1
BAB 1 PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG MASALAH Muhammad SAW telah merintis dan memberi teladan kepada ummat
manusia dalam membangun satu bentuk masyarakat yang disebut masyarakat madani yakni masyarakat berperadaban (madaniah ), karena tunduk dan patuh kepada (din) atau peraturan .Sebuah bentuk reformasi total terhadap masyarakat yang tidak mengenal hukum (lawless) jahiliah Semangat inilah yang seharusnya meginspirasi ummat Islam hari ini, hingga tidak ada lagi ungkapan-ungkapan yang memarginalkan posisi kaum muslimin,dengan disandangkan kepadanya berbagai predikat ―miring‖.seperti : masyarakat
miskin,
terbelakang,
tidak
berpendidikan.
Lalu
apa
yang
sesungguhnya terjadi pada diri ummat Islam,mungkinkah hal ini berkaitan langsung dengan masalah yang menyangkut
kebutuhan dasar manusia yakni
pendidikan, lalu bagaimana pendidikan dimata masyarakat muslim,apapula yang dimaksud dengan pendidikan Islam, apa kebijakan pemerintah terhadap pendidikan Islam dan kontribusi apa yang dapat diberikan masyarakat kepada penyelenggaraan pendidikan Islam, semuanya akan dibahas dalam tulisan dengan judul Manajemen Partisipasi masyarakat dalam Program Pendidikan Islam. Sebuah arah baru
pengembangan pendidikan islam
memberdayakan pendidikan Islam secara
yang lebih
lebih pluralis dan kurikulum yang
dipersiapkan untuk menghadapi perubahan global ,mengembangkan life skill
2
dalam kurikulum PAI,menerapkan nilai-nilai life skill tersebut dalam pengamalan ajaran agama, serta meredefinisi atau mendefinisikan kembali islamisasi ilmu pengetahuan
1
menjadi sebuah upaya pemikiran kearah pencerahan pendidikan
Islam di masa mendatang. Untuk menjaga kelangsungan pendidikan Islam,dibutuhkan satu penopang yang harus bekerja secara sinergis Negara
2
yakni keluarga, sekolah, masyarakat dan
Khusus berbicara tentang masyarakat sebagai salah satu penopang
kesinambungan pendidikan Islam , maka partisipasi masyarakat adalah salah satu hal yang tidak mungkin dipisahkan dari masyarakat atau dengan kata lain masyarakat harus ikut serta
berpartisipasi dalam kesinambungan pendidikan
islam. Garis Garis Besar Haluan Negara (1993) mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Untuk menghasilkan produk pendidikan yang maju dan berkualitas maka ketiga fihak tersebut perlu saling membantu dan bekerjasama dengan baik, orang tua berkewajiban memberikan nilai-nilai dasar bagi pendidikan anaknya serta berhak mendapatkan informasi perkembangan pendidikan anaknya (pasal 7) , masyarakat berkewajiban memberikan sumber daya dalam menyelenggarakan pendidikan
dan
berhak
berperanserta
dalam
perencanaan
,pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi program pendidikan (pasal 8 dan 9), sedangkan pemerintah 1 2
berkewajiban
memberikan
pelayanan
terbaik,
menjamin
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam (Bandung: Nuansa,2003), hal 147-165 Syamsul Arifin, Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan, (Yogyakarta: Si Press,1997 ) hal 37
3
peyelenggaraan pendidikan yang bermutu serta penyediaan dana yang memadai bagi terselenggaranya pendidikan bagi warganegara dalam masa wajib belajar 7 sampai 15 tahun ( pasal 10 dan 11 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003). Banyak kasus di lapangan yang penyelesaiannya menuntut kerjasama fihak fihak diatas, misalnya anak sering tidak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas, tingginya angka putus sekolah, bahkan belakangan ini maraknya kasus penyalahgunaan obat terlarang dan pergaulan bebas di kalangan pelajar yang jelas akan merusak mental dan masa depan pelajar itu sendiri. Narkotik dan obat terlarang
lebih terkenal dengan narkoba dinyatakan
telah menjadi bencana bagi Bangsa Indonesia yang harus diperangi secara terus menerus (UU No. 22 tahun 1997 dan UU No. 5 tahun 1997). Hasil riset UI menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba pada pelajar dan mahasiswa sejak tahun 2003 – 2006 meningkat dari 3.95 %, menjadi 5,3 % dengan jumlah total 1.037.682 siswa. Bahkan BNN ( badan Narkotika Nasional) mencatat usia pengguna narkoba termuda berumur 7 tahun dan 8000 anak SD akrab dengan barang terlarang ini. Kasus ini ditemukan di panti rehabilitasi ketergantungan obat, ini artinya bahwa usia tersebu bukanlah sekedar korban penyalahgunaan tapi sudah menjadi pengguna/ ketergantungan pada barang haram ini. Kemudian hasil penelitian BNN dan UI tentang penyalahgunaan narkoba dalam 33 provinsi tahun 2006-2009 meningkat 1.4 % dengan rincian SLTP 4,2 %, SMA 6,6 % dan Mahasiswa 6,0 %.
4
Dalam harian Ekonomi Neraca per- April 2010,BNN mencatat prevalensi penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa dalam satu tahun terakhir menigkat 5,7 %, berarti dalam satu tahun terakhir setiap 100 orang pelajar dan mahasiswa terdapat 5 - 6 pemakai. Selain kasus narkoba adapula kasus yang akhir-akhir ini
menghantui
masyarakat khususnya generasi muda yakni pergaulan bebas (seks bebas) yang ikut melanda para pelajar. Komisi perlindungan anak (KPA) mengungkapkan data bahwa 97 % remaja Indonesia pernah menonton atau mengakses pornografi, 93 % pernah berciuman, 62,7 % pernah berhubungan badan, serta 21 % remaja telah melakukan aborsi ( Kompas,Mei 2010) Bertolak dari adanya kasus di lapangan serta upaya meningkatkan mutu/ kualitas program pendidikan ,fihak sekolah harus berupaya memaksimalkan pendayagunaan sumberdaya yang ada di sekolah dan sumberdaya yang ada di tengah masyarakat dengan mensosialisasikan pentingnya partisipasi masyarakat terhadap program sekolah agar secara bersama-sama dapat menekan kasus-kasus yang sangat merugikan generasi bangsa,karena kasus semacam ini tidak mungkin dapat diselesaikan sendiri oleh fihak sekolah melainkan adanya kerjasama yang intensif antara sekolah dengan masyarakat baik masyarakat terorganisir maupun masyarakat umum dan tentu saja orang tua murid atau keluarga. Namun Sahidu (1998) menyayangkan selama ini penyelenggaraan partisipasi masyarakat di Indonesia masih terbatas pada keikutsertaan anggota masyarakat
dalam implementasi atau penerapan program pembangunan saja.
5
Kegiatan partisipasi masyarakat lebih difahami sebagai usaha mobilisasi untuk kepentingan pemerintah atau Negara, belum menyentuh pada pengambil kebijakan atau pengontrol kebijakan. Seharusnya anggota masyarakat merasa bahwa tidak hanya menjadi obyek dari kebijakan pemerintah tetapi harus dapat mewakili masyarakat itu sendiri sesuai dengan kepentingan mereka dan perwujudannya dapat dilakukan secara individu atau kelompok, bersifat spontan atau terorganisir,secar berkelanjutan atau sesaat serta dengan cara-cara tertentu yang dapat dilakukan.Dalam hal ini sekolah sebagai penyelenggara pendidikan kiraya poerlu memikirkan optimalisasi sumber daya masyarakat ini dan harus dikelola secara manajerial dan professional. Partisipasi adalah sebuah sikap yang mencirikan masyarakat dinamis, Conyears (1994), mengidentifikasikan tiga kebutuhan dasar dalam pembangunan masyarakat , salah satu diantaranya adalah parisipasi dalam membuat dan melaksanakan program, selain kebutuhan lainnya seperti pangan ,sandang,dan papan, kemudian pendidikan, kesehatan dan air bersih.3. Mencermati teori conyears, antara partisipasi dan pendidikan keduanya merupakan kebutuhan mendasar
dalam pembangunan manusia, sangat
dimungkinkan ketika pendidikan membutuhkan partisipasi sehingga menjadi salah satu modal utama pendidikan dengan menambahkan satu unsur diantara keduanya yakni manajemen. Mengapa manajeman
3
penting
karena tanpa
Diana Conyears, Perencanaan Sosial di Dunia K (Yogyakarta; Gajah Mada University Press,1994),Hal 45.
6
manajemen seluruh potensi dan kekuatan yang ada tidak akan dapat bermenfaat secara effektif bagi tercapainya tujuan yang diinginkan. Sayyidina Ali RA pernah berkata : ― Kejahatan yang terorganisir dengan baik dapat mengalahkan kebaikan yang tidak dikelola dengan baik‖4 Pernyataan ini menggambarkan begitu besar komitmen Saidina Ali terhadap manajemen, sebagai upaya mendorong kum muslimin agar bekerja dengan perencanaan yang matang, proses yang rapi dan dinamis, dilakukan control yang cermat dan akurat serta evaluasi yang objektif, sehingga tujuan dapat dicapai dengan maksimal. Dalam hal ini manajemen menjadi tugas penyelenggara dan pengelola pendidikan yakni pemerintah dan sekolah. Karenanya sekolah sebagai lembaga formal penyelenggaraan pendidikan
harus terus berupaya memelihara
(maintenance) partisipasi masyarakat dengan menerapkan konsep manajemen yang baik dengan tawaran program yang mampu menarik simpati dan menambah gairahnya untuk berpartisipasi dan tentu saja program tersebut harus dapat menjawab tuntutan dan memenuhi kebutuhan masyarakat secara signifikan. Peranserta masyarakat
menjadi isu penting
dalam Undang-Undang
Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, sebuah kebijakan yang melibatkan masyarakat dalam program pendidikan serta lahirnya sebuah tawaran manajemen berbasis sekolah (SBM) yang memberi otonomi relatif luas
kepada sekolah dan
masyarakat. Pada Bab III pasal 8 dinyatakan bahwa ― masyarakat berhak untuk berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi 4
Didin Hafifuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariat dalam Praktek (Jakarta:Gema Insani, 2005) Hal.4
7
program pendidikan”5 ini menandakan bahwa eksistensi dan partisipasi masyarakat
semakin
diakui
dan
dibutuhkan
dalam
pembangunan
dan
pengembangan pendidikan khususnya pendidikan Islam. Selain jaminan Undang-Undang akan pentingnya partisipasi masyarakat, adakah kemudian yang memotivasi masyarakat
secara mandiri untuk ikut
menentukan nasib pendidikan bangsa, terlebih lagi kesinambungan pendidikan Islam yang berlangsung secara formal di sekolah .Sementara kita ketahui bahwa sekalipun tugas penanam akidah adalah kewajiban orang tua di rumah tetapi akan sangat tidak menjamin juga lembaga keluarga sebagai lembaga nonformal, tidak memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan manajemen yang cukup untuk menyelenggarakan pendidikan yang baik sekalipun hanya lingkup naggotanya sendiri. Maka fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang mempunyai manajemen tersendiri dalam pengelolaan pendidikan , keberadaannya semakin dibutuhkan..Karenanya kolaborasi antara masyarakat dengan lembaga harus dikembangkan secara , merngingat adanya kepentingan dan cita cita yang sama
yakni menyelamatkan dan mencerahkan masa depan generasi bangsa.
Bagaimana sekolah kemudian memfasilitasi masyarakat untuk ikut memberikan sumbangsih secara moril maupun materiil dalam rangka mendukung tercapainya cita—cita pendidikan Indonesia khususnya pendidikan islam. Mahdi (2005),dalam bukunya, Biografi Rasulullah Sebuah Studi Analisis berdasarkan Sumber Sumber otentik, menggambarkan sebuah potret pertisipasi
5
UU RI No. 20 Tahun 2003,Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Asa Mandiri, 2008), hal 87
8
masyarakat Islam ketika peristiwa hijrah Rasulullah ke Medinah, kaum muslimin berbondong-bondong untuk ikut hijrah bersama Rasulullah meninggalkan seluruh harta benda, keluarga dan kebanggaan kebanggaannya demi satu niat dan tujuan yang sama yakni meraih ridha Allah SWT. Dan ketika sampai di Medinah Rasulullah kemudian menambatkan untanya pada sebuah lahan milik yatim kembar dari Bani Najjar ,Suhail dan Sahal, karena telah lama unta Rasulullah mendekam di lahan itu, beliau kemudian menawarnya dan berniat untuk membayar tanah tersebut,namun kedua anak yatim itu menjawab, ―wahai rasulullah, kalau engkau berkenan, kami akan menghibahkan tanah ini kepadamu‖ dan melalui ahli warisnya serta pembesar Bani Najjar, Rasulullah hendak melaksanakan transaksi jual beli, namun kemudian mereka berkata, ― Demi Allah kami tidak akan meminta bayaran darimu kecuali kepada Allah SWT.‖6 Dalam riwayat kemudian tanah itulah yang menjadi cikal bakal berdirinya mesjid pertama yang difungsikan untuk ibadah dan pendidikan di kota Medinah. Partisipasi yang didasari oleh kesadaran dan ketulusan niat untuk ibadah tergambar jelas dalam riwayat tersebut .Kedekatan ummat dengan pribadi seorang pemimpin pembawa risalah kebenaran seperti Rasulullh mampu ummat
untuk
berperan
serta
dalam
proses
perjuangan
memotivasi menegakkan
kebenaran.,memajukan ummat dan meninggikan nilai Islam .Semangat ini sangat
6
Mahdi Rizqullah Ahmad,Biografi Rasulullah Sebuah Studi AnalitisBerdasarkan Sumber-Sumber otentik (Jakarta: Qiathi Press.2005) hal 353
9
mungkin tergambar kembali
ketika lembaga pendidikan sekolah mampu
memfungsikan dirinya sebagai lembaga penegakan nilai-nilai kebenaran. Menurut
Nasution
(1999),
bagi
masyarakat,
hakekat
pendidikan
diharapkan mampu berfungsi sebagai penunjang bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya.Agar masyarakat dapat melanjutkan eksistensinya, maka diteruskan nilai-nilai,pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya kepada generasi mudanya..Tiap masyarakat selalu berusaha untuk meneruskan kebudayaannya
dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing
periode zamnnya kepada generasi muda melalui pendidikan (sekolah) atau secara khusus melalui interaksis sosial..Dengan demikian fungsi pendidikan tidak lain adalah sebagai proses sosialisasi 7 Dengan jaminan Undang-Undang serta kesadaran yang penuh dari masyarakat untuk berpartisipasi kiranya belum cukup
untuk mengharapkan
terwujudnya satu bentuk partisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan, apabila sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan
tidak mampu mengelola
potensi dan memanfaatkan yang ada melalui system manajemen yang baik yang dapat mengakomodir seluruh kepentingan msyarakat pendidikan dalam arti luas. Masyarakat
sebagai
pemilik
kontribusi
terhadap
kelangsungan
penyelenggaraan pendidikan kiranya perlu dikelola secara manajerial agar sumber daya tersebut dapat digali lebih optimal dan membarikan manfaat
7
Nasution, Manajemen Mutu Terpadu,(Jakarta:PT Gramedia Indonesia ,1999) hal 117
sebesar
10
besarnya bagi pendidikan sehingga pada saatnya pendidikan akan menjadi milik masyarakat sepenuhnya, pendidikan dari oleh dan untuk masyarakat. B.
