ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk
mewujudkan
tujuan
nasional
tersebut
diselenggarakan
pembangunan nasional secara berencana, meyeluruh, terpadu, terarah, dan berkesinambungan. Adapun tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkam masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut dibutuhkan antara lain tersedianya sumber daya manusia yang tangguh dan ketersediaan sumber daya alam yang cukup dan berkelanjutan. Salah satu sumber daya alam di Indonesia adalah hutan.
1
TESIS
Analisis Perbedaan Kejadian Malaria ......
James Sengke
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
Hutan mempunyai jasa yang sangat besar bagi kelangsungan makhluk hidup terutama manusia. Hutan berfungsi mengambil karbon dioksida dari udara dan menggantikannya dengan oksigen yang diperlukan makhluk lain. Sehingga hutan disebut paru-paru dunia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Pemanfaatan hutan menyebabkan deforestasi, Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan seperti kelapa sawit. Deforestasi memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat deforestasi hutan.
TESIS
Analisis Perbedaan Kejadian Malaria ......
James Sengke
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
Proses deforestasi menyebabkan rusaknya lokasi perkembangbiakan (breeding places) nyamuk anopheles, disamping itu kondisi hutan alami dengan kelembaban ideal untuk tempat peristirahatan (resting places) nyamuk juga menjadi rusak dengan adanya proses penebangan hutan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perpindahan breeding places dan resting places nyamuk anopheles yang tadinya berkembang biak di hutan pindah mendekati lingkungan pemukiman penduduk yang ada di sekitar lokasi hutan di lokasi deforestasi. Pengembangan komoditi kelapa sawit yang dilakukan pihak swasta maupun pemerintah Indonesia secara masif menyisakan banyak persoalan. Karena seiring dengan pembukaan lahan sawit secara besar-besaran, akan menimbulkan berbagai persoalan lingkungan terkait musnahnya hutan hujan tropis Indonesia serta musnahnya berbagai spesies endemik baik flora maupun fauna asli di daerah tersebut. Selain itu, pembukaan perkebunan sawit tak jarang memicu munculnya persoalan serius yang dialami oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi perkebunan berupa penyebaran penyakit yang sebelumnya jarang atau tidak pernah terjadi di daerah itu. Malaria adalah penyakit infeksi utama di dunia yang menginfeksi sekitar 170-300 juta orang dengan angka kematian sekitar 1 juta orang pertahun di seluruh dunia. Sebagian besar kematian terjadi pada anak-anak dan orang dewasa non-imun di daerah endemis di afrika dan asia. Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/strain Plasmodium , imunitas tubuh dan jumlah parasit
TESIS
Analisis Perbedaan Kejadian Malaria ......
James Sengke
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antaraterjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah. Di beberapa Negara termasuk Indonesia terjadi peningkatan kembali angka kejadian malaria terutama akibat peningkatan resistensi malaria serta vector nyamuk anopheles terhadap obat anti malaria dan insektisida, serta migrasi penduduk, dan diperkirakan akan diikuti pula dengan peningkatan angka kematian. Sebagian besar kematian pada malaria disebabkan oleh malaria berat karena infeksi plasmodium falcifarum. Angka Kematian karena malaria berat, meskipun sudah diobati dengan antiparasit dan pengobatan suportifyang adekuat masih sekitar 10-40%. Guna menurunkannya perlu pemahaman pathogenesis terjadinya malaria berat, supaya dapat merancang upaya pencegahan dan pengobatan penunjang yang rasional dan adekuat. (Agung Nugroho, 2012) Di Asia Tenggara malaria merupakan masalah kesehatan yang penting. Sepuluh dari sebelas Negara di Asia Tenggara merupakan daerah endemis malaria. Sekitar 40% penduduk dunia yang berisiko tertular malaria, hidup di daerah ASEAN, 15% dari kasus malaria dunia yang dilaporkan
dan 2,7%
penduduk dunia yang meninggal dunia akibat malaria berasal dari Negara-negara Asia Tenggara. (Soedarto 2011) Secara umum gejala malaria terdiri dari beberapa serangan demam dengan interval tertentu atau dikenal dengan istilah parokisme, juga diselingi oleh suatu periode yang penderitanya bebas sama sekali dari serangan demam yang
TESIS
Analisis Perbedaan Kejadian Malaria ......
