BAB 10 Full Costing Dan Direct Costing Tujuan : 1. Menguraikan konsep penetapan biaya obsorpsi dan biaya variabel 2. Menguraikan dan mengilustrasikan pelaporan laba menurut penetapan biaya Obsorpsi dan biaya variabel. 3. Menguraikan dan mengilustrasikan analisa laba menurut biaya obsorpsi dan biaya variabel. 4. Menguraikan dan Mengilustrasikan penggunaan penetapan biaya obsorpsi dan biaya variabel oleh manajemen untuk:pengendalian biaya, Penetapan harga produk, Perencanaan produksi,analisa penjualan, analisa marjin kontribusi. 1.
Pengertian Obsorption costing sering dipakai juga dalam literatur akuntansi Conventtonal Costing dan Full Costing adalah merupakan salah satu metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan semua biaya dimasukan dalam perhitungan harga pokok baik biaya tetap maupun variable.Untuk selanjutnya dalam Bab ini kita akan menggunakan istilah Full Costing. Ada 3 pendekatan penentuan harga pokok produksi dengan metode Full costing: Pertama: Full Cost dengan pendekatan Full costing: Dimana penentuan harga pokok produksi merupakan keseluruhan dari Total biaya produksi (Prime cost + Biaya overhead ) dan Total Biaya Komersial (Biaya adminitrasi dan umum + Biaya pemasaran) baik perilaku biaya tetap maupun biaya variabel. dengan formula : Full Production Cost: Direct material Rp xx Direct Labour Rp xx FOH Varibel Rp xx FOH Tetap Rp xx
+ (+)
Biaya Komersil = Full cost dgn Full Costing Biaya Administrasi Rp y Biaya Umum Rp y = Full Costing Biaya pemasaran Rp y
Pendekatan ini sering dipergunakan istilah Absorption Costing atau Conventional Costing. Perhitungan laba/rugi menurut metode ini tidak membedakan antara biaya Variabel dan biaya tetap ,seluruh biaya pabrikasi dimasukan dalam Harga Pokok penjualan yang akan menghasilkan laba kotor. Selanjutnya laba kotor dikurangi dengan biaya administrai/umum dan pemasaran akan menghasilkan laba operasi. Kedua: Full Cost dengan pendekatan variabel costing. Dimana penentuan Harga Pokok barang yang di Produksi yang dibebankan hanya Biaya variabel yaitu yang besar kecilnya tergantung pada naik turunnya aktivitas
Full Costing dan Direct Costing
operasi meliputi bahan langsung,tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel serta biaya komersil variabel . Untuk Biaya overhead pabrik tetap dan biaya yang terjadi dalam fase desain dan pengembangan produk serta biaya komersil berperilaku tetap diperlakukan sebagai biaya periode (Period costs), dengan formula : Production Cost: Direct material Rp xx Direct Labour Rp xx FOH Variabel Rp xx
Harga Pokok Barang dgn Variabel Costing
(Rp xxxxx + Rp yyy)
+
(+)
+
(+)
Biaya Komersil
=
Biaya Adm variabel Biaya Umum variabel Biaya mas variabel
Periods Cost
FOH Tetap Adm Tetap Umum Tetap Mas Tetap
Rp y Rp y (=) (Rp xx + Rp yy) Rp y
=
Rp z Rp z Rp z Rp z
Variabel Costing
Full Cost dgn Variable costing
(=) (Rp xx + Rp yy + Rp zz)
Pendekatan ini sering juga dipergunakan istilah Direct Costing. Dalam pendekatan ini perhitungan laba rugi hanya memasukkan biaya pabriksi variabel dalam Harga pokok penjualan .Hasil pengurangan Penjualan dengan Harga pokok Penjualan Variabel disebut Marjin pabrik. Marjin Pabrik dikurangi dengan biaya administrasi, umum dan biaya pemasaran variabel menghasilkan Marjin kontribusi. Conventional costing dan direct costing merupakan metode penentuan harga pokok Persedian (Inventory Costing) karena kedua metode tersebut ditujukan untuk keperluan penilain persedian (Inventory vuluation) yang akan dicantum dalam neraca. Ketiga: Full Cost dengan Pendekatan Activity Based Costing (ABC) a. Activity Based Costing pada dasarnya merupakan metode pentuan harga pokok produk (product Costing ) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat bagi kepentingan manajemen dengan mengukur secara akurat mengukur sumber daya dalam setiap aktivitas yang dipergunakan untuk menghasilkan produk. b. Perhitungan Harga Pokok produk dengan metode ini menitik beratkan pada penentuan harga pokok produk disemua tahap pembuatan produk, sejak tahapan desain dan pengembangan (R&D) produk sampai dengan penyerahan produk kepada konsumen c. Dengan pendekatan ini aktivitas pembuatan produk dibagi menjadi tiga tahapan: @ Tahap Desian dan pengembangan ( fase R&D) @ Tahap Produksi @ Tahap Marketing /Distibusi @ Tahap dukungan Logistik.