Fokus Penelitian Sebagaimana yang tergambar dalam latar belakang, penelitian ini
difokuskan pada bentuk manajemen yang diterapkan oleh MI Nurul Huda, dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut untuk menjaring partisipasi masyarakat dalam program pendidikan Islam, faktor yang mempengaruhi terjadinya partisipasi, bentuk partisipasi dalam mendukung pendidikan Islam di MI Nurul Huda, dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut C. 1.
Tujuan Penelitian Mendeskripsikan manajemen partisipasi masyarakat yang dikembangkan oleh MI Nurul Huda, dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut
2.
Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam progrn pendidikan Islam di MI Nurul Huda, dan MI AtThayyibah Kecamatan Gambut
3.
Mendeskripsikan bentuk partisipasi masyarakat dalm program pendidikan Islam di MI Nurul Huda, dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut
D.
Kegunaan Penelitian
1.
Secara Teoritis
11
Penelitian ini diharapkan berguna bagi perumusan konsep manajemen partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan Islam di sekolah, sehingga dapat dijadikan dasar untuk
menyusun hipotesis bagi penelitian
kemudian dalam wilayah kajian yang sama. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pengambilan kebijakan
bagi pemerintah,praktisi pendidikan, kepala sekolah,
pendidik, pemerhati dan pengamat pendidikan. Islam untuk kemajuan dan pengembangan lembaga pendidikan kedepan. E. Definisi Operasional Penelitian merupakan kegiatan pencermatan
,penyelidikan atau istilah
lainnya berkaitan dengen keingintahuan mengenai sesuatu yang menarik perhatian. Dalam Penellitian ini, yang menjadi variabel yang akan dianalisis yaitu Partisipasi Masyarakat dalam bidang Pendidikan. Mohd Nazir
8
mengemukakan bahwa : Definisi Operasional adalah suatu
definisi yang diberikan kepada suatu variable atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variable tersebut. Agar tidak menimbulkan kesaalahan persepsi mengenai masalah yang akan diteliti, serta dapat menjadi arah bagi penelitian, maka diperlukan penjelasan
8
Mohd. Nazir, 2003 hal 206
12
mengenai pengertian dan makna dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yakni : Manajemen adalah mengatur sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat, dan terarah, effektif dan efisien serta dilaksanakan secara professional dan proporsional. Partisipasi adalah tingkat keterlibatan masyarakat dalam pendidikan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan, antusiasme dan inisiatip yang menggambarkan minat dan upayanya dalam turut menciptakan dan menjaga situasi belajar agar lebih kondusif Masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup di suatu wilayah yang memiliki aturan dan norma yang mengatur hubungan satu sama lain Sekolah adalah suatu sistem administrasi yang modern yang berfungi sebagai sarana pembelajaran yang didalamnya berlangsung proses pendidikan
F.
Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang mengungkp tentang partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan seperti penelitian yang dilakukan oleh Rustam Effendi (2012), telah menemukan bahwa partisipasi masyarakat melalui wadah komite sekolah sebagi pendukung Madrasah Aliyah di Marabahan oleh adanya kerjasama ,keterbukaan dan kekompakan, kepedulian dan persamaan persepsi dalam meningkatkan mutu pendidikan , melaporkan bahwa keterlibatan orng tua secara praktis di sekolah mampu meningkatkan produktivitas sekolah.
13
Muhammad Thahir (2013) menemukan bahwa
manajemen partisipasi
komite Madrasah sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol dan mediator berkaitan dengan perencanaan identifikasi sumber daya pendidikan, perencanaan dan pelaksanaan RAPBS/M sekolah, pengelolaan keuangan dan evaluasi laporan keuangan . Tesis Duki (2002) , yang meneliti tentang hubungan masyarakat dengan lembaga pendidikan Islam, menemukan bahwa prinsip keadilan , kedisiplinan, toleransi ,kebijaksanaan, keteladanan, nasehat dan argumentasi yang baik merupakan strategi pengembangan kehumasan Muhammad Ramli dalam tesisnya (2008),yang ingin mengetahui tentang manajemen yang diterapkan sekolah dalam membangun partisipasi masyarakat, menemukan bahwa manajemen yang dikembangkan oleh sekolah adalah manajemen partisipatif berupa finansial dan idea atau gagasan. Adapun penelitin ini ingin mengungkapkan manajemen yang diterapkan oleh
MI Nurul Huda,
dan
MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut
dalam
menggalang partisipasi masyarakat terhadap pengambangan pendidikan Islam . Kalau penelitian sebelumnya, Komite sekolah sebagai objek penelitian, tetapi penelitian ini bukan hanya kepada Komite sekolah tetapi kepada masyarakat umum baik masyarakat terorganisir maupun yang tidak terorganisir, serta faktorfaktor apa yang mendorong dan apa yang menghambat partisipasi dan mengungkapkan pula apa bentuk pertisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pengembangan pendidikan Islam pada dua lembaga yang bersangkutan
14
G. SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan tesis yang menuliskan kajiannya tentang manajemen partisipasi masyarakat di MI Nurul Huda,
dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut
secara keseluruhan terdiri dari enam bab, yang masing-masing disusun secara rinci dan sistematis dengan penulisan sebagai berikut : Bab I merupakan bab pendahuluan dari keseluruhan bab yang bersifat sebagai pengantar. Di dalam bab tersebut, dipaparkan latar belakang masalah, selain itu, di dalam bab ini juga berisikan fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian studi terdahulu yang erat kaitannya dengan fenomena yang terjadi dengan manajemen partisipasi masyarakat, serta sistematika pendidikan sebagai pijakan pengkajian selanjutnya. Bab II kajian teoritik berisikan tentang kajian teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli manajemen dan para peneliti terdahulu yang erat kaitannya dengan fenomena yang terjadi di MI Nurul Huda,
dan MI At-
Thayyibah Kecamatan Gambut dan memiliki relevansi dengan fokus dan masalah-massalah yang akan dibahas dalam studi ini sebagai alat analisis untuk memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam bab sebelumnya. Bab III metode penelitian, berisikan pendekatan dan jenis penelitian; kehadiran peneliti; sumber data; prosedur pengumpulan data; pengecekan keabsahan data; beserta cara mensistematiskan data-data serta paparan data yang dipergunakan untuk menggali data yang telah difokuskan pada bab sebelumnya sehingga fokus studi dan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab
15
sebelumnya dapat terjawab sesuai dengan tujuan yang diharapkan secara sistematik dan empirik. Bab IV pembahasan dalam bab ini merupakan jawaban sistematis dari rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, bab ini berisikan hasil temuan yang terdiri dari manajemen partisipasi masyarakat yang mencakup : Upaya MI Nurul Huda, dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut dalam menggalang partisipasi masyarakat, serta bentuk partisipasi masyarakat terhadap MI Nurul Huda, dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut. Bab V berisikan pembahasan atau diskusi hasil temuan studi yang merupakan bab inti. Di dalam bab ini membahas tentang hasil temuan studi, yaitu mengklarifikasikan dan memposisikan hasil temuan yang telah dirumusskan pada bab I dalam relevansinya dengan teori-teori yang telah dikemukakan pada bab II yang telah dikaji dan secara sistematis dengan metodelogi seperti dikemukakan pada bab III dan dipaparkan pada bab IV dari hasil penelitian yang membahas manajemen partisipasi masyarakat ,dalam menggalang partisipasi masyarakat, bentuk partisipasi masyarakat terhadap MI Nurul Huda, dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut. Bab VI merupakan penutup yang berisikan kesimpulan-kesimpulan dari bab-bab sebelumnya dari saran-saran terkait dengan persoalan-persoalan yang menonjol dari temuan hasil studi yang dikemukakan pada bab IV dan bab V. Persoalan-persoalan tersebut, dapat berupa hal-hal menarik yang belum terungkap dan terpecah alam studi ini sehingga menjadi bahan kajian peneliti berikutnya
16
BAB II KAJIAN TEORI
A.
URGENSI MANAJEMEN PADA ORGANISASI PENDIDIKAN Sesungguhnya manajemen awalnya dikenal dalam ilmu ekonomi dan
bisnis,
yang
berkonsentrasi
pada
keuntungan
(profit)
dam
bersifat
komersial.Namun seiring perkembangan, kemudian manajemen merambah ke dunia pendidikan, nampaknya manajemen sangat dibutuhkan
dalam aktivitas
organisasi. Tanpa manajemen roda organisasi tidak mungkin dapat berjalan dengan baik ,efektif dan efisien. Ali bin Abi Thalib Karamullahuwajhah, menggambarkan betapa kebathilan yang diorganisir dengan rapih dapat
17
mengalahkankebaikan yang tidak diorganisir (alhaqqu bilaa nizhomin yaghlibuhu binizhomin)9 Organisasi dengan pendekatan manajemen yang rapih akan mencapai hasil yang lebih baik daripada yang dilakukan secara individual.Demikian pula halnya dengan organisasi pendidikan, dalam mengupayakan peningkatan mutu lembaga pendidikan, ada beberapa indikator yang dapat dijadikan tolok ukur antara lain: (1) Proses pendidikan yang berjalan di sekolah tersebut (2) Kelengkapan sarana dan prasarana (3)Profesionalitas tenaga kependidikan atau sumber daya manusia(4)Prestasi akademik peserta didik dan (5) Kualitas Manajemen Sekolah10, namun Sergionvanni,menekankan,diantara indikator ini,manajemen sekolah menduduki posisi strategis11 Lembaga yang secara langsung mengelola pendidikan adalah sekolah karenanya eksistesi sekolah sangat dibutuhkan masyarakat.Sekolah kini telah menjadi alternative utama karena system manajemen modern yang dikembangkan sebagai sarana pembelajaran.Sekolah dianggap sebagai sebuah system
yang
secara khusus terkait dengan proses belajar mengajar atau proses pendidikan.12 Tempat untuk mengkaji keilmuan lebih intensif dan sistematis terletak di sekolah atau di madrasah.Semasa Rasulullah mesjid yang dibangun menjadi
9
Didin Hafifuddin dan Hendri Tanjung,Manajemen Syariah dalam Praktek (Jakarta: Gema Insani,2005) Hal:4 10 Achmadi,Beberapa Agenda Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah(Padang,Makalah Temu Nasional Manajemen Pendidikan dalam Rangka MEnyongsong 5o Tahun KEmerdekaan RI dan Dies Natalis XLI IKIP Padang,1 September 1995) 11 Sergiovani,THE Principalship; A Reflective Practice perspective (Boston:Allyn And Bacon,Inc 1987) 12 Made Pidarta, Landasan Kependidikan,(Jakarta:Rieneka CIpta,1977) ,hal 25
18
lembaga pendidikan formal bagi semua orang dan ilmu yang diajarkan tidak semata-mata ilmu diniyah tetapi juga ilmu terapan bahkan tempat menyusun strategi perang.13 Sekolah arau madrasah sebagai bagian integral dari masyarakat, dalam pelaksanaannya membutuhkan dukungan dan partisipasi masyarakat.Dalam peransosialnya sekolah merupakan system terbuka dimana organisasi mengambil manfaat dari lingkungan,mengalihkan ke produksi luar.Sebagai contoh sekolah mengambil tenaga kerja, murid dan uang dari lingkungan dan adanya subyek kepada proses trasformasi pendidikan untuk menghasilkan dan mendidik murid dari masing-masing tingkat14 Meskipun organisasi menyediakan informasi dan kenyataan untuk membuat keputusan dengan memakai rasio,hal ini terbatas pada kemampuan untuk
menunjukkan
dan
memproses
informasi,mencari
alternative
dan
memprediksi konsekwensi yang ada.15Maka dengan sisten terbuka ada potensi untuk memberi peluang bagi lingkungan eksternal untuk ikut menentukan arah dan tujuan sekolah.Wals dalam Made Pidarta (2004) memberi alasan karena ma syarakat memandang sekolah sebagai cara meyakinkan dalam membina perkembangan para siswa karena itu masyarakat berpartisipasi dan setia kepadanya.16
13
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasikdan Pertengahan (Jakarta;Raja Grafindo Persada,2004) ,hal 117 14 Veithzal Rivai dan Sylvana Murni,Education Managemen ,Analisis Teori dan Praktek (Jakarta:Grafindo Persada,2009) ,hal 198 15 Ibid 16 Made Pidarta,Landasan Kependidikan,(Jakarta;Rieneka Cipta,2004),hal 185
19
Sudarwan Danim (2006), membagi tiga pilar fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang dikonsepsikan untuk mengemban fungsi, reproduksi ,penyadaran, dan mediasi secara simultan, sehingga Nampak bahwa sekolah identik dengan jaringan-jaringan kemasyarakatan
17
sebagaimana yang
nampak pada gambar berikut :
Tiga pilar yang dimaksud Nampak dalam gambar berikut
Nasution (1984) menjabarkan lagi fungsi sekolah sebagai berikut : 1.Sekolah mempersiapkan anak-anak untuk suatu pekerjaan 2.Sekolah memberikan ketrampilan dasar 17
Sudarwan Danim,Visi Baru Manajemen Sekolah (Jakarta:Bumi Aksara,2006) hal.2
20
3.Sekolah memberikan kesempatan memperbaiki nasib 4.Sekolah menyediakan tenaga pembangunan 5.Sekolah membantu memecahkan masalah social 6.Sekolah mentransmisikan kebudayaan 7.Sekolah membentuk manusia sosial 8.Sekolah merupakan alat transformasi kebudayaan18 Sekolah merupakan satu system administrasi modern yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran yang didalamnya berlangsung proses pendidikan. Profil inilah membuat sekolah menjasi alternatip utama dalam menjalankan fungsi pendidikan dengan mengambil alih sebagaian fungsi keluarga atau masyarakat yang selama ini menjadi lembaga pendidikan informal bagi anggota-anggotanya.19 Sistem disini diartikan sebagai suatu keseluruhan yang memiliki bagianbagian yang tersusun secara sistematis, bagian-bagian tersebut berhubungan satu sama lain serta peduli terhadap konteks lingkungannya.20 Kalau satu sekolah dipandang sebagai sebuah system, maka system yang ada di sekitarnya seperti perumahan, pasar, pertokoan, lading,sungai, jalan, dan sebagainya
18
disebut supra system.