James Sengke
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
disebut periode laten. Gejala yang khas tersebut biasanya ditemukan pada penderita non imun. Sebelum timbulnya demam, biasanya penderita merasa lemah, mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual, di ulu hati, atau muntah semua gejala awal ini disebut gejala prodormal. Masa tunas malaria sangat tergantung pada spesies Plasmodium yang menginfeksi. Masa tunas paling pendek dijumpai pada malaria falciparum, dan terpanjang pada malaria kuartana (P.malariae). Pada
malaria yang alami, yang penularannya melalui gigitan
nyamuk, masa tunas adalah 12 hari (9-14) untuk malaria falciparum, 14 hari (8-17 hari) untuk malaria vivax, 28 hari (18-40 hari) untuk malaria kuartana dan 17 hari (16-18 hari) untuk malaria ovale. Malaria yang disebabkan oleh beberapa strain P.vivax tertentu mempunyai masa tunas yang lebih lama dari strain P.vivaxlainnya. Selain pengaruh spesies dan strain, masa tunas bisa menjadi lebih lama karena pemakaian obat anti malaria untuk pencegahan (kemoprofilaksis). (Andi Arsunan Arsin 2012) Di daerah Asia Tenggara 70% dari jumlah penduduknya atau sekitar 1216 jiwa, bertempat tinggal di daerah endemis malaria. Sekitar 96% dari penduduk yang berisiko tertular malaria di daerah Asia Tenggara tinggal di Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar dan Thailand, hal ini menyebabkan 95% kasus-kasus malaria (baik yang sakit maupun yang meninggal dunia) di daerah tersebut. (Soedarto 2011) Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan BangsaBangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB
TESIS
Analisis Perbedaan Kejadian Malaria ......
James Sengke
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium yang kemudian dijabarkan dalam kerangka praktis Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium
Development
Goals
atau
MDGs).
MDG’s
menempatkan
pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan, memiliki tenggat waktu (2015). Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium (MDGs), dimana ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat malaria. Global Malaria Programme (GMP) menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi kebijakan dan strategi yang tepat. MDGs juga merupakan komitmen nasional dalam upaya lebih menyejahterakan masyarakat melalui pengurangan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, kesehatan dan lingkungan. Dari 8 tujuan MDGs yang menjadi tanggung-jawab Kementerian Kesehatan yaitu: MDG 1, 4, 5, 6 dan 7. Setiap tujuan memiliki satu atau beberapa target beserta indikatornya. Dari 8 tujuan MDGs pengendalian penyebaran penyakit malaria merupakan tujuan (goal) pada urutan ke 6 yaitu Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya. Dalam MDGs ini yang dimaksud dengan penduduk berisiko adalah penduduk yang tinggal di daerah endemis malaria atau ada penularan malaria. Daerah endemis malaria adalah
TESIS
Analisis Perbedaan Kejadian Malaria ......
James Sengke
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
daerah yang ditemukannya kasus malaria beberapa tahun (2-3 tahun) dan ada penularan setempat (daerah reseptif, terdapat vector). Upaya
percepatan
pencapaian
target
MDGs
menjadi
prioritas
pembangunan nasional yang memerlukan sinergis kebijakan perencanaan dari tingkat Pusat hingga Daerah. Sesuai Inpres No 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sebagai unsur pemerintahan diwajibkan untuk melaksanakan percepatan pencapaian MDG’s yang tertuang dalam suatu Rencana Aksi Daerah (RAD). Sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia maka dalam upaya mencapai tujuan Eliminasi Malaria pada tahun 2030 terdapat delapan kegiatan utama. Kegiatan pertama adalah peningkatan kualitas dan akses terhadap penemuan dini dan pengobatan malaria. Kedua, menjamin kualitas diagnosis malaria melalui pemeriksaan laboratorium maupun Rapid Diagnostic Test (RDT). Ketiga, perlindungan terhadap kelompok rentan terutama ibu hamil dan balita di daerah endemis tinggi. Keempat, penguatan penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans kasus malaria.
Kelima,intervensi vektor termasuk surveilans vektor. Keenam,
penguatan sistem pengelolaan logistik Malaria. Ketujuh, penguatan SDM. Kedelapan, penelitian operasional. Dana hibah Global Fund AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (GF-ATM) Fund adalah lembaga keuangan internasional untuk mendukung pelaksanaan
TESIS
Analisis Perbedaan Kejadian Malaria ......
