BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank tercatat 23%, nilai ini naik sekitar 36% dibandingkan tahun sebelumnya (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu terjadinya perang suku bunga antar bank, untuk mengatasi hal itu perbanas yang merupakan organisasi bank-bank nasional, mengajukan tiga usulan kepada bank Indonesia, sebagai berikut : (1) Suku bunga dibiarkan bebas berdasarkan mekanisme pasar (2) Mengacu pada JIBOR (Jakarta Interbank Offered Rate) (3) Berdasarkan patokan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Usulan terakhir yang akhirnya disetujui oleh Bank Indonesia (Khalwaty, 2010:101). Pada tahun 1998 suku bunga SBI mencapai puncaknya 70,7% namun masa keemasan para deposan berangsur-angsur berakhir, sejalan dengan penurunan SBI oleh Bank Indonesia (Julianery, 2002:67). Akar masalah krisis perbankan pada tahun 1997 di Asia Tenggara karena adanya liberalisasi keuangan yang ditandai dengan semakin bebasnya arus dana asing yang masuk ke sektor perbankan, dimana Indonesia termasuk yang sangat cepat melakukan liberalisasi dibidang perbankan melalui kebijakan deregulasi. Peningkatan Capital inflow ini disebabkan negara berkembang memang membutuhkan dana untuk pembangunan ekonomi (Trisnawati, 2012:1).
Perubahan lingkungan ekonomi yang terjadi seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito serta deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah turut berpengaruh pada fluktuasi harga dan kondisi perekonomian di masyarakat (Oktavia,2009). Dampak krisis tidak hanya dirasakan oleh bank-bank umum tetapi dirasakan juga oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR). BPR sebagai salah satu dari dua jenis bank yang ada di Indonesia seperti dimaksudkan dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang keberadaannya diharapkan mampu memberikan pelayanan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil baik di pedesaan ataupun di perkotaan. Kinerja keuangan suatu bank dapat dinilai dari beberapa indikator, salah satunya yang dijadikan dasar penilaian yaitu laporan keuangan bank yang bersangkutan. Dimana dalam laporan keuangan tersebut dapat dilihat laba bersih dari bank. Laba atau profitabilitas merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kinerja suatu bank. Rasio yang bisa dijadikan sebagai indikator profitabilitas suatu bank adalah Return on Asset. Dimana rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam pemanfaatan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan bahwa semakin baik kinerja suatu bank. Hal itu disebabkan karena tingkat kembalian yang semakin besar pula. Return on Asset perbankan nasional saat ini mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena tidak stabilnya pertumbuhan laba
perbankan di Indonesia. Menurunnya laba perbankan Indonesia diantaranya disebabkan karena tingginya tingkat kegagalan kredit dan beban operasional perusahaan yang terlalu besar dan tidak efisien. Semakin tinggi nilai ROA yang dihasilkan, maka akan semakin baik bank tersebut dalam mengelola aktivanya untuk menghasilkan laba. Kondisi kesehatan maupun kinerja bank dapat kita analisis melalui laporan keuangan. Salah satu tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi bagi para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Adanya kenaikan tingkat suku bunga pada bank-bank umum akan mempengaruhi peran intermediasi dunia perbankan dalam perekonomian Indonesia. Bank-bank umum (konvensional) dalam operasionalnya sangat tergantung pada tingkat suku bunga yang berlaku, karena keuntungan bank konvensional berasal dari selisih antara bunga pinjam dengan bunga simpanan (Oktaviani,2010). Kinerja keuangan bank dapat dinilai dari rasio keuangan bank, seperti rasio Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio NPL digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur, (Hasibuan, 2007). Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas
kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan menyebabkan kerugian, sebaliknya jika semakin rendah NPL maka laba atau profitabilitas bank (ROA) tersebut akan semakin meningkat. Rasio LDR digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan. LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kashmir, 2009). Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya
operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005). Pengelolaan aktiva bank untuk menghasilkan laba memperhadapkan bank pada berbagai resiko usaha bank, antara lain resiko kredit, resiko profitabilitas, resiko likuiditas, resiko modal dan resiko tingkat suku bunga. Resiko profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ROA bank. Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan nilai Return On Asset (ROA) tersebut, yaitu berhubungan dengan bagaimana pihak manajemen bank mampu mengelola aktiva yang mereka miliki untuk menghasilkan laba yang diharapkan. Aktiva bank menurut sifatnya dapat dibedakan atas aktiva produktif (antara lain terdiri dari kredit, penempatan dana di bank lain, surat-surat berharga dan serta penyertaan modal) dan aktiva non produktif (antara lain terdiri dari alat-alat likuid bank, aktiva tetap bank dan inventaris kantor) Ali (2004:273). Masalah yang dihadapi adalah bisnis perbankan menimbulkan persaingan tajam yang tidak seimbang yang dapat menimbulkan ketidakefisienan manajemen dalam mengelola aktiva yang dimiliki oleh bank yang berakibat pada penurunan pendapatan yang diperoleh bank. Timbulnya kredit bermasalah yang sekarang ini sering terjadi pada perusahaan perbankan juga dapat menimbulkan penurunan laba yang diperoleh bank. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erawati dan Liewelyn (2004) dengan diketemukannya spread suku bunga dalam jangka pendek yang