|Bila system
berhubungan dengan
S.Nasution,Sosiologi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara,2004) hal 15-16 Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan (Bandung:Rafika Aditama,2009),hal.26 20 Made Pidarta,Landasan Kependidikan,(Jakarta:Rineka Cipta,1997),Hal 25. 19
21
suprasistemnya, maka dianggap sebagai system terbuka dan bila tidak, maka diswebut system tertutup.21 Sebagai bahan acuan, berikut adalah syarat-syaratsebuah system dikatakan sebagai system terbuka : 1.
Mengimpor energi, materi dan informasi dari luar
2.
Memiliki Pemrosesan.
3.
Menghasilkan output atau menghasiulkan materi, energidan informasi.
4.
Merupakan kejadian yang berantai
5.
Memiliki negative entropy,yakni usaha untuk menahan kepunahandengan cara membuat impor lebih besar daripada ekspor.
6.
Mempunyai alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri
7.
Ada kestabilan yang dinamis
8.
Memiliki diferensiasi,yaitu spesialisasi-spesialisasi
9.
Ada prinsip equifinalty yakni banyak jalan untuk mencapai tujuan yang sama.22 Dengan demikian, masyarakat telah menerima esensi dan urgensi
pendidikan persekolahan, dalam segala jenjang dan jenisnya,untuk menjadi wahana dalam proses kemanusiaan dan pemanusiaan 21 22
Abdul latif,Pendidikan berbasis nilai Kemasyarakatan (Bandung:Rafika Adhitama,2009) ,Hal.27 Ibid hal 28
22
Masyarakat telah memahami bahwa kontribusi lembaga persekolahan sangat signifikan dalam pencapaian misi Negara untuk mencerdaskan bangsa, karenanya perlu difahami bahwa partisipasi masyarakat adalah bagian terpenting yang ikut menentukan jalannya roda organisasi sekolah menjadi lebih optimal. B.
KONSEP MANAJEMEN DALAM ISLAM
1.
Pengertian Manajemen Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin yakni dari kata manus yang
berarti tangan, dan agree yang berarti melakukan, kemudian digabung menjadi kata manajer yang artinya menangani. Lalu diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dan dalam bentuk kata benda menjadi managemen, adapun dalam BahasaIndonesia menjadi manajemen yang berarti pengelolaan.23 Istilah manajemen mengcu kepada proses aktivitas yang diselesaikan secara efisien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain.Hal ini sekjjalan dengan batasan yang dikemukakan oleh Parker dalam Stoner & freeman (2000), mengartikan manajemen sebagai the art of getting things done through people, yakni seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang24 Sebuah batasan sederhana namun cukup memberi gambaran bahwa manajemen menjadi sebuah strategi pemberdayaan seluruh potensi yang ada
23
Husaini usman, Manajemen Teori, Praktek dan riset Pendidikan (Jakarta:Bumi Aksara,2008), hal.4 2424 Stoner,J.A.F & Freeman, Management,3 th Edition.(Engelewood:Cliffs,New Jwersey,PrenticeHall International edition,1992)
23
dalam organisasi yang tentu saja mengarah pada pencapaian tujuan organisasi, sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh Sondang P Siagian dalam Arikunto menjelaskan, manajemen adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.25 Selain manajemen adapula dikenal istilah administrasi , keduanya mempunyai kesamaan dalam arti luas, yakni proses kerjasama sekelompok manusia dalam rangka mencapai tujuan kelompok atau organisasi secara efektif dan efisien.26. Dalam Bahasa Inggeris
kata administration dan management
digunakan dalam konteks dengan beberapa macam pengertian, namun dalam beberapa konteks keduanya mempunyai persamaan arti dengan kandungan makna to control yang artinya mengatur dan mengurus. Dan pada awalnya kata administration banyak digunakan untuk organisasi social sedang manajemen untuk organisasi komersial.27 Berdasarkan hal tersebut diatas, Sutisna (1987) mengemukakan bahwa dibidang pendidikan, pemerintahan, rumah sakit, dan kemiliteran umumnya memakai istilah administrasi, sedangkan dibidang industry dan perusahaan digunakan istilah manajemen.28
25
Suharsismi Arikunto dan Mulya yuliana , Manajemen Pendidikan,(Yogyakarta:Aditya Media, 2008) Hal: 8 26 Hendyat sutopo, Manajemen Pendidikan, Bahan Kuliah Manajemen Pendidikan Bagi Mahasiswa S2, Universitas Negeri Malang,200`1 27 Husaini Usman, Manajemen,Teori,Praktek dan Riset Pendidikan, Edisi Kedua, Jakarta 28 Ibid hal
24
Setelah dipopulerkannya karya ilmiah taylor yang berjudul Shop Manajemen pada tahun 1903 dan Principle And Methods of Scientific Management pada tahun 1911.29 Sejak itulah Amerika mulai menggunakan istilah managemen dalam organisasi-organisasi komersialnya. Pada dua dekade terakhir, para pembelajar dan pengkaji manajemen pendidikan merasa lebih nyaman dan lebih bergengsi menggunakan istilah manajemen daripada menggunakan istilah administrasi pendidikan. Terbukti dengan dibukanya banyak jurusan manajemen pendidikan daripada jurusan administrasi pendidikan, bahkan pada tahun 2005 pendidikan pada salah satu
jurusan administrasi
Perguruan Tinggi mengubah namanya menjadi
Manajemen Pendidikan.30 Dilihat dari system pelaksanaannya manajemen dakategorikan pada : (1) manajemen ilmiah(scientific management) yaitu manajemen yang dicirikan oleh penggunaan ilmu pengetahuan dan metode ilmiah,(2)manajemen tertutup mempyunyai cirri dimana pemimpin membuat keputusan tanpa mengadakan konsultasi atau meminta pendapat dari bawahannya.,(3) manajemen terbuka (open management) yaitu suatu system pelaksanaan manajemen, dimana seorang manajer atau pimpinan
sebelum mengambil keputusan memberi kesempatan
terlebih dahulu kepada bawahannya untuk memberikan saran atau pendapat, walaupun keputusan terakhir berada pada pimpinan. 2. 29 30
Prinsip-prinsip Manajemen Islam.
Ibid hal 4 Ibid hal 7
25
Manajemen sebagai suatu ilmu dan teknik untuk mengurus atau mengelola oleh effendi(1986) mengatakan tidak lepas dari fungsi-fungsi dan kewajiban manusia yang ditetapkan Allah SWT. Antara lain : (1) fungsi manusia sebagai khalifah Allah ,(2)kewajiban manusia mengemban amanat Allah,(3)perjanjian manusia dengan penciptanya,(4) hakekat eksistensi manusia di muka bumi.. Prinsip effektivitas dan efisiensi sangat jelas terlihat dalam surah Almu’minun ayat 1 dan 3, yang berbunyi : )3( َ) َوالَّ ِذيهَ ُه ْم َع ِه اللَّ ْغ ِى ُم ْع ِرضُىن2( َشعُىن َ ) الَّ ِذيهَ ُه ْم فِي1( َقَ ْد أَ ْفلَ َح ا ْل ُمؤْ ِمىُىن ِ ص ََلتِ ِه ْم َخا Artinya (1) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (2) Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,31 Ayat diatas memberi pengertian bahwa segala sesuatu yang tidak jelas arah tujuannya menggambarkan ketidakefektifan sebuah pekerjaan karenanya islam menyusuh orang mu’min untuk meninggalkannya. Dapat disimpulkan bahwa manajemen jelas menjadi bagian dari syariat islam dimana manajemen mengandung pengertian mengatur sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan terarah, efektif dan efisien swerta dilaksanakan secara professional dan proporsional Adapun prinsip-prinsip manajemen yang dimaksud adalah : 1. 31
Perencanaan
Mahmud Yunus, Trjamah Al-Qor’anul Karim,(Bandung:PT Alma’arif,1988), hal 309
26
Sebuah hadis Rasululklah yang diriwayatkan Bukhari Muslim, yang sangat popular di kalangan umat Islam menyebutkan bahwa niat (innama ala’maalu bin-niati) atau dalam bahasa manajemen disebut planning menjadi sandaran dan rujukan utama sebuah aktivitas,bahkan pakar-pakar manajemen mengungkapkan 69 % keberhasilan suatu aktivitas terletak pada kematangan menyiapkan perencanaan.32 Perencanaan atau planning adalah kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu agar mendapat hasil yang optimal 33 serta tidak terjadi dengan sia-sia. Dalam hal ini fir firman Allah dalam Surat Shaad ayat 27 memperkuat prinsip perencanaan yakni : ل َما َا َو ْااَ ْا َ َو َما َ ْىَ ُه َما َا ِا اًلَل َ لِ َ َهُّن الَّ ِذيهَ َ َ ُروا فَ َى ْي ٌل لِلَّ ِذيهَ َ َ ُروا ِمهَ الىَّا ِا َّ َو َما َخلَ ْىَا ال ― Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah (sia-sia), yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir. Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.‖ Konsep perencanaan terlihat jelas dalam penciptaan langit dan bumi beserta isinya bahwa Allah telah merencanakan segala sesuatu dengan jelas dan matang bahkan usia manusiapun telah direncanakan panjang pendeknya.. Dalam Al-Qor’an manusia disuruh memperhatikan dan mempersiapkan bekalnya untuk hari esok dalam Surat Al-Hasyr ayat 18 Allah menyebutkan : َيَا أَيُّن َها الَّ ِذيهَ َ َمىُىا اتَّ ُىا َّ َ َو ْل َ ْى ُ ْر وَ ْ ٌل َما قَ َّد َم ْ لِ َغ ٍدد َواتَّ ُىا َّ َ ِنَّ َّ َ َخ ِ ٌلر ِ َما تَ ْع َملُىن 32
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan,(Bandung:alfabeta,2008). Hal 101
27
― Hai orang-orang ytang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);dan bertakwalah kepada Allah,sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.‖ Prinsip perencanaan yang visioner nampak jelas dalam ayat tersebut konsep ini menjelaskan bahwa perencanaan yang dibuat harus memperhatikan yang dilalui, yakni masa lampau, masa kini dan prediksi masa yang akan datang.. Dalam melakukan perencanaan masa depan diperlukan kajian masa kini dan menjadikan masa lampau sebagai bahan evaluasi yang sangat berharga.. Begitu pentingnya perencanaan masa depan, ada dikenal ilmu yang membahas dan meramal masa depan yang disebut ilmu
’futuristic‖34 demikian pentingnya
sebuah perencanaan karena menjadi bagian utama dari sebuah kesuksesan. 2.
