BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pengolahan
kelapa sawit di Indonesia mengalami
peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil (CPO) sebagai sumber minyak nabati termasuk diharapkan sebagai solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan. Perkembangan industri tersebut memiliki dampak positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja serta peningkatan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, tetapi disisi lain juga menimbulkan dampak negatif yang mempengaruhi kondisi lingkungan dan menyebabkan timbulnya faktor risiko kejadian berbagai gangguang kesehatan terhadap pekerja. Kondisi lingkungan PKS pada umumnya berdebu pada beberapa area kerja yang bersumber dari sisa pembakaran boiler berbahan bakar fibre dan cangkang, fibre terbang yang bersumber dari fibre storage serta debu yang bersumber dari kernel plant, ampas sisa pressing buah kelapa sawit, cangkang sawit dan debu hasil penangkapan unit dust colector. Lingkungan PKS juga memiliki tingkat kebisingan yang tinggi di beberapa area kerja yang bersumber dari power plant dan kebisingan yang bersumber dari pengoperasian mesin-mesin produksi termasuk pada saat pembukaan safety valve pesawat uap. Selain itu di lingkungan PKS juga terdapat limbah-limbah lainnya seperti oli bekas, kemasan oli bekas, kemasan bahan kimia dan
Universitas Sumatera Utara
tumpukan besi-besi bekas yang bersumber dari proses penggantian atau perbaikan mesin-mesin produksi. Diantara banyaknnya faktor risiko lingkungan PKS yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, debu merupakan salah satu agent kimia yang dapat menimbulkan gangguan pada saluran pernafasan pekerja. Proses pengolahan kelapa sawit yang terdiri dari beberapa tahapan mulai
dari proses penerimaan buah,
penimbangan TBS, pengolahan tandan buah segar (TBS)
menjadi minyak sawit
mentah/crude palm oil (CPO) dan inti sawit (palm cernel) dengan menggunakan sumber tanaga boiler berbahan bakar fibre/campuran cangkang dan serat buah sawit serta kegiatan pendukung lainnya cukup banyak menghasilkan debu di lingkungan kerja. Debu terhirup oleh pekerja melalui saluran pernafasan akan memberikan efek terhadap saluran pernapasan berupa terjadinya iritasi saluran pernapasan, peningkatan produksi lendir, penyempitan saluran pernapasan, lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir serta kesulitan bernapas. Dampak paparan debu yang terus menerus mengakibatkan penumpukan debu yang tinggi di paru yang menyebabkan kelainan dan
kerusakan
seperti
penurunan
faal
paru
yang
disebut
obstruksi
dan
pneumoconiosis. Salah satu bentuk kelainan paru yang bersifat menetap adalah berkurangnya elastisitas paru yang ditandai dengan penurunan pada kapasitas vital paru. Partikel debu dapat menimbulkan penurunan kapasitas vital paru, sehingga akan
Universitas Sumatera Utara
mengurangi penggunaan optimal alat pernafasan untuk mengambil oksigen pada proses respirasi (Sukarman, 1978). Debu yang masuk ke paru-paru sangat tergantung pada berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut, sifat kimiawi dan lama pemaparannya. Disamping itu juga dipengaruhi faktor individual seperti mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran nafas serta faktor imunologis (Suma’mur, 1998). Gangguan kapasitas vital paru pada pekerja dapat disebabkan oleh tingginya konsentrasi debu di lingkungan. Namun kapasitas vital paru seseorang tidak hanya disebabkan oleh konsentrasi debu yang tinggi saja, melainkan juga dipengaruhi oleh karakteristik pekerja seperti usia, masa kerja, waktu kerja, pemakaian alat pelindung diri jenis masker, riwayat merokok dan riwayat penyakit (Sirait, 2010). Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2004) penyakit paru termasuk 10 penyebab kematian di dunia diantaranya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) 5,1 %, TB paru 2,5% dan kanker paru 2,3%. Diantara semua penyakit akibat kerja 30% sampai 50% adalah penyakit silikosis dan penyakit pneumoconiosis (WHO, 2007). Selain itu juga ILO (International Labour Organization) mendeteksi bahwa sekitar 40.000 kasus baru pneumokoniosis (penyakit saluran pernafasan) yang disebabkan oleh paparan debu tempat kerja terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Kasus pneumokoniosis menempati urutan pertama Occupational Diseases (OD) di Negara Jepang dan China (ILO, 2005). Sebuah studi cross sectional yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan di Iran terhadap pekerja industri bahan baku keramik didapatkan hasil yang signifikan antara paparan debu terhadap kapasitas vital paru dibawah normal pada pekerja produksi bahan baku. Selain itu juga, hasil dari test rontgen dada menunjukkan bahwa telah terjadinya abnormalitas pada paru-paru pekerja (Neghab, 2007). Irfan (2003) melakukan studi untuk mengetahui hubungan paparan debu kayu dengan keluhan subyektif saluran pernapasan dan gangguan ventilasi paru pada tenaga kerja PT. Perwita Karya divisi mebel kabupaten Sleman Yogyakarta, diketahui bahwa tenaga kerja yang terpapar debu kayu mempunyai peluang 6,2 kali akan mengalami keluhan subyektif saluran pernapasan dan akan mengalami gangguan ventilasi paru sebesar 5 kali. Tenaga kerja yang perokok mempunyai peluang 4,1 kali akan mengalami keluhan subyektif saluran pernapasan dan 7,1 kali akan mengalami gangguan ventilasi paru. Tenaga kerja dengan keluhan subyektif saluran pernapasan mempunyai peluang 3,4 kali akan mengalami gangguan ventilasi paru. Hasil studi kasus epidemiologi secara cross sectional pada populasi pekerja industri keramik di Kabupaten Tangerang didapat hasil variabel kebiasaan merokok, status gizi, dan usia pekerja mempengaruhi kelainan fungsi paru pekerja (Siregar, 2004). Hasil pemeriksaan kapasitas vital paru pekerja oleh Balai Keselamatan dan Kesehatan Medan pada setiap tahunnya di beberapa Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di wilayah Sumatera Utara, diperoleh hasil pemeriksaan banyak pekerja yang mengalami
