah bahkan satu bulan, karena tidak ada ketentuan waktu yang harus dalam hukum adat. Proses Nyongkolan bukanlah suatu keharusan dalam sebuah upacara perkawinan dikalangan masyarakat suku sasak,bahkan tak jarang masyarkat yang tidak melaksanakan upacara Nyongkolan, akan tetapi ada juga sebagian kalangan-kalangan masyarkat tertentu yang mengharuskan dengan alasan adat atau peraturan di kalangan masyarakat tersebut yang biasa juga disebut awik-awik gubuk atau peraturan adat pada sebuah lingkungan tertentu. Suku Sasak tidak lain merupakan penduduk asli Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Istilah Nyongkolan itu mewakili kegiatan yang berupa proses pengiringan sepasang pengantin dalam rangkaian acara merarik atau dalam bahasa Indonesianya sama dengan ‘menikah’. Menikah yang disebut dengan merarik dalam budaya suku Sasak di Pulau Lombok memiliki tradisi berbeda dengan suku-suku lain di Nusantara. Sedikit menyimpang dengan topik, hal
19
itu sama dengan tradisi pinang-meminang di kalangan orang-orang minangkabau yang juga sedikit berbeda. Perlu diketahui juga di Lamongan, Jawa Timur, juga memiliki tradisi perempuan melamar laki-laki (mungkin seiring kemajuan zaman, yang di Minangkabau dan Lamongan mungkin sudah mengalami pergeseran. Kembali lagi ke topik. Perbedaan prosesi itu terletak pada acara melamar, terutama. Kalau sebagai patokan adalah mayarakat Jawa yang memiliki serangkaian acara dari meminang sampai kepada pesta pernikahan, khusus mengenai melamar ini dalam tradisi masyarakat Sasak tidak berlaku. Pria Sasak tidak meminang calon istrinya, melainkan melarikan. Melarikan calon istri (pacar) dilakukan atas kesepakatan pasangan tersebut dan tanpa sepengetahuan kedua orang si gadis yang akan dilarikan. Tradisi melarikan ini memiliki keunikan-keunikan juga Selama dibawa lari si gadis harus dititipkan kepada salah satu keluarga si perjaka. Dan, jangan dibayangkan dalam proses “pelarian” ini mereka bebas melakukan apa saja. Setelah sehari semalam, barulah pihak keluarga lelaki datang kepada keluarga perempuan untuk memberitahukan bahwa anak gadisnya sudah dilarikan berikut membicarakan kesepekatan uang seserahan dan tanggal pernikahan mereka. Prosesi nyongkolan juga merupakan saat-saat bersuka cita bagi kedua pengantin lebih-lebih pengantin wanita karena saat itulah dia akan bertemu dengan seluruh keluarga yang ditinggalkan guna untuk memulai hidup baru bersama sang suami. Dikalangan kaum muda mudi upacara nyongkolan adalah saat yang paling dinanti-nanti,jauh hari sebelumnya mereka telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk di pakai pada saat nyongkolan,mulai dari pakaian adat dan perhiasan serta aksesoris lainya agar penampilannya terlihat lebih gaya dalam mengiringi sang pengantin.
20
2.1.7 Proses Adat Pernikahan Sasak 2.1.7.1 Pemidangan Midang merupakan fase pertama yang harus dilalui oleh pasangan muda mudi sebelum menuju perkawinan. Midang merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh para pemuda dalam upaya pencaharian pasangan hidup yang sesuai dengan keinginan atau pilihan hati. Para pemuda dengan leluasa berkunjung ke rumah – rumah gadis dengan tujuan memilih gadis yang cocok untuk dijadikan sebagai teman hidup dalam berumah tangga sehingga tidak jarang rumah seorang gadis dikunjungi oleh beberapa pemuda setiap malam. Demikian halnya dengan seorang gadis yang didatangi beberapa pemuda setiap malam dapat memilih calon pasangan hidupnya dengan leluasa sehingga sampai si gadis menemukan pasangan yang cocok sebagai pelindung dan penanggungjawab dalam kehidupan berumah tangga. Kedatangan para pemuda ke rumah si gadis pada malam hari dengan maksud ingin menjalin hubungan asmara antara kedua belak pihak disebut Midang. Pada dasarnya pemidangan terjadi akibat dari adanya sebuah pertemuan yang dirangkai dengan perkenalan terlebih dahulu, di mana pertemuan dan perkenalan itu biasanya terjadi pada tempat – tempat tertentu seperti pada upacara begawe (pesta), musim tanam padi, musim panen padi, tempat – tempat pertunjukan seni tradisional, upacara bau yyale, dan tempat – tempat hiburan lain yang biasa di hadiri oleh orang banyak.
21
2.1.7.2 Merariq Merariq merupakan tindak lanjut dari proses pemidangan yang dilakukan berkali – kali sampai terjadinya suatu bentuk kesepakatan bersama untuk membangun dan membina rumah tangga. Proses merariq pada masyarakat suku Sasak beraneka ragam seperti: 2.1.7.2.1 Kawin Gantung, yaitu perkawinan yang dilakukan dengan mengikat kedua calon pengantin mulai dari sejak kecil tetapi baru boleh bergaul sejak akil baliq atau sesuai kesepakatan dari orang tua kedua belah pihak. 2.1.7.2.1 Kawin Lari, yaitu perkawinan yang terjadi dengan cara melarikan si gadis tanpa sepengetahuan orang tua si gadis. 2.1.7.2.1 Kawin Belakoq, yaitu perkawinan yang terjadi atas kesepakatan kedua belah pihak baik orang tua maupun calon pengantin. Pada kesempatan ini akan diuraikan salah satu dari proses perkawinan yang umumnya berlaku di masyarakat yaitu kawin lari. Kawin lari (merariq) merupakan keputusan terakhir yang diambil oleh calon pengantin laki apabila dengan cara belakoq sudah tidak mendapat restu dari orang tua calon pengantin wanita. Untuk menegaskan keputusan merariq benar – benar tidak mendapat restu atau untuk menghindai rasa kecewa dari pemuda lain yang sering datang midang ke rumah si gadis agar orang tua si gadis tidak merasa sedih atau bersalah makan kedua calon pengantin melakukan
perjanjian
untuk
melakukan
perkawinan
tanpa
sepengetahuan orang tua dengan cara “kawin lari”. Biasanya kawin lari ini dilakukan pada malam hari antara waktu Maghrib dan Isya’, di mana si gadis dijemput pada tempat yang telah
22
disepakati kedua calon pengantin. Jika dilakukan siang hari dianggap pengecut sehingga di belakang hari (pada proses sorong aji krame) akan didenda, berupa tidak boleh masuk pekarangan apalagi sampai naik ke serambi. Denda subsidernya sangat besar, dahulu 49.000 kepeng, suatu jumlah yang sangat besar pada zaman dahulu. Jika ini terjadi maka pihak laki – laki akan sangat malu karena namanya tercoreng di mata masyarakat. Karenanya, biasanya dilakukan upaya damai secara diam – diam dengan denda yang jauh lebih besar. Dipilihnya malam hari adalah untuk meyakinkan bahwa peristiwanya terjadi benar – benar tanpa sepengetahuan kedua orang tua. Dalam rombongan penjemput, ketentuan adat mengharuskan keikutsertaan seorang wanita “suci” dalam arti telah memasuki masa menopause. Ini bertujuan, agar ada yang menemani si gadis dalam proses perjalanan di luar norma asusila dan demi menghindari kecurigaan masyarakat. 2.1.7.3 Besebo Si gadis yang dijemput, tidak langsung dibawa ke rumah orang tua laki – laki, tetapi ke rumah kelurga atau kerabat dekat dari orang tua laki – laki atau dikenal dengan istilah “besebo”. Besebo dilakukan dengan tujuan agar terhindar dari hal – hal yang tidak diinginkan oleh kedua calon pengantin jika orang tua si gadis mencari atau mau merebut kembali anaknya yang telah dilarikan. Hal ini juga tertujuan sama, bahwa keputusan merariq benar – benar merupakan keputusan kedua calon pengantin. Sebelum naik ke rumah, calon pengantin wanita terlebih dahulu akan dicuci kakinya oleh “wanita suci” yang ikut dalam rombongan mbait tadi dengan menggunakan siwur (alat penyendok air dari
23
tempurung kelapa). Begitu calon pengantin wanita datang seketika dilakukan persiapan memasak (tidak dipersiapkan terlebih dahulu). Memasak serba dadakan ini juga masih erat kaitan dengan skenario bahwa keputusan ini bebas dari pengetahuan kedua orang tua. Yang dilakukan pertama adalah menyembelih ayam dengan terlebih dahulu tepekok (di-keok-kan), istilah ini berasal dari kata keok suara ayam. Maksudnya agar tetangga tahu bahwa ada orang yang merariq. Dengan mendengar suara ayam yang dikeokkan para tetangga pun dapat mengerti, bahwa suara keokan ayam antara maghrib dan isya berarti ada tetangga yang merariq. Setelah mencari tahu siapa yang merariq maka tetangga yang perempuan datang membawa beras, kopi, gula, dan apa saja yang diperlukan untuk keperluan memasak pada malam itu, sedangkan semua tetangga laki – laki terutama dari kalangan pemuda membawa ayam. Semua bawaan itu langsung dimasak dan dimakan beramai – ramai, disebut merangkat, makan dengan menggunakan wadah semacam nare berkaki terbuat dari kayu, disebut perangkap atau dulang. Biasanya paha ayam yang satu diperuntukkan buat kedua calon pengantin di mana pada waktu makan mereka sepiring berdua, kemudian paha ayam yang disiapkan diangkat sedikit oleh calon pengantin laki kemudian calon pengantin wanita mengambilnya dengan sedikit agar ditarik sehingga kelihatan sangat akrab dan serasi sebagai calon pengantin. Kemudian paha ayam yang sebelah disisihkan untuk mereka yang akan bertugas mesejati. Sebelum acara makan dimulai, dilakukan totok teloq (memecahkan telur) sebagai tanda dimulainya makan bersama (merangkat). Setelah selesai makan dilakukan proses melepas sengkang, anting agak besar
24
terbuat dari gulungan daun lontar sebagai tanda kesedian melepas masa remajanya. 2.1.7.4 Mesejati Mesejati adalah pemberitahuan yang dilakukan oleh keluarga pengantin laki – laki kepada keluarga pengantin wanita bahwa anak kedua keluarga tersebut telah kawin. Orang yang datang mesejati paling sedikit 4 orang terdiri atas keliang (kadus), kepala RT, kepala RW dan satu orang dari pihak keluarga pengantin laki – laki. Keempat orang ini mendatangi kepala desa, kepala dusun, dan ketua RT di mana pengantin wanita bertempat tinggal yang selanjutnya bersama – sama mendatangi orang tua dari pengantin wanita. Keempat utusan dari keluarga pengantin wanita melaporkan bahwa proses mbait dilakukan tanpa sepengetahuan keluarga calon pengantin wanita. Untuk menghindari kecemasan orang tua calon pengantin wanita yang kehilangan anak gadisnya maka sesegera mungkin dilakukan pemberitahuan.