Pengorganisasian Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah tetapi lebih
menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapih dan terarah.35 Dalam menerapkan prinsip pengorganisasian yang baik, sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani bahwa Rasulullah telah bersabda :” Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang jika melaksanakan sesuatu
34
Ishak Arep dan Hendri Tanjung, Manajemen Sumber Daya manusia,(Jakarta Trisakti,2002)hal. 19 35 Didin Hafiduddin dan Hendri Tanjung, Manajemen syari’at, hal 101
28
pekerjaan dilakukan secara Itqan (tepat,terarah, jelas dan tuntas)” 36, demikian pula dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ya’la, Rasulullah SAW bersabda; Allah mewajibkan kepada kita untuk berprilaku ihsan dalam segala sesuatu.”37Kata Ihsan bermakna melakukan sesuatu secara maksimal dan optimal, tidak boleh seorang Muslim melakukan pekerjaan tanpa perencanaan, tanpa adanya pemikiran dan tanpa adanya penelitian sebelumnya.38 Dalam Surat Ash-Shaff ayat 2 sampai 4 disebutkan pula prinsip pelaksanaan dan pengorganisasian, sebagai berikut : ) ِنَّ َّ َ يُ ِح ُّنب3 ( َ) َ ُ َر َم ْ اًلا ِع ْى َد َّ ِ أَنْ تَ ُىلُىا َما ََل تَ ْ َعلُىن2 ( ََما ََل تَ ْ َعلُىن )4( ىص ص ٌل ُ َ أَوَّ ُه ْم ُ ْى َانٌل َم ْر
َيَا أَيُّن َها الَّ ِذيهَ َ َمىُىا لِ َم تَ ُىلُىن ص ّاًلا َ س ِ لِ ِه َ الَّ ِذيهَ يُ َاتِلُىنَ فِي
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan –Nya dalam barisan yang teratur seakan akan mereka seperti suatu bangunan yang terssusun kokoh. (Q.S Ash-Shaff ayat 2-4) Prinsip pengorganisasian dalam Islam antar lain mengatur tentang struktur kepemimpinan,wewenang dan tanggungjawab, pendelegasian wewenang
dan
konsepsi syuro.39 a.Struktur Kepemimpinan dan Amanah Kepemimpinan yang memiliki otoritas untuk mengatur dan memberikan petunjuk adalah sebuah keniscayaan dan perkara yang lazim untuk menjalankan
36
Ibid hal 1 Ibid hal. 2 38 Ibid hal 9. 39 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syari’ah .Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer (Jakarta,PT.Raja Garafindo Persada, 2006) Hal.90 37
29
kehidupan
masyarakat40
Jika
dalam
sebuah
perjalanan
saja
rasulullah
memerintahkan salah seorang dari mereka untuk menjadi pemimpin maka hal ini merupakan keniscayaan dan kewajiban yang harus ada dalam mayarakat guna mengatur kemaslahatan hiup mereka. Pemimpin yang melekat dalam dirinya kekuasaan hendaknya dimaknai sebagai suatu amanah sekaligus peluang yang diberikan oleh Allah SWT untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum. Pembagian tugas dan wewenang adalah prinsip pengorganisasian dalam ISLAm.Wewenang bermakna kekuasaan untuk mengambl keputusan atau kebijakan yang bersifat mengikat dan mentaatinya
41
harus dijalankan oleh bawahan dan
Wewenang akan semakin besar jika kedudukan seseorang dalam
organisasi semakin tinggi.ketinggian kedudukan dan kebesaran wewenang pada diri seseorang hendaklah disertai keinginan yang kuat untuk menjalankannya berdasarkan ketentuan, hal ini kemudian disebut dengan amanah.42pemimpin yang menjalankan kewenangannya dengan penih amanah adalah prinsip kepemimpinan dalam organisasi Islam. Adanya strata kepemimpinan (kekuasaan) bukan berarti pemimpin dapat terpisah denga yang dipimpinnya, kepemimpinan dalam Islam bukanlah kekuasaan yang terpisah dan sentralistik dalam menetapkan keputusan, melaiankan setiap keputusan yang diambuil harus melalui mekanisme yang disebut musyawarah. Namun Islam tetap mengajarkan kepada manusia untuk taat 40
Ibid hal 9 Ibid hal.94 42 Didin HAfiduddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syari’at,Hal 102 41
30
kepada pemimpin sejauh pemimpin itu membawa umatnya taat kepada Allah dan Rasulnya. Dalam konteks Islam, kepemimpinan yang terbentuk dalam berbagai level manajemen seharusnya tidak boleh terjadi pertentangan, karena sesungguhnya mereka duduk dalam satu wadah manajemen yang dibangun dengan konsep syuro (musyawarah)43.Adanya perbedaan level manajemen dan bidang yang digarapnya tidak berarti mereka bekerja sendiri-sendiri tetapi harus saling berkontribusi satu dengan lainnya untuk tujuan bersama(tujuan organisasi) b. Pembagian Tugas dan Pendelegasian wewenang. Setinggi apapun kedudukan dan sebesar apapun wewenang yang ada di tangan seorang pemimpin tetap saja terdapat keterbatasan,sehingga Islam sangat mengenal adanya pendelegasian wewenang sebagai langkah antisipatif terhadap keterbatasan pemimpin itu sendiri. Walaupun banyak pemimpin sekarang yang masih berlaku seperti single fighter ( Pemain tunggal) ia lupa bahwa ada saatnya seorang pemimpin kurang kesempatan, jatuh sakit dan sebagainya. Dalam hal ini Rasulullah banyak mencontohkan pendelegasian wewenang kepada para sahabat yang tentu saja disesuaikan dengan kemampuan, keahlian dan kecenderungannya masing-masing .Semangat pendelegasian ini diawali dengan pendekatan yang lemah lembut dan musyawarah diantara mereka.Dalam Surah Ali Imran 159 Allah berfirman :
43
Ibid hal 93
31
س َ ْغ ِ ْر لَ ُه ْم ْ ضىا ِمهْ َح ْىلِ َ فَاعْفُ َع ْى ُه ْم َوا ب ََل ْو َ ُّن ِ فَ ِ َما َا ْح َم ٍدة ِمهَ َّ ِ لِ ْى َ لَ ُه ْم َولَ ْى ُ ْى َ فَ ّاًلا َغلِ ظَ ا ْل َ ْل )159( ََوشَا ِو ْا ُه ْم فِي ْااَ ْم ِر فَإ ِ َ ا َع َس ْم َ فَ َ َى َّ ْ َعلَى َّ ِ ِنَّ َّ َ يُ ِح ُّنب ا ْل ُم ََى ِّ لِ ه “Maka disebabkab rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling kamu, karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian jika kamu telah membulatkan tekad.Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” Pendelegasian wewenang dimaksudkan agar setiap bagian dapat menjalankan segala aktivitas manajerial dan pada saatnya dapat dituntut tanggungjawab terhadap tugas yang didelegasikan kepadanya, dalam hal ini perlu diperhatikan adanya keseimbangan antara kewenangan dan tanggung jawab Keseimbangan ini mewujudkan mekanisme kerja yang sehat dan dapat memotivasi bawahan untuk lebih percaya diri, bekerja lebih baik dan kreatif serta penuh tanggung jawab. Dalam Ibrahim (2006), diceritakan mada masanya,Rasulullah SAW menjalankan fungsi pendelegasian ini ketik Allah menurunkan ayat larangan minum khamar, Rasulullah kemudian memanggil Umar bin Khattab untuk menjalankan perintah Allah ini.Umar dinilai mempunyai dasar ilmu pengetahuan dan kuat dalammenjalankan agama.Umar diperintahkan Rasulullah untuk berkeliling di pasar-pasar dan memecahkan semua botol minuman anggur yang ditemuinya.44 Dan masih banyak riwayat lain yang berkaitan engan penelegasian wewenang yang diberikan rasulullah kepada para sahabat.
44
Ibid hal 95
32
Selain penerapan prinsip-prinsip manajemen sebagaimana diuraikan diatas, pembagian tugas yang tepat dan penempatan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai ( professional dan proporsional) yang dalam kajian manajemen dikenal dengan istilah job analysis dan job description, Rasulullah mencontohkan dalam sebuah riwayat ketika pembangunan mesjid pertama di kota Medinah diceritakan oleh Thalaq ibn Ali Al-Hanafi bahwa Rasulullah berkata kepada para sahabat yangikut bekerja membangun mesjid,‖Serahkanlah urusan pengadonan tanah kepada al Yamani sebab ia adalah orang yang paling ahli diantara kalian dalam hal membuat adonan tanah‖.Dalam riwayat lain Al-Yamani sendiri menceritakan : ― Aku mengambil pengukur taah kemudian mulai mencampurnya dan kelihatannya Rasulullah sangat tertarik, pada saat itu juga beliau berkata,‖ Biarkanlah Hanafi mengurus tanah, karena ia lebih cermat di bidang tanah disbanding kalian.‖ Sementara iti Baihaqi meriwayatkan ,‖Tempatkanlah Yamani di bagian pengadonan tanah, karena dalam hal iti ia lebih baik daripada kalian.‖45 c.Konsep Syuro ( Musyawarah) Musyaearah adalah suatu pendekatan cultural khas Indonesia yang dapat dimasukkan dalam proses eksplorasi dan identifikasi masalah.Musyawarah juga merupakan bentuk sarana untuk meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki atas keputusan dan rencana pembangunan. Musyawarah juga merupakan cara analisis kebutuhan (needs) tidak sekedar keinginan (wants) yang bersifat superfisial demi pemenuhan kebutuhan sesaat.( Karsidi,2001).
45
Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah sebuah Studi analisis BERdasarkan sumber-Sumber Yang otentik ( Jakarta:Qisthi Press,2006) hal.354
33
Musyawarah adalah satu sifat dan karakter orang-orang beriman..Untuk menghasilkan keputusan musyawarah yang baik, hendaknya dilakukan dengan orang-orang terpilih.Jika musyawarah dengan orang yang tidak jelas identitasnya (zhalim dan su’ul khuluk ) maka produk musyawarah tentu tidak dapat dijadikan rujukan.46 Senada dengan apa yang dkemukakan Karsisdi (2001) bahwa untuk mewakili sebagai peserta musyawarah untuk suatu keperluan seperti merumuskan kebutuhan masyarakat haruslah benar-benar yang mampu menyalurkan aspirasi masyarakat yang diwakilinya.Musyawarah harus dipandang sebagai bentuk dari community needs analysis. Kard Ali (1968) mengemukakan dalam Ahmad Ibrahim, bahwa Rasulullah membentuk majelis Syuro yang beranggotakan 14 orang dari para sahabat pilihan yakni para sahabat yang berpengetahuan luas dan tajam analisisnya, memiliki kelebihan intelektual, tingkat keimanan yang tinggi dan rajin mendakwahkan Islam. Anggota Majelis Syuro ini terdiri dari sahabat Muhajirin dan Anshor, diharapkan keputusan yang diambil bersifat komprehensif dan mengakomodir kepentingan semua golongan.47 Selanjutnya Kard Ali (1968) dalam Ahmad Ibrahim menyebutkan sahabat khulafa’urrasyidin juga menjalankan konsep Syuro dengan mencontoh Rasulullah SAW,Ketika
Abu
Bakar
ra.
Nebjabat
sebagai
khalifah
beliau
selalu
bermustawarah dengan para ahli ilmu dan fiqh, beliau memanggil sahabat-sahabat
46
Didin Hafifuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syari’ah dalam Praktek (Jakarta:Gema Insani,2003),Hal.123 47 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariat Sebuah Kajian Historis dn Kontemporer ( Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006), hal 96
34
Nuhajirin dan Anshor, memanggil Umar ra.,Abdurrahman bin Auf, Mu’adzh bin Jabal, Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin tsabit.Semua sahabat ini member fatwa kepada masyarakat tentang kekhalifahan Abu Bakar ra.48 Dalam memutuskan persoalan yang besar Khalifah umar ra., selalu bermusyawarah
dengan para sahabatnya dan berkata : ―pendapat satu orang
seperti jahitan pakaian yang tipis, pendapat 2 orang akan memperkuat jahitan dan pendapat tiga orang dan lebih, tidak akan pernah rusak.‖ Dalam mesjid, khalifah juga sering meminta pendapat jamaah tentang satu persoalan. Beliau melontarkan pendapatnya dan pendapat kaun muslimin dalam satu majelis syuro, dimana mejelis ini beranggotakan 14 orang sahabat, jika telah terdapat kesepakatan maka khalifah Umar akan menjalankannya.49 Dalam syuro terdapat kekuatan dan keterkaitan antara kaum muslimin syuro mendorong munculnya pemikiran kolektif, pemahaman bersama dan menguatkan rasa ukhuwah Islamiyah.Dalam Al-Qor’an Allah SWT berfirman : )46( َصا ِ ِريه َ ْ َ َسىلَهُ َو ََل تَىَا َزعُىا ف ْ يح ُك ْم َو َّ اص ِ ُروا ِنَّ َّ َ َم َع ال ُ َب ِا ُ َوأَ ِا ُعىا َّ َ َو َا َ شلُىا َوت َْذه “dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal : 46) Semua indikasi ini menguatkan bahwa konsepsi Syuro merupakan konsep dasar dalam manajemen islam. Ketika kaum muslimin sepakat atas suatu perkara, maka wajib dikuatkan, diiuti dan dilaksanakan tanpa ada pertentangan dan permusuhan terhadap keputusan musyawarah jama’ah. 48 49
Ibid ,hal 97. Ibid hal 98
35
3.
