BAB 1V ANALISIS TERHADAP PEMAKAIAN INFUS BAGI ORANG YANG BERPUASA MENURUT YUSUF QARDHAWI A. Analisis terhadap pemikiran yusuf al-qardhawi tentang hukum infus bagi orang berpuasa Makna Puasa adalah puasa yang di perintahkan dan yang di tuangkan nash nya dalam alquran yaitu menahan diri dari memenuhi hal hal yang boleh, meliputi keinginan perut dan keinginan kelamin dengan niat mendekatkan diri kepada allah SWT.makna puasa secara syaar‟I menahan dan mencegah diri secara sadar dari,makan ,minum, berstubuh, dan hal-hal semisalnya, selama sehari penuh.yakni dari kemunculan fajar hingga terbenamnya matahari, dengan memenuhi perintah dan taqarub kepada Allah SWT.1 Puasa adalah seperempat dari iman,kesimpulan ini di ambil dari sebuah hadits yang menjelaskan bahwa puasa adalah setengah dari kesabaran.sedangkan sabar dalam hadits riwayat tirmidzi adalan setenga dari iman.puasa di dalam islam termasuk dalam kategori ibadah jasadiyah adalah ibadah yang memerlukan aktifitas fisik.2 Seseorang yang berpuasa membutuhkan tenaga fisik yang kuat.oleh krena itu di dalam firman s.albaqarah ayat 185, tidak mewajibkan orang yang sakit untuk berpuasa.dan wajib menggantinya padaa haari-hari lain, sebanyak hari yang di tinggalkan. Namun jika orang yang sakit atau fisiknya lemah berpuasa dan memakai suntikan yang berupa infus, apakah orang tersebut sah puasanya atau Batal.persoalan ini menjadi
1 2
Yusuf Qardhawi, Fiqih puasa,(Surakarta:intermedia, 2010) h.18 Yusni A. Ghozali, puasa sepanjang tahun bersama nabi, (jakarta;pt. Niaga swadaya, 2006) h.4
57
58
perdebatan dikalangan ulama kontemporer.sebagian diantara mereka berpendapat hal ini membatalkan puasa karena menyampaikan makanan sampai sampai kedarah secara langsung.sedangkan sebagian lagi berpendapat bahwa penggunaan jarum untuk memasukan zat makanan kedalam tubuh ini tidak membatalkan puasa meskipun sampai kedarah.karena menurut mereka yang membatalkan puasa ialah sesuatu yang di masukan sampai kedalam perut besar dan memberikan rasa kenyang kepada manusia sesudahnya atau menghilangkan rasa dahaga.oleh sebab itu, yang di wajibkan dalam puasa ialah menahan syahwat seks dan syahwat perut seperti firman Allah SWT Dalam
masalah
ini
Yusuf
qardhawi
berpendapat
dalam
fatwa
kontenporernya,bahwa pemakaian infuse bagi orang berpuasa itu boleh dengan alasan bahwa dalam konteks fiqih makanan/ obat yang disuntikan melalui infus tidak sampai kerongga perut besar. Bahkan tidak sampai jauf sama sekali karena mereka memaknai jauf sebagai perut besar. Disisi lain, infus tidak menghilangkan rasa lapar dan dahaga. Orang yang diinfus tidak merasa kenyang dan puas karena pencernaan sebagaimana mestinya. Benar bahwa terkadang setelah diinfus seseorang merasakan adanya kesegaran dan batalnya puasa karena hal serupa juga terjadi pada orang yang mandi air dingin ketika berpuasa. Ia juga merasakan adanya kesegaran3 Meski yusuf qardhawi berpendapat tidak batal puasanya namun,ia memandang lebih baik jika menggunakan jarum-jarum ini pada siang hari bulan ramadhan.sebab,masih ada kesempatan luas bagi seseorang untuk menggunakan jarum ini setelah magrib.kalaupun misalnya orang yang
3
Yusuf qardhawi, fatwa-fatwa kontenporer jilid 1, (jakarta: Gema insani press ,2002 ),