Biasanya
langsung
bersamaan
dengan
acara
merangkat atau kalau ditunda waktunya paling lambat 3 hari. Mesejati adalah pemberitahuan dari pihak keluarga calon pengantin laki – laki kepada keluarga calon pengantin wanita bahwa anak gadisnya itu jati, benar – benar telah kawin lari (merariq). Utusan yang ditugasi mesejati, berpakaian adat. Mereka diperlengkapi dengan bawaan yang disebut sesirah. Ini merupakan perlengkapan terpenting dan bermakna paling sakral dalam setiap tahapan proses perkawinan selanjutnya. Sesirah adalah sebuah perlambang berupa wadah terbuat dari talam kuningan (tidak boleh terbuat dari bahan logam yang lain) yang pada bagian dalamnya ditaruh kain usap, kain penutup muka orang meninggal sebagai alasnya. Di atas kain usap ditaruh sebilah keris, kain kembang komak, selembar kain tenun bermotif hitam-putih,
25
jarum, dan benang. Semua perlengkapan sesirah ini, secara filosofis mengandung makna yang bertalian dengan soal hidup dan mati. Proses perkawinan bagi suku Sasak disadari sebagai peristiwa kehidupan yang “dahsyat” apalagi skenario yang ditempuh dengan cara mbait (merariq). Tidak dapat diukur seberapa dahsyatnya peristiwa merariq itu telah mempengaruhi suasana emosional pihak keluarga besar calon pengantin wanita, karena itu pihak keluarga calon pengantin laki – laki bersiap untuk menerima resiko, bahkan bila perlu ditebus dengan kematian sekalipun. Ungkapan permohonan maaf yang tidak terhingga itu diwujudkan dalam wujud membawa sesirah. Jadi dengan sesirah seolah pihak keluarga calon pengantin laki – laki berkata: “Jika kami berbuat salah yang tiada dapat dimaafkan bunuhlah kami dengan keris ini, tutuplah muka kami dengan kain usap yang kusiapkan. Tetapi jika kami telah sesuai dengan adat yang ditradisikan, sudilah kiranya membuka dialog demi hubungan baik kedua keluarga, tak ubahnya seperti merajut jarum dengan benang.” Sebelum memasuki rumah orang tua pihak wanita, utusan mesejati akan memukul kemong (gong kecil yang juga terbuat dari kuningan) sebagai pertanda mereka akan melakukan mesejati. Maksudnya agar diketahui oleh masyarakat sekitar dan tidak mendapat halangan dan gangguan. Ketika sudah memasuki halaman, diucapkan salam secara Islam lalu menyampaikan maksudnya, yang intinya, menyampaikan salam hormat putrinya dan calon suaminya bahwa mereka telah merariq dan kini berada di suatu tempat yang baik dan aman, jangan dikira bahwa putrinya mendapat suatu musibah atau kecelakaan. Biasanya orang tua wanita akan mengatakan Alhamdulillah.
26
2.1.7.5 Selabar Kelanjutan dari mesejati adalah nyelabar, berasal dari kata selabar, yang berarti penyebarluasan kepada khalayak ramai tentang peristiwa merariq yang terjadi. Caranya dengan memukul kemong sebanyak tiga kali. Dilakukan di depan bencingah (pendopo) desa, di pasar atau di perempatan jalan. Jika dilakukan di perempatan kemong dilakukan dipukul di ujung jalan. Selesai melakukan pemukulan kemong, utusan nyelabar menuju ke kepala desa atau kepala kampong dan dilanjutkan ke rumah orang tua pengantin wanita untuk melaporkan bahwa kegiatan nyelabar telah dilaksanakan. Dalam melakukan nyelabar, peralatan yang utama dan terpenting adalah sesirah yang dibawa pada waktu mesejati tetap harus dibawa. 2.1.7.6 Bait Wali Setelah dilakukan selabar maka kegiatan selanjutnya adalah bait wali (menuntut wali nikah) kepada pihak pengantin wanita. Keluarga pengantin laki – laki mendatangi keluarga pengantin wanita sebagaimana perjalanan waktu melakukan mesejati dan selabar, tetapi pada waktu bait wali ditambah dengan satu orang anggota lagi yaitu kiyai atau penghulu. Di beberapa desa, bait wali didahului dengan acara
perebaq
pucuk.
Secara
harfiah
perebaq
berarti
merebahkan/meletakkan, pucuk berarti ujung, sebagai kiasan dari senjata tajam, biasanya keris. Jadi perebaq pucuk berarti “gencatan senjata.” Situasi gencatan senjata ini terjadi, karena secara adat, sejak peristiwa kawin lari tersebut, kedua keluarga seolah – olah sedang dalam suasana bersitegang satu sama lain, sehingga perlu penyelesaian adat secara
27
seksama. Penyelesaiannya melalui sorong serah aji karma yang diikuti nyongkol. Kedatangan para utusan dari pihak pengantin laki – laki termasuk kiyai atau penghulu meminta kesediaan wali atau orang tua laki – laki menikahkan kedua pengantin, jika wali dari pengantin wanita tidak bersedia menikahkan anaknya maka boleh berwakil itu sebabnya pihak pengantin laki – laki membawa kiyai atau penghulu. 2.1.7.7 Nikahan Setelah melakukan bait wali, sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh wali dari pengantin wanita maka pihak pengantin laki – laki melakukan persiapan mulai dari persiapan jamuan para tamu undangan, persiapan rombongan wali, persiapan tempat, persiapan mas kawin serta kelangsungan acara. Acara pengambilan akad nikah biasanya dilakukan setelah selesai sholat ashar atau selesai sholat isya tergantung dari kesiapan wali pihak pengantin wanita. Pada waktu pengambilan akad nikah berlangsung, biasanya penghulu atau kiyai menyuruh pengantin wanita minta ijin agar dinikahkan dengan pengantin laki – laki kemudian dilanjutkan dengan pembacaan dua kalimat syahadat. Wali dari pengantin wanita duduk berhadapan dengan pengantin laki – laki, sambil saling berjabat tangan wali pengantin wanita mengucapkan Ijab Kabul dengan pengantin laki – laki dengan bahasa yang nyaring, jelas, dan lancer tanpa terputus – putus. Untuk maskawin apabila pengantin wanitanya masih gadis maka yang menentukan adalah orang tua/wali, sedangkan jika janda maka maskawinnya ditentukan oleh pengantin wanita itu sendiri. Biasanya kalau pengantin wanitanya masih gadis maka orang tua/wali meminta
28
maskawin berupa tanah atau perhiasan serta perlengkapan sholat, tetapi kalau janda tergantung keinginan diri sendiri. Selesai pengucapan Ijab Kabul akad nikah maka pengantin laki – laki memberikan maskawin kepada pengantin wanita pertanda telah resmi menjadi pasangan suami istri. Selanjutnya, pengantin laki – laki membaca sigat atau taklik di depan pengantin wanita. Selesai pembacaan taqlik maka kedua pengantin berkeliling bersalaman menerima ucapan selamat dari semua keluarga dan tamu undangan yang hadir dan kedua pengantin menuju peristirahatan. 2.1.7.8 Bait Janji Setelah dua minggu atau lebih kedua pengantin melaksanakan akad nikah, maka pihak keluarga pengantin laki – laki mengutus beberapa orang untuk meminta kesiapan dari pihak pengantin wanita menerima kedatangan kedua pengantin berkunjung ke rumah orang tua pengantin wanita. Permintaan kesiapan penerimaan ini disebut bait janji. Biasanya bait janji ini diikuti oleh beberapa permintaan dari pihak pengantin wanita. Permintaan dari pihak pengantin wanita ini disebut Gantiran. 2.1.7.9 Gantiran Adat menentukan bahwa semua biaya dalam perkawinan dibebankan kepada pihak laki – laki. Meskipun dalam prakteknya seringkali pihak keluarga pengantin wanita juga mengeluarkan sejumlah biaya untuk memeriahkan acara – acara yang akan berlangsung. Seberapa besar biaya yang akan dibebankan, tidak digunakan ukuran menurut jumlah uang melainkan berupa sejumlah material, yang disebut Gantiran.
