BAB 11 LANDASAN TEORI
A.
Kinerja Keuangan Bank Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, dimana informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan
dimasa
lalu
seringkali
digunakan
sebagai
dasar
untuk
memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan.1 Penilaian kinerja keuangan bank dapat dinilai dengan pendekatan rasio keuangan dari semua laporan keuangan yang dilaporkan di masa depan. Kinerja merupakan sesuatu yang berhubugan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut dapat dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan2. Kinerja keuangan
perusahaan sangat
bermanfaat
bagi
pihak
stakholders seperti investor, kreditor, analisis, konsultan keuangan, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai penilaian aspek 1
Nurul Amalina A. Ibrahim, “Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (PERSERO)”, (Makassar, Skripsi, 2013, hlm. 15). 2 Diana Puspitasari, “Analisi Pengaruh CAR,NPL,PDN,NIM,BOPO,LDR, dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA (Studi kasus Bank Devisa di Indonesia periode 2003-2007)” (Semarang : Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro, 2009, hlm. 18).
51
52
dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagi lembaga intermediasi. Bank sebagai lembaga keuangan yang berorintasi pada profit pengukuran kinerja keuangan perbankan yang paling tepat adalah dengan mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai kegiatan yang dilakukan sebagaimana umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mencapai nilai yang tinggi, dimana untuk mencapai nilai tersebut perusahaan harus dapat secara efisien dan mengelolah berbagai kegiatannya. Ukuran dapat diukur dengan rasio Return on Assets (ROA) dari rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perbankan. ROA dipilih sebagai indikator pengukuran kinerja keuangan perbankan karena ROA
digunakan
untuk
mengukur
efektifitas
perusahaan
dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva. ROA (Return on Assets) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset, ROA dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total aktiva. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat kuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan asset.
53
B.
Ukuran Kinerja Ada tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
secara kuantitatif, yaitu:3 1.
ukuran Kriteria Tunggal ukuran kriteria tunggal (Single Criteria) adalah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer. Kelemahan apabila kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerjanya yaitu orang akan cenderung memusatkan usahanya pada kriteria . pada usaha tersebut sehingga akibatnya kriteria lain diabaikan yang kemungkinan memiliki arti yang sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan.
2.
Ukuran kriteria beragam Ukuran kriteria beragam (multiple criteria) adalah ukuran untuk menilai kriteria manajer, kriteria ini mencari berbagai aspek kinerja manajemen, sehingga manajer dapat diukur kinerjanya dari berbagai kriteria. Tujuan penggunaan beragam ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya berbagai kinerja.
3.
Ukuran kriteria gabungan Ukuran kriteria gabungan (Composite criteria) adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, untuk memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitungkan rata-ratanya sebagai ukuran yang menyeluruh kinerja manajer. Kriteria gabungan ini dilakukan karena perusahaan menyadari bahwa beberapa tujuan lebih penting dibanding
3
Munawir,”Analisis Laporan Keuangan”,(Yogyakarta:Liberty,2001),hlm.62.
54
dengan tujuan yang lain, sehingga beberapa perusahaan memberikan bobot angka tertentu pada beragam kriteria untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer. Sebagai lembaga keuangan yang menganut dasar falsafah kepercayaan, sehingga harus mampu mengelolah seluruh aspek usahanya agar dapat menunjukkan kinerja yang dikatagorikan sehat dan dapat terus menjaganya.
C.
Tujuan Pengukuran Kinerja keuangan Bank Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan bank mengandung
beberapa tujuan: a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keungan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal, dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan atau tahun sebelumnya. b. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua jenis aset yang dimiliki bank dalam meghasilkan profit. c. Untuk meningkatkan peran bank sebagai lembaga intermediasi anatara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihakpihak yang memerlukan dana.
D.
Laporan Keuangan Laporan keuangn merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersngkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen
55
untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan.4 Laporan keuangan disusun dari proses dan prosedur akuntansi sehingga dapat dikatakan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan bank menunjukan kondisi bank secara keseuruhan. Laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank sesunggunya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama periode tertentu. Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan. Kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, oleh karena itu laporan keuangan bank bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan. Selain itu laporan keuangan bank bertujaun untuk mengambil keputusan. Akan tetapi perlu disadari pula bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan bank, karena secara umum laporan keuangan hanya menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. Walaupun demikian, dalam beberapa hal bank perlu menyediakan informasi nonkeuangan yang mempunyai pengaruh keuangan dimasa depan5.
4
Zaki Baridwan, Intermediate Accounting,(Yogyakarta: BPFF UGM,2004),hlm,17. Tim Penyususn Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia., Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia.(jakarta:Bank Indonesia,2008),hlm.3. 5
56
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama, yaitu Neraca dan Laporan Laba-Rugi. Maka dapat disimpulan bahwa laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan, dan merupakan suatu produk akhir dari proses kegiatan-kegiatan akuntansi dalam suatu usaha serta dapat dijadikan sebagai bahan penguji dalam pengerjaan menganalisis pembukuan dan menilai posisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu, karena berisi semua informasi tentang keadaan keuangan serta hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai sumber informasi, Laporan keuangan juga sebagai pertanggung jawaban dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya. E.
Jenis Laporan Keuangan Jenis-jenis laporan keunagan , antara lain6: 1.
Laporan neraca (posisi keuangan) Laporan posisi keuangan Adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi, tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup
6
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)No. 1 (Revisi 2009 : 1-6).