Pengawasan
Dalam pandangan islam pengawasan (control) dimaksudkan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak50 Dalam Ibrahim (2006) Pengawasan merupakan fungsi derivasi yang bertujuan untuk memastikan bahwa aktivitas manajemen berjalan sesuai dengan tujuan yang direncanakan dengan perfoma sebaik mungkin begitu juga untuk menyingkap kesalahan dan penyelewengan kemudian memberikan tindakan korektif.51 Fungsi utama pengawasan bertujuan untuk memastikan bahwa setiap pegawai yang
memiliki
tanggungjawab
bisa
melaksanakannya
dengan
sebaik
mungkin.Kinerjanya dikontrol sesuai prosedur yang berlaku sehingga dapat disingkap kesalahan dan penyimpanganyang terjadi. Setidaknya ada dua bentuk pengawasan yang sangat mendasar yang dikenal dalam manajemen Islam,pertama ; pengawasan internal. Pengawasan yang yang berasal dari dalam diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah. Seorang yang yakin bahwa Allah mengawasi setiap manusia, maka ia akan bertindak sangat hati-hati baik ketika sendiri, berdua maupun ditengah banyak orang, ini adalah control yang paling effektif yang berasal dari diri sendiri.\. Pengawasan internal yang melekat pada diri setiap muslim akan menjauhkannya dari segala bentuk penyimpangan dan menuntunnya untuk konsisten kepada hukum Allah dalam setiap aktivitasnya akan tetapi mereka hanyalah manusia
50 51
Abdul Mannan, Membangun Islam Kaffah, (Madinah Pustaka, 2000),hal 152 Ahmad Ibrahim Abu sinn, Manajemen ….., hal 179
36
biasa yang sangat mungkin melakukan penyimpangan dan kecenderungan kepada hawa nafsu. Agar lebih effektif ada system control yang kedua yaitu pengawasan eksternal yang berasal dari luar diri.\Sistem pengawasan itu dapat terdiri atas mekanisme pengawasan dari pimpinan yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang didelegasikan, kesesuaian antara instruksi dan pelaksanaannya,optimalisasi perencanaan yang sudah ada dan lain-lain. Sistem pengawasan
yang baik tidak terlepas dari pemberian reward
(imbalan) and punishment (hukuman)52Jika seseorang karyawan melakukan pekerjaan dengan baik, maka karyawan tersebut sebaiknya diberi reward.Bentuk reward tidak mesti berupa materi,dapat pula berupa pujian, penghargaan bahkan promosi jabatan , beasiswa, dan lain-lain.Sedangkan seorang karyawan yang melakukan kesalahan dalam pekerjaannya bahkan hingga merugikan perusahaan sebaiknya diberi punishment.Bentuk punishmen pun bermacam-macam,mulai dari teguran,peringatan,skors bahkan pemecatan. Namun Islam menggarisbawahi satu hal yang harus dipahami oleh seorang atasan/ pimpinan yakni bahwa pengawasan akan berjalan baik jika masing masing manajer berusaha memberikan contoh terbaik kepada bawahannya. C.KONSEP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM ISLAM 1. Pengertian PartisipasiMasyarakatdalam Islam
52
Didin Hafifuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek (Jakarta,Gema Insani,2003) Hal. 156
37
Dalam pengertian yang paling dikenal secara luas dan sederhana bahwa partisipasi adalah
keikutsertaan
Moelionomemberikan
seseorang definisi
terhadap
singkattentang
sustu
kegiatan
partisipasi
yang
seperti berarti
berperanserta dalam suatu kegiatan.53 Dalam wacana pembangunan,Kikkelsen (1999) dalam Soetomo (2006) menginventarisir ada enam tafsiran dan makna yang berbeda tentang partisipasi. Pertama, partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.Kedua;partisipasi adalah usaha membuat masysrakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menanggapi proyek-proyek pembangunan.Ketiga, partisipasi adalah proses aktif yang mengandung arti
bahwa orang atau kelompok terkait
mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.Keempat, partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan, dan monitoring proyek agar memperoleh informasi mengenai konteks local dan dampak-dampak sosial. Kelima; partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri. Keenam; partisipasi adalah keterlibatan
masyarakat
dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.54 Selain beberapa pengertian diatas, ada pengertian partisipasi yang lebih bersifat dorongan internal dari dalam diri partisipasi (masyarakat) dan juga adanya peluang dari penyelenggara pembangunan itu sendiri, seperti yang dilakukan oleh 53
Moelinono,A.M Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka,1990) hal 978 Soetoemo, Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta,Pustaka Pelajar,2006/, hal. 84. 54
38
Slamet (1992) yakni partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi tiga faktor pendukungnya yaitu 1. Adanya kemauan,2. Adanya kemampuan dan 3. Adanya kesempatan untuk berpartisipasi.55 Sedangkan Koentjoroningrat menggolongkan partisipasi masyarakat kedalam dua tipologi ialah partisipasi kuantitatif dan partisipasi kualitatif. Partisipasi kuantitatif menunjuk pada frekwensi keikutsertaan masyarakat terhadap impelementasi kebijakan, sedangkan partisipasi kualitatif menunjuk kepada tingkat dan derajatnya.56.Adapun Thoha dalam Indrafachrudi (1984), menggolongkan partisipasi masyarakat kedalam tiga kelompok yakni partisipasi mandiri yang merupakan usaha berperanserta yang dilakukan secara mandiri oleh pelakunya, partisipasi mobilisasi dan prtisipaasi ceremony.Agar partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan baik, maka persiaqpan anggota staf dengan pengetahuan
tentang
masyarakat,
sejarahnya,tradisinya,
kepercayaannya,
kehidupan sosial ekonominya,bentuk pemerintahan , satuan-satuan komunikasi dalam masyarakat, kepemimpinan dan kesadaran berorganisasi masyarakat tersebut 57. Sebagaimana teori partisipasi dalam pembangunan berdasarkan model People Centered development (Korten,1983) dalam strategi ini konsep partisipasi cukup member keuntungan karena : 55
Slamet Santoso, Supervisi Pembangunan Masyarakat,(bandung,PT.Enerco,1992). Koentjoroningrat, Metode-Metode Antropologi dalam Penyelidikan-Penyelidikan Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia,(Jakarta:universitas Indonesia,1958),hal.90 57 Indrafachrudi sukarto, Bagaimana mengakrabkan Sekolah dengan orang Tua Murid dan Masyarakat, Malang:IKIP Malang,1994) Hal.17 56
39
1.Mampu merangsang tumbuhnya swadaya masyarakat yang merupakan dukungan penting bagi pembaharuan. 2.Mampu
meningkatkan
motivasi
dan
keterampilan
masyarakat
dalam
pembangunan 3.Pelaksanaan pembangunan makin sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. 4. Jangkauan pembangunan menjadi lebih luas meskipun data terbatas. 5. Tidak menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah.58 Dikenal ada dua pendekatan alam pengembangan suatu lembaga yakni pendekatan dari atas ke bawah (top down strategy) dan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up strategy).59 Dalam konteks partisipasi tentu saja pendekatan bottom up (dari bawah keatas) lebih tepat diterapkan. Pendekatan ini bertumpu pada kekuatan yang bersumber dari bawah yakni masyarkat sebagai komponen pembangunan. Dalam hal ini masyarakat dituntut secara aktif menyumbangkan perannya dalam proses pengembangan pendidikan agama Islam di sekolah. Maka dalam konteks penyelenggaraan pendidikan,partisipasi masyarakat diartikan sebagai keikutsertaan anggota masyarakat (orang tua murid, masyarakat umum maupun masyarakat sekolah) dalam membantu dan bekerjasama untuk kesuksesan
58
Zulkifli Muhadi,Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT) dalam Perspektif Perubahan Sosial Budaya pada Masyarakat kabupaten Sumbawa Barat (Sebuah Kajian Fenomenologis),Disertasi,(malang;pascasarjana unmer Malang,2009), hal.9 59 Soetomo, Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat,( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2006),Hal.40
40
program sekolah sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarkat itu sendiri. Adapun masyarakat (community) adalah kelompok manusia yang saling tterkait dengan sistem, adat istiadat, dan hukum yang berlaku60 dalam pengertial lain yang hampir senada dikemukakan oleh Abdul Latif (2009) dalam bukunya Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan , menyebutkan pengertian masyarakat sebagai sekumpulan orang yang hidup di suatu wilayah yang memiliki aturan atau norma yang mengatur hubungan satu sama lain,pola hubungan antar individu dalam masyarakat pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang diakui bersama dan diabadikan dalam norma dan aturan yang umummnya tidak diverbalkan. Dalam Al-Qor’an terminology masyarakat dikenal dalam berbagai istilah Pertama; qoum.Memiliki makna dasar yakni kelompok manusia,berdiri tegak atau tekad.secara leksikal qoum adalah kelompok manusia yang dihimpun oleh suatu hubungan atau ikatan yang mereka tegakkan ditempat kaum itu berada. Qor’an menyebut istilah qoum sebanyak 383 kali dengan sifat dan konotasi yang berbeda-beda,jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan term lain yang bermakna sama.Ada kata qoum yang menunjukkan sifat positif seperti kaum yang yakin (qaumun yaqinun), yang beriman (qaumun yu’minun) kaum yang saleh (Qaumun Al- halih) kaum yang bersyukur (qaumun Yasykurun), kaum yang ahli ibadah (qaumun Abidin).Adapun yang menunjukkan sifat negative seperti kaum yang menyimpang (qaumun ya’diluun),Kaum yang zalim( qaumun 60
Zulfi Mubaroh,Sosiologi Agama,Tafsir Sosial Fenomena Multi religious kontemporer,(Malang :UIN press,2006),Hal5
41
Al-Zhalimun), kaum yang kapir (Qaumul Kafirun), kaum yang fasik (qaumul fasiqun), dan lain-lain. Juga ditujukan kepada semua kenis kelamin laki-laki maupun perempuan61.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kata qaum adalah dialamatkan kepada kelompok manusia secara umum dengan bermacam-macam sifat dan ciri yang melekat padanya. Kedua Ummat adalah bentuk tunggal dan kata umum .Secara
memiliki
makna tempat kembali,kelompok, agama, postor tubuh, masa dan tujuan (Ibnu Faris dalam nurdin,2002), dari kata tersebut muncul kata umm (ibu) dan Imam (Pemimpin),terdapat hubungan makna antara keduanya menjadi teladan dan tumpuan masyarakat .Maka kata ummam mengandung pengertian,kelompok manusia yang berhimpun karena didorng oleh persamaan sifat, kepentingan dan cita-cita, agama, wilayah tertentu,dan waktu tertentu.62 Menurut Ali Syariati,dasar tatanan ummat adalah kesamaan akidah dan kesamaan dalam kepemimpinan yang satu agar individu-individunya bergerak menuju kiblat yang sama.ini menjadi cirri khas ummat atau masyarakat Islam.Karena itu ummat adalah suatu istilah yang mengandung arti bergerak dan dinamis. Dalam konteks sekolah atau madrasah, masyarakat adalah warga atau individu yang berada di sekolah atau madrasah dan disekitar madrasah yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung terhadap manajemen sekolah
61
Ali Nurdin,Qur’anic Society Menelusuri Konsep Masyarakat ideal Dalam Al-Qor’an (Jakarta:Erlangga,2002),Hal 57 62 Ibid.
42
atau madrasah,memiliki kesadaran sosial dan mempunyai pengaruh terhadap lembaga .Masyarakat pendidikan adalah segenap komponen yang terkait yang memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi program pendidikan.,sehingga lazim muncul pernyataan tentang stake holder atau fihak yang berkepentingan untuk melakukan tugas itu.63 Mencermati
pengertian
ummat
dalam
terminasi
Al-Qor’an
yang
dikemukakan oleh Ali Syari’ati diatas, bahwa ummat (masyarakat) sesungguhnya melekat pada dirinya sifat dinamis (terus bergerak). Setelah jelas pengertian antara partisipasi dan masyarakat ,maka partisipasi masyarakat menunjukkan pengertian : keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan,pelaksanaan,pemanfaatan
hasil
dan
evaluasi
program
pembangunan,(united Nation,1975).Dalam kebijakan nasional saat ini,melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan merupakan konsekwensi logis dari implementasi UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Menurut Cohen dan Uphof dalam Sahidu (1998), partisipasi masyarakat dalam
pembangunan
pada
umumnya
dimulai
dari
tahap
pembuatan
keputusan,penerapan keputusan, penikmat hasil, dan evaluasi kegiatan.Secara lebih rinci partisipasi dalam pembangunan berarti mengambil bagian atau peran dalam pembangunan baik dalam bentuk pernyataan mengikuti kegiatan,member masukan berupa pemikiran,tenaga waktu, keahlian,modal dan materi, serta ikut memanfaatkan hasil-hasilnya.(Sahidu,1998).
63
Made Pidarta,Landasan Kependidikan,(Jakarta :Rieneka cipta,1977),1997),hal 72
43
4.