29
Meskipun ada perundingan – perundingan kedua belah pihak dalam menentukan besarnya beban untuk pembiayaan acara, tetapi prinsip perundingannya dilakukan dengan cara yang longgar, ikhlas dan penuh kekeluargaan sampai masing – masing pihak menemukan kesepakatan yang pantas. Perundingan soal beban tanggungan ini, sama sekali jauh dari konteks transaksi. Dalam prakteknya, perundingan dilakukan dengan mengemukakan seberapa besar begawe (pesta) hendak dilangsungkan. Ini terkait dengan status kemasyarakatan kedua belah pihak serta seberapa besar dan luas keluarga yang mesti diundang. 2.1.7.10 Begawe Setelah disepakati mengenai besarnya gantiran, biasanya bersamaan dengan itu disepakati hari pelaksanaan begawe (pesta). Begawe dilaksanakan dua hari. Hari pertama disebut jelo jait, hari pembuka dan hari kedua disebut jelo gawe, hari pelaksanaan puncak begawe. Lazimnya begawe berlangsung siang hari, karena pada hari itu juga dilaksanakan prosesi Sorong Serah Aji Krame dan Nyongkol. Begawe memerlukan biaya besar dan memerlukan waktu yang cukup lama
sejak persiapan sampai selesai.
Di mulai dari Ngayuq,
mengumpulkan kayu bakar secara gotong royong untuk kebutuhan pelaksanaan begawe. Kemudian Tanjek Pawon (mendirikan dapur) dan membuat Tetaring, semacam “terop” untuk menerima tamu yang tiangnya terbuat dari pohon pinang atau bamboo dan atapnya dari anyaman daun kelapa. Pada setiap sisi pinggirnya dihiasi daun enau muda yang telah dilepas lidinya sehingga seminggu sebelum hari pelaksanaan begawe, dilakukan berolem, memberitahu sanak famili dan teman, yang dilakukan dengan mengirim utusan. Secara tradisional, utusan yang berolem ini terdiri dari dua orang, laki – laki dan wanita dewasa telah menikah yang menggunakan pakaian adat harian, wanitanya memakai pakaian lambung.
30
Media yang digunakan sebagai undangan adalah seikat rokok tradisional, yang mengisyaratkan undangan untuk bapak – bapak dan seperangkat sirih pinang untuk ibu – ibu. Berolem memiliki arti penting bagi masyarakat Sasak karena di dalamnya mengandung nilai kekerabatan yang tinggi. Bagi yang tidak mendapat oleman, meskipun karena lupa, akan sangat terpukul karena merasa dilupakan, tidak dihargai bahkan meganggap dirinya telah dikeluarkan dari kekerabatan. Karena itu seseorang yang tidak mendapat oleman atau undangan, maka yang bersangkutan tidak akan hadir walaupun terdapat hubungan kekerabatan yang dekat atau berdekatan rumah dengan orang yang berhajat. Apabila diketahui ada kerabat yang lupa diundang maka tidak bisa lagi digunakan utusan, tetapi yang punya hajat langsung yang akan melakukan pendekatan khusus atau menyampaikan oleman. Acara begawe dipimpin oleh seorang Ran, semacam kepala koki dalam dunia tata boga. Ran bertugas menjaga keselamatan dan kelancaran begawe, termasuk menjaga kalau ada orang yang secara supranatural iseng mengganggu acara begawe, misalnya dengan cara membuat masakan tidak bisa menjadi matang atau basi. Di bawah koordinator Ran terdapat beberapa orang Agan, semacam koki, yang bertugas mengolah masakan. Sajian 2 pukul 09.00-10.00 berupa aneka kue yang ditaruh dalam satu wadah, biasanya nare. Suguhan kedua sekitar pukul 12.3013.00 disajikan makan siang. Acara begawe persiapan sorong serah aji krama dan nyongkol. 2.1.7.11 Sorong Serah Aji Krama Aji Krama berasal dari kata “aji” dan “kerama”. Aji berarti nilai dan kerama berarti cara atau adat. Aji Krama yaitu sebagai perlambang dari nilai diri atau harga diri dari pihak pengantin laki – laki di dalam adat. Proses terpenting dari seluruh rangkaian adat perkawinan suku Sasak adalah Sorong Serah Aji Krame, yang
31
selanjutnya disebut dengan istilah Sorong Serah (sebutan yang paling popular), yaitu sebutan secara letterlijk, dari perbuatan kedua pengantin yang memberi dan menerima di dalam perkawinan (take and give), yang kalau dipersingkat lagi berarti “perdamaian”. Proses ini dapat disepadankan dengan “sidang majelis adat” untuk mendiskusikan dan menyelesaikan proses mulai dari status sosial semenjak Mbait, sebagai proses paling awal. Di dalam sidang majelis adat, diperbincangkan pula mengenai sanksi dan denda adat yang mungkin timbul akibat adanya pelanggaran di dalam seluruh rangkaian proses sebelumnya. Apabila terdapat denda maka pada saat itulah harus dibayarkan. Dari sudut pandang adat Sasak, Sorong Serah merupakan peng-absah-an suatu perkawinan, agar para pengantin memperoleh hak – haknya secara adat. Sebaliknya, jika proses ini tidak dilalui maka kedua pengantin akan kehilangan hak – hak adat, misalnya ha katas status sosial atau gelar – gelar adat bagi anak yang dilahirkan kelak, bahkan ada kemungkinan mereka akan kehilangan hak dalam soal warisan harta benda. 2.1.7.12 Nyongkol Proses yang paling semarak ini dilakukan segera setelah sorong serah telah berakhir. Pada waktu nyongkol, pihak keluarga pengantin laki – laki akan datang dalam bentuk karnaval rombongan pengantin dengan susunan sebagai berikut: 2.1.7.12.1 Paling depan adalah barisan pembawa Karas, sebuah kotak anyaman berbentuk segi empat, berisi sirih pinang, dibawa dua orang berpakaian lambung;
32
2.1.7.12.2 Di belakangnya, barisan gadis – gadis remaja pembawa geleng pencer, daun sirih segar dengan tangkainya, yang dihias secara estetis, juga aneka buah yang ditaruh rapi pada wadah menarik dan bahkan dari jenis yang mewah; 2.1.7.12.3
Kemudian
kelompok
pengantin
wanita
berpakaian
pengantin khas Sasak; 2.1.7.12.4 Sanggul Pangkah berhiaskan onggar – onggar keemasan, baju kebaya yang direnda benang emas, bawahan dari kain songket dengan hiasan perhiasan emas selengkapnya. Pengantin wanita dipayungi Payung Agung sebagai simbol kehormatan, diapit oleh dua iang pengantin. Di belakangnya para keluarga dan pengiring yang kesemuanya wanita; Berikutnya adalah pengantin laki – laki yang mengenakan baju Jas Pagon, bawahan Songket. Di bagian pinggang dibalut Leang Songket dan kepala memakai Sapuq. Di belakang pada bagian punggung diselupkan keris atau gerantim. Seperti pengantin wanita, pengantin laki – laki dipayungi dan diiringi keluarga dan pengiring lainnya yang kesemuanya laki – laki. Perlu diterangkan bahwa pengantin wanita di depan dan tidak beriringan dengan pengantin laki – laki. Bagi masyarakat Sasak mengandung filosofi bahwa laki – laki selaku suami harus menjadi pengawal dan pelindung bagi istrinya. Tetapi jika pengantinnya seorang bangsawan, pengantin akan diusung menggunakan Juli, semacam tandu besar menyerupai berugaq sekepat, menggunakan atap yang disebut puki, limas berpucuk satu. Tempat sandaran bagian belakang dibuat ornamen menyerupai burung garuda, sedangkan sisi kiri-kanan dibuat ornamen naga. Pada setiap sudut Juli dihiasi juga dengan ornamen garuda mungkar, di bagian atap dikelilingi lingsir (rumbai-rumbai) berwarna kuning dengan dasar bagian atas berwarna hitam, disebut pesisi midersegare (pantai mengelilingi laut). Para pemikul Juli mengenakan bebet (ikat
33
pinggang) dari jenis lempot umbaq, kain tenun yang dipakai menggendong dengan sapuq, ikat kepala berwarna putih. Selain pemikul, ada barisan pengawal berjumlah 40 orang yang disebut dengan Moger Sari. Pakaian pengawal sama dengan pemikul, ditambah
membawa
tombak.