James Sengke
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
Program Pengendalian AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.Melalui bantuan hibah GF ATM diagnosis dini dan pengobatan yang tepat melalui konfirmasi laboratorium
telah
mendukung
Malaria Incidence) menjadi API.
perubahan
dari
indikator AMI (Annual
Selain itu dukungan terhadap perbaikan
akses terhadap penemuan dan pengobatan penderita malaria, perbaikan pada kualitas pemeriksaan laboratorium dan perbaikan pada system surveilans termasuk sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) semakin kuat. Penyakit Malaria adalah penyakit endemis di Provinsi Kalimantan Tengah. Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit malaria di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kaliamntan Tengah telah dilakukan melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain melakukan diagnosa dini, pengobatan cepat dan tepat, disamping melakukan surveilens, Penyemprotan lingkungan tempat tinggal dan pembunuhan jentik di tempat perindukan dilakukan sebagai pengendalian vektor melalui pemutusan rantai penularan malaria disekitar pemukiman. Dewasa ini untuk mengatasi malaria telah dikembangkan Pos Malaria Desa dan “Gerakan Berantas Kembali Malaria” (Gebrak Malaria) dengan bantuan Global Fund. Malaria merupakan penyakit utama di Kawasan Timur Indonesia. Sekitar 40 % penderita malaria klinis yang berobat ke Puskesmas adalah balita,sedangkan jumlah ibu hamil yang menderita malaria tidak diketahui. Masih kurangnya tenaga (bidan,perawat dan staf lain ) yang pernah mendapatkan training tentang malaria secara khusus, baik tentang
TESIS
Analisis Perbedaan Kejadian Malaria ......
James Sengke
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
pencegahan, pengobatan maupun tentang cara pemeriksan laboratorium merupakan hambatan tersendiri dalam menegakkan diagnosis malaria. Pedoman pengobatan malaria yang digunakan mengikuti pedoman dari WHO dengan Algorithm clinic : panas dingin, sakit kepala, kadang-kadang diare tanpa ada infeksi lain. Tidak ada catatan yang lengkap menyulitkan perencanaan program. Data bumil yang menderita malaria tidak dapat ditelusuri ,karena tidak ada catatan pada kartu status atau buku harian kunjungan pasien Puskesmas. Angka Kesakitan Malaria Kabupaten Barito Utara Tahun 2012 dari data yang ada menunjukan bahwa API (Annual Parasite Incidence) Kabupaten Barito Utara tergolong Endemis tinggi yaitu 13,69 % per 1000 penduduk sedangkan AMI (Annual Malaria Incidence) 20,58 % per 1000 penduduk untuk CFR (Case Fatality Rate) yang meninggal akibat malaria tidak ada Kematian dan jumlah penderita malaria semua (100%) sudah diobati Table di bawah ini :
Gambar 1.1 Angka Kesakitan Malaria Di Kabupaten Barito Utara Tahun 2012
TESIS
Analisis Perbedaan Kejadian Malaria ......
James Sengke
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah perbedaan kejadian Malaria di daerah deforestasi dibandingkan dengan daerah non deforestasi di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis perbedaan kejadian malaria di daerah deforestasi dan non deforestasi di Kabupaten Barito Utara.
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mempelajari faktor lingkungan dan faktor sosial di daerah deforestasi di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 2. Menganalisis faktor lingkungan dan faktor sosial di daerah non deforestasi di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 3. Menganalisis perbedaan kejadian penyakit malaria di daerah deforestasi dan di daerah non deforestasi di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian terdahulu sehubungan dengan dampak deforestasi untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit
TESIS
Analisis Perbedaan Kejadian Malaria ......
James Sengke
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
terhadap peningkatan kasus malaria dalam upaya mengurangi angka kejadian penyakit malaria. 2. Bagi para peneliti berikutnya Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan masukan bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi instansi terkait Sebagai bahan informasi dalam menyusun perencanaan, kebijakan dan strategi dalam mengurangi dampak deforestasi untuk pengembangan perkebunan sawit sehingga bisa mengurangi angka kejadian penyakit malaria.
TESIS
Analisis Perbedaan Kejadian Malaria ......
James Sengke