162
Full Costing dan Direct Costing
d. Struktur Full Cost of product dengan Activity Based Costing @ Biaya Desain dan Pengembangan (R&D) Biaya Desain Rp. a Biaya pengujian produk Rp. b Rp. x @ Biaya Produksi Unit level activity costs Rp. c Batch-related activity costs Rp. d Product Sustaining activity costs Rp. e Facility Sustaining Activity costs Rp. f Total biaya produksi Rp. y @ Biaya Pendukung Logistik Biaya Iklan Biaya distribusi Biaya garansi Produk Biaya Administrasi dan umum Total biaya pendukung logisti
Rp. g Rp. h Rp. i Rp. j Rp. z
Total Biaya Produksi Produk (Full costs) Rp. XYZ e. Penjelasan Biaya Produksi @ Unit-Level Activity Costs Biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan seperti biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung, biaya energi dan biaya angkutan Total biaya ini dibebankan tergantung pada besar kecilnya jumlah produksi dengan berperilaku biaya variabel. @ Batch-Related Activity Costs Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi contoh yang dikatagorikan biaya ini seperti Set Up Costs yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan ekuipmen sebelum order produksi diproses, biaya angkutan bahan baku dalam pabrik forklift,crane), biaya inspeksi, biaya order pembelian. Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi tidak dipengaruhi besar kecilnya unit produksi,berperilaku biaya semivariable. @ Product-Sustaining Activity Costs Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan baiya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapatdipasarkan. Contoh biaya ini seperti biaya desain produk,desain proses pengolahan produk, pengujian produk. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit produksi yang dihasilkan selama umur (product life cycle). Jenis biaya ini berperilaku biaya tetap. @ Facility-Sustaining Activity costs Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas produksi yang dimiliki perusahan contoh biaya ini seperti biaya depresiasi, amortisasi, biaya asuransi, gaji karyawan kunci. Biaya ini dibebankan kepada
163
Full Costing dan Direct Costing
produk atas dasar taksiran produksi yang akan dihasilkan selama masa tertentu pada kapasitas normal. f. Perbedaaan Unsur Biaya produk dengan tiga pendekatan Adapun perbedan unsur biaya produk dalam pendekatan obsorption costing, direct costing dan actibity based costing disajikan dibawah ini : --------------------------------------------------------------------------------------------------Obsorption Costing Direct Costing Activity Based Costing --------------------------------------------------------------------------------------------------Biaya Produksi Biaya Varibel Unit-Level activity cost Batch Related Activity Costs Biaya Administrasi dan Product Sustaining activity cost Umum Biaya Pemasaran Biaya tetap Facility Sustaining activity costs