59 bersangkutan sakit hingga perlu di obati dan di infuse maka allah memberikan rukhsoh (keringanan) untuk berbuka dan menggantinya pada hari-hari lain.4 Pendapat yusuf qardhawi ini berbeda dengan mayoritas ulama yang memandang bahwa suntikan infuse itu membatalkan puasa dan bahwa memasukan sesuatu sebesar ujung jari membatalkan puasa.namun beliau berpendapat berbeda dengan madzhab ini dalam berfatwa, dalam hal tersebut.tiada seorang pun yang mengetahui makna sederhana puasa, yaitu menahan diri dari makan,minum, dan menggauli wanita.ini adalah permasalahan yang telah di tetapkan dalam alquran. Dahulu pada masa kenabiyan, orang-orang badui untuk makan dan minum tidak memerllukan berbagai ketentuan dan definisi dan juga tiada seorangpun yang tidak mengetahui khikmah pertama puasayaitu menunjukan peribadahan kepada allah SWT denagan meninggalkan syahwat badanya guna mencari keridoan Allah SWT. Suntikan yang berupa infuse bias kita lihat dengan berbagai macam, tidak dinamakan minum dari segala bahasa maupun pengertian umum.penggunaan tidak menafikan tujuan dan khikmah, syariat di dalam puasa, serta bukan menjadi tempat kelalaian ekstrim untuk perkara yang allah tidak membuat kesusahan di dalamnya.Allah berfirman dalam surat aaal-baqarah ayat 185
……….. .Artinya “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” Seandainya perkara perkara tersebut termasuk hal yang di haramkan oleh allah dan rasulnya di dalam puasa dan puasa menjadi rusak dengannya tentulah hal ini menjadi 4
Yusuf qardhawi, fatwa-fatwa kontenporer jilid 1, ..., h. 226
60
kewajiban rasul untuk menjelaskanya, sekiranya rosull telah menuturkanya, pastlah di ketahui oleh sahabat dan di sampaikan oleh para umat.sebagaimana merekaaaaa menyampaikan seluruh syariat.Manakala tidak seseorang pun dari ahli ilmu menukil dari nabi muhamad SAW dalam masalah tersebut baik itu hadits shohih maupu hadits dhoif, yang bersanad maupun yang mursal, bias di ketahui bahwa beliau tidak menuturkan mengenai sesuatu apapun mengenai masalah tersebut.sayyid sabiq pun berpendapat sama seperti beliau.dengan alas an kulit bukan tempat masuk nya makana dan minuman. 5 Ibnu
taimiyah
juga
berpendapat
bahwa
hal
itu
tidak
membatalkan
puasa.menuruutnya jika ada bencana,harus ada ketrangan dari rasulullah SAW.walaupun hanya bersifat umum. Dalam masalah ini Muhammad al-utsaimin berkata,”sebagian ulama modern berpendapat,saat suntikan saat sampai ke pencernaan, tubuh akan menyerapnya secara otomatis, sama seperti yang di kosumsi secara normal.dari sini saja kita sudah mendapatkan dalil yang kuat.kita semua tahu bahwa makan dan minum membatalkan puaa bukan hanya factor komsutifnyasaja,tapijuga karena adanya kenikmatan saat mengkonsumsi makanan.jadi ada dua factor yang membuat makan danminum batal. Pertama makan dan minum itu sendiri, dan kedua kenikmatan saat mengkonsumsi itu sendiri yaitu yang di damabakan oeh nafsu.6 Kajian yang dilakukan oleh Ahmad sarwat Tahun 2010, bab tauziyah, menyimpulkan Bahwa: Tentang injeksi atau memasukkan cairan obat lewat jarum suntik pada tubuh seseorang, pada zaman nabi tidak di kenal untuk itu, dalam menentukan hukumannya bagi orang yang berpuasa para ahli fiqih mengatakannya dengan hukum
5 6
Yussuf qardhawi,Ibadah dalam islam ,(Jakarta: Akbar Media eka, 2005) h.422 Adil sa‟di, Fiqhun-Nisa syiyam – zakat – haji, (Bandung;PT.Mizan publika, 2008)H.87-88
61
dasar puasa. Suatu satu sebab yang membatalkan puasa adalah mesuknya makanan atau minuman kedalam perut atau usus melalui kerongkongan (jalan masuk makanan dan atau minuman). Injeksi tidak berhubungan dengan kerongkongan, sehingga ahli fiqh sepakat bahwa cairan yang masuk ketubuh itu tidak membatalkan puasa karena tidak bertujuan untuk memasukkan makanan. Persoalan mirip dengan injeksi adalah infus. Alat yang digunakan sama yakni jarum, tapi cairan yang digunakan dalam infuse sudah dimaklumi merupakan sari zat makanan. Tentang hal ini para ulama berbeda pendapat, ada yang menyatakan puasa itu batal karena bagaimana pun masuknya. Cairan itu tidak melalui kerongkongan yang menjadi sebab batalnya puasa.7 Permasalahan ini sebenarnnya sepele, karena infuse sebenarrnya tidak di hajatkan selain untuk orang sakit yang stadium tertentu. Atau usai melakukan operasi, sehingga harus di infuse, dimana seseorang membutuhkan makanan buatan.8maka seseorang tersebut di berbolehkan berbuka.