Juli
melambangkan
Negara/pemerintahan dan rakyatnya dengan pegnertian kekuatan penggerak ada pada pemikul yang melambangkan kekuatan rakyat. Di depan Juli, terdapat barisan yang disebut Pengampering Marga, berjalan kaki membawa pedang, bertugas sebagai pembuka jalan sekaligus mengatur lalu lintas orang. Jika menggunakan Juli maka pengantin akan duduk berdampingan, dijaga empat orang pengawal yang mengambil posisi berdiri di atas pemikul. Di bagian depan Juli, duduk dua orang pembawa kord miniatur kebun yang terbuat dari bahan yang dianyam dan diraut dengan sangat artistik menyerupai beberapa jenis binatang, tumbuhan dan buah – buahan melambangkan kesejahteraan dan pelestarian flora dan fauna. Selama pembuatan Kebon Odeq, dilakukan dengan suatu ritual tersendiri, yaitu dengan membaca/menembangkan takepan, naskah lontar kuno, dengan memilih lakon rengganis, episode yang bertutur tentang kisah cinta paling dramatis antara Sang Jayengrane dengan Putri. Perlengkapan ini khusus sebagai kelengkapan Nyongkol bagi kalangan bangsawan. Jika diikuti sejumlah perlengkapan lain yang disebut Kembiliq, usungan berbentuk rumah – rumahan, lumbung, masjid yang di dalamnya diisi ragam kue tradisional; 2.1.7.12.5 Pada bagian belakang Kebon Odeq terdapat rombongan kesenian tradisi, biasanya Gendang Beleq. Bisa juga jenis kesenian tradisi yang baru, disebut Kecimol atau esot – esot, semacam marching band yang merupakan kombinasi drum band dengan musik tradisional yang melantunkan lagu – lagu dangdut. Pihak keluarga pengantin wanita membuat formasi dengan urutan yang sama. Barisan terdepan membawa Karas, disusul
34
pembawa minuman, biasanya kelapa muda yang nantinya dipakai menjamu rombongan Nyongkol yang tentunya harus karena datang dari jauh dan berjalan cukup jauh pula. Proses Mendakin dilangsungkan di perbatasan desa. Pada dasarnya, Mendakin berupa serah terima pengantin secara adat. Ketika telah sampai di tempat yang disepakati, kedua rombongan akan duduk sejenak dan beramah tamah menyampaikan maksudnya, dilanjutkan dengan bejambiq, menyuguhkan sirih pinang sebagai symbol tata karma penyambutan tamu. Saat itulah dilakukan tukar menukar buah – buahan dan minuman, termasuk kelapa muda tadi. Setelah itu kedua mempelai dijemput oleh pihak yang Mendakin untuk selanjutnya diantar ke rumah orang tuanya untuk menghaturkan sujud sembah dan permohonan maaf. Rombongan Nyongkol pun bergabunga dan mengikuti rombongan Mendakin, bersama – sama menuju ke rumah orang tua pengantin wanita. Pada saat itu suasana “tidak perang tidak damai” yang berlangsung semenjak proses mbait. Pihak Nyongkol menyampaikan maksudnya, para wanita dan gadis – gadis berada di barisan depan. 2.1.7.13 Bales Ones Nae Satu atau dua hari setelah acara yang meletihkan; Begawe, Sorong Serah dan Nyongkol yang dilakukan serentak dalam sehari, kemudian dilakukan Bales Ones Nae (membalas telapak kaki), kira – kira artinya napak tilas. Acara ini hanya dihadiri keluarga terdekat saja dari kedua belah pihak, tanpa acara seremonial. Pada saat inilah seluruh keluarga kedua belah pihak diperkenalkan satu per satu, agar tahu persis siapa paman-bibi, kakek-nenek, kakak-adik, dan seterusnya, sebagai akbiat dari terjadinya ikatan tali perkawinan. Prosesi Perkawinan Masyarakat Gumi Sasak (Vol. 1). (2011). Mataram: CV. Gumi Sasak.
35
2.1.8 Proses Nyongkolan Pada jaman-jaman dahulu Begawe Nyongkolan akan dikemas dalam suatu pesta hajatan yang sangat meriah dan di sebut "Begawe Beleq" yang tidak sedikit mengeluarkan biaya. Maka disini letak kemeriahan dari acara tersebut, para tamu undangan akan di undang dua atau tiga hari sebelum hari H tersebut, untuk melakukan kegiatan memasakan nasi dan lauk pauk serta membikin jajanan pesta. Untuk menghibur para tamu yang bekerja biasanyanya pemilik hajatan (Epen Gawe-pen) akan menyewa keseniankesenian tradisional khas Sasak seperti Gendang Beleq, Drama, Joget (sinden-pen) dan sebagainya. Pada perjalanan acara ini akan terdapat tradisitradisi kecil lagi yang di jalankan seperti Bisoq Beras yang diiringi oleh alat musik tradisional acara Bisoq Beras merupakan tradisi pavorit para Terune Dedare karena disini mereka bisa bercengkerama dan saling rayu, dan acara bikin Ares. Kembali ke Nyongkolan, setelah hari H tiba, pengantin laki-laki dan perempuan akan diiring atau di giring atau diarak layaknya Raja dan Permaisuri menuju kediaman keluarga pihak pengantin perempuan, pengiring ini akan mengenakan pakaian adat sasak sambil diiringi dengan musik tetabuhan tradisional baik berupa Gendang Beleq, Gamelan Beleq, Kedodak, atau Tawak-Tawak namun sekarang namanya adalah Kecimol dan Ale-Ale yang biasanya diiringi oleh penyanyi. Sesampai dikediaman keluarga pengantin perempuan, pasangan pengantin akan melakukan sungkeman untuk meminta do'a restu kepada pihak keluarga juga sebagai tanda bahwa pihak keluarga sudah merestui untuk melepas anak gadis mereka dan dibawa oleh suaminya. Daya, A. (2011, April 16). Nyongkolan dan Begawe Beleq Tradisi Suku Sasak
Lombok.
Retrieved
March
26,
2014,
from
http://sasakculture.blogspot.com/2013/01/nyongkolan-dan-begawe-beleqtradisi.html
36
2.1.9 Media Nyongkolan 2.1.9.1 Kecimol Pulau lombok yang dihuni oleh suku Sasak hanya memiliki sedikit lagu daerah yang sangat tradisional. Kini banyak dijumpai dan didengarkan lagu daerah Sasak di rumah - rumah Masyarakat Lombok, begitu banyak mengalami evolusi, mulai dari lirik dan musik pengiringnya. Dahulu pernah sangat populer di masyarakat Sasak, kecimol yang merupakan kombinasi gendang beleq, organ dan suara seruling, walaupun memberi kesan para pendengar langsung berubah dari menyaksikan pertunjukan musik tradisional menjadi pertunjukan musik daerah yang didangdutkan, belum lagi kalau mendengarkan lagu penyanyinya yang mengambil lagu dangdut popular. Sebelum musik tradisional kecimol, ada juga cilokaq. Cilokaq berbeda dengan kecimol. Musik tradisional ini ciptaan musisi sekarang yang berusaha mempertahankan ketradisionalan musiknya, walaupun lagu yang diiringi masih berbahasa sasak. Adapun musik yang lebih tradisional seperti lagu Kadal Nongak, tetapi sudah sangat sulit untuk menemukan rekaman lagu tersebut. Di komunitas Sasak sendiri, ketika berada di luar Lombok ada lagu yang menjadi semacam lagu wajib dan sering didengarkan, salah seorang dari mereka yang kini tinggal di Belanda setiap dua hari sekali selalu memutar ulang lagu tersebut. Ketika mendengarkan musik tradisional tersebut ada yang air matanya selalu keluar dan merasa terpanggil untuk segera kembali ke Lombok. Jaelani, L. (2008, January 24). Musik Tradisional Sasak. Retrieved March 26, 2014, from https://lalumuhamadjaelani.wordpress.com/2008/01/24/musiktradisional-sasak/
37
2.1.9.2 Gendang Beleq Gendang Beleq merupakan salah satu kesenian tradisional yang dikenal dan telah sangat lama berkembang dengan baik oleh masyarakat suku Sasak. Kesenian tradisional Gendang Beleq telah mengalami pasang surut perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Bahkan, kesenian tradisional Gendang Beleq telah tumbuh kembali menjadi kesenian yang sangat populer pada seluruh lapisan masyarakat suku Sasak pada akhir – akhir ini dengan perkembangan yang sangat pesat. Kesenian Gendang Beleq telah hadir dengan fungsi sebagai pelengkap kebudayaan, sebagai salah satu sarana pengungkap makna makna luhur kebudayaan. Pada sisi lain, kesenian Gendang Beleq sebagai salah satu sumber devisa bagi negara yang dengan sendirinya dapat pula meningkatkan taraf hidup para seniman pendukungnya dan memiliki potensi yang sangat besar sebagai media pendidikan bagi masyarakat. Nama kesenian Gendang Beleq diambil dari salah satu alat musik yang digunakan yaitu dua buah gendang berukuran besar dan panjang. Perubahan bentuk kesenian tradisional Gendang Beleq ini pertama kali terjadi sekitar tahun 1800 M, ketika Anak Agung Gede Ngurang Karang Asem memerintah di gumi Sasak. Bentuk kesenian yang kita temukan dewasa ini merupakan perkembangan bentuk karena pengaruh kesenian Bali yaitu Tawaq-Tawaq. Sebelumnya, kesenian Gendang Beleq hanya terdiri atas sebuah Jidur gendang besar yang berbentuk beduq), sebuah gong dan sebuah suling. Demikian besar pengaruh kebudayaan Bali pada waktu itu, sehingga peralatan kesenian ini berkembang sesuai dengan alat yang digunakan pada kesenian tawaq-tawaq. Akan tetapi, agar tidak meninggalkan nilai-nilai Islam, para seniman suku Sasak pada waktu itu tetap mempertahankan bentuk gendang besar yang menyerupai beduq yang digunakan di masjid. Selain itu, jumlah personil yang
38
