BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Penelitian Penerapan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah akan
mempunyai implikasi yang besar bagi pembangunan pemerintahan daerah, dimana daerah akan mempunyai kewenangan yang lebih besar dalam menyelenggarakan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Artinya daerah mempunyai kewenangan yang besar dalam pengelolaan sumberdaya wilayah yang dimilikinya. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi, aset, dan keanekaragaman daerah. Daerah akan lebih bebas dalam melakukan pengelolaan sumberdaya wilayah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pelaksanaan pembangunan pada tiap-tiap daerah harus memperhatikan azas kesinambungan meskipun ada kewenangan yang besar. Pembangunan tidak semata-mata mengejar target ekonomi, tetapi juga harus memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan yang ada. Tingkat perkembangan suatu wilayah tidak hanya dinilai secara fisik atau pembangunan infrastruktur saja, tetapi juga dilihat dari keseimbangan ekosistem, Sumberdaya alam dan Sumberdaya buatan. Sumberdaya alam dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidupnya. Dengan demikian sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource based economy) dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan (life support sistem). Sumberdaya alam senantiasa harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan
nasional.
Penerapan
prinsip-prinsip
pembangunan
yang
berkelanjutan (sustainable development) di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama untuk diinternalisasikan ke dalam kebijakan dan peraturan perundangan. Prinsip-prinsip tersebut saling sinergis dan melengkapi dengan
1
pengembangan
tata
pemerintahan
yang
baik
(good
governance)
yang
mendasarkan pada asas partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas yang mendorong upaya perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup (Hagus Ismunir,2009). Sumberdaya buatan selain sumberdaya alam juga memiliki kontribusi terbesar dalam pendapatan daerah dengan berbagai macam pemanfaatannya yang apabila dapat dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi yang besar pula kepada daerahnya. Dengan menerapkan pemanfaatan terhadap sumberdaya buatan akan mengurangi eksploitasi sumberdaya alam sehingga tetap dapat menjaga keseimbangan ekosistem suatu wilayah. Sumberdaya buatan merupakan pengembangan dari sumberdaya alam untuk meningkatkan daya dukungnya dan pengelolaannya dapat menunjang tingkat perkembangan wilayah dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistem di wilayah tersebut. Hubungan antara sumberdaya buatan dengan tingkat perkembangan wilayah merupakan salah satu faktor penunjang perkembangan suatu wilayah yang memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan wilayah tersebut. (Emil Salim,1992). Perkembangan suatu wilayah terkait erat dengan potensi dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya wilayah yang ada. Perbedaan potensi dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya wilayah melahirkan perbedaan wilayah dalam berbagai tingkat. Perbedaan-perbedaan dalam perkembangan wilayah tidak hanya terjadi pada tingkat internasional dan nasional tetapi juga dapat dilihat pada tingkat administrasi dan keruangan yang lebih rendah seperti provinsi, kabupaten dan kecamatan. Perbedaan pada tingkat kecamatan misalnya, dapat dilihat adanya variasi karakteristik sosial ekonomi seperti pendapatan, sistem pertanian, taraf hidup, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Variasi seperti ini terbentuk oleh perbedaan-perbedaan faktor seperti perbedaan iklim, relief, tanah dan sumberdaya manusia dalam interaksinya dengan usaha-usaha intervensi dan pemanfaatan sumberdaya wilayah.