Dalam surat al-baqarah ayat 184 di terangkan bahwa seorang yang sakit atau berpergian jauh pada bulan ramadhan maka boleh tidak berpuasa, dan wajib mengganti pada hari-hari lain sebanyak hari yang di tinggalkan.karena seorang tersebut mendapat rukhsah dari allah (keringan).ruhsho merupakan shodaqah dari allah SWT.dan lebih baiknya shodaqah itu di terima.9
7
Ahmad sarwat, Tauziyah, (Jakarta ;
[email protected],rabo,26 januari,2010 Yusuf qardhawi, fatwa kontenpore r jilid 1, (solo 9 Adil sa‟di, Fiqhun-Nisa syiyam – zakat – haji, ..., h.59 8
62
“maka barang siapa diantara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa) , maka wajib mengganti sebanyak hari yang tidak berpuasa itu pada hari-hari lain”10 Dari ayat tersebut dapat di pahami bahwa seseorang yang sakit atau lemah maka tidak wajib unytuk berpuasa ,karena mendapatkan ruksha (keringanan dari allah SWT.dan adalah shodaqah dari allah SWT dan wajib mengganti pada hari-hari lain sebanyak hari yang di tinggalkan.karena seorang tersebut mendapat rukhsah dari allah (keringan).ruhsho merupakan shodaqah dari allah SWT.dan lebih baiknya shodaqah itu di terima.11Dalam hadits yang di riwayat jan oleh imam ahmad yaitu bahwa allah senang anda menikmati keringan-Nya, sebagaimana Dia benci anda bermaksiat kepada-Nya. Sejalan dengan pendapat Muhamad Baqir Al – Habsyi
bahwa memasukan obat
melalui suntikan (huqnah) kedalam urat atau otot, semata - mata pengganti bahan makanan untuk menghilangkan rasa lapar maka hal itu membatalkan puasa karena bertentangan dengan sebagian hakikat puasa yang menatikan dari diri makanan dan minum, kalaupun sakit dan harus di infuse, maka boleh tidak berpuasa. berbeda dengan memasukan obat kedalam urat / otot untuk menghilangkan rasa sakit yang diperoleh orang yang berpuasa.12
Namun kalau dirinya sangat lemah,bukan menjadi sebab di bolehkanya berbuka,selama kelemahan itu sudah biasa bagi dirinya karena karena yanag menjadi
10
Departemen agama islam, Al-Qur’an dan Terjemahannya, …, h.34 Adil sa‟di, Fiqhun-Nisa syiyam – zakat – haji, ..., h.59 12 Muhamad Baqir Al – Habsyi, “ Fiqih Praktis Menurut Al - Qur’an, Assunah, dan Pendapat Para Ulama”, (Solo: Mizan, 1999) h. 262 11
63
sebab di
haruskanya
(kewajibanya) berbuka abdalah sakit
itu sendiri.bukan
kelemahanya,dan keletihanya bagaimana beban itu harus harus di tanggung, sedangkan di dalamnya mengandung kesukaran. Imam madzhab empat berpendapat bahwa kalau orang itu sakit,dan ia khawatir dengan berpuasa itu akan menambah penyakitnya,atau memperlambat kesembuhanya maka bila ia suka
berpuasalah dan bila tidak maka boleh berbuka.teapi tidak ada
ketentuan (keharusan) berbuka baginya,karena berbuka merupakan rukhshah bukan keharusan bagi orang yang berada dalam keadaan sakit.13 Dalam masalah ini penulis cenderung kepada pendapat mayoritas ulama yaitu puasa orang yang memakai infuse maka puasanya batal. Karena dengan alas an bahwa rukhsho lebih baik du\iambil karena merupakan shodaqoh dari Allah SWT.suntikan dengan infuse membatalkan
pusa , juga karena infuse di gunakan melalui kiulit ,
peredaran darah, yaitu dengan membawa cairan dan sari sari makanan sebagai pengganti makanan.sejalan de ngan hal tersebut setan masuk maelalui darah.dan akan mengganggu dalam beribadah.seperti hadits yang di riwayatkan oleh bukhari