Partisipasi Masyarakat Sebagai Sumber Daya Pendidikan. Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003,dipaparkan dengan jelas bahwa
masyarakat adalah satu sumber daya pendidikan,pasal 4 ayat 6 berbunyi : “Pendidikan
diselenggarakan
dengan
memberdayakan
semua
komponen
masyarakat melalui peranserta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan”64 ,kemudian dijabarkan dalam hamper setiap pasal tentang peran dan fungsi yang dapat dimainkan oleh masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.Bahkan dalam Bab XV khusus membahas peranserta masyarakat dengan segala ketentuannya yang diatur dengan peraturan pemerintah. Demikian strategisnya peran masyarakat dalam hal ini,bahwa masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat umum,
masyarakat terorganisir
maupun
orang tua murid, bersama-sama menjalankan fungsi dan peran yang diamanatkan UU tersebut untuk tetap menjalin hubungan yang erat secara effektif dan effisien guna menunjang program pengembangan pendidikan di sekolah. Ada satu model yang memperlihatkan hubungan yang effektif antara sekolah dengan masyarakat yang dikemukakan oleh Bowles dan Fruth (1976) dalam Wahjosumijo, untuk dijadikan satu produk proses analisis,komunikasi, keterlibatan dan penyelesaian isu-isu oleh pembuat kebijakan dan administrator sekolah, yang dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Analisis adalah suatu proses dimana isu-isu dari anggota masyarakat diidentifikasikan dan dicari hubungannya satu sama lain. 64
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 (Jakarta:Asa Mandiri,2008)
44
b. Komunikasi, proses interaksi antara sesame anggota masyarakat dan antar sekolah dengan anggota masyarakat. c. Keterlibatan (involmen), melalui proses tersebut anggota masyarakat memberikan kontribusi wahid, energy, keahlian dan sumber-sumber lain terhadap sekolah dan memperoleh jalan (akses) untuk proses pembuatan keputusan tentang sekolah. d.Penyelesaian (solution), proses yang direncanakan untuk memecahkan persoalan
dan untuk mengurangi konflik
actual dan potensial diantara
keluarga,sekolah dan masyarakat.65. Selanjutnya
dalam
upaya
membangun
motivasi
untuk
berpartisipasi,banyak teori mengatakan bahwa jika manusia telah terpenuhi kebutuhannya maka motivasi untuk
berbuat akan lahir dengan sendirinya.
Maslow telah membagi kebutuhan manusia dalam lima tingkatan, yaitu : a. Kebutuhan fisiologis, yakni kebutuhan kebutuhan biologis seprti makan, minum, seks,air dan kebutuhan untuk beristirahat. b. Kebutuhan rasa aman,seperti terlepas dari ancaman,terlepas dari bahaya,hidup stabil, penuh rasa aman dan terhindar dari penderitaan. c. Kebutuhan sosial seperti kebutuhan kasih saying, cinta, afiliasi,penerimaan dan rasa memiliki serta dimiliki.
65
Wahjosumidjo,Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,1999), hal 338.
45
d. Kebutuhan harga diri seperti kebutuhan akan pengakuan, kedudukan,kebutuhan untuk dihormati,kebutuhan untuk diakui kemampuannya, dan kebutuhan untuk diakui kesuksesannya66. Keterkaitannya dengan
konsep partisipasi, ada banyak kebutuhan
masyarakat yang dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan.Dengan pendidikan masyarakat akan
merasa terpenuhi kebutuhan intelektualnya,terpenuhi pula
kebutuhan sosialnya, kebutuhan harga dirinya dan kebutuhan-kebutuhan mendasar lainnya, dengan begitu masyarakat menjadi puas sebagai pelanggan pendidikan sehingga motivasi itu akan tumbuh dengan sendirinya dan tidak sulit untuk digerakkan mengingat bahwa sesuatu yang mereka butuhkan dapat dipenuhi oleh sekolah dengan tetap menjaga kualitas kelulusan yang siap pakai dalam pengertian bahwa peseerta didik yang telah lulus dari bangku sekolah siap terjun dan hidup di tengah masyarakat dengan wajar dan baik. Menurut hemat penulis hal ini sejalan dengan visi sekolah keagamaan yang berkonsentrasi pada kesiapan peserta didik hidup di tengah masyarakat yang sarat dengan persoalan kemasyarakatan yang membutuhkan jawaban berdasarkan konteks keagamaan baik secara teori maupun praktek.Demikian salah satu penyebab kecenderungan masyarakat memilih sekolah keagamaan tidak lain karena sekolah keagamaan di asumsikan sebagai lembaga yang memiliki kelengkapan ilmu pengetahuan baik dunia maupun akhirat dan lembaga ini justeru dianggap dekat dan harus proaktif menjalin komunikasi
66
intensif dengan
Husaini Usman,Manajemen, Teori,Praktek dan Riset Pendidikan (Jakarta:Bumi Aksara,2008), Hal 249
46
masyarakat dan menjaring sebesar-besarnya partisipasi masyarakat, ketika semakin banyak orang tua atau konsumen yang merasakan kepuasan itu, makin banyak dan besar pula partisipsi masyarakat terhadap lembaga pendidikan. Komitmen partisipasi inilah yang harus dipelihara dan dikembangkan oleh manajemen sekolah agar tetap menjadi sumberdaya dan energi positif bagi kemajuan pendidikan. 5.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisispasi Masyarakat Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam bidang pendidikan khususnya dalam program sekolah ada lima prinsip yang harus diperhatikan oleh komite sekolah atau majlis madrasah sebagaimana dikemukakan oleh Maisyaroh (2000) sebagai berikut : a.Fleksibelitas Lembaga mempunyai program-program yang cukup lentur dan beradaptasi secara terus menerus dengan perubahan-perubahan layanan lembaga lain yang ada di masyarakat. b.Relevansi Peran dan fungsi
dari lembaga pendidikan hendaknya sesuai dengan
kondisi masyarakat yang menjadi latar belakang peserta didik. c.Partisipasi
47
Lembaga pendidikan melibatkan masyarakat dalam mengembangkan program kegiatan dan layanan guna memperluas,memperbaharui dan memadukan berbagai pengalaman d. Komprehensif Lembaga
pendidikan
senantiasa
menghubungkan
dirinya
dengan
masyarakat yang lebih luas, intern bangsa maupun secara Internasional e. Melembaga Lembaga pendidikan harus senantiasa dikelola secara baik, sehingga mampu menunjukkan keberhasilan karena pada umumnya partisipasi masyarakat akan
muncul
bila
lembaga
pendidikan
tersebut
mampu
menunjukkan
eksistensinya dan keberhasilannya. Pada dasarnya keterlibatan atau partisipasi orang tua dan
masyarakat
dalam sekolah setidaknya dilandasi oleh tiga alasan sebagaimana yang. Dikemukakan oleh Gorton dalam Julianto (2003 ),yakni : a. Melaui partisipasi orang tua dan masyarakat akan menjadi lebih mengenal apa yang dipelajari murid-murid di sekolah, lebih memahami problematika yang dihadapi sekolah, lebih mndorong upaya untuk memajukan program pendidikan. b. Melalui partisipasi orang tua dan masyarakat sekolah akan menerima ide-ide sumber daya manusia yang akan memajukan pendidikan.
48
c. Melalui partisipasi orang tua dan masyarakat akan lebih mudah untuk mengevaluasi sekolah secara terbuka dan effektif. 6.Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan anggota masyarakat dalam membantu dan bekerjasama dengan skolah sehingga program sekolah dapat berjalan dengan lancer dan lulusan yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat (Ahmad,1994) Made pidarta (2004) menyebutkan beberapa wadah partisipasi masyarakat dalam pendidikan antara lain : a.
Dewan Pendidikan
b.
Komite Sekolah
c.
Persatuan Orang Tua Siswa.
d.
Perkumpulan Olah Raga
e.
Perkumpulan Kesenian
f.
Organisasi lain
Sedangkan bidang partisipasi antara lain : a.
Kurikulum lokal
b.
Alat-alat belajar
c.
Dana
49
d.
Material atau bahan bangunan
e.
Auditing keuangan
f.
kontrol kegiatan sekolah
g.
Dan sejenisnya.
Adapun cara berpartisipasi a.
Ikut dalam pertemuan
b.
Datang ke sekolah
c.
Lewat Sekolah
d.
Lewat telepon
e.
Ikut malam seni
f.
Ikut bazaar
g.
Dan sejenisnya. Menurut penelitiam Muhsin (2004),bahwa jenis partisipasi yang
disumbangkan masyarakat sangat beragam, seperti : a.Partsipasi material bagi masyarakat yang meniliki kemampuan ekonomi b.Partisipasi pemikiran bagi masyarakat yang memiliki tingkat pemikiran dan wawasan pendidikan.
50
c. Partisipasi tenaga/ fisikal bagi masyarakat awam yang tidak memiliki kemampuan ekonomi dan pemikiran tetapi memiliki kepedulian dalam membantu madrasah. d. Patisipasi moral dalam bentuk dukungan penuh oleh berbagai lapisan masyarakat dalam memotivasi perjuangan Agama Islam. Ukuran partisipasi masyarakat menurut Fattah (2004) diukur dengan partisipasi masyarakat menanggung biaya sekolah baik yang masuk kategori bantuan pembangunan yang popoler dengan istilah dana sumbangan pendidikan (DSP) maupun iuran bulanan peserta didik.Partisipasi yang berlku universal adalah kerjasama yang erat antara perencanaan di sekolah dengan masyarakat sekitar struksiekolah dalam menyusun
rencana strategis,
melaksanakan,
melestarikan, dan mengembangkan kualitas sekolah. Kerangka merekonstruksi menurut Uphoff (1997).Mengandung tiga dimensi yakni konteks, tujuan dan lingkungan.Partisipasi berkembang menjadi 1) partisipasi adalah mengambil kebijakan dalam mengambil keputusan 2) partisipasi dalam melaksanakan 3)partisipasi memperoleh keuntungan dan 4)partisipasi dalam mengevaluasi. C.
KONSEP PENDIDIKAN DALAM ISLAM Secara substansi sesuangguhnya anatara pendidikan Islam dengen
Pendidikan Agama Islam adalah berbeda. Walaupun pada banyak kalangan masih memiliki pemahaman yang rancu terhadap keduanya.ketika seorang berbicara tentang pendidikan Islam,ternyata isinya terbatas pada pendidikan Agama Islam yang menjadi mata ajar di sekolah atau madrasah.Padahal menurut Muhaimin
51
(2006),pendidikan agama islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam yang dapat difahami dalam beberapa perspektif,yakni : 1.sistem pendidikan Islam ialah pendidikan yang difahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran nilai fundamental yang bersumber dari al-Qor’an dan Hadis,2.Pendidikan agama islam atau pendidikan keislaman adalah upaya mendidikkan agama islam atau ajaran Islam agar menjadi pandangan dan sikap hidup seseorang (way of life) 3. Pendidikan dalam islam yakni praktek penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah ummat islam yang tumbuh dan berkembangnya sebagai agama,ajaran, maupun sistem budaya dan peradaban sejak zaman Rasulullah hingga sekarang.Pendidikan islam dalam hal ini difahami sebagai proses pembudayaan dan pewarisan nilai agama.67 Haidar (2009) merumuskan bahwa Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengenbangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rokhaniah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis
setiap pribadi manusia dengan
Allah dan manusia dengan alam semesta.68 Dalam hal ini Haidar membagi konsep pendidikan Islam dalam dua perspektif,pertama: Pendidikan Islam dalam konteks lembaga seperti: Pendidikan Islam dalam keluarga (informal). Pendidikan Islam dalam masyarakat (nonformal) dan Pendidikan Islam yang diajarkan di sekolah (formal) yang diselenggarakan
67
Muhaimin ,Nuansa baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2006) Hal.6 68 Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan islam Di Indonesia,(Jakarta: Rieneka Cipta,2009),hal 6
52
setiap jenis dan jenjangnya.Kedua ; Pendidikan Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah sebagai mata pelajaran wajib dan diterapkan di seluruh Indonesia. Dari pandangan kedua pakar diatas,konsep pendidikan islam dalam konteks penelitian ini adalah menyangkut konsep Pendidikan Islam baik dilihat sebagai sebuah ajaran nilai,sikap, dan pandangan hidup,maupun sebagai bidang studi wajib. Dalam hal ini masyarakat menjadi bagian dari manajemen sekolah dan sekolah adalah bagian dari masyarakat. Berbicara
dalam
konteks
partisipasi
masyarakat
dalam
lembaga
pendidikan,ada semacam sistem kerjasama timbale balik antara dua lembaga tersebut dalam mengemban tanggungjawab yang sama besarnya, dalam upaya secara besama-sama menumbuhkembangkan nilai-nilain Islam dalam pribadi siswa sebagai anggota keluarga, dan siswa sebagai peserta didik di sekolah,untuk menjadi pribadi yang memiliki kompetensi keislaman secara konseptual maupun kompetensi keislaman secara actual,mengingat bahwa tujuan pendidikan secara nasional pun menghendaki berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa ,berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab. E.MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM
53
Termasuk diantara beberapa Manajemen Komponen Penyempurnaan Pendidikan Islam menurut Mujammil Qomar (2007) adalah manajemen masyarakat Pendidikan Islam yang mengelola sumber daya masyarakat sebagai pemilik kontribusi terhadap lembaga Pendidikan Islam .Disamping itu beberapa komponen penyempurnaan lainnya seperti: Manajemen layanan pendidikan Islam, Manajemen
Mutu
pendidikan
Islam,
manajemen
perubahan
pendidikan
Islam,Manajemen struktur Pendidikan Islam .Manajemen Konflek Pendidikan Islam dan Manajemen Komunuikasi Pendidikan Islam.Adapun yang termasuk dalam manajemen Komponen Dasar pendidikan Islam terdiri dari: Manajemen SDMوManajemen kesiswaan,Manajemen kurikulum, manajemen keuangan dan manajemen sarana-prasarana Pendidikan Islam. Dalam kaitannya dengan partisipasi masyarakat sebagai bentuk kontribusi terhadap kemajuan lembaga pendidikan Islam kiranya hal ini perlu mendapat perhatian scara manajerial. Harus disadari bahwa masyarakat memiliki peranan yang sangat penting,karena kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan islam menjadi salah satu kunci kemajuan lembaga tersebut.69 E.Mulyasa (2002), menyebutkan model manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan sekolah yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh disertai pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan secara simpati dari masyarakat pada umumnya dan khususnya masyarakat yang berkepentingan langsung dengan sekolah.
