BAB 2
KOK BENTUKNYA BEGITU?
Dari mana kita tahu bentuk dinosaurus, bukankah yang kita temukan hanya fosil tulangnya saja? Pertanyaan inilah yang ditanyakan oleh kaum awam tentang bentuk dinosaurus. Apakah dinosaurus berwarna-warni? Dari mana kita tahu bahwa bentuk dinosaurus sudah tepat? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini maka kita harus mempelajari tentang rekonstruksi bentuk dinosaurus dari tulang-tulangnya.
2.1 Rekonstruksi Dinosaurus Bentuk-bentuk dinosaurus diperoleh dari rekonstruksi fosil-fosil yang ditemukan. Pertama-tama fosil-fosil tersebut disusun sehingga membentuk kerangka bentuk tubuh dinosaurus. Setelah kerangka tersebut tersusun dengan baik kemudian dibuat miniaturnya.
7
Gambar 2.1 Miniatur Kerangka Dinosaurus
Dari miniatur tersebut kemudian para pematung memberikan tanah liat/lilin di sekeliling tulang untuk membentuk daging sehingga bentuk dasar dari dinosaurus dapat terbentuk.
Gambar 2.2 Pembentukan Tubuh Dinosaurus
Lalu bagaimana dengan kulitnya ? Bagaimana tekstur kulitnya ? Gambar di bawah adalah contoh kulit dinosaurus yang bernama Polacanthus.
8
Gambar 2.3 Kulit Dinosaurus
Tekstur kulit dinosaurus ini terbentuk ketika tanah atau lumpur menyentuh tubuh dinosaurus. Bayangkan jika Anda sedang membentuk lilin mainan dan kemudian Anda menekan ibu jari ke lilin mainan tersebut. Anda akan melihat sidik jari di lilin mainan tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada fosil dinosaurus di atas. Mungkin Polacanthus membentur tanah karena tergelincir atau ia terkubur dalam lumpur dan lumpurnya kemudian membatu sedangkan daging dan kulitnya membusuk. Dari kedua peristiwa di atas maka contoh cetakan kulit dinosaurus terbentuk. Namun cetakan kulit dinosaurus ini jarang ditemukan tetapi dari penemuan-penemuan yang ada diperkirakan tekstur kulit dinosaurus seperti bentuk kulit reptil lainnya.
9
Gambar 2.4 Gambar Kulit Ekor Corythosaurus
Tentang warna dinosaurus, tidak ada seorang ahli pun yang mengetahui secara pasti apa warna dinosaurus karena walaupun ditemukan kulitnya, seperti pada gambar 2.4, namun dengan berjalannya waktu maka kulit akan membusuk sehingga warnanya berubah.
2.2 Kesalahan Rekonstruksi Karena yang ditemukan hanyalah fosil tulang maka tidak tertutup kemungkinan terjadi salah rekonstruksi bentuk dinosaurus. Hal ini pernah terjadi yaitu ketika Dr. Gideon Mantell berusaha menyusun bentuk dinosaurus Iguanodon. 10
Gambar di bawah ini menunjukkan gambar rekonstruksi yang dibuat oleh Dr. Mantell
Gambar 2.5 Kesalahan Rekonstruksi Iquanodon
Perhatikan gambar anak panah pada gambar di atas. Dr. Mantell menaruh cula pada hidung Iguanodon. Dari gambar ini kemudian dibuat 2 buah patung Iguanodon yang sekarang berada di taman Crystal Palace di London. Setelah ditemukan lebih banyak tulang belulang Iguanodon maka kemudian diketahui bahwa yang diduga cula sebenarnya adalah ibu jari Iguanodon.
Gambar 2.6 Ibu Jari Iquanodon
11
Kesalahan rekonstruksi diperbaiki jika suatu saat ditemukan fosil yang lebih utuh dan dalam keadaan lengkap.
