BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia saat ini masuk sebagai lima (5) besar predikat negara
terkorup di dunia dan begitu juga di Asia Pasifik, Indonesia menduduki tingkat pertama
sebagai
negara
terkorup
menurut
survei
yang
dilakukan
oleh
Tranparency.org sebuah badan independen dari 146 negara (Kaskus, 14 Juni 2013). Predikat tersebut mengindikasikan kurang berfungsinya akuntan dan penegak hukum yang merupakan tenaga profesional teknis yang secara sistematis bekerjasama untuk mencegah dan mengungkapkan kasus korupsi di Indonesia secara tuntas (Arif, 2002). Auditor internal merupakan bagian dari perusahaan yang dibentuk dengan tujuan untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawab dengan memberikan analisis, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diaudit Amrizal (2004). Auditor internal memiliki tanggung jawab untuk mendeteksi fraud yang terjadi. Pengawasan tersebut akan menjadi tindakan pengendalian untuk mencegah karyawan maupun manajemen perusahaan untuk melakukan fraud. Allayne dan Howard (2005) Kemampuan mendeteksi kecurangan (fraud) merupakan sebuah kecakapan atau keahlian yang dimiliki auditor untuk menemukan indikasi mengenai fraud. mendeteksi kecurangan adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal yang cukup 1
2
mengenai tindak kecurangan, sekaligus mempersempit ruang gerak para pelaku kecurangan Kumaat (2011: 156). Auditor internal dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif. fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya (SPAP,2004:16). Auditor internal juga harus dibekali dengan pengetahuan tertentu. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pengalaman maupun pendidikan. Selain pendidikan formal yang telah dimiliki, auditor internal harus mengikuti pendidikan tertentu sesuai dengan bidang yang menjadi tugasnya (Tugiman,2006:48). Independensi dalam profesi sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas auditor tersebut. Indepedensi bukan hanya dimiliki oleh auditor eksternal namun juga dimiliki oleh auditor internal. independensi menurut Mautz dan Sharaf dalam karya, “The Philosophy of Auditing” (Filosofi Audit), terbagi menjadi 3 yaitu: independensi dalam verifikasi, independensi dalam program audit, dan independensi dalam pelaporan yang dapat diperuntukan bagi akuntan publik atau auditor eksternal, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor internal dalam bersikap objektif. Independensi dalam hal ini adalah independensi dalam pelaporan menjadikan auditor internal harus bebas dari perasaan untuk memodifikasi dampak dari fakta-fakta, harus bebas dari hambatan oleh pihak-pihak yang ingin meniadakan auditor dalam memberikan pertimbangan (Sawyer, 2006:36).
3
Profesional menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor. Profesional adalah tuntutan tanggung jawab dari seorang profesional yang menentukan mutu dan kualitas dalam menjalankan suatu pekerjaan (Rosnidah, 2011:457). dengan profesional yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin. gambaran tentang profesional seorang auditor menurut Hall (1968) dalam Hendro wahyudi (2006) tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian dalam profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE-2000) mengkategorikan kecurangan ke dalam tiga kelompok (fraud tree), yaitu (Tuanakotta, 2007 dan Amrizal, 2004): a. Corruption (korupsi), korupsi menurut ACFE, terbagi dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian ilegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic exortion). b. Fraudulent Statements (kecurangan laporan keuangan), kecurangan ini didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial maupun
non
finansial.
c.
Asset
misappropriation
(penyalahgunaan
aset),
penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam kecurangan kas dan kecurangan atas persediaan dan aset lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent disbursement).