2. Perbandingan Perhitungan Laba rugi Absorption Costing dan Variable Costing. Dalam menghitung laba /rugi penggunaan kedua metode tersebut : a. Akan menghasilkan laba /rugi yang sama apabila Jumlah barang yang diproduksi/dibeli sama dengan jumlah barang yang dijual dengan demikian tidak ada penambahan dalam persedian akhir. b. Apabila jumlah unit yang dibeli/diproduksi tidak sama dengan jumlah unit yang dijual maka kedua metode pendekatan tersebut akan menghasilkan laba /rugi yang berbeda karena ada biaya tetap sebagai periods cost yang melengket dalam persedian akhir pada metode Direct costing (Full cost dengan pendekatan variable costing ). c. Apabila unit yang diproduksi lebih besar dari yang dijual maka perhitungan laba/rugi dengan metode absorption costing akan menghasilkan laba yang lebih besar dari metode direct costing.Karena pada metode obsorption costing nilai persedian akhir sebagai pengurangan harga pokok produksi lebih besar (termasuk biaya tetap yang melengket),sehingga Harga pokok Penjualan lebih rendah dari metode direct costing. Self-Study 5-1 Perbandingan Nilai Persedian Data produksi PT Indo Global Mandiri pada akhir tahun 2009 adalah sebagai berikut: Produksi tahun 2009 = 100.000 unit 70% dari produk 2009 terjual, sedangkan sisanya per 31 Desember2009 masih dalam gudang merupakan persedian akhir. Biaya bahan Baku Rp 1.000.000.000 Tenaga kerja langsung Rp 1.300.000.000 FOH- Variable Rp 750.000.000 FOH- Tetap Rp 375.000.000 Diminta: Hitunglah nilai persedian dengan menggunakan: a. Metode Obsorption Costing/Full costing b. Metode Direct Costing
164
Full Costing dan Direct Costing
Jawab : a. Nilai Persedian akhir 2009 dengan metode Obsorpsi Bahan Baku Rp 1.000.000.000 Upah Langsung Rp 1.300.000.000 FOH Variable Rp 750.000.000 FOH Tetap Rp 375.000.000 Rp 1.125.000.000 Rp 3.425.000.000 Unit Produksi 100.000 unit
Nilai Persedian Metode Obsorption costing: 30% x 100.000 x Rp 34.250 = Rp 1.027.500.000 b. Nilai Persedian Akhir 2009 dengan metode Direct Costing Bahan Baku Rp 1.000.000.000 Upah Langsung Rp 1.300.000.000 FOH Variable Rp 750.000.000 Biaya Produksi Rp 3.050.000.000 Unit Produksi 100.000 unit
Persedian akhir 31 Desember 2009: = 30% x 100.000 unit = 30.000 unit Nilai Persedian dengan metode obsorpsi: = 30.000 unit x Rp 30.500 = Rp 915.000.000 Self Study-5 -2 (Perbandingan Laba /Rugi) Dalam tahun 2009 PT Indo Global Mandiri menjual 60.000 unit produk dengan harga jual Rp.3.000 per-unit. Pada awal tahun 2009 ada terdapat persedian 10.000 unit. Produksi tahun 2009 sebesar 50.000 unit. Biaya Pabrikasi serta beban penjualan dan administrasi adalah:
165
Full Costing dan Direct Costing
Keterangan PERSEDIAAN AWAL Bahan Langsung Pekerja Langsung FOH Variabel FOH Tetap Total BIAYA PRODUKSI Bahan Langsung Pekerja Langsung FOH Variabel FOH Tetap Total
Jumlah Unit
Biaya perunit
Nilai
10.000 10.000 10.000 10.000
Rp. 675 Rp. 1.550 Rp 180 Rp 200 Rp 2.600
Rp 6.700.00 Rp 15.500.000 Rp 1.800.000 Rp 2.000.000 Rp 26.000.000
50.000 50.000 50.000 50.000
Rp. 700 Rp. 1.620 Rp. 180 Rp. 200 Rp. 2.700
Rp. 35.000.000 Rp. 81.000.000 Rp. 9.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 135.000.000
BEBAN PENJUALAN & ADMINISTRASI Variabel Tetap Total
Rp. 6.500.000 Rp. 4.500.000 Rp. 11.000.000