2.3 Apa Yang Tidak Dapat Ditunjukkan Oleh Fosil Ada banyak hal yang tidak dapat ditunjukkan oleh fosil walaupun fosil yang ditemukan lengkap seutuhnya. Hal itu terjadi karena yang ditemukan hanyalah fosil tulang-belulang saja dan hal ini tidak menunjukkan tingkah laku kehidupan dinosaurus. Sebagai contoh lihatlah gambar Iquanodon di bawah ini :
Gambar 2.7 Iquanodon Berjalan dengan Berapa Kaki ?
Para ahli dinosaurus masih berdebat apakah Iquanodon berjalan dengan 2 kaki atau 4 kaki. Walaupun fosil tulang yang ditemukan lengkap namun hal ini tidak menunjukkan bagaimana Iquanodon berjalan.
12
Gambar 2.8 Bagaimanakah Letak Sirip Stegosaurus ?
Perhatikanlah gambar di atas. Bagaimana letak sirip Stegosaurus yang seharusnya? Pada saat ditemukan sirip Stegosaurus terpisah dengan badannya. Hal ini menyebabkan para ahli dinosaurus mempunyai 3 pandangan mengenai letak siripnya. Pandangan yang pertama mengatakan bahwa letak sirip Stegosaurus mendatar (gambar 1). Pandangan yang lain mengatakan bahwa letak sirip Stegosaurus sejajar (gambar 3). Pandangan yang lain, yang sekarang diterima adalah bahwa sirip saling bersilangan (gambar 2). 13
Dari kedua contoh di atas kita dapat menyimpulkan bahwa walaupun fosil yang ditemukan utuh namun masih mungkin ada hal-hal yang tidak dapat ditunjukkan oleh fosil, apalagi kalau fosil yang ditemukan tidak utuh seperti gambar di bawah ini :
Gambar 2.9 Rekonstruksi Unenlagia Comahuensis
Coba perhatikan rekonstruksi dinosaurus di atas. Yang ditemukan hanya tulang pinggul, tulang punggung, dan tulang kaki namun digambar hingga mempunyai tulang kepala dan tulang ekor. Jelas gambar yang dimaksud di atas adalah tidak tepat karena tidak ada data tulang tengkorak yang ditemukan dan tidak ada tulang ekor yang ditemukan. Kalau fosil yang ditemukan saja tidak lengkap 14
bagaimana mungkin mengatakan bahwa dinosaurus ini berubah menjadi burung. Fosil yang ditemukan tidak cukup untuk merekonstruksi dinosaurus secara utuh apalagi berspekulasi tentang evolusi dinosaurus menjadi burung. Masih ada kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan rekonstruksi dan hal ini disebabkan karena yang ditemukan hanyalah fosil. Inteprestasi terhadap fosil yang dilakukan oleh paleontolog belum tentu benar seratus persen. Mungkin saja suatu saat rekonstruksi suatu jenis dinosaurus mengalami perubahaan seperti letak lubang hidung T-Rex. Teori tentang dinosaurus terus berubah seiring dengan bertambahnya bukti baru. Sebagai contoh, dulu orang mengira hidung dinosaurus terletak tinggi di puncak moncong mereka. Penelitian baru menunjukkan bahwa banyak tipe dinosaurus memiliki hidung yang terletak dekat ujung moncong. Misalnya T-Rex. Dahulu para ilmuwan mengira hidung T-Rex berada di puncak moncongnya. Sekarang hidung T-Rex dianggap berada di ujung moncongnya, jauh lebih dekat ke mulut.1
Mengenai kesalahan rekonstruksi ini, John D. Morris mengatakan: Although scientists usually work very carefully, the reconstruction of dinosaurs tends to be a very error-prone occupation, and some mistakes have been made. These mistakes, although later acknowledged by paleontologist, are very rarely corrected for the general public’s knowledge.2
Hal ini mengajarkan kepada kita agar jangan terlalu menganggap rekonstruksi paleontolog sangat benar dan terbukalah terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan rekonstruksi sejalan dengan penemuan-penemuan fosil yang baru.
1
Susanna Davidson, Stephanie Tumbull, dan Rachel Firth. World Atlas of Dinosaurs. (Jakarta, Penerbit Erlangga, 2006), 23. 2 John D. Morris. Dinosaurs, The Lost World, & You, (Green Forest: Master Books, 1999), 15.
15