BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Peningkatan umur harapan hidup memberikan dampak pada semakin meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia (Kepmenkes RI Nomor 264, 2010). Menurut United Nations (2012), dunia mengalami penuaan dengan cepat. Diperkirakan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas dua kali lipat, yaitu dari 11% di tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2050. Populasi lansia di dunia tahun 2006 sekitar 650 juta, akan mencapai 2 miliar pada tahun 2050. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, pada saat itu akan ada lebih banyak orang tua dari pada anak-anak (usia 014 tahun) di populasi. Negara-negara berkembang akan mengalami tingkat penuaan yang jauh lebih cepat dari negara-negara maju. Pada tahun 2005 sekitar 60% lansia di dunia tinggal di negara-negara berkembang. Dalam lima dekade mendatang kondisi ini akan meningkat menjadi lebih dari 80%. Penuaan penduduk dunia di negara berkembang dan negara maju sebenarnya merupakan indikator meningkatnya kesehatan global. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI., (2012), jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 11,3 juta jiwa (6,4%) meningkat menjadi 15,3 juta (7,4%) pada tahun 2000. Pada tahun 2010 diketahui bahwa jumlah lansia sama dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 24 juta jiwa atau 9,77% dari seluruh jumlah penduduk.
Universitas Sumatera Utara
Sementara pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari total jumlah penduduk.
Berbagai dampak dari peningkatan jumlah lansia adalah masalah penyakit degeneratif yang sering menyertai para lansia, bersifat kronis dan multipatologis, serta dalam penanganannya memerlukan waktu lama dan membutuhkan biaya cukup besar. Oleh karena itu, untuk menarik perhatian dunia terhadap penuaan dan kesehatan, serta dampak dan tantangan kesehatan akibat penambahan jumlah populasi lansia di masyarakat, yaitu dengan cara menjalin kerjasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, swasta dan organisasi internasional, untuk mendapatkan komitmen dalam upaya peningkatan penanganan masalah kesehatan dan penuaan (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1), kesehatan merupakan hak asasi manusia dan investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh agar terwujud masyarakat yang sehat, mandiri dan berkeadilan. Dalam pasal 34 disebutkan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak yang salah satunya diwujudkan dengan pembangunan puskesmas dan jaringannya. Kesehatan yang baik adalah kunci bagi lansia untuk bisa tetap mandiri dan memainkan peran dalam kehidupan keluarga dan di masyarakat. Promosi kesehatan dan kegiatan pencegahan penyakit sepanjang kehidupan dapat mencegah atau menunda timbulnya penyakit tidak menular dan penyakit kronis, seperti penyakit
Universitas Sumatera Utara
jantung, stroke dan kanker. Penyakit ini juga perlu dideteksi dan diobati secara dini untuk mengurangi komplikasi yang bisa terjadi. Mereka yang mengalami komplikasi akan membutuhkan perawatan jangka panjang dan bantuan yang lebih rumit. Oleh karenanya pelayanan yang terbaik harus diberikan melalui perawatan dasar yang komprehensif. United Nations (2012), juga mengungkapkan bahwa umumnya pada lansia akan timbul berbagai permasalahan baik yang bersifat umum maupun yang khusus. Penyebab timbulnya permasalahan pada lanjut usia adalah harapan hidup bertambah panjang, morbiditas meningkat, lanjut usia mengalami beban ganda (mengidap penyakit infeksi dan kronis), bertambahnya kerusakan yang terjadi, faktor-faktor lain diantaranya adalah psikososial, lingkungan, sosio ekonomi, stress, penilaian terhadap diri sendiri, dan akses kepada fasilitas kesehatan. Dari hal tersebut akan mengakibatkan gangguan sistem (musculoskeletal, kardiovaskuler, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal, saraf, kulit, kuku, rambut, dan lain-lain), timbulnya penyakit dan manifestasi klinik, menurunnya ADL (Activities of Daily Living) / aktivitas keseharian. Tujuan pembinaan kesehatan bagi kaum lanjut usia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat (Kementerian Kesehatan R.I., 2012). Pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undang-undang dan peraturan sebagai
Universitas Sumatera Utara
dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum/ketentuan perundangan dan peraturan dimaksud adalah: (1) UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan, (2) UU No. 36 tahun 2009 pasal 138 tantang kesehatan usia lanjut, (3) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 14, (4) UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, (5) UU No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, (6) peraturan pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonomi. Berkaitan dengan status kesehatan pada lansia, saat ini dengan meningkatnya pelayanan kesehatan oleh pemerintah memungkinkan pula peningkatan derajat kesehatan para lansia. Salah satu tempat pelayanan kesehatan yang digalakkan pemerintah bagi lansia adalah pos pelayanan terpadu lansia (posyandu lansia). Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008). Posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat di tingkat bawah, yang menyelenggarakan beberapa kegiatan meliputi pendataan atau pendaftaran, penimbangan dan pengukuran, pencatatan hasil penimbangan dan pengukuran dalam kartu menuju sehat, penyuluhan dan pemberian beberapa vitamin serta informasi kesehatan yang dibutuhkan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai
Universitas Sumatera Utara
indikator untuk melihat status kesehatan seseorang (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999). Posyandu lansia yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang saat ini sedang digalakkan pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan juga ada diadakan di Kecamatan Pagar Merbau. Kecamatan Pagar Merbau merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan laporan Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau (2012), diketahui bahwa jumlah Posyandu Lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok sebanyak 16 posyandu yang tersebar di 16 desa. Berdasarkan hasil survei pada awal dan pertengahan bulan September 2012. diperoleh keterangan bahwa setelah terbentuk posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau kegiatan berjalan mandiri melalui kader-kader yang terbentuk melalui bantuan pihak perintis sebagai pembina. Kegiatan rutin di posyandu ini, dimulai setiap hari Rabu pada minggu pertama ada acara penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan denyut nadi, konsultasi kesehatan dan pengobatan secara gratis yang biasanya diselingi dengan acara penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan. Kegiatan posyandu lansia dilakukan setiap sebulan sekali. Berdasarkan informasi dari profil Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau Tahun 2011 diketahui bahwa jumlah lansia mencapai 5.082 orang, merupakan suatu jumlah yang cukup besar. Namun jumlah tersebut tidak sejalan dengan jumlah lansia yang melakukan kunjungan ke posyandu lansia. Persentase
Universitas Sumatera Utara
kunjungan lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau hanya mencapai 44,2% pada tahun 2010, pada tahun 2009 dan 2011 masing-masing sebesar 41,8% dan 44,0%. Sementara berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang (2010), cakupan pelayanan lansia 53,88%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003, cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut sebesar 70%. Rendahnya persentase kunjungan lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau dikarenakan dalam melaksanakan kegiatan posyandu sering terdapat kendala yang sering dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu, jarak rumah dengan posyandu yang jauh dan sulit dijangkau, dukungan keluarga, dan sikap kader posyandu yang kurang baik. Nurhaida (2012), dalam penelitiannya menyarankan bahwa Bapak Kepala Desa diharapkan memberikan dukungan kepada kader lansia agar posyandu lansia dapat berjalan dengan baik dan berguna bagi masyarakat. Hasil penelitian Munadhiroh (2011), menunjukkan bahwa pemanfaatan posyandu oleh lansia di Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari Kota Semarang sudah tinggi (74,5%). Munadhiroh juga menyimpulkan bahwa tingginya pemanfaatan posyandu lansia dikarenakan petugas kesehatan sangat aktif dalam memotivasi lansia untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu lansia. Berdasarkan survei awal diketahui bahwa pada umumnya lansia tersebut kurang memperdulikan dan banyak diantara lansia merasa lebih baik melakukan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan lain dari pada pergi ke posyandu lansia setiap bulannya, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan lansia terhadap pentingnya posyandu lansia dalam meningkatkan status kesehatan. Berdasarkan survei awal juga diketahui bahwa lansia sering lupa dengan jadwal kegiatan di posyandu, dan keluarga tidak mengingatkan tentang jadwal kegiatan di posyandu. Selain itu, keluarga lansia juga tidak pernah mengantarkan lansia ke posyandu lansia dan keluarga tidak pernah menemani lansia dalam kegiatan di posyandu lansia. Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia masih rendah. Selain masalah tersebut di atas, rendahnya pemanfaatan posyandu lansia juga dapat dikarenakan pada umumnya letak posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau masih kurang strategis karena tidak berada di tengah pemukiman penduduk, sehingga lansia disekitar kurang bisa memanfaatkan penggunaan posyandu dengan alasan tempat posyandu yang jauh. Sementara mereka tidak mempunyai waktu maupun sarana transportasi untuk mencapainya dan ini menyebabkan pelayanan posyandu lansia menjadi tidak merata cakupannya untuk masing-masing desa di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Merbau.
1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah apakah pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan kader, dukungan kepala desa, dan jarak berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh
pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan kader, dukungan kepala desa, dan jarak terhadap pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.
1.4. Hipotesis Pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan kader, dukungan kepala desa, dan jarak berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang terkait dengan pemanfaatan posyandu lansia dan faktor yang memengaruhinya. 2. Bagi Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang, hasil penelitian ini memberikan sumbangan kepada pengambil kebijakan di Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau, dalam menetapkan kebijakan dan startegi intervensi dalam pemanfaatan posyandu lansia. 3. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana pembanding antara teori yang didapat di bangku kuliah dengan penerapannya di lapangan, khususnya tentang pemanfaatan posyandu dan faktor-faktor penyebab pemanfaatannya.
Universitas Sumatera Utara