Diminta; 1. Susunlah Perhitungan Laba/Rugi; a. Metode Biaya Obsorpsi / Full costing b. Metode Variable / Direct Costing 2. Jelaskan perbedaanya Jawab: Self Study - 5-2 1. a. Perhitungan Biaya dengan metode obsorpsi Penjualan (60.000 unit x Rp 3.000) Rp 180.000.000 Harga Pokok Penjualan: Persedian Awal (10.000 unit x Rp 2.600) Rp 26.000.000 HP. Pabrik (50.000 unitx Rp 2.700) Rp 135.000.000 Harga Pokok Penjualan Rp 161.000.000 Laba Kotor Rp 19.000.000 Biaya Penjalan dan Administrasi Rp 11.000.000 Laba operasi Rp 8.000.000 1. b. Perhitungan Laba rugi dengan metode Direct Costing Penjualan (60.000 unit x Rp 3.000) Rp Harga Pokok Penjualan: Persedian Awal (10.000 unit x Rp 2.400) Rp 24.000.000 HPP. Varibel (50.000 unit x Rp 2.500) Rp 125.000.000 Rp Marjin Pabrik Rp Biaya Penjalan dan Administrasi Variabel Rp Marjin Kontribusi Rp Biaya Tetap
180.000.000
149.000.000 31.000.000 6.500.000 24.500.000
166
Full Costing dan Direct Costing
FOH Pabrik Penjualan dan Administrasi
Rp 10.000.000 Rp 4.500.000 Rp 14.500.000 Rp 10.000.000
Laba Operasi
Self Study-5-3 Perbandingan Nilai Persedian & Laba Rugi PT Indo Global Mandiri menyusun laporan keuangan triwulan. Laporan untuk tiga triwulan pertama tahun 2009 adalah sebagai berikut: Laporan Laba rugi Triwulanan (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Penjualan HPP (standar) Biaya Umum & Adm. Tetap FOH Volume Variance Total Biaya Laba Rugi Usaha
Triwulan - 1 80.000 60.000 12.500 5.000 77.000 2.500
Triwulan - 2 80.000 60.000 12.500 12.500 85.000 (5.000)
Triwulan - 3 80.000 60.000 12.500 (2.500) 70.000 10.000
Data mengenai produksi,penjualan persedian dan biaya seperti dibawah ini : a. Persedian Awal triwulan I 40.000 unit b. Biaya Produksi(standar) 50% dari penjualan c. Penjualan normal per-triwulan 100.000 unit d. Kapasitas Produksi dan Penjualan sesungguhnya: Triwulan Penjualan Produksi I 80% dari normal 80% dari normal II 80% dari normal 50% dari normal III 80% dari normal 110% dari normal Diminta : 1. Perhitungan persedian awal dan akhir pertriwulan 2. Perhitungan Nilai Persedian dan Harga pokok Produksi Per-triwulan 3. Perbandingan Perhitungan Laba/rugi Obsorption dan Direct costing 4. Analisa Perbedaanya Jawab: Self Study- 5-3 Dari keterangan dapat dihitung: a. Penjualan per-triwulan 80% x 100.000 unit = 80.000 unit b. Produksi per-triwulan sebagai berikut : Triwulan I 80% x 100.000 unit = 80.000 unit Triwulan II 50% x 100.000 unit = 50.000 unit Triwulan III 110% x 100.000 unit = 110.000 unit
167
Full Costing dan Direct Costing
1. Perhitungan persedian pertriwulan (Dalam unit) Triwulan 1 Triwulan 2 Persedian awal 40.000 40.000 Produksi 80.000 50.000 120.000 90.000 Penjualan 80.000 80.000 Persediaan Akhir 40.000 10.000
Triwulan 3 10.000 110.000 120.000 80.000 40.000
2. Perhitungan Nilai Persedian dan Harga Pokok Produksi Triwulan I II III
Kapasitas Produksi 100.000 unit 100.000 unit 100.000 unit
Produksi sesungguhnya 80.000 unit 50.000 unit 110.000 unit
Variance (20.000 unit) (50.000 unit) 10.000 unit
Dalam Triwulan I under-Applied FOH 20.000 unit sebesar Rp 5.000.000.000, maka tarif FOH tetap = Rp 5.000.000.000 / 20.000 = Rp 250.000 per-unit. Dengan demikian FOH tetap berdasarkan kapasitas normal 100.000 unit x Rp 250.000 = Rp 25.000.000.000. Harga Pokok Penjualan standar Rp 60.000.000.000 / 80.000 unit = Rp 750.000 FOH tetap per-unit = Rp 250.000 FOH Variabel per-unit = Rp 500.000 Tabel: Nilai Persedian Dan Harga Pokok Pabrik Keterangan Tarif /unit Triwulan I Nilai (Jt Rp) Persd Awal Rp 750.000 Rp 30.000 HPP –Variabel Rp 500.000 Rp 40.000 FoH Tetap Rp 250.000 Rp 20.000 Under/Over Rp 250.000 (Rp 5.000) Persd Akhir Rp 750.000 Rp 30.000
