BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Peradaban masyarakat yang semakin tahun semakin meningkat mendorong
perubahan pola pikir masyarakat untuk dapat hidup dengan lebih baik. Hal tersebut, sejalan dengan semakin berkembangnya industrialisasi yang selanjutnya juga turut mendorong pergeseran pemikiran dari shareholder orientation menjadi stakeholder orientation. Pada beberapa tahun yang lalu telah terjadi berbagai kasus industrialisasi, seperti kasus PT Freeport Indonesia, PT Newmont, PT Chevron Pacific Indonesia, Lapindo Brantas, dan lain sebagainya. Kasus industrialisasi tersebut merupakan akibat dari konsep shareholder orientation. Shareholder orientation berarti orientasi perusahaan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan para pemilik (pemegang saham) dan para kreditur agar terjamin kepastian pengembalian klaim dari perusahaan (Hadi, 2011:40). Konsep shareholder orientation tidak melihat adanya dampak sosial dan lingkungan yang diakibatkan oleh keberadaan perusahaan. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan makna dari suatu perusahaan. Perusahaan merupakan unit bisnis yang tidak hanya sebatas pada kepentingan para pemilik dan kreditur melainkan juga mencakup kepentingan masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak akan dapat beroperasi dengan baik tanpa adanya dukungan masyarakat dan tersedianya sumber alam pada lingkungan.
Adanya pergeseran pemikiran dari shareholder orientation menjadi stakeholder orientation didukung pula oleh konsep Triple Bottom Line. “Stakeholder orientation, berarti orientasi perusahaan ditujukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan shareholder, namun upaya mencapai peningkatan dan perkembangan perusahaan juga didudukkan dalam kerangka keselarasan, keserasian, dan keseimbangan lingkungan (Hadi, 2011:41)”. “Konsep Triple Bottom Line mengakui bahwa jika perusahaan ingin sustain maka perlu memperhatikan 3P, yaitu bukan cuma profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people), dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Hadi, 2011:56)’’. Konsep stakeholder orientation dapat diwujudkan melalui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) atau pertanggungjawaban sosial perusahaan. “CSR adalah upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif tiap pilar (www.csrindonesia.com)”. Pada awal praktik, CSR yang dianggap sebagai kegiatan sukarela tidak memberikan kontribusi yang cukup berarti karena hanya berupa kegiatan jangka pendek yang seringkali masih dinilai sebagai bentuk kedermawanan perusahaan atau suatu kegiatan amal dan bukan suatu tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan sosial. Adapun yang beranggapan bahwa CSR merupakan pemborosan biaya yang dapat mengurangi profit perusahaan dan hanya perusahaan multinasional yang perlu melakukan penerapan CSR. Masyarakat sebagai bagian dari stakeholder juga masih rendah pemahamannya terkait CSR, masyarakat menganggap bahwa CSR adalah kepentingan dari perusahaan yang merupakan
bagian dari promosi atau pencitraan perusahaan dan bukan suatu bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat ataupun lingkungan. Selain itu, belum adanya regulasi yang mengatur tentang pelaksanaan CSR semakin membuat ketidakjelasan arah penerapan CSR. Sejalan dengan berkembangnya peradaban masyarakat, pemikiran sederhana mengenai CSR berubah menjadi lebih kompleks yang juga dilandasi oleh munculnya berbagai permasalahan sosial dan lingkungan atas keberadaan perusahaan. Terlebih lagi, oleh tuntutan masyarakat sebagai stakeholder terutama yang terkena langsung dampak negatif dari keberadaan suatu perusahaan. Penilaian perusahaan tidak lagi hanya berdasarkan laporan keuangan atau bagaimana perusahaan dapat menghasilkan keuntungan tetapi juga pada aktivitas perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan. Pengungkapan CSR dinilai dapat memberikan citra positif untuk perusahaan yang secara tidak langsung dapat menaikkan nilai perusahaan. Dalam taraf internasional, tepatnya sejak tahun 1997 telah diterbitkan kerangka pelaporan GRI (Global Reporting Initiative) yang memuat pedoman laporan keberlanjutan. Kerangka pelaporan GRI ditujukan sebagai sebuah kerangka yang dapat diterima umum dalam melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial dari organisasi (www.globalreporting.org). Pada umumnya pedoman laporan berkelanjutan GRI banyak digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman dalam mengungkapkan CSR. Pedoman laporan berkelanjutan versi 3.0 memuat 79 item pengungkapan CSR yang meliputi 9 indikator kinerja ekonomi, 30 indikator kinerja lingkungan, 14 indikator kinerja praktek tenaga kerja dan pekerjaan yang layak, 9