4
Artikel yang dikeluarkan oleh
[email protected] yang berjudul Modus-modus Penjarahan BUMN dituliskan bahwa pada saat rapat kerja dengan DPR pada tanggal 19 Mei 2009, Menteri BUMN melaporkan adanya dugaan korupsi pada 16 BUMN. Sejak tahun 2001, tidak ada lagi BUMN yang berpredikat sehat. Banyaknya korupsi ini merupakan indikasi bahwa tata kelola perusahaan kecenderungannya tidak berjalan optimal, Standard Operational Procedure (SOP) sering dilanggar, Satuan Pengawasan Intern (SPI) kurang diberdayakan, dan fungsifungsi SPI dikecilkan oleh dewan direksi. PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT.Telkom,Tbk) merupakan perusahaan BUMN penyelenggara informasi dan Telekomunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di indonesia. Fenomena yang terjadi di Telkom Bandung kasus kecurangan dugaan korupsi yang dilakukan Direktur Utama TELKOM Arif Yahya. kerugian negara sekitar 30 Milyar, saat itu Arif Yahya sebagai Direktur EWS (Enterprise & Wholesale). PT.Telkom adalah BUMN pemenang tender pengadaan MPILK (Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan) dari BP3TI Kominfo RI. Paket yang dimenangkan TELKOM diberbagai wilayah Indonesia total 588 unit MPILK senilai Rp. 520 M. Sesuai dengan kontrak, seluruh unit MPLIK harus siap beroperasi pada tanggal 26 Maret 2012. Penanggungjawab adalah Arif Yahya sebagai Direktur EWS TELKOM. Korupsi tadi belum termasuk korupsi di PT. Telkomsel anak perusahaan PT.Telkom yang nilai korupsinya lebih besar. korupsi terbesar PT. Telkom pada
5
proyek pengadaan kabel optik senilai 5.7 triliun yang merugikan negara sekitar 2,3 triliun. Kerugian negara pada proyek pengadaan kabel optik Telkom itu terkait dengan penentuan harga tembaga milik Telkom yang hanya 60% dari harga pasar. (TRIBUNNEWS.COM) Auditor Internal harus menggunakan sikap profesionalnya untuk menjaga dan melakukan pengendalian internal yang efektif dan efisien di perusahaan agar kecurangan dalam bentuk apapun yang terjadi di perusahaan dapat diperbaiki, oleh karena itu dengan adanya Auditor Internal yang handal diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam upaya mengambil langkah untuk mencegah atau mengantisipasi setiap tindakan kecurangan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Saran atau rekomendasi perbaikan dari Auditor Internal tentunya akan sangat berguna bagi perusahaan dalam mencegah kejadian kecurangan agar tidak terulang lagi dalam organisasi perusahaan. untuk mewujudkan hal tersebut maka peran Auditor Internal yang profesional sangatlah dibutuhkan oleh perusahaan (Fikry, 2012). Temuan kasus lain nya mengenai kecurangan yang terjadi di BUMN PT.Migas pada tahun 2010, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tidak melakukan penyetoran dan Abandonment and Site Restoration (ASR) ke dalam rekening bersama senilai USD 11.25 juta ekuivalen atau Rp 102,18 miliar (kurs Rp 9.083,00) (Ikhtisar Pemeriksaan Semester I Tahun 2010 BPK). bentuk kecurangan lain nya, terjadi pada PT. Pos Indonesia diantaranya meliputi management fraud dan
6
employee fraud. Management fraud yang mungkin dapat terjadi dalam bentuk penggelapan aktiva perusahaan, misalnya penggelapan uang perusahaan yang didukung dengan pemanipulasian laporan keuangan, dimana data dan informasi akuntansi yang akan disajikan dalam laporan keuangan diubah dengan sengaja. Sedangkan employee fraud yang mungkin terjadi diantaranya pemalsuan daftar gaji yaitu dengan menciptakan karyawan palsu, kemudian menguangkan gaji tersebut. Hal tersebut dapat menjadi risiko bagi perusahaan (Fazry Yaneu:2012). Salah satu kecurangan terbesar yang masih diingat di mata masyarakat di dunia sampai saat ini adalah kasus Enron yang melibatkan salah satu The Big Five, Andersen and Co. Dalam kasus tersebut Enron memperalat pejabat Andersen and Co., dengan tujuan menghasilkan laba yang besar sehingga memperoleh nilai saham yang tinggi dan memperoleh kepercayaan publik. Enron yang sebelumnya dikenal memiliki auditor internal yang profesional, namun pada akhirnya mengalami kasus kecurangan yang menyebabkan kehancuran pada perusahaan tersebut. (Yunniarti, 2008) Salah satu cara paling efektif untuk mencegah timbulnya fraud adalah melalui peningkatan sistem pengendalian intern (internal control system) selain melalui struktur / mekanisme pengendalian intern. Dalam hal ini, yang paling bertanggung jawab atas pengendalian intern adalah pihak manajemen suatu organisasi. Anthony dan Govindarajan (2005). Pengendalian intern merupakan suatu proses dimana manajemen