digunakan pun dibatasi pada jumlah 13 atau 17 orang pemain. Bilangan ini menunjukkan bilangan rakaat dalam shalat. Demikian pula dengan tata cara memainkan alat ini merupakan implementasi dari pelaksaan shalat berjamaah dan tuntunan hidup bermasyarakat dengan nilai-nilai keislaman. Sebuah grup gendang beleq biasanya terdiri dari 15 – 17 orang yang biasanya semua laki – laki. Gendang beleq sebenarnya merupakan salah satu instrumen yang ada pada tarian ini. Disebut gendang beleq karena salah satu musiknya adalah Gendang Beleq (gendang besar). Gendang Beleq (gendang besar ) ini biasanya terbuat dari kulit sapi, besi tua dan kayu yang panjangnya bisa mencapai lebih dari satu meter dan disandang pada pundak dua pemain. Pada umumnya Gendang Beleq (gendang besar) dicat hitam putih dengan pola kotak – kotak. Di Lombok kedua warna itu memang mempunyai arti simbolis. Hitam adalah lambang keadilan sedangkan putih adalah lambang kesucian. Selain itu, hitam juga diibaratkan sebagai bumi dan putih diibaratkan sebagai langit yang keduanya merupakan kekuatan yang harus selalu ada dalam kehidupan manusia. 2.1.9.2.1 Orkestra ini terdiri atas : 2.1.9.2.1.1 Dua buah gendang beleq yang disebut gendang mama (laki – laki) dan gendang nine (perempuan) berfungsi sebagai pembawa dinamika; 2.1.9.2.1.2 Sebuah gendang kodeq (gendang kecil); 2.1.9.2.1.3 Duah buah reong yang terdiri dari reong mama dan reong nina berfungsi sebagai pembawa melodi; 2.1.9.2.1.4 Sebuah prembak beleq berfungsi sebagai alat ritmis; 2.1.9.2.1.5 Delapan buah prembak kodeq disebut juga copek, berfungsi sebagai alat ritmis;
39
2.1.9.2.1.6 Sebuah petuk berfungsi sebagai alat ritmis; 2.1.9.2.1.7 Sebuah gong besar berfungsi sebagai alat ritmis; 2.1.9.2.1.8 Sebuah gong penyelak berfungsi sebagai alat ritmis; 2.1.9.2.1.9 Sebuah gong oncer berfungsi sebagai alat ritmis; 2.1.9.2.1.10 Dua buah bendera, merah atau kuning disebut lelontek. Tari gendang beleq merupakan tari perang walaupun tidak ada unsur perkelahian maupun senjata dalam tarian ini. Namun, setiap gerakannya menggambarkan kemaskulinan (kejantanan). Awalnya, gendang beleq berfungsi sebagai pengiring para ksatria yang akan maju ke medan perang maupun menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang. Selain itu Gendang beleq ini dulu dimainkan apabila ada pesta – pesta kerajaan. Disini digunakan payung agung. Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara perkawinan. Dahulunya, gendang beleq adalah alat musik yang dianggap mempunyai tuah. Oleh karena itu, ada kepercayaan setempat yang mengatakan bahwa harus diadakan andang – andang (sesajen) yang harus diberikan sebelum alat ini dimainkan. Sesajen ini biasanya beupa ayam kampung, beras, daun sirih dan masih banyak lagi. Gendang beleq dapat dimainkan dengan berjalan atau duduk. Komposisi berjalan mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan. Pada waktu dimainkan pembawa gendang beleq akan memainkannya sambil menari, demikian juga pembawa petuk, copek dan lelontek. Gerakan – gerakan
dalam
tarian
ini
pun
sangat
variatif
tergantung
penggunaannya. Tarian ini biasanya diciptakan sendiri oleh para pemainnya. Gerakan – gerakan akan berbeda setiap fungsi. Misalkan gerakan untuk penyambutan, gerakan untuk pertunjukan dan lomba –
40
lomba antar kelompok maupun gerakan untuk meniringi arak – arakan acara pernikahan (nyongkolan). Karena sifatnya yang atraktif, gendang beleq seringkali diadakan untuk mengiringi arak – arakan pengantin (nyongkolan) atau khitanan dan juga untuk menyambut tamu penting. LENDANG NANGKA. (n.d.). Retrieved March 26, 2014, from http://lendangnangkatour.blogspot.com/2010/08/gendang-beleqgenderang-semangat-lombok.html 2.1.10 Masa Peralihan Adat Perkawinan Sasak Seiring perubahan zaman, dalam perkembangannya terlihat adanya perubahan dari tata pelaksanaan di dalam adat perkawinan. Karena adat itu hidup, maka proses perjalanannya berkembang sesuai dengan perjalanan zaman, yang membawa segala macam ragam pengaruh. Perubahannya akan paralel dengan arah yang lebih condong kepada penyesuaian diri. Perkembangan ini dapat dianggap sebagai masa peralihan, karena perubahan– perubahan yang berlaku, tidak secara drastis, tetapi akan berupa pergeseran– pergeseran yang berjalan dalam jangka waktu yang lama. Karena prinsip dasar dari pelaksanaan adat perkawinan, selalu terarah kepada perdamaian, dalam arti yang seluas–luasnya, apakah itu perdamaian antara kedua calon mempelai, ataukah itu perdamaian dalam arti bertautnya kedua kelompok keluarga yang akan berkembang menjadi satu keluarga besar, maka prinsip dasar ini akan dapat hidup dengan langgeng. Akibat dari kemajuan zaman, yang disertai dengan pengaruh ekonomi di mana masyarakat dalam tindakannya ingin rasionil dan ekonomis, terutama dalam memperhitungkan waktu dan biaya. Pada zaman sekarang Suku Sasak menggabungkan antara teknologi modern dengan sisi tradisionalnya. Salah satunya bisa kita lihat pada acara Nyongkolan. Mereka menggabungkan musik tradisional yaitu Kecimol dan Gendang Beleq dengan Drumband.
41
Dahulu pernah sangat populer di masyarakat Sasak, Kecimol yang merupakan kombinasi Gendang Beleq, organ dan suara seruling, walaupun memberi kesan para pendengar langsung berubah dari menyaksikan pertunjukan musik tradisional menjadi pertunjukan musik daerah yang didangdutkan, belum lagi kalau mendengarkan lagu penyanyinya yang mengambil lagu dangdut populer. Ramadhan, G. (2011, November 29). Sasak dalam modernisasi. Retrieved March 26, 2014, from http://sasakdalammodernisasi.blogspot.com/ 2.1.11 Pembanding dan Referensi Ada beberapa referensi yang penulis pakai untuk menunjang style looks dan karakter yang ingin dibuat sebagai berikut : Dalam tugas akhir ini penulis akan mengangkat tema 2D motion graphic karena berhubungan dengan teks infografik. Oleh karena itu dinilai layak dan mampu memberikan dalam segi bentuk dan warna dengan pesan yang ingin disampaikan. Berikut referensi bentuk dari screenshot video motion: 2.1.11.1 “Motion graphic 2012 – Hulu Culture”
(Gambar 2.1.11.1 Motion graphic 2012 – Hulu Culture) Sumber : (https://www.youtube.com/watch?v=v9xOvJYnqrA | Motion graphic 2012 – Hulu Culture)
42
Studi Bentuk: Dari gambar di atas, penulis menganalisa bahwa dari screenshot “Motion graphic 2012 – Hulu Culture” terlihat ilustrasi gambar dengan bentuk tarikan garis brush manual. Banyak memakai bentuk ornament-rnament khas oriental sesuai dengan konsep. Studi Warna: “Motion graphic 2012 – Hulu Culture” terlihat menggunakan warna yang khas oriental dan didominasi oleh warna kuning, jingga, dan merah. Warna-warna terkesan memberikan warna yang hangat. 2.1.11.2 “Workcenter”
(Gambar 2.1.11.2 Workcenter) Sumber : (https://vimeo.com/16908711 | Workcenter) Studi
Bentuk:
Penulis
menganalisa
bahwa
dari
screenshot
“Workcenter” menggunakan bentuk – bentuk simple dan minimalis karena point of interest dari informasi yang disajikan jelas. Kemudian gerakan – gerakan motion yang ditampilkan terlihat futuristik. Studi Warna: Untuk studi warna pada screenshot video motion “Workcenter”, penulis menganalisa bahwa warna-warna yang digunakan merupakan warna yang minimalis karena hanya memiliki dua warna, sehingga enak dilihat dan tidak membuat mata terganggu ketika menyaksikan.
43
2.1.11.3 “Nokia Mapas”
(Gambar 2.1.11.3 Nokia Mapas) Sumber : (https://vimeo.com/9500733 | Nokia Mapas) Studi Bentuk: Dari gambar di atas, penulis menganalisa bahwa bentuk yang digunakan oleh screenshot dari “Nokia Mapas” menggunakan bentuk yang simple karena menggunakan garis/outline. Pemilihan bentuk garis/outline ini karena dari keseluruhan komposisi dari video ini terlihat sangat ramai. Studi Warna: Warna yang digunakan dalam video motion “Nokia Mapas” warna yang colorful, karena memiliki warna yang lebih dari lima warna.
44
2.1.11.4 “Azul Teatro”
(Gambar 2.1.11.4 Azul Teatro) Sumber : (https://vimeo.com/18284261 | Azul Teatro) Studi Bentuk: Penulis menganalisa bahwa dari screenshot “Azul Teatro” menggunakan bentuk framing dan pop up. Bentuk lingkaran sebagai awan menjelaskan bahwa video ini ditujukan untuk promosi tiket pesawat terbang. Studi Warna: Dalam studi warna, warna yang digunakan dalam video motion “Azul Teatro” memakai warna biru yang lebih tua daripada warna biru langit sebagai background agar terlihat lebih jelas.
45
2.1.11.5 “Oxelo Klick”
(Gambar 2.1.11.5 Oxelo Klick) Sumber : (https://vimeo.com/84591410 | Oxelo Klick) Studi Bentuk: Dari gambar di atas, penulis menganalisa bahwa bentuk yang digunakan oleh video screenshot dari “Oxelo Klick” menggunakan bentuk yang minimalis. Studi Warna: Video motion “Oxelo Klick” menggunakan warna pastel dan vintage. Memakai warna biru yang lebih muda dengan diberikan gradasi sebagai background agar terlihat lebih jelas.
46
•
“A Guide To American Football”
(Gambar 2.1.11.6 A Guide To American Football) Sumber : (https://vimeo.com/84751465 | A Guide To American Football) Studi Bentuk: Penulis menganalisa bahwa dari screenshot “A
Guide
To
American Football” menggunakan bentuk-bentuk simple karena bentuk dengan shape yang terlihat lebih banyak bentuk kotak dan segitiga. Studi Warna: Untuk studi warna pada screenshot video motion “A Guide To American Football” menggunakan warna vintage dan bersifat meriah, dengan komposisi yang full dan juga meriah.