ِا َّن ا َّن ض ِاقَط ُ ْيو َطم َط ِاا َط ِاا ْي الُ ْيو ِا َطو ا َّن ل ْي َط َط َط ْي ِا ْي ِامن ا ِاْين اَط َط َطم ْي َط ى الَّن ِا فَط َط ل ْي َط “sesungguhnya setan masuk kedalam anak adam mengikuti jalanya darah.maka sempitkanlah jalan masuknya degan lapar dan puasa”.14
B. ANALISIS METOLOGI YUSUF QARDHAWI DALAM MENENTUKAN HUKUM INFUS BAGI ORANG YANG BERPUASA. 13 14
Muhammad Jawal Al-Mugniyah, Fiqih lima Madzhab (Jakarta: Lentera) hal. 27 Muhamad ilyas Rukhayati, Terjemahan Ringkasan bukari, (Jakarta:Mizan, 2000)h.65
64
Dengan melihat beberapa keterangan yang penulis kemukakan dalam bab sebelumnya bahwa Yusuf Al Qordhawi adalah seorang figur yang memunyai ciri khas tersendiri dalam pemikirannya walaupun beliau termasuk seorang ulama yang tidak menganut satu madzhab atau fanatisme madzhab, namun juga beliau tidak mencela madzhab lain begitu juga prinsip2 yang beliau pegangi.15 Khususnya dalam metode istimbath hukum yang beliau gunakan dalam setiap menetapkan suatu hukum, beliau juga dalam berfatwa mensimflikasikan fiqih agar mudah dilaksanakan dan diaplikasikan. Beliau juga dalam sandaran hukum fiqih mengambil istimbath hukum pada empat dalil yang masyhur dan disepakati oleh mayoritas para ahli fiqih. Ke empat dalil tersebut adalah Al Qur‟an, As Sunah, Ijma‟ dan Qiyas. Demikian juga dalil-dalil yang masih menjadi perselisihan, yaitu istislah, istihsan, urf dan lainnya. Dari tinjauan ini kita akan menganalisis secara singkat dalil empat yang digunakan beliau. A. Al Quranul Karim Al Quranul Karim adalah dalil pertama terbesar dan asalnya usul. alQur‟an juga adalah kitab Allah SWT, dan Al Qur‟an adalah pokok dari segala pokok, sumbernya semua sumber dan dalilnya semua dalil. Semua dalil harus merujuk dan berpegang teguh kepadanya untuk konsisten dengan hujah sunah, kita harus mengkonsistesikan denga Al Qur‟an demikian juga dengan ijma dan qiyas serta dalil-dalil lain, semua harus berpegang pada Al qur‟an dan sunah. Al qur‟an tidak membutuhkan semua dalil sedangkan semua dalil membutuhkan Al qur‟an.16 Allah SWT telah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 1
15
Yusuf Qordhawi, Fiqhul Ikhtilaf, antara perbedaan yang diperbolehkan dan perpecahan yang dilarang, (Jakarta: Rabani Press, 1997), hal. 189. 16 Yusuf Qardhawi, Fiqih Praktis Bagi Kehidupan Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hal. 38.
65
Artinya: “ini adalah kitab yang kami turunkan kepada mu supaya kamu mengeluarkan dari gelap gilita kepada cahaya terang benderang dengan izin tuhan mereka. (yaitu) menuju jalan Tuhan yang maha perkasa lagi maha terpuji’’.17 B. Sunah Sunah nabi adalah penjelas dari Al qur‟an baik berupa perkataan, tindakan, maupun ketetapannya (keputusannya) sebagai penjelas analisis dan praktis amali bagi Al qur‟an. 18 Firman Allah SWT dalam surat An Nahl ayat 44
Artinya: “kami turunkan kepada mu Al qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.19 Allah juga memerintahkan kepada kaum mukminin ketika mereka berselisih dan bertikai untuk mengembalikan kepada Al qur‟an dan rasulnya seperti dalam Al qur‟an surat An Nisa ayat 59.