memastikan
bahwa
orang-orang
yang
mereka
awasi
7
mengimplementasikan strategi yang dimaksudkan. Untuk mengawasi itulah dibutuhkan Sistem Pengendalian Internal yang independen sebagai penengah dan pencegah apabila nantinya terdapat suatu kecurangan yang terjadi di sebuah unit organisasi. Hasil penelitian yang dilakukan Rozmita Dewi Yuniarti R. (2012) yang berjudul Pengaruh Kompetensi Auditor Internal terhadap Pendeteksian Fraudulent Financial Reporting. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi auditor internal memiliki pengaruh positif terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting. Kompetensi auditor internal bernilai baik pada dimensi keahlian, berdasarkan item pertanyaan nilai yang paling tinggi pada tingkat keahlian auditor terhadap kemampuan memperoleh bukti-bukti yang memadai dan dapat mendukung dalam pelaksanaan tugasnya dalam mendeteksian Fraudulent Financial Reporting. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Marcellina Widiyastuti dan Sugeng Pamudji (2009) yang berjudul Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesionalisme terhadap kemampuan Auditor dalam mendeteksi Kecurangan (fraud). hasil penelitian ini diketahui bahwa Kompetensi, Independensi dan Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kemampuan Auditor dalam mendeteksi Kecurangan (fraud). Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis memberikan judul “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Profesional Auditor Internal Terhadap Pendeteksian Kecurangan (Fraud)“
8
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah yang akan dirumuskan
dalam penelitian yaitu : 1.
Bagaimana kompetensi, independensi, profesional auditor internal pada PT.Telkom Bandung.
2.
Seberapa besar pengaruh kompetensi, independensi, profesional auditor internal secara parsial berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) pada PT.Telkom Bandung.
3.
Seberapa besar pengaruh kompetensi, independensi, profesional auditor internal secara simultan terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) pada PT.Telkom Bandung.
1.3
Tujuan Penelitian Maksud penelitian adalah untuk memahami fungsi auditor internal dalam
pencapaian pendeteksian kecurangan (fraud) dan tujuan dilaksanakan penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Mengetahui, mengkaji dan mendeskripsikan kompetensi, independensi, profesional auditor internal pada PT.Telkom Bandung.
2.
Mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh kompetensi, independensi,
profesional
auditor
internal
Kecurangan (fraud) pada PT.Telkom Bandung.
terhadap
Pendeteksian
9
3.
Mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan seberapa besar pengaruh kompetensi, independensi, profesional auditor internal secara simultan terhadap pendeteksian kecurangan (fraud) pada PT.Telkom Bandung.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil karya dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1.
Bagi PT.Telkom Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan tentang nilai tambah yang diberikan oleh auditor internal khususnya dalam pendeteksian kecurangan (fraud).
2.
Bagi Penulis Merupakan suatu bentuk skripsi sebagai satu syarat dalam menempuh ujian kesarjanaan pada Universitas Widyatama, dan dapat menjadi suatu tambahan pengetahuan yang berharga.
3.
Bagi Pembaca dan Pihak Lain Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan akan dapat menambah wawasan serta menjadi sumber bacaan tambahan (referensi) dan dapat menjadi bahan penelitian lebih lanjut.
10