2
Interaksi berbagai faktor tersebut menyebabkan tidak semua daerah mampu mengalami perkembangan yang sama, beberapa daerah mungkin berkembang lebih pesat daripada yang lain menurut kriteria tertentu. Perbedaan perkembangan antar daerah ini apabila tidak memperoleh perhatian dalam pembangunan dan gilirannya dapat mempertajam kesenjangan antar daerah yang mungkin akan berakibat lebih serius. Kegagalan berbagai program dan proyek dalam rangka pembangunan, khususnya dalam upaya pengembangan wilayah bermula dari lemahnya kemampuan mengidentifikasi masalah dan potensi sumberdaya wilayah serta kekeliruan pada disain strategi pembangunan. Pemerintah seringkali memberikan paket kebijakan yang sama untuk berbagai daerah tanpa memperhatikan kebutuhan, potensi dan kendala yang ada di masing-masing daerah. Akibatnya banyak kebijakan-kebijakan (program dan proyek) pengembangan wilayah yang tidak mencapai tujuan dan lepas dari sasaran yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah bersama masyarakat dan swasta harus dibekali dengan informasi yang akurat dan tepat mengenai potensi wilayahnya dalam rangka membuat perencanaan yang matang serta dapat mengakomodasi kepentingan dari berbagai sektor kegiatan. Informasi mengenai potensi wilayah yang akurat dan tepat ini merupakan modal utama yang sangat esensial untuk melaksanakan pembangunan dalam kerangka otonomi daerah. Selain informasi yang akurat dan tepat, harus tersedia sumberdaya manusia yang handal dalam mengakomodirnya. Berdasarkan kenyataan tersebut, informasi mengenai potensi wilayah secara operasional harus dapat diakses oleh berbagai pihak. Salah satu bentuk penyajian informasi yang dapat diakses oleh berbagai pihak yaitu dalam bentuk basis data. Basis data harus mudah diakses, diolah, dan diperbaharui untuk menghasilkan perencanaan
keluaran-keluaran maupun
kebijakan,
sebagai
bahan
sehingga
pertimbangan
informasi
yang
pembuatan dikumpulkan
merupakan informasi yang up to date. Basis data yang saling terkait dan sistem yang mampu menciptakan “komunikasi dan integrasi” antar unsur dalam suatu
3
wilayah dapat menunjang pemahaman yang komprehensif yang mampu mempresentasikan permasalahan dan kebutuhan perencanaan. Salah
satu
media
informasi
yang
dapat
digunakan
untuk
memvisualisasikan informasi tersebut adalah atlas yang merupakan salah satu produk kartografi. Atlas merupakan kumpulan data geografis yang sistematis dan integral yang menampilkan suatu wilayah dengan satu atau lebih tema geografi (Ormeling, 1997). Data potensi sumberdaya wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang akan dipetakan dalam penelitian ini meliputi potensi fisik dan sosial ekonomi yaitu geologi, kemiringan lereng, ketinggian tempat, tambang dan bahan galian, penggunaan lahan, jenis tanah, tekstur tanah, kependudukan, pariwisata, pertanian, industri, pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum. Kumpulan dari peta-peta tematik ini akan membentuk suatu atlas sumberdaya wilayah. Atlas sumberdaya wilayah dapat disebut juga sebagai atlas geografis suatu wilayah dengan topik yang cukup kompleks. Perkembangan teknologi komputer, pemetaan digital, teknologi informasi spasial dan multimedia direspon oleh kartografi dengan penyusunan konsep baru yaitu terbentuknya konsep visualisasi kartografi sebagai inti kartografi modern. Konsep visualisasi kartografi akhirnya berkembang menjadi paradigma dalam kartografi modern. Menurut Taylor, 1994, paradigma visualisasi kartografi terbentuk dari tiga aspek utama dalam kartografi, yaitu aspek kognisi dan analisis, aspek komunikasi visual dan nonvisual, aspek formalisasi teknologi komputer dan teknik produksi. Konsep-konsep baru yang berkembang dari paradigma visualisasi kartografi saat ini adalah konsep web kartografi. Konsep web kartografi membahas tentang visualisasi data dan informasi geografis pada media web, misalnya tentang bagaimana membuat simbol untuk peta web, cara pembuatan peta interaktif, cara menyajikan legenda, maupun bagaimana cara visualisasi isi peta. Kebanyakan peta-peta pada web yang ada pada saat ini belum disusun dengan menggunakan kaidah visualisasi kartografi yang secara khusus didisain