69
Mujammal Qomar,Manajemen Pendidikan Islam,( Erlangga,Surabaya,2007) hal 181
54
Adapun hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain : 1.Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak. 2.Memperkokoh tujuan serta
meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan
masyarakat. 3.Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.70 Mujammil Qomar (2007) menambahkan, ada hubungan sekolah dengan masyarakat yang lebih esensial selain yang tersebut diatas yakni : 1.Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) dari masysrakat atas kebijakankebijakan yang ditempuh lembaga. 2.Untuk menunjukkan transparansi pengelolaan lembaga pendidikan sehingga memiliki akuntabilitas publik yang tinggi. 3.Untuk mendapatkan dukungan riil dari masyarakat terhadap kelangsungan lembaga pendidikan.71 Dalam menjaga hubungan tersebut perlu dijalin komunikasi yang inensif dalam bentuk kerjasama.Emery Stop yang dikutip Mujammil Qomar (2007) menyebutkan dalam bekerjasama sebaiknya memenuhi syarat jujur,mulia,
70
E.Mulyasa, Managemen berbasis Sekolah Konsep Strategi dan impelentasi,(Bandung,PT.Remaja Rosdakarya,2002),hal 50 71 Mujammal Qomar,Manajemen …., hal 184
55
mencakup segala hal yang dibutuhkan, komprehensif, sensitive terhadap masyarakat dan dapat dipahami oleh pihak yang lain.72 Adapun cara yang dapat ditempuh yakni dengan melakukan sosialisasi secara realistis argumentative kepada masyarakat tentang program-program ideal yang telah dilakukan.73Dengan demikian partisipasi masyarakat dapat diharapkan terwujud. Adapun bentuk partisipasi masyarakat dapat berupa gagasan,ide,kritik, saran,dukungan serta pelaksanaan pendidikan.74 Selnjutnya menurut E Mulyasa ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menggalang partisipasi masyarakat : 1. Melibatkan masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan di sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan,misalnya bakti sosial,perpisahan,peringatan hari besar nasional,dan keagamaan serta pentas seni. 2. Mengidentifikasi tokoh masyarakat yakni orang-orang yang mampu mempengaruhi masyarakat pada umumnya. 3. Melibatkan tokoh masyarakat tersebut dalam berbagai program dan kegiatan sekolah yang sesuai dengan minat mereka.
72
Ibid,hal 185 Ibid hal 186 74 E.Mulyasa,Manajemen…, hal 170 73
56
4. Memilih waktu yang tepat untuk melibatkan masyarakat sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat.75. Disamping pendekatan tersebut terdapat cara-cara lain dalam menjalin hubungan dengan masyarakat,James J.Jones dalam Mujammil Qomar (2007) menawarkan lima cara yakni : 1. Melalui aktivitas para siswa kurikuler 2. Melalui aktivitas para pengajar 3. Melalui kegiatan ekstrakulikuler 4. Melalui kunjungan masyarakat atau para orang tua ke lembaga pendidikan. 5. Melalui media massa.76 Sedangkan dalam panduan manajemen sekolah disebutkan cara untuk berhubungan dengan masysrakat : 1. Melaksanakan program kemasyarakatan seperti kebersihan lingkungan. 2. Mengadakan open house yang memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk mengetahui program dan kegiatan sekolah. 3. Menerbitkan
bulletin sekolah ,majalah,atau lembar informasi yang secara
berkala memuat kegiatan dan program sekolah untuk diinformasikan kepada masyarakat.
75 76
Ibid ,hal.173-174 Mujammal Qomar,Manajemen….. Hal 187
57
4. Mengundang tokoh untuk menjadi pembicara atau Pembina suatu program sekolah. 5. Membuat program kerjasama sekolah dengan masyarakat misalnya perayaan hari besar nasional dan keagamaan77 Untuk
melaksanakan
manajemen
masyarakat
Mujammil
Qomar
menawarkan untuk menempuh strategi berlapis dari yang bersifat usaha internal maupun eksternal.Strategi tersebut meliputi : 1. Membangun citra (image building) yang baik pada Lembaga Pendidikan Islam dengan kejujuran, amanat, dan transpransi pengelolaan terutama kemampuan membuktikan wujud nyata hasil pendanaan yang diterima dari Negara maupun masyarakat. 2. Membangun kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan islam dengan menunjukkan prestasi akademik dan prestasi non akademik kepada masyarakat luas, berupa nilai raport,ijazah,NEM, Nilai cerdas cermat, nilai olimpiade,nilai lomba karya ilmiah, sementara prestasi non akademik bias berupa prestasi kejuaraan olah raga,UKS, Pramuka dan lain-lain. 3.Mensosialisasikan
dan
mempublikasikan
kelebihan-kelebihan
lembaga
pendidikan Islam kepada masyarakat luas terutama yang sesuai dengan selera masyarakat.
77
Panduan Manajemen Sekolah,(http.Departemen Pendidikan dan kebudayaan.Direktorat J enderal pendidikan Dasardan Menengah.Direktorat Pendidikan Umum,1998), hal 151
58
4.Mengundang masyarakat luas untuk berkunjung ke dalam lembaga pendidikan Islam baik saat menrima raport, perayaan hari besar nasional dan keagamaan,maupun acara khusus
orang-orang tertentu untuk membina
sekolah. 5.Mengunjungi tokoh masyarakat dan melibatkan diri dalam acara atau kegiatan di tengah masyarakat.78
BAB III METODE PENELITIAN
A.
JENIS DAN PENDEKATAN PENELITIAN Penelitian tentang Manajemen Partisipasi masyarakat dalam proram
Pendidikan Islam ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis multisitus.Pendekatan kualitatif (qualitative research) menurut Schatzman dan Strauss yang dikutip oleh Sugiyono (2006), adalah metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang kenyataan social melalui proses
78
Mujammil Qamar,Manajemen …… hal 192.
59
berfikir induktif dimana ada keterlibatan peneliti dalam situasi dan fenomena yang diteliti79 Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan : pertama; proses induktif lebih dapat menemukan
kenyataan-kenyataan jamak
sebagai yang terdapat dalam data, kedua ; analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabelm ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. Keempat analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubunganm Kelima ; analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.80 Menurut Bogdan dan Taylor dalam J.Moleong bahwa metode kualitatif diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar dan individu secara utuh.tujuan penelitian kualitatif adalah mencari dan memperoleh informasi mendalam dibandingkan dengan luas atau banyaknya informasi.81 Pendekatan kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Menggunakan makna.konteks, dan perspektif Emik , 2) Proses penelitian lebih 79
Sugiono,Metode Penelitian Kuantitatif, Edisi Revisi, (Bandung, Alfabeta,2006), hal 17 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revis I, Bandung, Remaja Rosdakarya,2009), hal 10 81 Moleong,L.J, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung ,PT Remaja Rosdakarya,1996),hal 23. 80
60
berbentuk siklus daripada linier (pengumpulan dan analisa data berlangsung simultan
3) lebih mengutamakan kedalaman datipada keluasan cakupan
penelitian, 4) Observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam proses pengumpulan data dan 5) peneliti sendiri merupakan instrument utama.82 B.
LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dalakukan di MI Nurul Huda Desa Kayu Bawang
At-Thayyibah Desa Tambak Sirang Baru Kecamatan Gambut
dan MI
, Kabupaten
Banjar, Kalimantan Selatan Berdasarkan studi permulaan yang dilakukan peneliti melalui telah dokumen dan beberapa fihak terkait, merupakan pertimbangan mendasar mengapa peneliti memilih sekolah MI Nurul Huda, dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut ini, karena memiliki tingkat kemajuan yang nyata dibidang prestasi akademis dan non akademis bila dibandingkan sekolah setingkatnya di Kecamatan Gambut Adapun pertimbangan tersebut antara lain : a.
Peneliti melihat banyak kemajuan yang diraih oleh MI Nurul Huda, dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut dibandingkan sekolah lainnya di Kec. Gambut, baik dari segi akademis maupun non akademis.
b.
Lulusan MI Nurul Huda, dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut selalu menepati rating teratas dan berhasil menembus SMP dan MTs faforit di wilayah Kabupaten Banjar.
82
Ibid,hal.55
61
c.
Mengalami peningkatan jumlah murid yang signifikan dari tahun ke tahun, hal ini tentu ada kaitannya dengan persepsi yang semakin baik di mata masyarakat terhadap sekolah.
d.
Pihak sekolah khususnya siswa selalu terlibat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan, terutama pada hari-hari besar agama, hal ini menunjukkan adanya kemajuan dalam pengembangan pendidikan baik dalam written curriculum, ekstrakurikuler maupun hidden curriculum, yang kemudian menjadi alasan terjadinyapartisipasi masyarakat.
e.
Lokasi yang cukup starategis, mudah terakses oleh lembaga pemerintah, mudah terjangkau arus transportasi dan sumber-sumber informasi lainnya dan tentunya dekat dengan pemukiman penduduk. Dalam konteks partisipasi masyarakat, sekolah ini berupaya mencerdaskan
putra-putri Gambut. Sampai hari ini telah terjadi perkembangan yang signifikan. Lulusan sekolah ini selalu dapat menemus SMP dan MTs faforit dan menempati rating teratas pada SMP yang ada di wilayah Kabupaten Banjar. C.
DATA DAN SUMBER DATA Data dan informasi dapat berupa manusia maupun non manusia (Faisal.
1990, hal 17). Sumber data berupa manusia dapat diperoleh dari kepala sekolah, bagian humas, guru-guru agama dan guru umum dan siswa serta yang paling utama adalah orang tua sebagai anggota masyarakat. Menurut Lofland (1984) yang dikutip Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
62
seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. 83 Senada dengan hal Sanapiah Faisal (1999), mengemukakan sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah ucapan-ucapan, ujaran-ujaran, ungkapanungkapan, kesaksian-kesaksian, dan tindakan-tindakan dari subjek yang diteliti. Sumber data utama adalah hasil wawancara mendalam dan observasi yang dicatat atau direkam dengan baik. Sedangkan data-data sekunder hanya menjadi penunjang saja misalnya dokumentasi dan lain-lain.84 Mencermati kedua definisi diatas, maka sumber data utama dalam penelitian ini adalah berasal dari kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau yang akan diwawancarai dengan cara mencatat atau merekam serta mengambil gambar, video dan lain-lain. Walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, namun hal itu tidak bias diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Adapun foto menurut Bogdan dan biklen yang dikutip oleh Moleong, sudah banyak dipakai dalam penelitian kualitatif. Foto menghasilkan data
83
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, (Bandung. Rosdakarya 2009), hal 159. 84 Sanapiah Faisal,Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar Aplikasi (Malang Yayasan Asah Asih Asuh 1999),hal 161
63
deskriptif dan hasilnya sering digunakan untuk menela’ah segi-segi subyektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Ada dua katagori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif yakni foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri. 85 Beberapa data yang akan dicari dalam penelitian ini adalah : 1. Data tentang konsep manajemen sekolah dalam membangun partisipasi masyarakat terhadap pengembangan program Pendidikan Islam di MI Nurul Huda dan MI At-Thayyibah 2. Data
tentang
kendala-kendala
sekolah
dalam
menggalang
partisipasi
masyarakat terhadap program Pendidikan Islam. 86
3. Data tentang motivasi masyarakat dalam berpartisipasi terhadap program Pendidikan Islam di MI Nurul Huda
dan MI At-Thayyibah Kecamatan
Gambut. 4. Data kesan guru tentang penerapan Manajemen Partisipasi Masyarakat di MI Nurul Huda dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut 5. Data pandangan siswa tentang penerapan Manajemen Partisipasi Masyarakat di MI Nurul Huda dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut.
85
Lexy Moleong, Metodologi….., Hal 161
64
D.
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA Dalam pengumpulan data, peneliti
menentukan
beberapa
informan
berdasarkan criteria yang dikemukakan Spradley yang dikutip oleh Arifin Imron (1996), sebagai berikut: 1)Subyek yang cukup lama dan intensif menyatu dengan medan aktivitas yang menjadi sasaran penelitian, 2) sunyek yang masih aktif terlibat dilingkungan aktivitas yang menjaddi sasaran penelitian, 3) subyek yang masih banyak memiliki waktu untuk dimintai informasi tetapi relative member informasi yang sebenarnya, 4) subyek yang tidak mengemas informasi yang sebenarnya, 5) subyek yang tergolong asing bagi peneliti sehingga terkesan seperti “guru baru” 87
Adapun informan-informan yang memenuhi criteria di atas adalah: a.
Mantan Kepala
MI Nurul Huda
dan
MI At-Thayyibah Kecamatan
MI Nurul Huda
dan
MI At-Thayyibah Kecamatan
Gambut b.
Kepala sekolah Gambut
c.
Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama di sekitar madrasah
d.
Humas MI Nurul Huda dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut
e.
Ketua Komite MI Nurul Huda dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut
f.
Orang tua siswa MI Nurul Huda
dan MI At-Thayyibah Kecamatan
Gambut 87
Arifin Imron, PPenelitian kualitatif dalam Pendidikan dan keagamaan ( Malang Kalimasahadah Press,1996) Hal 27
65
g.
Guru-guru agama dan guru umum
MI Nurul Huda
dan
MI At-
Thayyibah Kecamatan Gambut h.
