1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini kita hidup di era globalisasi, suatu era yang membuat persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing secara terbuka untuk mempertahankan kelangsungan hidup dalam bisnisnya (survive). Untuk mewujudkan hal tersebut, maka suatu perusahaan harus memiliki manajemen sumber daya manusia yang baik dan didukung dengan sumber daya lainnya. Perusahaan maupun organisasi selalu mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat dalam memperoleh sebuah informasi. Oleh sebab itu, perusahaan membutuhkan seorang pemimpin yang mengerti akan perubahan-perubahan yang terjadi pada saat ini. Untuk menghadapi perubahan tersebut, maka seorang pemimpin diharapkan dapat memberikan suatu arahan bagi karyawannya agar lebih cepat tanggap dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Disinilah perusahaan membutuhkan seorang pemimpin yang berkualitas, berkomitmen, dan mempunyai etos kerja yang tinggi terhadap perusahaan, sehingga keberhasilan perusahaan akan mudah diraih sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Seorang pemimpin perusahaan harus memiliki kinerja yang baik dan berpartisipasi penuh dalam memperhatikan karyawan. Hal ini merupakan langkah utama menghadapi perubahan dan persaingan yang semakin ketat.
2
Upaya awal untuk memahami kesuksesan kepemimpinan berfokus pada ciri pribadi pemimpin yaitu memiliki intelejensia, nilai, penampilan. Menurut Hani (1984) kepemimpinan merupakan suatu proses untuk mengarahkan, mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan (Beny Lie, 2005). Sedangkan menurut Daft (2002) kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi (Beny Lie, 2005). Gaya kepemimpinan yang lebih relevan dengan situasi
kompleks
seperti
sekarang
ini
adalah
gaya
kepemimpinan
transformasional, yaitu gaya kepemimpinan yang berupaya memotivasi bawahannya agar dapat berprestasi melampaui harapan dan perkiraan sebelumnya (Bass, 1985) dalam Beny Lie (2005). Pemimpin transformasional diartikan sebagai gaya kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini bekerja menuju sasaran dengan tindakan yang mengarahkan orang kepada tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Dalam hal ini pemimpin dituntut untuk mampu mendorong semangat, mengunakan nilai-nilai, kepercayaan dan
kebutuhan
bawahan untuk
menyelesaikan tugas. Di samping itu, kepemimpinan ini dapat mengendalikan perubahan yang tidak menentu dalam dunia bisnis. Dengan kata lain mampu menampilkan atau menciptakan kepemimpinan yang kharismatik, penuh inspirasi, rangsangan intelektual dan perasaan bahwa setiap bawahan diperhitungkan.
3
Selain pentingnya seorang pemimpin dalam suatu perusahaan, locus of control juga merupakan faktor yang turut mendukung kinerja para individu dalam perusahaan. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personality). Rotter (1966) mendefinisikan locus of control sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri. Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau eventevent dalam kehidupannya berada di bawah control dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of control (Hadi Tanujaya, 2002). Spector (1982) juga menyebutnya sebagai internals (Hadi Tanujaya, 2002). Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkungan-lah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau event-event yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki external locus of control. Individu tersebut dinamai juga dengan externals (Spector, 1982) dalam Hadi Tanujaya (2002). Apabila setiap karyawan memiliki memiliki internal locus of control, maka tentunya kinerja tim dapat lebih digali lagi potensinya. Akan tetapi faktanya tidak semua individu dalam tim kerja memiliki internal locus of control karena setiap individu tersebut memiliki kepribadian yang berbedabeda. Dari sinilah kita dapat melihat seberapa besar hubungan antara locus of control terhadap kinerja individu dalam tim. Berdasarkan dari uraian diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian
dengan
judul:
”Analisis
Hubungan
Gaya
Kepemimpinan
Transformasional Dan Locus Of Control Terhadap Kinerja Individu, Study Kasus Pada PT. Bank Buana Indonesia Tbk. di Yogyakarta”.
4
1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang akan diteliti dan dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja individu pada PT. Bank Buana Tbk. di Yogyakarta? 2. Bagaimana hubungan antara Locus Of Control (LoC) terhadap kinerja individu pada PT. Bank Buana Tbk. di Yogyakarta?
1.3. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang ingin dicapai, antara lain: 1. Untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja individu pada PT. Bank Buana Tbk. di Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui hubungan locus of control terhadap kinerja individu pada PT. Bank Buana Tbk. di Yogyakarta.