mempunyai pergerakan yang searah dan signifikan dibandingkan dengan jangka panjang sehingga dapat di jadikan tolok ukur bagi ekspektasi inflasi. Rasio finansial yang umum digunakan oleh bank umum sebagai indikator atau alat pengawasan dalam menghadapi risiko-risiko usaha bank adalah Rasio Kredit Bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) untuk resiko kredit,Rasio Total Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga atau Loan To Deposit Ratio (LDR) untuk resiko likuiditas,Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) untuk resiko modal, Menurut Muljono (2002:133) resiko tingkat bunga adalah kemungkinan interest yang diterima oleh bank lebih kecil dari interest yang dibayarkannya. Laba bank dari selisih bunga yang diterima dan dibayarkan dari dan oleh bank kepada nasabah memberi porsi yang besar jika dibandingkan dengan penghasilan bank dari non-interest income dan expense. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat bunga bank memiliki kaitan yang erat dengan laba yang diharapkan oleh bank. Peranan tingkat bunga ini juga ternyata memperhadapkan bank kepada resiko usaha yaitu resiko tingkat bunga. Resiko tingkat bunga (Interest Rate Risk) adalah resiko yang dihadapi bank umum karena perubahan tingkat bunga (Manurung, 2004 :149). Kondisi ini akan memberi pengaruh terhadap laba bank yang bersangkutan yang berarti juga berpengaruh terhadap ROA bank tersebut. Penelitian di bidang perbankan yang dilakukan Saputra (2003) menganalisis hubungan aktiva produktif terhadap rentabilitas pada suatu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) periode 1998 – 2002 dan mendapati bahwa aktiva produktif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas. Suartana (2008)
membuktikan bahwa aktiva produktif dan dana pihak ketiga berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas LPD (Lembaga Perkreditan Desa) dengan menggunakan indikator kinerja operasional (rasio BOPO) di Kabupaten Badung periode 2003-2007. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2003), ditemukan bahwa aktiva produktif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas pada PT Bank Lippo Tbk periode 1995-2002. Sukowati (2006) menunjukkan bahwa pengaruh Analisis Pengaruh CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR terhadap Profitabilitas (ROA & ROE) Bank Umum (studi kasus terhadap 40 Bank Umum), hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas bank dipengaruhi oleh biaya operasional. Dari penelitian ini juga memperlihatkan bahwa indikator yang digunakan tidak semuanya merupakan indikator yang baik dalam arti tidak mempengaruhi profitabilitas secara signifikan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga yang diambil dari suku bunga Bank Indonesia (BI Rate), rasio perbankan yaitu Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO), dan aktiva produktif yang merupakan perhitungan pertumbuhan aktiva produktif terdiri dari kredit, surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain dan penyertaan terhadap kinerja keuangan, dalam sebuah skripsi dengan judul, ”ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RASIO
PERBANKAN,
DAN
KINERJA KEUANGAN BPR”.
AKTIVA
PRODUKTIF
TERHADAP
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap Return On Assets (ROA)?
2.
Bagaimana pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asset (ROA)?
3.
Bagaimana pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA)?
4.
Bagaimana pengaruh Cash Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA)?
5.
Bagaimana pengaruh Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Assets (ROA)?
6.
Bagaimana pengaruh pertumbuhan aktiva produktif terhadap Return On Assets (ROA)?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisa pengaruh tingkat suku bunga terhadap ROA. 2. Untuk menganalisa pengaruh NPL terhadap ROA. 3. Untuk menganalisa pengaruh LDR terhadap ROA. 4. Untuk menganalisa pengaruh CAR terhadap ROA. 5. Untuk menganalisa pengaruh BOPO terhadap ROA. 6. Untuk menganalisa pengaruh pertumbuhan aktiva produktif terhadap ROA.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi para investor, penelitian bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan analisis sebelum para investor melakukan investasi di Bank Perkreditan Rakyat, sehingga para investor dapat memilih investasi perbankan yang paling tepat bagi mereka. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini bisa digunakan sebagai sarana untuk mengukur kemampuan kinerja bank terutama BPR yang didasarkan pada informasi laporan keuangan. 3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini bisa digunakan sebagai salah satu refrensi untuk penelitian berikutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk memfokuskan permasalahan, maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada : 1.
Data tingkat suku bunga diambil dari daftar tabel BI Rate pada web resmi Bank Indonesia di www.bi.go.id
2.
Rasio perbankan yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan rasio Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Cash Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap kinerja keuangan yang pengukurannya menggunakan rasio Return On Assets (ROA).
3.
Aktiva produktif adalah pertumbuhan aktiva produktif yang diukur dari selisih aktiva produktif periode pembanding dengan aktiva produktif periode sebelumnya dibandingkan dengan aktiva produktif periode sebelumnya terhadap kinerja keuangan bank umum.
4.
Perusahaan yang diteliti yaitu PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Prima Kredit Utama yang merupakan tempat kerja penulis saat ini dan data yang digunakan adalah berupa data laporan neraca dan laba rugi bulanan dari Januari 2010 sampai Desember 2013.