Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia (2008), kesusastraan adalah sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Sastra mencakup semua tulisan baik yang tertulis maupun yang lisan. Termasuk dalam kesusastraan adalah novel, cerita, syair, pantun, sandiwara atau drama, lukisan atau kaligrafi. Tulisan tersebut menjadi sarana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Setiap bangsa memiliki kesusastraan sendiri. Maka kesusastraan menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki suatu bangsa yang dilestarikan secara turun–temurun dari generasi ke generasi. Salah satu kesusastraan yang dimiliki Bangsa Jepang adalah komik atau dalam bahasa Jepang disebut manga. Menurut artikel Komik dalam Wikipedia The Free Encyclopedia (2008), komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu jalinan cerita. Komik tersebut dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik diterbitkan dalam berbagai bentuk mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah hingga yang berbentuk buku. Salah satu manga yang terkenal di Jepang adalah Kocchi Muite ! Miiko karya Ono Eriko. Manga tersebut bercerita tentang tokoh utama Miiko yang memiliki seorang adik bernama Mamoru, mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ayah dan ibunya adalah orang tua yang sibuk bekerja. Miiko memiliki kehidupan normal seperti anak seusianya pada umumnya. Ia
memiliki sisi positif dan negatif. Tentunya hal tersebut tidak lepas dari didikan orang tua khususnya ibu yang berpengaruh bagi pembentukan perilaku seorang anak sekalipun ibu tersebut bekerja. Namun seperti yang dikatakan Ibu Bekerja Hambat Kecerdasan Anak dalam Family (2007), orangtua terutama ibu yang bekerja memiliki pengaruh negatif terhadap perkembangan anak. Namun perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh kedekatan keberadaan fisik seorang ibu. Ibu bekerja yang hanya mempunyai sedikit waktu dengan anak namun dimanfaatkan dengan berkualitas akan lebih berpengaruh positif terhadap perkembangan perilaku anak daripada seorang ibu yang fisiknya ada di rumah tetapi tidak akrab dengan anaknya. Walaupun risiko dari pilihan untuk bekerja seperti membagi waktu untuk diri sendiri, anak dan keluarga merupakan hal yang klasik namun seorang ibu harus mengerti bagaimana menciptakan suasana yang mendukung dengan anak. Seorang ibu harus tetap siap menghadapi anak meski dalam kondisi lelah ingin beristirahat sehabis bekerja. Ciptakan suatu komunikasi yang mudah diterima anak dan jangan terbawa emosi hanya karena anak tidak bisa mengerti kemauan anda. Karena ibu juga harus dapat memahami kemauan anak, kebutuhan anak dan menyelami jiwanya. Seorang ibu harus mendekatkan emosi untuk menumbuhkan kepuasan emosional anak. Kemandirian seorang anak juga tidak dapat ditentukan oleh bekerja atau tidaknya seorang ibu karena kemandirian muncul karena kondisi untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, bertindak menurut kemauannya sendiri begitu pula dalam menanggung akibatnya. Dengan demikian, dampak negatif dan positif tergantung dari pola asuh yang diterima anak. Maka seperti yang dikatakan 10 Langkah Bagi Ayah Ibu Bekerja dalam Blog
Archive (2005), hal utama yang perlu dilakukan orang tua adalah menyediakan waktu secara konsisten, menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak, melakukan pengawasan dan memberi perhatian, namun harus tetap memberi teladan selain memberi hukuman yang mendidik. Hal serupa juga dikatakan oleh Yulia (2007 : 24-25) bahwa seorang ibu harus mempunyai waktu yang mementingkan kualitas bukan kuantitas. Misalnya pada saat pulang bekerja menemani anak belajar, membicarakan aktivitas anak seharian, mendongeng atau pada saat libur mengajak anak jalan–jalan. Dengan suasana yang ceria, akrab, penuh perhatian dan kasih sayang maka akan menumbuhkan kepuasan emosional pada anak. Ibu yang bekerja juga harus memberikan teladan yang baik agar anak dapat menyerap hal–hal yang positif. Dengan memberi tanggung jawab kepada anak juga mengajarkan anak untuk mandiri. Tetapi sebagai orang tua juga tidak boleh menuruti semua keinginan anak dan mampu berkata tidak. Apabila anak berbuat salah juga harus dapat memberikan hukuman yang mendidik. Kutipan-kutipan di atas merupakan pandangan umum tentang pola asuh ibu bekerja dan dampak yang ditimbulkan pada anak, namun setiap bangsa mempunyai nilai tersendiri dalam menghadapi setiap keadaan, begitu pun juga dengan bangsa Jepang. Kawashima (1995:271) mengatakan bahwa : Despite their importance in the laborforce, contemporary working women in Japan reveal complex and contradictory characteristics. Ambitious career woman claim a place equal to men in the business world. On the other hand, some working women view their responsibility at home as their primary occupation and their work outside as secondary. Surveys of working women have shown that the majority of Japanese women do not desire a job with great responsibility and consider earning supplementary income for the household as a primary reason for working. Even among the younger generation many women still think that the primary caretakers of children are their mothers an therefore that women should stay at home while children are small.