Universitas Sumatera Utara
penurunan kapasitas paru berupa restriksi, obstruksi dan combination (gabungan antara restriksi dan obstruksi). Berdasarkan laporan hasil pengukuran kadar debu di udara tempat kerja oleh Balai K3 Medan tahun 2009 di PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) terdapat area kerja khususnya pada area produksi PKS seperti Stasiun Boiler berada > NAB, yaitu sebesar 3.06 mg/m3, dan hasil pemeriksaan fungsi paru terhadap 15 orang pekerja di berbagai bagian/area kerja terdapat 6 orang pekerja yang mengalami gangguan faal paru berupa restriksi ringan dan restriksi sedang. Data laporan mengenai perawatan medis (PKS Rambutan, 2013) pada bulan Februari 2013 terdapat pekerja sebanyak 14 orang yang mengalami penyakit saluran pernafasan, 12 orang diberobat di Poliklinik Kebun dan 2 orang berobat di rumah sakit. Untuk menghindari bahaya gangguan kesehatan akibat paparan debu, pemerintah telah menetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) partikel debu di lingkungan kerja tidak boleh melampaui 3 mg/m3 melalui Peraturan Menteri No. PER 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Udara Lingkungan Kerja. Berdasarkan pengamatan peneliti atas verifikasi dokumen hasil pemeriksaan kesehatan pekerja (medical record) pada saat peneliti melakukan audit Sertifikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di beberapa Pabrik pengolahan Kelapa Sawit di wilayah Sumatera Utara dan Indonesia pada umumnya
Universitas Sumatera Utara
terdapat pekerja yang mengalami penyakit saluran pernafasan. Selain hal tersebut pekerja pada umumnya dalam melakukan pekerjaan ditemukan tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker dan bekerja sambil merokok. Oleh karena itu banyak pekerja yang mengalami keluhan gangguan pernapasan misalnya batuk-batuk, nyeri pada dada, bersin-bersin serta sesak napas dan dada terasa sesak. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa proses pengolahan kelapa sawit mempunyai pengaruh terhadap kejadian gangguan kapasitas vital paru bagi pekerjanya.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisa pengaruh karakteristik pekerja dan konsentrasi debu di lingkungan kerja khususnya pada unit produksi PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) untuk mengetahui apakah proses pengolahan kelapa sawit memberikan efek gangguan terhadap kapasitas vital paru pekerja melalui pemeriksaan kapasitas vital paru para pekerja di perusahaan dimaksud.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh karakteristik pekerja, paparan debu dan kondisi fisik lingkungan kerja terhadap kapasitas vital paru pekerja pada pabrik pengolahan kelapa sawit. Analisis yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Menganalisis hubungan umur dengan kapasitas vital paru pada pekerja di area produksi PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013. 2. Menganalisis hubungan masa kerja dengan dengan kapasitas vital paru pada pekerja di area produksi PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013. 3. Menganalisis hubungan penggunaan APD (masker) dengan kapasitas vital paru pada pekerja di area produksi PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013. 4. Menganalisis hubungan kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru pada pekerja di area produksi PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013. 5. Menganalisis hubungan kadar debu di lingkungan kerja dengan kapasitas vital paru pekerja di area produksi PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013. 6. Menganalisis hubungan kondisi suhu lingkungan kerja dengan kapasitas vital paru pada pekerja di area produksi PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013. 7. Menganalisis hubungan kondisi kelembaban lingkungan kerja dengan kapasitas vital paru pada pekerja di area produksi PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Hipotesis Ada pengaruh karakteristik pekerja meliputi umur, masa kerja, penggunaan APD (masker), kebiasaan merokok dan paparan debu di lingkungan kerja serta kondisi fisik lingkungan kerja meliputi suhu dan kelembaban dengan kapasitas vital paru pekerja di area produksi PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan : 1. Dapat digunakan sebagai upaya pengendalian dini terhadap pencemaran udara dan pengendalian kondisi fisik lingkungan kerja khususnya pada industri pengolahan kelapa sawit untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan pekerja. 2. Dapat memberikan masukan kepada pemerintah khususnya dinas
yang
membidangi kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan resiko paparan debu dan kondisi fisik lingkungan kerja dalam rangka menurunkan angka kejadian penyakit akibat kerja di perusahaan. 3. Dapat memberikan informasi kepada perusahaan tentang pengaruh karakteristik pekerja dan paparan debu serta kondisi fisik lingkungan kerja terhadap kapasitas vital paru pada pekerja khususnya pada industri pengolahan kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara