BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah control hormone-hormon khusus. Pada wanita hormone ini berfungsi dari permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja putri mulai memperhatikan perubahan yang ada. Sebaiknya pemeriksaan dapat dimulai dari waktu remaja dan pemeriksaan yang rutin dan teratur untuk mendeteksi tanda-tanda dini pada payudara (Gilbert, 2005). Kanker payudara merupakan penyakit menakutkan bagi kaum wanita karena sampai pada saat ini walaupun teknologi kedokteran dan medicine telah berkembang pesat belum ada ditemukan obat yang manjur untuk menyembuhkan kanker payudara. Kanker payudara merupakan suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchym, suatu penyakit yang dapat menimbulkan kesesangsaraan. Pada umumnya kanker payudara merupakan tumor ganas yang menyerang jaringan payudara, jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang payudara (Mardiana, 2007). Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2012 memaparkan, jumlah penderita kanker di dunia pada 2012 diperkirakan 14,1 juta orang, ditemukan
1
sekitar 1,7 juta perempuan yang didiagnosis menderita kanker payudara. Sebanyak 522 ribu di antaranya meninggal dunia karena penyakit tersebut. Angka kematian kanker payudara diperkirakan akan terus bertambah diakibatkan oleh kecendrungan pasien yang melakukan pengobatan ketika penyakit ini sudah stadium lanjut (Luwina, 2006). Berdasarkan data Globocan, (IARC) International Agency Research on Cancer tahun 2008, dimana kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker yang di derita oleh perempuan yakni incidence rate 38 per 100.000 perempuan dan kasus baru yang ditemukan 22,7 % dengan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kasus kanker pada perempuan di dunia. Kanker payudara juga merupakan penyebab utama kematian kanker di negaranegara kurang berkembang di dunia, sebagian karena pergeseran gaya hidup yang menyebabkan peningkatan kejadian kanker, dan sebagian karena kemajuan klinis untuk memerangi penyakit ini tidak sebanding dengan jumlah orang yang menderita kanker. Di Asia, insiden berdasarkan Age Standardized Ratio (ASR) prevalensi kanker payudara masih rendah di kebanyakan negara walaupun angka mencakup lebih dari 50 per 100.000 penduduk (World Standardized Rate) di Manila, Philippines dan South Karachi, Pakistan (Bray, 2004). Menurut Parkin et al. (2008), salah satu perkara yang harus diberi perhatian adalah penderita kanker payudara di negaranegara Asia relatif berusia lebih muda. Data dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) pada lima tahun terakhir menyebutkan kejadian kanker payudara menempati urutan pertama yakni 32%, dari
total jumlah kasus kanker. Total penderita kanker payudara sebanyak 40% berobat pada stadium awal, 30% dari total jumlah penderita kanker terdeteksi stadium lanjut lokal, dan 30% dengan metastasi (Haryono, 2007). Berdasarkan data dari Yayasan Payudara Sehat Sumatera Utara sejak tahun 2009 terdapat 5.207 kasus kanker payudara di Sumatera Utara, di tahun 2010 jumlah penderita meningkat 7.850 kasus, tahun 2011 meningkat 8.328 kasus, dan tahun 2012 jumlah penderita menurun 8.277 kasus (DepKes, 2013). Kesadaran sebagian besar masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker payudara masih sangat rendah. Akibatnya, 70% perempuan ketika di diagnosa dokter sudah pada stadium akhir dan sebagian besar dari mereka meninggal lebih cepat. Banyak pasien baru mengetahui kalau dirinya mengidap kanker payudara sudah masuk stadium III atau IV, padahal jika sudah stadium lanjut tahap kesembuhannya akan sulit (Handayani, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RS Tobasa (RS HKBP Balige dan RSU Porsea) dari Januari 2014-Januari 2015 ditemukan kasus kanker payudara sebanyak 53 orang, dan 15 orang diantaranya berusia 17-25 tahun. Peneliti melakukan wawancara pada 4 orang pasien yang dirawat di RS HKBP Balige dan 1 orang pasien di RSU Porsea, kejadian kanker payudara pada pasien tidak diketahui secara dini, hal ini disebabkan kurang informasi terkait kanker payudara. Tingginya kanker payudara diduga karena perempuan kurang waspada terhadap perubahan payudara, sehingga tak jarang menyebabkan kanker payudara