47
•
“Frigdata De Figaro Medias”
(Gambar 2.1.11.7 Frigdata De Figaro Medias) Sumber : (http://vimeo.com/84304438 | Frigdata De Figaro Medias) Studi Bentuk: Dari gambar di atas, penulis menganalisa bahwa bentuk yang digunakan oleh video screenshot dari “Frigdata De Figaro Medias” merupakan bentuk desain yang kompleks. Studi Warna: Dalam studi warna, warna yang digunakan dalam video motion “Frigdata De Figaro Medias” memakai warna primer, yaitu seperti warna merah, kuning, dan biru.
48
2.1.12 Cerita Pendek (Referensi Naskah Dokumenter) No 1
VISUAL Ditampilkan ciri khas dari
AUDIO Musik Instrumen
Keterangan Opening
Affandi yaitu awan-awan berwarna warni mewarnai foreground memakai animasi motion graphic lalu tampil judul Affandi. 2
Muncul foto sketsa Affandi
Narasi : Sosok pelukis “Affandi” adalah legenda yang dikenal sebagai Maestro seni lukis Indonesia, berkat gaya ekspresionisnya yang khas.
3
Ditampilkan lukisanlukisan
Narasi : Selama hidupnya Affandi telah menghasilkan ratusan bahkan ribuan karya. Eksistensi seorang Affandi pada akhirnya masih dapat dinikmati lewat karya-karya yang dihasilkannya.
Profil Singkat Affandi
49
4
Affandi sedang mengamati Pelukis Affandi
Di sebuah ruangan
melukiskan dirinya di atas
sering kali melukis
di dalam rumahnya
kanvas
dirinya sendiri untuk memuaskan hasrat melukisnya. Karena melukis potret diri baginya adalah bagian dari objek pembelajaran sejak awal karirnya sebagai pelukis.
5
Muncul lukisan-lukisan naturalis Affandi
Narasi : Pada awal perjalanan melukisnya, Affandi menempuh jalur Naturalis. Obyek yang alami bagi Affandi merupakan manifestasi kehidupan di sekelilingnya
50
6
Video dokumentasi Affandi dari “hungry to paint”
7
Animasi Affandi melukis ibunya
Narasi : Hasratnya untuk terus belajar melukis, menyempurnakan teknik, penguasaan anatomy wajah dan pencahayaan dapat dilihat dari beberapa lukisan naturalisnya.
8
Visual animasi Affandi
Pada tahun 1990-an
yang membuang kuasnya
dimana ia merasa
ke lantai
kuas telah menghalangi kelangsungan curahan emosinya dalam melukis.
9
Divisualisasikan foto
Narasi :
Affandi serta lukisannya
Tahun 1950an
ketika berada di India
Affandi mendapat kesempatan belajar
51
di India. Uang beasiswa yang dipersiapkan untuk dua tahun digunakan untuk keliling ke beberapa kota besar di India untuk melukis dan pameran. 10
Menampilkan bangunan-
Narasi :
bangunan yang pernah
Dan berlanjut
dikunjungi Affandi
pameran ke beberapa Negara di benua Eropa dan Amerika.
Efek pop up bangunan muncul
52
11
Menampilkan penaripenari kecak dalam bentuk animasi puppet, lalu zoom
Narasi : Proses melukis Affandi cukup unik,
out ke bagian Affandi
ia selalu memilih
yang sedang melukis
tempat di alam
penari-penari tersebut
terbuka. Garis, warna, dan sapuan Affandi yang ekspresif adalah manifestasi dunia dalam emosinya, baginya melukis tidaklah dalam pikiran tapi lebih berdasarkan naluri.
12
Divisualkan foto-foto Affandi ketika masih muda beserta saudarasaudaranya.
Narasi : Lahir pada tahun 1907 di Cirebon, Affandi kecil dikenal dengan panggilan Abun. Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini belajar melukis secara otodidak.
flashback
53
13
Affandi meminta kakaknya untuk dapat bersekolah di Belanda
Narasi : Ayahnya, R. Koesoema, dan
namun ditolak oleh
saudaranya Sabur,
kakaknya
mengharapkan agar Affandi menjadi Insinyur. Tetapi Affandi meminta agar di sekolahkan di Belanda untuk seni lukis
14
Zoom in kekecewaan
Narasi :
Affandi namun ia menjadi
Jiwa seni lukis yang
lebih giat untuk melukis
ada dalam dirinya tidak tergoyahkan karena sang kakak menolak permintaannya. Namun api kreativitasnya semakin menyala
54
15
Foto-foto penghargaan yang diraih Affandi dan menerima gelar doktor honoris dan maestro
Narasi : Berbagai penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari pria yang hampir seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Salah satunya Gelar Maestro yang di dapatkannya dari yayasan Dag Hammarskjoeld di Itali.
16
Divisualkan foto Affandi bersama Maryati dan mendapat anak
Narasi : Pada tahun 1933, Affandi menikah
pertamanya lahir yaitu
dengan Maryati dan
Kartika
dikaruniai seorang putri, Kartika yang nantinya akan meneruskan bakat melukis sang ayah.
flashback
55
17
Affandi di tengah melukis istrinya Maryati dan anaknya Kartika
Narasi : Awal karir Affandi yang sebagai pelukis poster dan tukang sobek karcis di bioskop, tidak mampu membayar model untuk obyek lukisannya, Maryati selain menjadi istri juga sebagai model studi lukisnya Affandi dalam melatih dan mempelajari anatomi tubuh manusia.
56
18
Foto-foto lukisan humanisme Affandi.
Narasi : Humanisme Affandi dapat dilihat juga pada karya-karyanya. Tema-tema kerakyatan menjadi dominasi dalam karya-karya Affandi.
19
Divisualisasikan penari bali yang ingin dilukis
Narasi : Affandi sering berekspedisi ke Bali. Di sana ia banyak mendapat inspirasi.
57
20
Sketsa gambar museumnya yang kemudian di transisi
Narasi : Seluruh pengabdian Affandi di bidang
menjadi foto museum
seni lukis dapat
yang sudah jadi. Lalu
dilihat di museum
memperlihatkan isi museumnya.
Affandi yang terletak di jalan Laksda Adisucipto, Yogyakarta. Diperkirakan ada sekitar 250 lukisan saat ini.
21
Affandi tengah duduk
Narasi :
memperhatikan lukisannya Akhir masa di museumnya. hidupnya, Affandi sering meluangkan waktu untuk duduk dan mengamati hasil lukisannya. Karya yang dihasilkan hampir di seluruh hidupnya
58
22
Divisualisasikan koran yang memberitakan wafatnya Affandi.
Narasi : Setelah menderita komplikasi berbagai penyakit, pada hari rabu tanggal 23 mei 1990, Affandi berpulang kepada sang pencipta. Dunia kehilangan sosok Maestro di bidang seni lukis. Affandi telah tiada. Seluruh hidupnya telah dibaktikan kepada dunia seni yang digelutinya. Lewat karyakaryanya Affandi telah mengharumkan nama bangsa ke pentas dunia.
59
2.1.13 Referensi Video
(Gambar 2.1.13.1 FIGDATA DE FIGARO MEDIAS on Vimeo) Sumber : (http://vimeo.com/84304438 | FIGDATA DE FIGARO MEDIAS on Vimeo) Bentuk yang digunakan merupakan bentuk desain yang kompleks. Warna yang digunakan warna primer, yaitu seperti warna merah, kuning, dan biru. Gerakan motion memiliki ciri khas dan sangat terlihat elite. Menggunakan musik dan SFX yang berirama flat, namun fun. Perpaduan antara bentuk 2D dan 3D yang memiliki kesinambungan yang baik.
60
(Gambar 2.1.13.2 DISCOVERY EDUCATION on Vimeo) Sumber : (http://vimeo.com/70411376 | DISCOVERY EDUCATION on Vimeo) Menggunakan transisi motion yang cepat namun sangat jelas menyesuaikan dengan dubbing. Perpaduan antara bentuk 2D dan 3D yang memiliki kesinambungan yang baik. Warna tidak terlalu mencolok agar nyaman ditonton. Gerakan motion terlihat fun dan atraktif sehingga tidak terlihat membosankan dalam penyampaian informasi. Demikian pula untuk musik dan SFX sesuai dengan pergerakan motion.
61
(Gambar 2.1.13.3 IDE on Vimeo) Sumber : (http://vimeo.com/30536521 | IDE on Vimeo) Menggunakan transisi yang terlihat indah dan berkesinambungan dari satu shape dengan shape lainnya. Warna yang digunakan tidak terlalu mencolok karena memiliki banyak bentuk. Menggunakan musik yang lembut untuk menyampaikan pesan dan dubbing yang tidak cepat. Warna yang dipergunakan solid tanpa gradasi untuk mempertegas bentuk yang divisualkan. Menggunakan background yang lebih terang daripada bentuk vector. Musik dan SFX sesuai dengan pergerakan motion.
62
(Gambar 2.1.13.4 Discovery Home & Health on Vimeo) Sumber : (http://vimeo.com/58039801 | Discovery Home & Health on Vimeo) Menyampaikan informasi satu per satu tentang kehidupan sehari-hari yang sehat. Transisi terlihat berkesinambungan dengan makna yang disampaikan. Bentuk-bentuk yang dibuat simple dari bentuk aslinya membuat mudah dimengerti. Warna tidak terlalu mencolok agar nyaman ditonton. Musik dan SFX sesuai dengan pergerakan motion.
