BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Obat dapat diberikan melalui kulit untuk mendapatkan efek pada tempat pemakaian, jaringan di dekat tempat pemakaian, ataupun efek sistemik. Meskipun terdapat banyak keuntungan dari penyampaian obat melalui kulit, seperti pemakaian yang mudah dan menghindari first pass metabolism, sifat barier kulit menjadi suatu tantangan yang sulit bagi penetrasi obat (Chiranjib, et al., 2010). Lapisan stratum korneum dari kulit adalah lapisan pelindung utama dan terdiri dari delapan sampai enam belas lapisan sel yang pipih, berlapis-lapis, dan berkeratin. Setiap sel memiliki panjang sekitar 34-44 µm, lebar 25-36 µm, dan tebal 0,15-0,2 µm. Lapisan sel ini secara berkesinambungan digantikan dari lapisan basal (Washington, et al., 2003). Lapisan stratum korneum diperkirakan memberi 1000 kali tahanan difusi bagi senyawa hidrofilik untuk penetrasi ke dalam kulit. Namun, untuk senyawa yang sangat lipofilik dengan koefisien partisi lipid banding air lebih dari 400, lapisan dermis yang hidrofilik menjadi tahanan absorpsi sistemik yang utama (Riviere dan Papich, 2001). Oleh karena keterbatasan penetrasi obat melalui kulit, enhancer (peningkat penetrasi) sering ditambahkan dalam formulasi sediaan obat topikal (Marzouk, et al., 2012). Ada banyak mekanisme untuk meningkatkan penetrasi. Interaksi antara enhancer dengan gugus polar dari lipid stratum korneum adalah salah satu cara untuk meningkatkan penetrasi. Interaksi antar gugus-gugus lipid dan perubahan
Universitas Sumatera Utara
susunan lipid menyebabkan fasilitasi difusi dari obat-obat hidrofilik (Vikas, et al., 2011). Bahan enhancer kimia dipercaya bekerja aktif dengan cara memecah susunan molekul interselular, terutama lipid bilayer, yang mempertahankan barier tahanan difusi. Perubahan dari lingkungan korneosit juga dapat mempengaruhi penetrasi obat (Walker dan Smith, 1996). Asam askorbat atau dikenal juga dengan vitamin C adalah bahan farmasetik yang digunakan dalam kosmetik sebagai pemutih kulit. Asam askorbat dapat mengontrol produksi melanin dengan dua cara, yaitu mengurangi senyawa intermedit melanin, dopaquinone, dalam reaksi tirosinase yang menghasilkan melanin dari tirosin, dan mengurangi warna gelap melanin yang teroksidasi menjadi bentuk tereduksi yang lebih cerah (Mitsui, 1997). Tween 80 adalah surfaktan nonionik dan sering yang digunakan dalam formulasi sediaan farmasi, seperti salep dan krim. Tween 80 diketahui dapat meningkatkan permeabilitas membran fosfolipid. Pengaruh Tween 80 terhadap penetrasi asam askorbat melalui kulit kelinci telah diteliti sebelumnya. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi Tween 80 yang digunakan, semakin besar penetrasi asam askorbat (Akhtar, et al., 2011). Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Patel, et al., (2011) yang menyatakan bahwa pelepasan obat tidak selalu linear dengan konsentrasi enhancer penetrasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh konsentrasi Tween 80 terhadap penetrasi asam askorbat melalui kulit kelinci secara in vitro. Sawit merupakan suatu komoditas Sumatera Utara. Sawit memiliki bagian yang dapat diolah menjadi minyak, yaitu bagian daging buah dan bagian biji.
Universitas Sumatera Utara
Minyak dari daging buah dan minyak inti memiliki kandungan asam lemak yang berbeda (Khosla, 2006). Kandungan asam lemak terbanyak pada minyak inti sawit adalah asam laurat, sedangkan pada minyak daging buah sawit, asam lemak terbanyak adalah asam palmitat (Li, et al., 2012; Mukherjee dan Analava, 2009). Asam lemak telah sering digunakan sebagai enhancer. Efek ini sangat dipengaruhi oleh struktur asam lemak dan pembawa dalam formulasi (Trommer dan Neubert, 2006). Minyak daging buah sawit (fraksi olein) telah pernah diteliti daya enhancer-nya terhadap aspirin melalui kulit kelinci dan hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak buah sawit dapat menjadi enhancer (Handoko, 2005). Sejauh studi literatur yang dilakukan oleh peneliti, minyak inti sawit belum pernah diteliti sebagai enhancer pada sistem penyampaian perkutan. Peneliti tertarik untuk meneliti daya enhancer dari minyak inti sawit terhadap penetrasi asam askorbat melalui kulit kelinci. Dewasa ini, pemutihan kulit dengan menggunakan asam askorbat dilakukan secara injeksi. Hal ini sangat beresiko dan menyebabkan rasa yang sangat sakit. Selain itu, injeksi asam askorbat ini dilakukan di salon-salon kecantikan sehingga mungkin bukan ditangani oleh dokter yang bersertifikasi. Peneliti tertarik membuat suatu sediaan topikal asam askorbat yang efektif memutihkan kulit sehingga mengghasilkan suatu produk pemutih kulit yang efektif, aman, dan mudah digunakan.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Kerangka Pikir Penelitian Secara skematis, kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Variabel bebas Variabel terikat
Penetrasi asam askorbat melalui kulit kelinci secara in vitro dengan Tween 80 dan minyak inti sawit sebagai enhancer.
Parameter Jumlah asam askorbat berpenetrasi
Konsentrasi Tween 80
Lag time
Penetrasi Konsentrasi minyak inti sawit
Koefisien difusi
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian
1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Apakah terdapat korelasi antara peningkatan konsentrasi Tween 80 dengan peningkatan penetrasi asam askorbat melalui kulit kelinci secara in vitro? b. Apakah terdapat korelasi antara peningkatan konsentrasi minyak inti sawit dengan peningkatan penetrasi asam askorbat melalui kulit kelinci secara in vitro? c. Apakah kombinasi Tween 80 dan minyak inti sawit memiliki daya peningkat penetrasi yang lebih besar dibandingkan dengan tidak dikombinasi?
Universitas Sumatera Utara
1.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Terdapat korelasi antara peningkatan konsentrasi Tween 80 dengan peningkatan penetrasi asam askorbat melalui kulit kelinci secara in vitro? b. Terdapat korelasi antara peningkatan konsentrasi minyak inti sawit dengan peningkatan penetrasi asam askorbat melalui kulit kelinci secara in vitro? c. Kombinasi Tween 80 dan minyak inti sawit memiliki daya peningkat penetrasi yang lebih besar dibandingkan dengan tidak dikombinasi. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi Tween 80 terhadap peneterasi asam askorbat dalam bentuk sediaan salep melalui kulit kelinci secara in vitro. b. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi minyak inti sawit terhadap peneterasi asam askorbat dalam bentuk sediaan salep melalui kulit kelinci secara in vitro. c. Mengetahui pengaruh kombinasi Tween 80 dengan minyak inti sawit terhadap penetrasi asam askorbat dalam bentuk sediaan salep melalui kulit kelinci secara in vitro.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan bahwa asam askorbat dapat diberikan secara perkutan dalam bentuk sediaan salep sebagai zat pemutih (whitening agent) untuk menghilangkan flek hitam pada kulit.
Universitas Sumatera Utara