terdeteksi pada stadium lanjut. Deteksi dini dan peningkatan kewaspadaan disertai pengobatan yang sesuai dipercaya dapat menurunkan jumlah kematian kanker payudara. Di dunia, kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua terbanyak setelah kanker paru. Sementara di Indonesia, jumlah penderita kanker payudara menduduki urutan kedua setelah kanker serviks (Piliang, 2008). Keganasan tumor payudara (kanker payudara) biasanya menyerang wanita muda/dewasa. Penderita termuda dilaporkan berusia 20-29 tahun, penderita terbanyak berusia 40-49 tahun dan yang tertua berumur 80-89 tahun. Penyebabnya belum diketahui, tetapi salah satunya diduga berhubungan dengan faktor genetik/turunan. Pengobatan kanker masa kini lebih disesuaikan dengan kondisi orang yang bersangkutan. Jika stadiumnya diketahui masih dini, tingkat keganasannya juga rendah, mastektomi (membabat habis payudara) masih bisa dihindari (Haryono, 2005). Menurut WHO satu-satunya cara yang efektif sampai saat ini
dengan
melakukan deteksi sedini mungkin pada yaitu dengan melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Tindakan ini sangat penting karena hampir
85%
benjolan payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Hal ini juga dikarenakan penyebab terjadinya kanker payudara sampai saat ini belum diketahui. Untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara, ada berbagai macam cara untuk mendeteksi diantaranya dengan thermography, mammography, ductography, biopsi dan USG payudara.
SADARI yaitu pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mengetahui adanya benjolan atau kelainan payudara lainnya.Tujuan utama SADARI adalah menemukan kanker dalam stadium dini sehingga pengobatannya menjadi lebih baik.Ternyata 75-82% keganasan payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri (Dalimartha, 2004). Menurut Septiani (2012) dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20%, sayangnya wanita yang melakukan sadari masih rendah. Pemeriksanaan SADARI sangat penting dianjurkan khususnya wanita karena hampir 86% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri (Saryono & Pramitasari 2008). Kebanyakan wanita tidak melakukan pemeriksaan SADARI karena kurangnya pengetahuan tentang pemeriksaan SADARI. Hasil tingkat pengetahuan remaja putri di SMAN 1 Surakarta tentang SADARI dalam kategori cukup yaitu sebanyak 87 responden (72,5%), untuk kategori tingkat pengetahuan kurang sebanyak 19 responden (15,8%), sedangkan kategori tingkat pengetahuan baik sebanyak 14 responden (11,7%) (Saputri 2012). Menurut hasil penelitian Handayani dkk, (2012) menunjukkan bahwa hasil penelitian diperoleh sebanyak 92 responden (45,5%) memiliki pengetahuan kurang tentang prosedur SADARI. Hasil penelitian Siallagan (2010) menunjukkan bahwa sikap remaja putri di SMA Surya Nusantara Kota Tebing Tinggi pada kategori baik yaitu 33 responden (46,4%) sedangkan 38 responden (53,6%) pada kategori kurang. Kurangnya pengetahuan dan sikap remaja terhadap SADARI berpengaruh para
perilaku remaja dalam melakukan SADARI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Septiani (2013) bahwa pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta. Masih minimnya wanita Indonesia, khususnya remaja dalam melakukan SADARI dilatarbelakangi oleh masih banyak remaja Indonesia masih belum peka terhadap perawatan untuk payudaranya sendiri, mereka lebih peka terhadap jerawat yang timbul di wajah daripada adanya gejala kanker payudara. Di balik ketidakpekaan itu, juga dilatar belakangi oleh kurang informasi dan kemauan untuk menggali informasi mengenai pencegahan kanker payudara ini. Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap kesehatan adalah melalui promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan yang diberikan secara dini, akan memudahkan remaja mencapai sikap dan tingkah laku yang diinginkan yaitu sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, sebagai upaya preventif sekaligus promotif yang dapat memberikan gambaran gaya hidup sehat kepada remaja saat ini adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja Indonesia (Notoatmodjo, 2010) Mengingat masih banyak siswi yang belum mengetahui tentang kesehatan reproduksi, khususnya pengetahuan tentang kanker payudara dan praktik SADARI, sangatlah penting untuk dilakukan pendidikan kesehatan
dengan harapan dapat
mengubah pengetahuan dan sikap tentang kanker payudara pada siswi dalam hal ini adalah siswi SMK Swasta Arjuna Laguboti.