Triwulan II Nilai (Jt Rp) Rp 30.000 Rp 25.000 Rp 12.500 (Rp 12.000) Rp 750.000
3. a. Laporan Laba/rugi - metode Obsorption Costing (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Triwulan I Triwulan II Penjualan Rp 80.000 Rp 80.000 Persedian Awal Rp 30.000 Rp 30.000 FOH Tetap (applied) Rp 20.000 Rp 12.500 Rp 90.000 Rp 67.500 Dikurangi Persd Akhir Rp 30.000 Rp 7.500 Rp 60.000 Rp 60.000 Under/Over applied Rp 5.000 Rp 12.500 Harga Pokok Penjualan Rp 65.000 Rp 72.500 Laba Kotor Rp 15.000 Rp. 7.500 Bi. Umum dan Penjualan Rp 12.500 Rp 12.500 Laba/rugi usaha Rp 2.500 (Rp 5.000)
Triwulan III Nilai (Jt Rp) Rp 7.500 Rp 55.000 Rp 27.500 Rp 2.500 Rp 30.000
Triwulan III Rp 80.000 Rp 7.500 Rp 27.500 Rp 90.000 Rp 30.000 Rp 60.000 (Rp 2.500) Rp 57.500 Rp 22.500 Rp 12.500 Rp 10.000
168
Full Costing dan Direct Costing
3. b Laporan Laba /rugi -metode Direct Costing Perhitungan Nilai Persedian direct Costing Tarif Biaya variabel per-unit Rp 500.000, maka Nilai persedian adalah : Keterangan Persedian Awal Triwulan 1 Persedian Awal Triwulan 2 Persedian Awal Triwulan 3 Persedian Akhir Triwulan 3
unit 40.000 40.000 10.000 40.000
Harga Pokok/unit Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 500.000
Nilai Rp.20.000.000.000 Rp.20.000.000.000 Rp. 5.000.000.000 Rp.20.000.000.000
FOH Tetap adalah sebesar Rp 25.000.000.000. Laporan Laba / rugi - metode Direct Costing (Dalam Jutaan Rupiah)
LATIHAN MANDIRI BAB X 10.1. TEORI Check Point 1. Konsep yang mempertimbangkan bahwa harga pokokpabrikasi hanya terdiri dari biayapabrikasi yang berubah sesuai dengan tingkat produksi dikenal sebagai: A. Penetapan biaya absorpsi C. Biaya Pengganti B. Penetapan Biaya variabel D. Semuanya salah 2. Dalam perhitungan laba Rugi yang disusun menurut konsep penetapan biaya variabel,pengurangan HPP variabel dari penjualan menghasilkan angka antara yang dikenal : A. Laba kotor C. Marjin Pabrik B. Marjin kontribusi D. semuanya salah ESSAY 1. Jenis biaya apa yang biasanya dimasukkan dalam harga pokok pabrikasi menurut : a. Konsep penetapan biaya Obpsorpasi dan b. Konsep penetapan biaya variabel. Jawab : a. Konsep penetapan biaya obsorpsi membebankan semua biaya tetap maupun biaya variabel. seluruh biaya pabrikasi dimasukkan dalam harga pokok penjualan yang akan menghasilkan laba kotor. b. Konsep penetapan biaya variabel membebankan hanya biaya variabel yaitu yang besar kecilnya tergantung pada naik turunnya aktivitas operasi meliputi bahan langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel serta biaya komersil variabel. 2. Jenis biaya pabrikasi mana (bahan langsung, tenaga kerja langsung, FOH variabel, FOH tetap) yang termasuk dalam harga pokok pabrikasi menurut penetapan biaya absorpsi tetapi tidak termasuk dalam harga pokok pabrikasi menurut konsep penetapan biaya variabel ? Jawab : Jenis biaya pabrikasi yang masuk dalam penetapan biaya absorpsi tetapi tidak masuk dalam konsep penetapan biaya variabel adalah FOH tetap.