indikator kinerja hak asasi manusia, 8 indikator kinerja masyarakat, dan 9 indikator kinerja tanggung jawab produk. Seiring berjalannya waktu, pedoman laporan berkelanjutan GRI telah mengalami pembaharuan dan tepatnya pada tanggal 23 Maret 2011 telah diterbitkan Pedoman Laporan Berkelanjutan versi 3.1, bahkan sudah ada rencana akan diterbitkannya Pedoman Laporan Berkelanjutan versi 4.0 pada tahun 2013. Dengan adanya pedoman laporan berkelanjutan GRI diharapkan dapat membantu perusahaan dalam melakukan pengungkapan CSR yang lebih terarah dan tepat sasaran. Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Pasal 2 ayat (1) telah dijelaskan tentang tujuan dari didirikannya BUMN bukan hanya mencari keuntungan tetapi juga turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Pemberian bimbingan dan bantuan yang dimaksudkan dalam pasal tersebut secara lebih rinci dijelaskan dalam Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Adapun regulasi lain yang terkait CSR yaitu Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang pada Pasal 15 ayat (2b) dijelaskan bahwa Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Selanjutnya, terdapat Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dalam Pasal 74 ayat (1) dijelaskan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan dalam Pasal 74 ayat (4) dijelaskan bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab
sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012. Serangkaian regulasi di atas menunjukkan betapa pentingnya pelaksanaan CSR di Indonesia sehingga Pemerintah turut berperan serta dalam menetapkan kebijakan, baik yang telah tercantum dalam Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah. Adapun hal lain yang menunjukkan adanya perkembangan penerapan CSR yang dapat dilihat dari terselenggerakannya ISRA (Indonesia Sustainability Reporting Awards) sejak tahun 2005. NCSR (National Center for Sustainability Reporting) sebagai penyelenggara ISRA memberikan penganugerahan ISRA kepada perusahaan yang dinilai baik dalam penyusunan laporan berkelanjutan. Salah satu tujuan dari diselenggarakan ISRA adalah mendorong perusahaan untuk dapat meningkatkan luasnya pengungkapan CSR melalui pengungkapan laporan berkelanjutan. “Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) adalah penghargaan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri (www.ncsr-id.org)”.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Almilia et al. (2011) yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR dan dampaknya terhadap kinerja keuangan dan ukuran perusahaan. Pada hipotesis pertama terbukti bahwa ROA dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR, sedangkan ROE tidak berpengaruh signifikan. Selanjutnya pada hipotesis kedua terbukti bahwa ROA atau ROE penerima ISRA tidak lebih tinggi daripada ROA atau ROE perusahaan yang tidak menerima ISRA dan pada hipotesis ketiga terbukti
bahwa ukuran perusahaan penerima ISRA lebih tinggi daripada ukuran perusahaan yang tidak menerima ISRA. Berbagai penelitian lain yang terkait dengan pengungkapan CSR menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian Putra et al. (2011) membuktikan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR, sedangkan penelitian Kamil dan Herusetya (2012) menunjukkan hasil yang berlawanan yaitu ROA terbukti tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Selanjutnya Sembiring (2005) dan Pasaribu et al. (2011) dalam penelitiannya membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Berbeda halnya dengan penelitian Yuliana et al. (2008) yang membuktikan ROA dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Pada penelitian ini, peneliti mengacu pada penelitian Almilia et al. (2011) dan mencoba menguji kembali dengan menambahkan variabel yang berbeda. Peneliti akan menambahkan variabel penganugerahan ISRA, profil perusahaan, kategori perusahaan, dan nilai perusahaan. Variabel penganugerahan ISRA dalam penelitian ini akan digunakan sebagai variabel independen, berbeda dengan penelitian terdahulu yang hanya menggunakan perusahaan penerima ISRA atau bukan penerima ISRA sebagai obyek penelitian. Perbedaan lain penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah ditambahkannya variabel profil perusahaan dan kategori perusahaan, serta digunakannya nilai perusahaan untuk mengukur dampak pengungkapan CSR. Seperti pada penelitian Terzaghi (2012), Sembiring (2005),