Beberapa bentuk metode pendidikan kesehatan
menggunakan metode
ceramah,tanya jawab,demontrasi,latihan,diskusi,tugas. Metode yang dapat dipergunakan pada pendidikan kesehatan tentang praktik SADARI adalah menggunakan metode ceramah, demontrasi dan latihan . Metode demontrasi lebih mudah untuk menunjukkkan pengertian,ide dan prosedur tentang suatu hal yang pernah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara
melaksanakan
tindakan
adegan
dengan
menggunakan
alat
peraga
( Mubarak,2012) Keuntungan dari metode demonstrasi dan latihan yaitu dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkret,mudah dipahami,lebih menarik,peserta didik dirangsang untuk mengamati,menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri ( Suliha,dkk 2001 ). Metode ceramah plus merupakan gabungan metode ceramah dengan metode lain, seperti diskusi, tanya jawab, latihan dan demonstrasi Berdasarkan hasil penelitian Teguh prasetyo (2013) dapat disimpulkan bahwa metode ceramah plus dengan media interaktif efektif dalam pembelajaran bahasa Jepang pada siswa kelas X SMA Kesatrian 2 Semarang. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa pada tes yang diberikan. Rata-rata nilai kelas eksperimen yaitu 75,2 sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-ratanya yaitu 64. Dengan demikian nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai kelas control. Berawal dari informasi dari pihak pendidikan SMK Arjuna Laguboti bahwa pada tahun 2012 ada 1 orang, tahun 2013 ada 2 orang dan tahun 2014 ada 1 orang
sudah pada stadium nol yang menggambarkan kanker non invasif yang tetap pada lokasi asalnya. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada siswi di SMK Swasta Arjuna Laguboti
dengan metode wawancara singkat
menunjukkan bahwa 20 orang siswi tidak mengetahui cara dan manfaat pemeriksaan payudara, belum pernah mendapatkan informasi tentang pemeriksaan payudara dari orang tua, guru maupun petugas kesehatan secara langsung tentang pemeriksaan SADARI. Oleh karena itu perlu diadakan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang SADARI melalui Metode Ceramah Plus Terhadap Perilaku Siswi di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir 2015.
1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang SADARI melalui Metode Ceramah Plus Terhadap Pengetahuan dan sikap Siswi
di SMK Swasta Arjuna
Laguboti Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir 2015.
1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang SADARI melalui Metode Ceramah Plus terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswi di SMK Swasta Arjuna Laguboti Kecamtan Laguboti Kabupaten Toba Samosir 2015.
1.4. Hipotesis 1. Ada pengaruh metode ceramah plus tanya jawab dan tugas terhadap pengetahuan dan sikap siswi sebelum dan sesudah intervensi pendidikan kesehatan tentang SADARI di SMK Swasta Arjuna Laguboti 2. Ada pengaruh metode ceramah plus demonstrasi dan latihan sebelum dan sesudah intervensi pendidikan kesehatan tentang SADARI di SMK Swasta Arjuna Laguboti 3. Ada perbedaan efektivitas metode plus tanya jawab dan tugas dan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan terhadap pengetahuan dan sikap siswi sebelum dan sesudah intervensi pendidikan kesehatan tentang SADARI di SMK Swasta Arjuna Laguboti
1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Sebagai
kajian
dan
informasi
bagi
siswi
dalam
mengembangkan
pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara dan dapat dipakai sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya dan promosi kesehatan. 2. Bagi Siswi di SM K Swasta Arjuna Laguboti Sebagai bahan masukan agar remaja mengetahui bagaimana cara pemeriksaan payudara sendiri sehingga bisa mendeteksi dini kanker payudara dan menambah pengetahuan siswi terkait pemeriksaan payudara sendiri.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat dengan masalah deteksi sini kanker payudara pada masa yang akan datang dengan menggunakan berbagai metode pendidikan kesehatan.