63
2.2 Tinjauan Teori 2.2.1
Teori Film Animasi Dokumenter Istilah dokumenter ditemukan oleh John Grierson, dalam resensi film
Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat bahwa dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas (Susan Hayward, Key Concept in Cinema Studies, 1996, hal 72). Oleh karena itu dokumenter pun termasuk didalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik, yang dalam istilahnya disebut “creative treatment of actuality” (perlakuan kreatif atas keaktualitasan). Windsor Mckay pertama kali memperkenalkan film animasi dokumenter
dalam film The Sinking of Lusitania (1918) dimana ia
menggunakan animasi untuk menampilkan peristiwa tenggelamnya kapal RMS Lusitania karena terkena serangan torpedo. Dimana tidak ada rekaman nyata dari kejadian ini. Contoh lain dari film Animasi Dokumenter adalah Abductees (2005) karya Paul Vester, film ini menampilkan wawancara dengan beberapa orang yang mengaku pernah diculik oleh makhluk luar angkasa, dari wawancara tersebut pengalam mereka 16 ditampilkan kembali dalam bentuk animasi. Dalam buku David Bordwell yang berjudul ilm Art : An Introduction, ia mendefinisikan bahwa menurut bentuknya dapat di bedakan berbagai tipe film yang ada. Ia menggunakan kata ‘tipe’, tidak mengatakan dengan kata ‘jenis’. Akhirnya berkembang dan di gunakan di seluruh penjuru dunia setelah ia menyederhanakan tipe – tipe yang ada. Bordwell mendefinisikan film dokumenter sebagai suatu film yang berisi tokoh, peristiwa dan waktunya memang ada, tidak di rekayasa, dan secara otentik benar – benar terjadi. Kemudian Brodwell mendefinisikan film animasi adalah sebuah cara ataupun usaha untuk ‘memberi kehidupan’ kepada sesuatu yang tidak bersifat manusia agar dapat mendekati seperti kehidupan manusia sendiri. Adapula teknik pengambilan gambar juga membedakan film animasi dari film lainnya.
64
Awalnya menggunakan teknik frame by frame, namun dengan adanya kecanggihan teknologi, kemudian berkembang menjadi semakin banyak, seperti stop motion, clay animation, animasi 3D(menggunakan computer generated imagery), doll animation, animasi 2D, dan yang lainnya. 2.2.2
Metode Subjektivitas dan Objektivitas Film Dokumenter Menurut Daniel B. Wood (2006), film – film dokumenter telah lama
meninggalkan objektivitasnya sehingga menyebabkan pindahnya paham "kabarkan beritanya pada audiens" menjadi "pengaruhi audiens". Keuntungan dari film – film seperti ini adalah mereka menimbulkan diskusi dalam masyarakat, entah melalui protes dan kemarahan ataupun pujian. Film – film dokumenter sejenis ini dinilai mempunyai banyak sisi opini yang dapat mengarahkan opini publik juga, terlepas dari baik ataupun buruk. Contoh terbaik datang dari An Inconvenient Truth yang merupakan film dokumenter Al Gore yang mengarahkan publik akan bahaya pemanasan global. Namun, jika sebuah film dibuat dengan menggunakan sudut pandang dari kedua belah pihak, maka hasilnya adalah tontonan yang membosankan. Argumentasi ini menyebutkan bahwa media film tidaklah sama dengan media jurnalistik. Sisi lemah dari film dokumenter sejenis ini ("docu-ganda", sebuah istilah yang akhirnya dipakai, sebuah singkatan dari "documentary propaganda") adalah bahwa film sejenis ini membatasi target audiens hanya pada mereka yang setuju dengan premis film yang bersangkutan. Tema Nyongkolan sendiri di dalam documenter apabila disesuaikan dengan tujuan desain “menjadikan documenter ini sebagai referensi sejarah untuk dapat dipelajari, diperkenalkan, dan dilestarikan dalam kebudayaan di Indonesia. Maka dari itu penulis merasa ada catatan yang hendak dimasukkan di dalam film documenter ini, yaitu mengarahkan dan memperkenalkan penonton untuk mengetahui adat perkawinan Sasak, yaitu dalam salah satu rangkaian prosesinya adalah Nyongkolan. Namun penulis mempertahankan keseimbangan antara “subjektivitas” dan “objektivitas”, yaitu segala konten yang dimuat di dalam film animasi documenter ini merupakan hasil dari data
65
yang valid yang diperoleh secara mendalam dan tidak mengandung sama sekali opini dari penulis. 2.2.3
Prinsip – Prinsip Komposisi Menurut Krasner (2008, pp209-226) ada beberapa prinsip motion
graphic yang komposisi penulis aplikasikan di dalam pembuatan film dokumenter ini. Prinsip – prinsip itu antara lain adalah: 2.2.3.1 Unity. Adalah sebuah prinsip yang menentukan koherensi dari segala elemen, sebuah benang merah yang menyatukan semua bagian sehingga mendukung gagasan utama. 2.2.3.2 Field and Ground, adalah pembagian ruang di dalam sebuah komposisi, hal ini menentukan bagian mana yang merupakan bidang depan
(foreground) dan
yang mana
yang merupakan
latar
(background). 2.2.3.3 Positive and Negative Space, adalah penentuan bagian mana dalam komposisi yang merupakan "isi" (positive) dan bagian mana yang merupakan area kosong (negative). Prinsip ini akan menentukan keseimbangan dari komposisi., baik dari segi estetis maupun dari segi psikologis. 2.2.3.4 Size and Scale, merupakan patokan ukuran dari elemen komposisi. ditempatkan,
Size dan
merupakan scale
format
dimana
merupakan
sebuah
hubungan
relatif
elemen yang
mempengaruhi tiap elemen. Kedua hal ini akan mempengaruhi peran dari tiap objek dalam komposisi, baik statis maupun yang bergerak. 2.2.3.5 Edge, merupakan batasan dari sebuah komposisi, dimana keempat batasan layar bisa menjadi titik masuk dan keluarnya elemen desain. Edge merupakan bagian penting yang menentukan batasan pergerakan dan peletakan elemen – elemen.
66
2.2.3.6 Direction, adalah prinsip yang mengatur pergerakan mata audiens terhadap sebuah komposisi, terutama pergerakan-pergerakan elemen. Direction menentukan tujuan dari sebuah komposisi dengan cara menentukan arah gerak, menghubungkan dan memisahkan elemen – elemen yang penting. 2.2.3.7 Visual Contrast, adalah prinsip yang memasukkan variasi ke dalam komposisi, baik untuk memperjelas sebuah informasi, memperkuat makna, maupun memperkuat pesan yang disampaikan. Visual Contrast dapat berupa kontras dalam ukuran, warna, orientasi, dan lain-lain. Perbedaan dalam ukuran akan menentukan elemen mana yang lebih dominan dan yang didominasi. Perbedaan dalam warna akan menunjukkan elemen mana yang lebih diutamakan. Hal ini berlaku pula untuk visual contrast lainnya. 2.2.3.8 Hierarchy, adalah sebuah prinsip yang mengorganisasikan informasi yang kompleks agar perhatian pemirsa dapat terarahkan kepada informasi yang seharusnya pada saat yang bersamaan secara visual. 2.2.3.9 Repetition and Variety, adalah pengulangan dan keragaman, dimana repetition menunjukkan pengulangan elemen-elemen visual, sedangkan variety adalah keragaman elemen-elemen visual di dalam pengulangan tersebut yang dapat mencegah kebosanan dan kesan monoton. Film
animasi
dokumenter
yang
dibuat
oleh
penulis
mengaplikasikan prinsip- prinsip komposisi yang telah dijabarkan diatas dalam pemilihan framing maupun blocking. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai komunikasi yang maksimal, sehingga tujuan pembuatan film dokumenter ini dapat tercapai kepada target audiens.
67
2.2.4
Teori Scripwriting
2.2.4.1 Teori Penentuan Ide Skrip Menurut buku “Successful Script Writing” karya Jurgen Wolff dan Kerry Cox pembuatan sebuah skrip harus dimulai dengan salability factors, yaitu faktor-faktor yang membuat skrip menjadi menarik dan menjual Check list dari skrip yang menjual adalah: 2.2.4.1.1 Mempunyai “strong hook” yaitu sebuah kalimat atau premis yang kuat. 2.2.4.1.2 Tingkat relevansi terhadap masyarakat. 2.2.4.1.3 Ide yang baru dan fresh. 2.2.4.1.4 Ada moral atau arti yang ingin disampaikan. 2.2.4.1.5 Memiliki konflik batin bagi penonton maupun konflik antarkarakter di skrip yang menarik dan digarap dengan baik. 2.2.4.1.6 Terbayang visual yang dapat menarik penonton yang sesuai dengan visi penulis. Dalam penulisan skrip sebuah animasi film dokumenter yang sukses, maka ide skrip harus memenuhi kriteria diatas agar terdapat sebuah cerita yang relevan dan menarik oleh target audiens maupun masyarakat luas. 2.2.4.2 Teori Struktur Plot Plot dibagi menjadi 3 bagian utama menurut Jurgen Wolff dan Kerry Cox yaitu: 2.2.4.2.1 Act I : Awal dari cerita Biasanya dimulai dengan pengenalan akan karakter dan set yang dipilih. 2.2.4.2.2 Act II : Pertengahan dari cerita Berisikan tentang karakter dan tindakannya terhadap masalah yang ada dimana klimaksnya ada pada di bagian ini juga.
68
2.2.4.2.3 Act III : Akhir dari cerita Berisikan kesimpulan dari cerita baik diakhiri dengan senang, sedih, atau perasaan lainnya. Film dokumenter ini harus juga memiliki cerita yang baik dan terstruktur untuk mendapatkan hasil yang maksimal ketika target audiens menonton karena tanpa itu audiens tidak dapat menangkap cerita dari esensi dari pembuatan cerita tersebut.