Siswa-siswa MI Nurul Huda dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut Alasan ditetapkannya informan tersebut pertama; mereka sebagai pelaku
yang terlibat langsung dalam setiap kegiatan di MI Nurul Huda dan MI AtThayyibah Kecamatan Gambut. kedua; mereka mengetahui secara langsung persoalan yang akan dikaji, ketiga; mereka lebih menguasai informasi secara akurat berkenaan dengan masalah yang terjadi di MI Nurul Huda dan MI AtThayyibah Kecamatan Gambut. Dalam pemilihan informan akan digunakan teknik purposive sampling, yakni penunjukan atas beberapa orang sebagai informan. Menurut Sitorus, Purposive Sampling atau sampling bertujuan, adalah bahwa sample yang diambil harus memiliki sifat tertentu yang sesuai dengan maksud penelitian, dan sifat-sifat sample itu dapat diterima mewakili sifat-sifat populasinya. 88 Louis Cohen mengatakan : ―In porposiv sampling, recearchers handpick that cases to be included in the sample on the nasis of their judgement of their typicality. In this way, they build up a sample that is satisfacto” Pada purposive sampling, para peneliti menangani kasus mereka dengan memasukan ke dalam semple sebagai dasar dugaan, asumsi sementara atau keputusan. Pada cara ini mereka membuat sample yang memenuhi kebutuhan tertentu dengan memuaskan.
88
J.Sitorus, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung:Tarsito,1985),hal 80
66
Selanjutnya untuk memilih dan menentukan informan dalam penelitian ini digunakan snowball sampling yakni kembali mengutip pernyataan Louis Cohen, ―…Recearches identify a small number of individuals who have the characteristics that they require. These people are then use as informants to identify others who qualify for inclusion and these, in turn, identify yet others.89 …Peneliti mengindentifikasi nomer kecil dari beberapa individu yang mempunyai karakteristik yang mereka butuhkan. Orang-orang tersebut kemudian digunakan sebagai informan/sember informasi untuk mengindentifikasi beberapa hal yang sesuai
dengan
tema/judul
penelitian
mereka,
kemudian/selanjutnya
mengidentifikasi yang lain. Selanjutnya menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Moleong (1989), guna memburu informasi yang observasi menggunakan teknik sampling bola salju (snowball sampling technique) ,90
lebih jauh ditekankan oleh
Margareth Mead dan Rodha Metraux dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009), bahwa sample dalaam penelitian kualitatif keshahihannya tidak tergantung pada jumlah kasus melainkan tergantung pada spesifikasi yang benar mengenai informan sehingga ia dapat diberi tempat yang tepat yang lazim disebut “key persons”91 E.
89
INTRUMEN PENELITIAN
Ibid hal 89 L.J. Metodologi penelitian kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), Hal 23. 91 Djam’am Satori dan Aan Komariah, metodelogi penelitian kualitatif, Bandung Alfabeta, 2009), hal. 105 90
67
Peneliti selaku instrument utama penelitian, (the researcher is the key instrument) hendaknya memenuhi kevalidan data. Spradley dalam sugiono (2006), menyatakan validasi terhadap peneliti ini menyangkut
pemahaman
peneliti
terhadap
metode
penelitian
kualitatif,
penguasaan teori dan wawasan terhadap subyek yang diteliti, kesiapan peneliti dalam memasuki kancah penelitian dimana validasi tersebut dilakukan oleh peneliti sendiri melalui evaluasi diri. Seloanjutnya ditegaskan bahwa dalam proses evaluasi diri, peneliti memposisikan diri sebagai human interest yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan penelitian sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data, membuat kesimpulan atas temuan. Disamping instrument utama peneliti juga menggunakan instrument penunjang seperti tape recorder, tustel, kamera, perekam, format-format desain penelitian, dan tulis menulis. 92 Dalam pengumpulan data, peneliti berperan sebagai instrument utama dengan dubantu oleh instrument-instrumen non manusia walaupun sifatnya sangat terbatas. Nasution (1998), menyebutkan bahwa dalam menghadapi konstruk seperti ini manusia merupakan satu-satunya pilihan yang tepat untuk difungsikan sebagai instrument utama karena memiliki daya yang memadai guna memburu informasi kualitatif.
93
Orang sebagai instrument memiliki senjata dapat
memutuskan secara pleksible ia senantiasa dapat menilai keadaan dan dapat
92
Arifin Imron,Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Keagamaan (Malang Kalimasahada Press,1996) hal.31 93 Nasution, Metode Penelitian Naturalistic-Kualitatif (Bandung : Tarsito, 1988), Hal 21.
68
mengambil keputusan.94
Namun demikian peneliti harus tetap menjaga
obyektifitasnya dalam melakukan penelitian. F.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data adalah episode terpenting dalam penelitian. Data yang
valid dan lengkap sangat meanentukan kualitas penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1)
Observasi Peran Serta (Participant Observation) Peneliti melibatkan diri dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh orang
yang sedang diteliti, dengan cara ini peneliti dapat memperoleh data yang lebih lengkap, tajam bahkan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang muncul. Digunakannya teknik ini karena menurut Sanafiah Faisal, bahwa yang diteliti dalam hal ini adalah tingkah laku manusia dimana teknik ini akan lebih efektif dan lebih sesuai, tentu saja dilakukan dengan berpedoman pada arh yang spesifik, sistematis, terfokus dan direkam dengan cermat untuk dapat diuji akurasi dan validitas serta reliabilitasnya. 95 Susan stainback (1998) dalam Sugiyono menyatakan, “in participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities”, dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati
94
Moleong, L.J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, PT. Rosdakarya, 1996) hal 17.
95
Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1982). Hal 206.
69
apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka. 96 Margono (2005) yang dikutip dari Dham’an Satori dan Aan Komariah, mengungkapkan bahwa observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. 97 Dalam kaitannya dengan penelitian tentang manajemen partisipasi masyarakat dalam program pendidikan Islam ini, penelitian melakukan pengamatan berperan serta maupun sebagai pengamat penuh (Moleong, 2009, hal.177), terhadap beberapa aktivitas masyarakat atau orang tua murid dalam rapa-rapat (musyawarah) yang diadakan oleh sekolah atau lembaga komite sekolah, atau kegiatan-kegiatan sekolah yang melibatkan masyarakat secara umum. Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan observasi, berikut ini adalah contoh pediman observasi yang akan digunakan dalam penelitian dikutip dari Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009). Contoh Pedoman Observasi 1.
Fokus Observasi
: Manajemen Komite Sekolah
2.
Kategori
: Rapat Komite Sekolah
3.
Sub Kategori
: Prosedur Rapat
96
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2009). Hal 311. 97 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitin Kualitatif, (Bandung: alfabeta, 2009) Hal 105.
70
4.
Waktu Observasi
: ……,…….,…….
5.
Tempat Observasi
: Ruang Rapat MI Nurul Huda dan MI AtThayyibah Kecamatan Gambut
6
Orang yang terlibat
: Katua Komite, Kepala Sekolah, Orang tua Murid, Guru, dan Orang Tua murud.
Aspek Kegiatan Organisasi rapat Persiapan Pembukaan Kegiatan inti Penutup
Deskripsi
Makna
71
Selain observasi yang dilakukan dengan pedoman diatas, peneliti juga melakukan observasi tak berstruktur yang berarti bahwa peneliti tidak Mempersiapkan instrument observasi secara sistematis dari awal hanya berupa rambu-rambu pengamatan, karena peneliti belum tahu pasti apa yang akan terjadi, jenis data apa yang akan berkembang dengan cara apa data baru itu paling sesuai untuk dieksplorassi.
98
Observasi ini dilakukan untuk mengamati suasana sekolah,
kegiatan-kegiatan siswa dan lain-lain. 2). Wawancara Mendalam (Indepth Interview) Esterberg
(2002)
dalam
Djam’an
Satori
dan
Aan
Komariah
mendefinisikan interview sebagai berikut : “a meeting of two persons to exchange information
and
idea
through
questions
and
responses,
resulting
in
communication and joint constraction of meaning about particular topic.” Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksukan makna dalam suatu topic tertentu.99 Sanafiah Faisal mengemukakan bahwa sedikit banyak wawancara atau interview
merupakan
angket
lisan,
antara
responden
dan
interview
mengemukakan informasinya secara lisan dalam hubungan tatap muka, jadi responden tidak perlu menulis jawabannya.100
98
Ibid, Hal 120. Ibid ,hal 317 100 Ibid hal 134 99
72
Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang informasi yang berkaitan dengan orang dan persoalan yang sedang diteliti. Adapun jawaban dari hasil wawancara mendalam ini kemudian disimpan dalam bentuk tulisan. Sedangkan jadwal wawancara tidak dicantumkan dalam proposal ini sebab sifatn ya tentative disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
No.
Kategori
1.
Materi
Pertanyaan 1. Dalam mendukung program sekolah apa saja yang sudah disumbangkan orang tua murid atau masyarakat umum yang bersifat materi ?
2.
Non Materi
2. Selain sumbangan dalam bentuk materi, apakah
partisipasi
dalam
bentuk
sumbang saran atau ide juga ada ?
73
3.
3. Menurut
Pendapat
Bapak,apakah
partisipasi
masyarakat selama ini terhadap sekolah sudah cukup maksimal ?
Untuk lebih leluasnya peneliti dalam menggali informasi dari informan tentang berbagai data yang diperlukan namun tetap mengacu kepada tujuan pencarian data, maka penelitian akan menggunakan wawancara semistruktur (semistructured interview) yang menggunakan inti-inti atau pokok pembicaraan. Namun dalam pelaksanaannya interviewer mengajukan pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan tidak perlu di tanyakan secara berurutan, tetapi dapat dimodifikasi saat wawancara berlangsung. Wawancara ini juga termasuk jenis wawancara mendalam (in-dept interview), dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana fihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Adapun contoh pedoman wawancara yang digunakan adalah : Contoh Pedoman Wawancara Fokus Wawancara
: Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat
Informan
: Kepala MI Nurul Huda, dan MI At-Thayyibah Kecamatan Gambut
74
Waktu Wawancara
: ……,……
Tempat Wawancara
: ……,……
3) Dokumentasi (documentation) Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human recources), Nasution (2003) menyebutkan: …‖adapula sumber non manusia (non human recources), diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. 101
Teknik ini penting digunakan karena dari informasi yang ada dapat di analisis lebih dalam sebagai mana yang ada dalam dokumen. Karena ―banyak informasi yang kare sifatnya sudah ada tapi tersimpan dalam dokumen, sehingga untuk mengenalinya membutuhkan upaya menganalisa dokumen.‖ 102 Demi kepentingan penelitian, orang membutuhkan dokumen sebagai bukti otentik dan mungkin juga menjadi pendukung suatu kebenaran. Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara akan lebih kreadibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang terkait 101 102
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung : Transito, 2003) Hal 85. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas (Malang : UIN Malang Press, 2008) Hal 93.
75
dengan fokus penelitian. Dalam penelitian tentang Manajemen Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pendidikan Islam ini, peneliti akan menghimpun dokumen-dokumen mengenai berbagai kegiatan dan momentum atau programproram sekolah yang berkaitan dengan fokus penelitian. G.
ANALISA DATA Analisis data akan dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama
dilapangan dan setelah selesai di lapangan. Menurut Nasution (2008), analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. 103 Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan berikutnya sampai tahap tertentu, sampai diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman (1984) yang dikutip oleh Sugiono (2009), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. 104 Untuk membantu dan memudahkan peneliti dalam meneliti, Hamidi (2008) menyarankan empat langkah praktis dalam Teknik analisa data, yaitu : 1.
Membuat catatan lapangan (field recording)
2.
Membuat catatan penelitian (research recording)
103
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan KUantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2009), Hal. 336. 104 Ibid, Hal. 336.
76
3.
Mengelompokkan data sejenis (grouping)
4.
Menginterprestasikan data (interpretation)
H.
PENGECEKAN KEABSAHAN DATA
105
Karena yang dicari adalah kata-kata, maka tidak mustahil ada kata-kata keliru yang tidak sesuai antara yang dibicarakan dengan keadaan sebenarnya. Hal ini bias dipengaruhi oleh kredibilitas informan, waktu pengungkapannya, kondisi yang dialami dan sebagainya. Karenanya peneliti perlu melakukan Trangulasi yakni pengecekan data dari berbagai sumber yakni hassil pengamatan (observasi) dikonfirmasi lagi melalui wawancara kepada informan kemudian dipastikan pula dengan dokumen yang ada di lokasi penelitian. Untuk mendapatkan kepercayaan hasil penelitian, peneliti menggunakan teknik yang dikemukakan oleh Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009), yakni :
1.
Triangulasi Sumber Mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama
lain. Misalnya peneliti akan mencari faktor-faktor penghambat partisipasi masyarakat, maka peneliti akan mengumpulkandata dari kepala sekolah, wakasek humas, orang tua murid, tokoh masyarakat, dan guru-guru. Data dari kelima sumber tersebut dideskripsikan, dikelompokkan, mana pendapat yang sama, dan
105
Hamidi, Peneliti Kualitatif Pendekatan Praktis Penulisan Proposal Dan Penelitian, (Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press, 2008), Hal.85.
77
manaYang berbeda kemudian dianalisis untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Contoh alur triangulasi sumber:
Waka Humas
Masyarakat
Kepala Sekolah
Informan Pertama
Org Tua
Tokoh
Guruguru
Gambar 3. Triangulasi Sumber Sumber data : Djam’an Satori, Aan Komariah (2009) 2.
Triangulasi Teknik Triangulasi teknik adalah mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya peneliti ingin mengungkapkan data tentang prestasi akademik siswa, peneliti akan mewawancarai bagian kurikulum, kemudian dibuktikan dengan dokumen dan dikuatkan pula dengan hasil observasi peneliti. Seperti dalamskema berikut:
Dokumen Informan nn
Teknik Wawancara
Gambar 4. Triangulasi Teknik
Observasi
78
Sumber data : Djam’an Satori, Aan Komariah (2009)