Terjemahan : Pandangan rendah terhadap kepentingan mereka dalam dunia kerja, wanita bekerja kontemporer di Jepang memperlihatkan karakter yang sulit dan berlawanan. Wanita karir yang ambisius diakui berada di posisi yang sama dengan pria dalam dunia bisnis. Di sisi lain, beberapa wanita bekerja melihat tanggung jawab mereka di rumah sebagai prioritas utama dan pekerjaan mereka di luar sebagai yang kedua. Survey terhadap wanita bekerja menunjukkan bahwa mayoritas wanita Jepang tidak menginginkan pekerjaan dengan tanggung jawab yang besar dan menganggap memberi tambahan pendapatan untuk rumah tangga sebagai alasan utama untuk bekerja. Bahkan di antara generasi muda, banyak wanita tetap berpikir bahwa perawat anak yang utama adalah ibu dan karena itu wanita harus tetap di rumah saat anak masih kecil. Jika dilihat dari kutipan tersebut, wanita Jepang memiliki dasar yang kuat untuk mementingkan rumah tangga. Walaupun ibu tersebut bekerja namun ia tetap bertanggung jawab mengurus anak. Tetapi setiap hal tidak selalu berdampak positif saja, walaupun ibu telah berusaha memberikan yang terbaik tetap saja tidak ada segala sesuatu hal yang sempurna. Dalam mengasuh anak, orang tua dapat saja sesekali berbuat salah dan memberi contoh yang buruk sehingga memberi pengaruh negatif bagi anak. Seperti yang dikatakan Faridz (2008), “Sebenarnya hal yang terpenting adalah nilai-nilai yang ditanamkan ibu tersebut kepada sang anak. Hal tersebut yang akan menentukan kepribadian anak tersebut.” Karena hubungan tersebut adalah hubungan timbal balik antara ibu dengan anak, maka tidak dapat dilihat hanya dari satu sisi saja yakni sisi ibu. Pembentukan perilaku seorang anak selain dipengaruhi oleh pola asuh ibu juga ditentukan oleh penerimaan pada anak yang dapat terjadi melalui berbagai cara. Salah satunya melalui proses belajar. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang terbentuknya perilaku tokoh utama Miiko dilihat dari teori belajar sosial Albert Bandura dikaitkan dengan pengaruh didikan orang tua khususnya seorang ibu yang sibuk bekerja berdasarkan teori gaya pengasuhan otoritatif menurut Diana Baumrind.
1.2 Rumusan Permasalahan Dalam skripsi ini peneliti akan menganalisis perilaku tokoh utama dalam Manga Kocchi Muite ! Miiko karya Ono Eriko. Khususnya perilaku yang ditunjukkan tokoh utama yang disebabkan oleh pengaruh pola asuh ibu yang sibuk bekerja.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penelitian tentang analisis perilaku tokoh utama dilihat dari pengaruh pola asuh ibu bekerja terbatas pada tokoh Miiko dalam Manga Kocchi Mute ! Miiko karya Ono Eriko jilid 3, 4, 6, 9, 10, 14, 17.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan perilaku anak yang dilihat dari pengaruh pola asuh ibu bekerja dikaitkan dengan tokoh utama dalam Manga Kocchi Muite ! Miiko karya Ono Eriko. Manfaat dari penelitian ini diharapkan agar pembaca dapat mengerti secara lebih mendalam tentang perilaku tokoh utama dalam Manga Kocchi Muite ! Miiko karya Ono Eriko.
1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam menyusun skripsi ini adalah metode deskriptif analisis dan metode kajian kepustakaan yang menggunakan sumber data yang berasal dari komik, buku dan internet yang diambil dari Perpustakaan Bina Nusantara, Perpustakaan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Japan Foundation. Penulis menganalisis menggunakan teori belajar sosial menurut Albert Bandura
(1993) dan teori gaya pengasuhan otoritatif menurut Diana Baumrind (2002).
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan yang digunakan peneliti dalam penyusunan skripsi ini adalah Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori, berisi teori–teori yang digunakan sebagai acuan dalam membahas permasalahan tentang perilaku anak yang dipengaruhi oleh pola asuh ibu bekerja. Bab 3 Analisis Data, berisi analisis tentang perilaku tokoh utama yang dilihat dari pengaruh pola asuh ibu bekerja dalam Manga Kocchi Muite ! Miiko karya Ono Eriko. Bab 4 Simpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari hasil analisis penelitian dan komentar tentang topik yang dibahas peneliti. Bab 5 Ringkasan, membahas secara singkat isi dari skripsi ini secara keseluruhan yaitu mulai dari latar belakang sampai rumusan dan tujuan sebagai hasil jawaban dari permasalahan yang dibahas peneliti.