1.4. Kontribusi Penelitian 1. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas kinerja karyawan di lingkungan Bank Buana, dengan menciptakan gaya kepemimpinan yang sesuai bagi karyawan serta pentingnya mengetahui locus of control dari setiap karyawan. Dengan
5
demikian kepemimpinan tersebut dapat berdampak positif pada kinerja bawahan untuk mencapai hasil yang optimal bagi perusahaan.. 2. Bagi penulis Penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama kuliah dan menambah wawasan penulis khususnya mengenai gaya kepemimpinan transformasional, locus of control dan kinerja. 3. Bagi pihak lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan untuk membahas berbagai masalah yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan, locus of control, dan kinerja.
1.5. Batasan Penelitian Agar permasalahan tidak terlalu luas dan untuk menghindari halhal yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan pada karyawan Bank Buana di Yogyakarta. 2. Variabel independennya adalah gaya kepemimpinan transformasional dan locus of control (LoC). •
Kepemimpinan transformasional merupakan seorang pemimpin yang dibedakan dalam kemampuan khususnya untuk membawa inovasi dan perubahan (Daft, 2002:76) dalam Benny Lie (2005). Sedangkan
Utomo
(2002:37)
mendefinisikan
kepemimpinan
6
transformasional sebagai gaya kepemimpinan yang tidak sekedar pertukaran seperti pada kepemimpinan transaksional, namun juga melibatkan pengembangan hubungan yang lebih dekat antara pemimpin dan pengikutnya (Beny Lie, 2005). Ada empat karakteristik kepemimpinan transformasional, yaitu: a. Pengaruh Idealis / kharisma (idealized influence / charisma) Perilaku yang menekankan pentingnya nilai-nilai, komitmen, dan keyakinan untuk mancapai tujuan, dengan mempertimbangkan akibat moral dan etik dari keputusannya. Pemimpin ini memberikan kemampuan untuk berinspirasi untuk mewujudkan standar moral dan etika yang tinggi, merangsang komitmen anggota, memberikan keyakinan kepada anggota tentang pencapaian tujuan organisasi dan untuk kerja. b. Motivasi Inspirasional (inspirational motivation) Pemimpin mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi penggunaan simbol untuk memusatkan usaha, mengekspresikan tujuan penting melalui cara yang sederhana. Pemimpin berusaha memberikan motiasi dan inspirasi dengan memberikan arti atau makna dan kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, serta memberikan visi sebagai penciptaan citra dari pernyataan organisasi di masa depan.
7
c. Rangsangan Intelektual (intellectual stimulation) Perilaku pemimpin yang mendorong bawahan untuk memikirkan cara kerja yang dilakukan dan mendorong bawahan untuk mencari cara-cara kerja baru. Pemimpin mempromosikan intelejensia, rasionalitas dan penyelesaian masalah secara hatihati kepada para bawahannya. Pemimpin merangsang intelek bawahannya melalui proses kreatif penyelesaian masalah, masalah semangat untuk keluar dari pekerjaan rutin, serta merangsang jalan keluar yang inovatif. d. Konsiderasi Individual (individualized consideration) Pemimpin memberi perhatian secara personal, menjamu tiap karyawan secara individual, melatih dan memberi nasehat atau saran. Pemimpin memperlakukan anggota secara pribadi yang utuh dan menghargai perhatian anggota terhadap organisasi. Oleh karena itu, anggota merasa diperhatikan dan diperlakukan secara khusus oleh atasannya, sehingga bersedia menampilkan untuk kerja yang maksimal. •
Locus Of Control merupakan salah satu variabel kepribadian (personality). Rotter (1966) mendefinisikan locus of control sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri (Hadi Tanujaya, 2002).
8
Pengukuran tiap item variabel gaya kepemimpinan transformasional dan locus of control berdasarkan tanggapan atau jawaban yang diberikan responden pada kuesioner. 3. Variabel dependennya adalah kinerja. •
Kinerja atau job performance adalah kesuksesan di dalam melaksanakan pekerjaan (Moh. As’ad, 1998:) dalam Daniel Wismoko Hadi (2003). Menurut Sugiyono (2000) indikator variabel kinerja adalah kualitas kerja, kuantitas kerja, etika kerja, kreativitas kerja, pengetahuan kerja, kemandirian, dan tanggung jawab (Daniel Wismoko Hadi, 2003). Pengukuran tiap item variabel kinerja berdasarkan tanggapan atau jawaban yang diberikan responden pada kuesioner.