Anggraini (2006), Novita dan Djakman (2008), dan Yuliana et al. (2008) yang menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara profil perusahaan terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian Murwaningsari (2009) yang menunjukkan bahwa profil perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Selanjutnya penelitian Rakhmawati dan Syafruddin (2011) terkait dengan kategori perusahaan membuktikan bahwa kategori perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, berbeda dengan penelitian Novita dan Djakman (2008) yang membuktikan bahwa kategori perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Murwaningsari (2009) yang menguji pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan membuktikan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008) dan Susliyanti (2007) yang membuktikan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti memutuskan
untuk
melakukan
penelitian
dengan
judul
“PENGARUH
KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, PERUSAHAAN”.
DAN
DAMPAKNYA
TERHADAP
NILAI
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah ROA, ukuran perusahaan, penganugerahan ISRA, profil perusahaan, dan kategori perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? 2. Apakah pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan bahwa: 1. ROA, ukuran perusahaan, penganugerahan ISRA, profil perusahaan, dan kategori perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah di uraikan
sebelumnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut:
1. Kontribusi praktis a. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung pemikiran bahwa pelaksanaan CSR bukan hanya merupakan pemborosan biaya melainkan bentuk tanggung jawab perusahaan dan bagian dari investasi jangka panjang demi keberlanjutan usaha sehingga nantinya perusahaan dapat membuat kebijakan yang lebih baik untuk meningkatkan luasnya pengungkapan CSR. b. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan investor dalam membuat keputusan investasi untuk tidak hanya berorientasi atas dasar laporan keuangan tetapi juga pada laporan tahunan atau laporan keberlanjutan perusahaan yang didalamnya memuat pengungkapan CSR karena pelaksanaan CSR juga merupakan bagian dari investasi jangka panjang. c. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bahwa masyarakat adalah bagian dari stakeholder yang berarti masyarakat juga merupakan bagian dari perusahaan sehingga masyarakat dapat lebih ikut berperan dalam mengawasi jalannya perusahaan terutama terhadap dampak sosial dan lingkungan yang masih sering diabaikan oleh perusahaan.
2. Kontribusi teoritis a. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru dalam hal ilmu pengetahuan ekonomi dan mungkin dapat dijadikan referensi atau acuan penelitian berikutnya. b. Bagi Peneliti Dapat menerapkan ilmu atau teori-teori yang selama ini telah diperoleh ke dalam praktik yang sesungguhnya. 3. Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi regulator dalam menetapkan kebijakan atau regulasi-regulasi berikutnya dalam rangka meningkatkan luas pengungkapan CSR.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Untuk dapat mencapai tujuan dan manfaat penelitian seperti yang diharapkan,
permasalahan dalam ruang lingkup penelitian ini akan dibatasi pada pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan CSR dan dampak pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan. Batasan permasalahan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ROA, ukuran perusahaan, penganugerahan ISRA, profil perusahaan, kategori perusahaan, pengungkapan CSR, dan nilai perusahaan.
2. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011 dan untuk sampel penelitian akan dibatasi hanya pada perusahaan yang mengungkapkan laporan tahunan lengkap beserta laporan tanggung jawab sosial perusahaan.