57
dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga laporan posisi keuangan sering disebut balance sheet adalah suatu gambaran dari laporan keuangan bank yang mengemukakan perbandingan yang seimbang antara harta benda milik atau kekayaan bank dengan semua kewajiban, utang dan modalnya.7 2.
Laporan Laba-Rugi Adalah laporan keuangan yang memberikan infomasi mengenai
kemampuanm
(potensi)
perusahaan
dalam
menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu. 3.
Perubahan Modal Adalah
laporan
yang
menunjukkan
sumber
dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan moodal perusahaan. Laporan yang menunjukan perubahan equitas bank dan menggambarkan peningkatan atau aktiva bersih atau kekayaan bank selama periode pelaporan.8
7
Muchdarsyah Sinungan,”Manajemen Dana Bank”, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2000),hlm,186. 8 M. Romly Fuad dan M. Rustam D.M,” Akuntansi Perbankan Petunjuk Praktis Operasional Bank”,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005),hlm.19
58
F.
Tujuan Laporan Keuangan Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut :9 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenisjenis aktiva yang dimiliki. 2. Memberika informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang. 3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenisjenis modal bank pada waktu tertentu. 4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut. 5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.
G.
Rasio Keuangan Bank Secara umum rasio keuangan merupakan penyederhanaan dari
informasi laporan keuangan bank. Agar laporan keuangan dapat dibaca sehingga menjadi berarti maka harus dilakukan analisis terlebih dahulu. Analisis rasio dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja dan
9
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta:PT.Grafindo Persada,2004), hlm 240.
59
kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan data neraca dan laporan laba rugi. Dengan demikia analisis rasio keuangan berguna untuk menentukan kesehatan atau kinerja keuangan perusahaan baik pada saat sekarang maupun dimasa mendatang sehingga sebagai alat untuk menilai posisi keuangan perusahaan dalam suatau periode tertentu. 1.
Capital Adequacy Ratio (CAR) Berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor:
3/30/DPNP ada dua rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai aspek permodalan yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Aktiva Tetap terhadap Modal. Rasio yang sering digunakan adalah CAR atau rasio modal terhadap ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) yang didapatkan dengan membandingkan antara modal dengan ATMR. Capital Adequcy Ratio (CAR), adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan moadal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan.
CAR
(Capital
Adequacy
Ratio)
adalah
rasio
yang
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyerahan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana – dana dari sumber dari luar bank10. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%.11
10
Lukman Dendawijaya, Op.cit. hlm.121. Harmono, “Manajemen Keuangan (berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis)”, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2011) hlm. 116 . 11
60
2.
Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat ukur untuk mengukur
tingkat efisien usaha dan profitabilitas yang diperoleh bank yang bersangkutan.12 Salah satu tujuan utama suatu bank pada umumnya adalah untuk medapatkan keuntungan. Untuk mengukur kinerja suatu bank salah satu caranya adalah dengan mengukur kemampuan suatu bank untuk memperoleh keuntungan (profit). Dalam penelitian ini aspek Earning menggunakan Rasio Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan
operasional.
Sering
kemampuan manajemen bank dalam
digunakan
untuk
mengukur
mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional semakin rendah BOPO berarti semakin efesien bank tersebut dalam
mengendalikan
biaya
operasionalnaya,
dengan adanya efiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.13 Rasio ini dijadikan variabel berkaitan dikeluarkan
yang
mempengaruhi
ROA karena
dengan adannya teori menyatakan bahwa jika biaya yang untuk
menghasilkan
keuntungan
lebih kecil daripada
keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva, berarti semakin efesien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan. 12
Theresia Debby, “Pengaruh NPL, LDR, CAR, NIM dan GCG terhadap ROA (studi pada Bank yang terdaftar periode 2004-2012)”. Semarang : Skripsi, Universitas Diponegoro, 2013), halm : 42-43. 13 Veithzal Rivai dan Arfiyan Arifin, “Islamic Banking: sebuah teori,konsep dan aplikasi”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2010).hlm. 866
61
3.
Financial to Deposit Ratio (FDR) Financial to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah
pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Jika rasio tersebut semakin tinggi maka memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas
bank yang
bersangkutan. Berkurangnya tingkat
likuiditas dapat memberikan dampak terhadap naiknya profitabilitas. Dalam dunia
perbankan
dibutuhkan
suatu
keseimbangan antara dana
yang
dihimpun dengan dana yang disalurkan sehingga tidak terjadi dana yang menganggur (idle fund) dan dana yang digunakan harus produktif. Manajemen likuiditas merupakan hal yang sangat penting dalam operasional bank karena sebagian dana yang dikelola bank bersumber dari dana pihak ketiga atau masyarakat yang menititipkan dalam bentuk rekening giro, tabungan, deposito dan simpanan lain yang harus dibayar pada saat jatuh tempo. Selain itu bank juga harus dapat menggunakan dana tersebut dengan mengalokasikannya dalam berbagai bentuk investasi untuk memperoleh laba guna membayar biaya dana tersebut dan biaya operasional. Financial to Deposit Ratio (FDR) merupakan indikator kemampuan bank untuk mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan. Apabila dari banyak pembiayaan yang diberikan
tidak
menyebabkan
diimbangi likuiditas
dengan
jumlah dana yang terkumpul
dari bank berkurang. Jadi FDR memberikan
62
pengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas.14 Untuk dapat memperoleh FDR yang optimum bank harus menjaga NPF, peningkatan FDR dapat berarti penyaluran dana
ke pembiayaan semakin besar, sehingga laba
akan meningkat. Peningkatan laba tersebu t menngakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA semakin tinggi.
14
veithzal Rivai, Op.cit.hlm.389 – 394.