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar 17
Departemen Agama Islam, Al-Qur’an dan Terjemahannya, …, h. 77 Yusuf Qordhawi, Fiqih Praktis, …, h. 46. 19 Departemen Agama Kementrian, Al-Qur’an dan Terjemahannya, …, h. 67 18
66
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. C. Ijma‟ Sumber ketiga adalah ijma‟, yaitu sumber setelah al qur‟an dan as sunah. Ijma dibangun atas dasar kebaikan umat ini dalam berkelompok. Banyak dalil yang menunjukan hal itu yang banyak terdapat dalam kitab ushul. Beliau menghotmati ijma‟ yang pasti karena menurutnya ahli fiqih harus mengecek apakah dalam sebuah masalah terdapat ijma‟ yang valid dan representatif atau tidak.
D. Qiyas Qiyas merupakan dali ke empat setelah al qur‟an, sunah dan ijma‟. Qiyas adalah memberikan suatu hukum semisalnya karena ada sebab yang sama antara keduanya. Qiyas merupakan sesuatu yang Allah percayakan kepada akal dan fitrah pernyataan ini, sebagaimana dikatakan Ibnu Qoyyim, diantara mizan yang Allah turunkan dengan kitabnya dan menjadikannya sebagai pengamping dan pembantunya.20Yusuf Qardhawi dalam menentukan hokum dalam masalah-masalah kontenporer menggunakan qiyas.seperti masalah ibadah puasa tentang batal atau sah puasa seseorang yang memakai jarum infus pada siang hari. Sebagimana pendapat yusuf qardhawi yang menyamakan menqiaskan antara pemakaian infuse bagi orang yang berpuasa dengan orang yang mandi dingin di siang hari pada bulan ramadhan, yaitu dengan kesimpulan tidak batal.karena rasulullah saw pernah melakukan hal tersebut disaat puasa pada siang bulan ramadhan. Hadits riwayat bukhari
20
Yusuf Qardhawi, Fiqih Praktis, …, h. 66-67.
67
“Bahwa rasulullah saw mengguyuyur kepalanya dalam keadaan puasa karena haus atau kepanasan.” Maka dalam permasalahan ini beliau menggunakan metodologi qiyas.dengan menyamakan peristiwa pemakaian infuse tersebut degan orang yang mandi di siang hari di saat puasa.dengan ilat manfaat kesegara badan setelah melakukan hal tersebut dengan alas an tidak ada keterangan yang jelas tetang hukun infuse tersebut.
Karena jika seorang mufti tidak mendapati ketetapan hukunm di dalanm alquran dan assunnah, maka mereka harus menempuh langkah dengan kekuatan ijtihad untuk menetapkan hukumnya, atau dengan sesuatu yang di kehendaki oleh jiwa dengan semangat tasyri islam serta berdasarkan pada pertimbangan kemashlahatan ummat.21Maka dalam permasalahan ini beliau menggunakan metodologi qiyas. Qiyas
menurut
bahasa
“mengukur
sesuatu
dengan
lainnya
dan
mempersamakannya”, menurut istilah, qiyas adalah menetapkan sesuatu perbuatan yang belum ada ketentuan hukumnya, berdasarkan sesuatu hokum yang sudah ditentukan oleh nash, disebabkan adanya persamaan diantara keduanya. Qiyas menurut para ulama hujah syariyah yang ke empat sesudah al-Qur‟an, hadts dan ijma‟. Firman Allah SWT.
