BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan merupakan suatu perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik secara fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Yusuf, 2010). Sedangkan pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran tubuh dan jumlah sel serta jaringan (Susanto, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauteri dan berlangsung sampai dewasa (Soetjiningsih, 2004). Salah satu fase dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia adalah masa prasekolah yaitu anak yang berusia 3-5 tahun (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009). Tumbuh kembang yang sangat pesat dan cepat merupakan ciri khas dari anak usia prasekolah (Soegeng, 2004). Masa prasekolah yang merupakan periode emas ini perlu diberikan stimulasi perkembangan. Stimulasi adalah pemberian rangsangan yang berasal dari lingkungan di sekitar anak guna lebih mengoptimalkan aspek perkembangan anak. Pemberian stimulasi yang tepat dapat mempertinggi kemampuan aspek-aspek perkembangan, namun apabila stimulasi yang diberikan tidak tepat akan memberikan efek yang tidak baik (Riana, 2011).
1
2
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Sekitar 80% otak anak berkembang sejak dalam masa kandungan hingga umur 3 tahun apabila banyak mendapatkan stimulus dan mencapai 85% pada usia 6 tahun, dan mencapai titik kulminasi 100% ketika anak berusia 8 sampai 18 tahun (Direktorat PAUD, 2006). Penyebab dari keterlambatan perkembangan anak salah satunya adalah kurang aktifnya perilaku orang tua dalam memberikan stimulasi kepada bayi, ketidak tahuan orang tua terhadap pentingnya stimulasi perkembangan. Namun sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai motivasi rendah dalam menstimulasi anaknya sesuai dengan usia perkembangan (Soetjiningsih, 2004). Ibu sebagai pengasuh terdekat seorang anak harus mengetahui lebih banyak proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses itu (Pramusinta et al, 2003). Menurut Depkes RI (2005a) perkembangan sosial anak adalah proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju kedewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan masyarakat. Lebih dari 25% anak usia 1-3 tahun mengalami keterlambatan perkembangan seperti kurangnya kemandirian anak (tidak dapat berpakaian sendiri, tidak berhasil dalam membiasakan diri menggunakan toilet sebagai tempat untuk buang air kecil dan buang air besar), tidak bisa berkomunikai dengan lancar di mana anak tidak mampu menyebutkan namanya sendiri, anak cenderung pasif dan tidak dapat mengembangkan kemampuannya.
3
Pada tahun 2007 sekitar 35,4% anak balita di Indonesia menderita penyimpangan perkembangan seperti penyimpangan dalam motorik kasar, motorik halus, serta penyimpangan mental emosional. Pada tahun 2008 berdasarkan pemantauan status tumbuh kembang balita, prevalensi tumbuh kembang turun menjadi 23,1%. Hal ini disebabkan karena Indonesia mengalami kemajuan dalam program edukasi (Soedjatmiko, 2008). Penelitian di Jawa Barat yang dilakukan oleh Fadlyana (2003) memberikan hasil 30% anak balita mengalami gangguan perkembangan dan 80% di antaranya disebabkan oleh kurangnya pemberian stimulasi dini. Studi yang dilakukan oleh Ertem et al (2007) di Turki melaporkan bahwa dari 1200 ibu yang mempunyai anak di bawah usia 3 tahun, lebih dari 50% tidak bisa menjawab pertanyaan seputar tahapan perkembangan anak dan stimulasi dini. Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan patokan standart klasifikasi DDST II pada anak Paud Kartikasari Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar, diperoleh data bahwa sebesar 43,75% anak mengalami keterlambatan dalam segi personal sosial (As'ari, 2010). Penelitian oleh Fitriani ( 2013) menunjukan sebesar 36,8% anak usia 3-5 tahun memiliki perkembangan yang tergolong belum berkembang dan sebesar 43,9% pendidik melakukan stimulasi tidak baik terhadap perkembangan anak, sedangkan penilitian oleh Fuaddha (2013) di TK Bangunsari Pacitan diperoleh data sebesar 28,20% anak usia 3-5 tahun mengalami keterlambatan dalam perkembangan personal sosial.
4
Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melalukan penelitian tentang
hubungan
antara
pemberian
stimulasi
oleh
ibu
dengan
perkembangan personal sosial anak usia 3 – 5 tahun di KB-TK Islam Terpadu As Salam Malang. 1.2. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara pemberian stimulasi oleh ibu dengan perkembangan personal sosial anak usia 3 – 5 tahun di KB-TK Islam Terpadu As Salam Malang. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pemberian stimulasi oleh ibu dengan perkembangan personal sosial anak usia 3 – 5 tahun di KB-TK Islam Terpadu As Salam Malang. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Mengidentifikasi
stimulasi
yang
diberikan
oleh
ibu
terhadap
perkembangan personal sosial anak. 2.
Mengidentifikasi tingkat perkembangan personal sosial anak usia 3-5 tahun di KB-TK Islam Terpadu As Salam Malang.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi masyarakat Memberikan informasi kepada ibu mengenai pentingnya pemberian stimulasi perkembangan personal sosial anak usia 3-5 tahun sehingga diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap perkembangan anak.
5
1.4.2. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan dapat memberikan informasi pada petugas kesehatan dalam rangka mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan personal sosial anak usia 3 – 5 tahun. 1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan serta acuan bagi institusi apabila ingin melakukan penelitian selanjutnya yang mengenai hubungan antara pemberian stimulasi oleh ibu dengan perkembangan personal sosial anak usia 3-5 tahun.