169
Full Costing dan Direct Costing
3. Dalam perhitungan laba rugi menurut penetapan biaya variabel, bagaimana biaya pabrikasi tetap dilaporkan dan bagaimana beban penjualan dan administrasi tetap dilaporkan ? Jawab : Biaya pabrikasi dilaporkan dalam laporan laba/rugi dibebankan dalam periode cost. Dalam variabel costing biaya tetap tidak dicantumkan tetapi dimasukkan ke dalam periods cost untuk laba/rugi. 4. Selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel dinamakan Jawab : Marjin Kontribusi
10.1. PROBLEM PT Industri Indo Global Mandiri menjual hasil produksinya Rp 20.000 per unit. Perusahaan menggunakan sistem FIFO dalam pembebanan biaya pada produknya.Rate FOH-applied yang baru dihitung setiap tahun denga membagi FOH sesungguhnya dengan produksi sesungguhnya. Data perusahaan selama dua tahun:
Penjualan (Unit) Produksi (Unit) Biaya – biaya: Biaya Produksi Variabel Tetap Biaya Penjualan – Variabel Biaya Adm - Tetap
Tahun 1 1.000 unit 1.400 unit
Tahun 2 1.200 unit 1.000 unit
Rp 7.000.000 Rp 7.000.000 Rp 1.000.000 Rp 4.000.000
Rp 5.000.000 Rp 7.000.000 Rp 1.200.000 Rp 4.000.000
Diminta: a. Laporan Laba Rugi menggunakan metode Obsorption Costing b. Laporan Laba Rugi menggunaka Metode Direct Costing c. Rekonsiliasi perbedaan laba rugi kedua metode tersebut JAWAB *) PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (UNDER APPLIED FOH) TAHUN 1 FOH VARIABEL = Rp 7.000.000 : 1.400 = 5.000 FOH TETAP = Rp 7.000.000 : 1.400 = 5.000 10.000 TAHUN 2 FOH VARIABEL FOH TETAP
= Rp 5.000.000 : 1.000 = 5.000 = Rp 7.000.000 : 1.000 = 7.000 12.000
170
Full Costing dan Direct Costing
*) PERHITUNGAN NILAI PERSEDIAAN OBSORPTION COSTING TAHUN 1 TAHUN 2 PERSEDIAAN AWAL 0 400 PRODUKSI 1.400 1.000 1.400 1.400 PENJUALAN 1.000 1.200 PERSEDIAAN AKHIR 400 2.00 a. Laporan Laba Rugi Menggunakan Metode Obsorption Costing
PENJUALAN PERSEDIAAN AWAL TETAP (APPLIED) PERSEDIAAN AKHIR HPP LABA KOTOR BIAYA ADM & PENJUALAN LABA / RUGI USAHA
TAHUN 1 Rp 20.000.000 0 7.000.000 13.000.000 4.000.000 9.000.000 13.000.000 5.000.000 8.000.000
TAHUN 2 Rp 28.000.000 4.800.000 7.000.000 16.200.000 2.400.000 13.800.000 14.200.000 5.200.000 9.000.000
b. PERHITUNGAN NILAI PERSEDIAAN DIRECT COSTNG Tarif Biaya Variabel Tahun 1 = Rp 7.000.000 : 1.400 = Rp 5.000 Tarif Biaya Variabel Tahun 2 = Rp 5.000.000 : 1.000 = Rp 5.000 KETERANGAN Persediaan awal tahun 1 Persediaan awal tahun 2
UNIT 0 400
HARGA POKOK 5.000 5.000
NILAI 0 2.000.000
FOH TETAP Tahun 1 = Rp 7.000.000 FOH TETAP Tahun 2 = Rp 7.000.000 Laporan Laba / Rugi menggunakan Direct Costing KETERANGAN PENJUALAN PERSEDIAAN AWAL VARIABEL (APPLIED) PERSEDIAAN AKHIR HPP LABA KOTOR BIAYA ADM & PENJUALAN LABA / RUGI USAHA
TAHUN 1 20.000.000 0 7.000.000 13.000.000 2.000.000 11.000.000 9.000.000 5.000.000 4.000.000
TAHUN 2 28.000.000 2.000.000 5.000.000 21.000.000 1.000.000 20.000.000 8.000.000 5.200.000 3.800.000
171