21
Abdul wahab Khollaf, sejarah pembentukan hokum islam.(Jakarta;pt raja Grafindo persada, 2002), h.48
68
“Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai berfikir.” Qiyas dulu sudah di pakai orang yahudi sebelum islam, yaitu menurut prof. schaeht meyakini bahwa qiyas di turunkan dari istilah tafsiran yahudi hiqqish, inhiftfnya heqqesh, dari akar kata bahasa aramea naqh, yang berarti “memukuli bersama”.lebih lanjut ia mnyatakan bahwa “kata itu di gunakan dalam pengajaran dua pokok masalah dalam bible, dan menunjukan bahasa keduanya harus di perlakukan dengan cara yang sama. Menurut Abu Zahrah (tanpa tahun = 247), dilihat dari segi martabatnya, qiyas dapat dibagi ke dalam tiga macam yaitu : 1. Qiyas Aula, yaitu qiyas yang illat dalam fara‟ (cabang) lebih kuat daripada „illat yang ada dalam ashal. Qiyas ini temasuk dalam dalalah nash, contoh: haramnya memukul Ibu bapak yang diqiyaskan kepada haramnya memarai kepada mereka, dilihat dari segi ilatnya menyalati apa lagi memukul lebih-lebih menyakiti. 2. Qiyas Musawi, yaitu qiyas yang ilat dalam fara‟ (cabang) sama kuat dengan ilat yang ada dalam ashal, misalnya qiyas memakan harta benda anak yatim kepada membakarnya, dilihat dari segi ilatnya ialah sama-sama melenyapkannya. 3. Qiyas adna, yaitu qiyas yang ilat dalam fara (cabang) lebih rendah kekuatannya daripada illat yang ada dalam ashal. Misalnya, sifat memabukan yang ada dalam sebagian minuman yang memabukan selain khamar, meskipun hal itu tidak menghalagi ditetapkannya ilat dalam fara‟ (cabang).
69
4. Qiyas dilalah (menunjukkan) adalah yang ilatnya tidak menetapkan hukum, tetapi menunjukkan juga adanya hukum. Seperti mengqiyaskan wajibnya zakat harta orang dewasa, dengan alasan keduanya merupakan harta yang tumbuh. 5. Qiyas Syibh (menyerupai) adalah mengqiyaskan cabang yang diragukan diantara kedua pangkal kemana yang paling banyak menyamai. Seperti budak yang dibunuh mati, dapat diqiyaskan dengan orang yang merdeka karena sama-sama keturunan Adam, dapat juga diqiyaskan dengan ternak karena kedua-duanya adalah harta benda yang dapat dimiliki, dijual, diwaqafkan dan diwariskan. Dengan demikian tentu lebih sesuai diqiyaskan dengan harta benda semacam ini karena ia dapat memiliki dan diwariskan dan sebagainya. Dengan data dapat di pahami bahwa yusuf qardhawi dalam menentukan hokum infuse bagi orang berpuas menggunakan metodologi qiyas syibh, yaitumengqiyaskan cabang yang diragukan diantara kedua pangkal kemana yang paling banyak menyamai.kjarena setelah orang di infuse akan merasa segar dan mendapat gairah.kesegaran tersebut sebagai ilaat hukumnya. sepertinya orang yang sedang berpuasa pada siang hari kemudian ia mansdi dengan dingin seluruh badanya, ia pun akan merasa segar dan mendapat kan gairah lag kesegaran tersebut sebagai ilat hukumnya.dan hal itu tidak membatalkan puasa.karna dulu rasulullah pernah melakukanya.22 Selain metodologi qiyas Yusuf qardhowi juga menggunakan metodologi yang terus ia pegang dalam memberikan fatwa, mengarang dan mengajar yaitu memerikan sikap kreras dalam masalah ushul.
22
Ahmad Hasan, pintu ijtihad sebelum tertutup, (bandung; Penerbit pustaka, 1994), h.126
70
AZ-zain bin Al munayir berkata bahwa mandi disini bersifat mutlak mencakup mandi yang di anjurkan, di wajibkan dan mandi yang sifatnya mubah.seakan-akan mengisyaratkan tentang lemahnya pendapat penbdapat yang diriwayatkan ali tentang larangan orang yang berpuasa untuk memasuki kamar mandi.Riwayt ini di keluarkan oleh Abdurrozak, Namun dengan sanad dhoif.23 Jika ada dua titik pandang atau pendapat yang sumbang atau berdekatan dalam suatu masalah, yang pertama lebih hati-hati dan yang kedua lebih mudah, maka dalam berfatwa kepada masyarakat umum kita harus memilih yang paling mudahnya,bukan tang paling hati-hati. Dalil tentang hal ini adalah apa yang di katakan oleh Aisyah ra, “setiap kali rasulullah saw harus memilih satu dari dua hal, niscaya beliau akan mengambil yang lebuih mudah selama hal tersebut bukan merupakan dosa.(H.R muttafaq-alaih).24Atas dasar tersebut beliau berfatwa yaitu mengambil yang termudah.
23 24
Mohammad ilyas rokhayati, Op.cit.h 422 Yusuf qardhawi, fiqih praktis, …, h 22