2.2.5
Teori Prinsip Dasar Animasi 12 prinsip dasar animasi adalah serangkaian prinsip-prinsip animasi
yang diperkenalkan oleh Disney animator Ollie Johnston dan Frank Thomas di 1981 buku The Illusion of Life: Disney Animation. Prinsip-prinsip ini digunakan untuk membantu produksi dan diskusi kreatif, juga untuk melatih animator-animator muda dengan lebih cepat dan lebih baik. Prinsip-prinsip animasi yang akan penulis terapkan tersebut adalah : 1.Solid Drawing Kemampuan menggambar sebagai dasar utama animasi memegang peranan yang menentukan “baik proses maupun hasil” sebuah animasi, terutama animasi klasik. Meskipun kini peran gambar yang dihasilkan sketsa manual sudah bisa digantikan oleh komputer, tetapi dengan pemahaman dasar dari prinsip ‘menggambar’ akan menghasilkan animasi yang lebih ‘peka’. 2. Slow In and Slow Out Slow In dan Slow Out menegaskan bahwa setiap gerakan memiliki percepatan dan perlambatan yang berbeda. Slow In terjadi jika sebuah gerakan diawali secara lambat kemudian menjadi cepat. Slow out terjadi jika sebuah gerakan yang relatif cepat kemudian melambat.
69
3. Staging Staging dalam animasi meliputi bagaimana ‘lingkungan’ dibuat untuk mendukung suasana atau mood yang ingin dicapai dalam sebagian atau keseluruhan scene. Biasanya berkaitan dengan posisi kamera pengambilan gambar. Posisi kamera bawah membuat karakter terlihat besar dan menakutkan, kamera atas membuat karakter tampak kecil dan bingung sedangkan posisi kamera samping membuat karakter tampak lebih dinamis dan menarik. 4. Squash and Stretch Squash and stretch adalah upaya penambahan efek lentur pada objek atau figure sehingga seolah-olah ‘memuai’ atau menyusut’ sehingga memberikan efek gerak yang lebih hidup. Penerapan squash and stretch pada figure atau benda mati (missal : botol, gelas, meja) penerapan squash and stretch akan membuat mereka lebih realis. 5. Anticipation Anticipation adalah salah satu prinsip animasi yang membuat karakter/benda yang akan di animasikan melakukan gerakan sebaliknya, untuk memberikan efek ingin lebih realis contohnya adalah seseorang yang sebelum berlari ia melakukan gerakan ancang-ancang. 6. Archs Archs merupakan gerakan-gerakan yang melengkung seperti misalnya saat seseorang melempar bola baseball atlit pelempar baseballnya saat antisipasi pelempar di gambarkan melengkung untuk membuat efek lentur. 7. Timming Pengaturan waktu pada sebuah animasi untuk membuat gerakan animasi pas pada timming yang diinginkan dan membuat animasi terlihat lebih natural agar membuat penonton merasa lebih tertarik untuk menontonnya.
70
8. Exaggeration Membuat gambaran atau animasi sebuah karakter yang gerakannya di lebihlebihkan membuat lebih lucu dan menarik untuk dilihat, contohnya seperti walk cycle sebuah karakter yang mencerminkan sifatnya masing-masing, seperti misalnya ia berjalan sambil meninggikan dadanya. 9. Appeal Appeal merupakan teori animasi yang bertujuan untuk membuat sesuatu desain agar lebih memiliki daya tarik untuk di lihat, seperti desain-desain yang mencerminkan kepribadian dari karakter. atau environment yang memiliki stylenya sendiri. 10. Follow the Through dan Overlaping Action Merupakan prinsip animasi yang berupaya melebihkan sedikit gerakan animasi jika sebuah animasi tiba-tiba berhenti. intu akan memberikan efek berhenti dari keadaan yang sangat cepat dan memberikan kesan lebih natural. 11. Straight ahead and pose to pose Straight Ahead adalah proses penganimasian dengan cara yang spontan gerakannya hal ini menyebabkan proporsi gerakan yang berbeda dengan gerakan asli, namun gerakan karakter akan lebih terlihat spontan dan memiliki gaya geraknya sendiri. Pose to Pose adalah prinsip animasi yang digerakan dengan membuat blocking (gerakan-gerakan inti) terlebih dahulu sebelum membuat gerakan tengahnya. 12. Secondary Action adalah prinsip animasi yang membuat gerakan sama dengan apa yang dirasakan oleh karakter untuk mendukung ekspresinya, misalnya jika karakter sedang marah karakter ditambahkan gerakan-gerakan memukul-mukul, berjalan tidak santai, dan lainnya
71
Dalam kasus tugas akhir ini hanya beberapa teori animasi yang dipergunakan karena mengingkat bahwa projek akan dijadikan animasi dokumenter yang lebih mengarah ke infografik jadi motion graphic menjadi sarana untuk penyampaian dan akan hanya menggunakan beberapa teori animasi, seperti Slow in and Slow Out, Stagging, Squash and Stretch, Timming, Appeal.
2.2.6
Motion Graphic Motion Graphic merupakan perkembangan motion design (desain
yang bergerak) motion graphic biasanya memadukan unsur, film, video, tipografi, dan teknologi animasi untuk menciptakan sebuah ilusi dari gerakan yang biasanya digabungkan dan di selaraskan dengan audio. Pada saat ini motion graphic banyak dilihat dalam program-program televisi, pembukaan acara televisi, running text creative, bumper, iklan-iklan, grafik data, judul dan lain-lain. Motion Graphic juga biasa disebut invisible art karena komponenkomponennya terlihat namun tidak disadari oleh para menonton dan tanpa disadari motion graphic memberikan mood serta looksnya, tersendiri kepada penonton. Dengan berkembangnya teknologi perkembangan motion graphic pun semakin pesat, itu dapat dilihat salah satu contohnya adalah pada saat televisi-televisi swasta bermunculan. Teori motion graphic ini di terapkan dalam project dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang infografik dengan visual yang baik dan pergerakan yang tidak membosankan, karena infografik bertujuan untuk menyampaikan kepada penonton maksud dari projek. Gerakan-gerakan animasi karakter pun agak dibatasi untuk penonton lebih fokus kepada penjelasan informasi.
72
Apa Itu Motion Graphic ? | Adhietblog. (2009, December 21). Retrieved March 26, 2014, from http://adhietologyxnote.blogspot.com/2009/12/apa-itumotion-graphic_21.html 2.2.7
Teori Warna Teori Brewster adalah teori yang menyederhanakan warna menjadi 4
kelompok warna. Keempat kelompok warna tersebut adalah warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Teori ini pertama kali dinyatakan tahun 1831. Kelompok warna dalam teori ini sering disusun dalam lingkaran warna brewster. Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori warna komplementer, split komplementer, triad, dan tetrad. 2.2.7.1 Warna primer Yaitu warna dasar yang tidak bisa diperoleh dari campuran warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning. 2.2.7.2 Warna sekunder Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer. Misalnya warna oranye merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru. 2.2.7.3 Warna tersier Warna yang berasal dari campuran warna primer dengan warna sekunder. Misalnya warna oranye kekuningan merupakan campuran dari warna kuning dengan oranye. 2.2.7.4 Warna netral Jika ketiga warna dasar dicampur, maka akan diperoleh warna netral. Warna ini biasanya digunakan sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.
73
2.2.7.5 Warna panas dan dingin Lingkaran warna mulai dari warna primer sampai tersier bisa dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu golongan warna panas dan warna dingin. Warna panas terdiri dari warna kuning kehijauan hingga merah. Sedangkan warna dingin dimulai dari ungu kemerahan hingga hijau. Warna panas mampu memunculkan kesan panas dan dekat. Warna dingin sebaliknya akan mengahsilkan nuansa yang dingin. Warna, R. (2011, June 17). Teori Warna Brewster. Retrieved March 26, 2014, from http://www.edupaint.com/warna/roda-warna/486-read-110617teori-warna-brewster.html Dalam penggunaan warna dari film animasi dokumenter berjudul Nyongkolan, warna yang terseleksi adalah vintage. Warna vintage di dominasi warna hijau dan warna – warna pudar yang khas dari foto-foto di zaman dahulu. Vintage membawa kesan suasana dingin dan kuno, sehingga cocok dengan tema yang dipilih.
2.3 Analisa 2.3.1
Pertimbangan Dalam Pembuatan Animasi dokumenter dibuat karena ingin memperkenalkan salah satu
budaya tradisional yang paling semarak di Lombok, yaitu adat istiadat Nyongkolan kepada masyarakat Indonesia serta menjaga kebudayaan dimanapun mereka berada. Karena kebudayaan Indonesia itu sangat banyak dan memiliki nilai yang sangat tinggi sehingga kita dapat mengambil pelajaran dari nilai tersebut. Jadi penulis membuat animasi dokumenter tentang kebudayaan di Lombok-NTB. 2.3.2
Faktor Pendukung Faktor pendukung yang didapat adalah penulis mendapatkan buku-
buku sejarah tentang adat istiadat kebudayaan Nyongkolan di Lombok yang didapat langsung dari perpustakaan daerah di Lombok dan penulis telah
74
melakukan wawancara secara langsung dengan budayawan Sasak sehingga bisa memberikan data dan informasi yang akan dijadikan bahan pembuatan animasi dokumenter ini. 2.3.3
Faktor Penghambat Dengan animasi dokumenter yang bertema tentang adat budaya
Nyongkolan banyak faktor penghambat dalam pembuatannya. Pada awalnya judul penulis menemukan kesulitan data dan konteks yang terlalu luas. Jadi salah satu kebudayaan di Lombok ini adalah penyempitan konteks dari judul sebelumnya. Agak sulit untuk meneumakn data dari salah satu kebudayaan di Lombok, namun penulis berusaha mencari dari sumber media, terutama buku-buku sejarah. Mungkin menjadi faktor terberat adalah dalam pembuatan animasi dengan waktu yang terbatas. 2.3.4
Target Audiens Target audiens berusia 18 – 25 tahun, tinggal di kota besar atau yg
lainnya seperti Jakarta, Bandung, dan lain-lainnya. Memiliki pendidikan minimal SMA sampai yang sudah bekerja. Memiliki rasa tertarik dan suka dengan kebudayaan, multimedia, audio visual, dan animasi.