4
untuk disajikan pada media web, sehingga walaupun peta yang disajikan sudah mengarah ke bentuk peta interaktif namun aspek kartografi, seperti simbolisasi, generalisasi, maupun untuk menjawab pertanyaan geografis tidak terpenuhi dengan baik. Peta-peta pada web tersebut menjadi kurang menarik, kurang informatif, dan tidak bisa digunakan untuk analisis spasial. Perkembangan
teknologi
di
bidang
kartografi
modern
tersebut
memberikan alternatif baru dalam pembuatan atlas yaitu dalam bentuk atlas elektronik yang berbasis web, suatu atlas berbasis web dengan penyajian visualisasinya pada layar monitor (softcopy). Penyajian atlas secara elektronik akan mempunyai daya tarik tersendiri karena bersifat interaktif, informatif dan komunikatif bagi para penggunanya. Penyajian atlas secara elektronik juga mengurangi ketergantungan penyajian peta terhadap suatu skala tertentu. Selain dimungkinkan penyajian informasi sampai pada suatu tingkat kedalaman tertentu sesuai dengan data yang digunakan juga mudah dalam pemutakhiran datanya. Penyajian atlas secara elektronik juga memungkinkan untuk dilakukan penambahan informasi lain (non spasial) seperti audio, video, dan teks yang disimpan secara digital dibalik peta digital tanpa mempengaruhi tampilan peta tetapi bisa ditampilkan setiap saat jika diinginkan (Koop, 1993, dalam Ormeling, 1997). Informasi tambahan ini membantu meningkatkan pemahaman terhadap fenomena wilayah. Selain itu, biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan atlas secara elektronik lebih murah karena adanya efisiensi waktu dan tempat penyimpanan yang lebih efektif. Distribusi dan publikasi (diseminasi) produk kartografi digital ini (atlas elektronik) dapat melalui beberapa media. Sifatnya yang praktis, efisien dan lebih interaktif dibandingkan dengan menggunakan peta kertas, mengakibatkan inovasi media yang dapat digunakan dengan dukungan teknologi terus berkembang. Media yang dapat digunakan untuk distribusi dan diseminasi atlas elektronik tersebut dapat dalam bentuk floppy disk, CD-ROM, DVD dan internet (Soendjojo, 2002).
5
1.2.
Perumusan Masalah Penelitian Berbagai penelitian atau kajian tentang potensi sumberdaya wilayah telah
banyak dilakukan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian tersebut dilakukan oleh berbagai instansi atau sektor yang terkait dengan keberadaan sumberdaya wilayah di Kabupaten ini. Namun demikian manajemen atau pengelolaan data hasil penelitian belum banyak dilakukan, dan sebagian data masih tersebar di segenap instansi yang bertanggung jawab dengan program tersebut. Upaya manajemen data dan penyeragaman skala informasi melalui suatu penyusunan basis data sumberdaya wilayah sangat perlu dilakukan. Data mengenai potensi sumberdaya wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut perlu dihimpun dan disajikan secara baik baik dan benar. Informatif dan komunikatif untuk berbagai tujuan
seperti
untuk
penentuan
arah
pembangunan
dan
atau
strategi
pengembangan. Perangkat informasi yang dapat dilakukan secara interaktif dengan bantuan menu-menu yang bersifat user friendly sangat diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Sumberdaya wilayah merupakan sumberdaya alam yang terbentuk dan berkembang oleh pengaruh faktor-faktor iklim, geologi/geomorfologi, tanah, hidrologi wilayah, penggunaan lahan dan manusia. Selain faktor tersebut keadaan flora dan fauna juga memiliki peran dalam proses perkembangan sumberdaya wilayah. Kehidupan manusia, tanaman dan hewan memerlukan bentanglahan sumberdaya alam sebagai tempat hidup dan melaksanakan kegiatan/aktivitas kehidupannya. Kehidupan manusia untuk bermukim dan melaksanakan aktivitas hidupnya melalui pengolahan sumberdaya wilayah untuk pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata dan jasa sangat ditentukan oleh aspek geografis dari sumberdaya wilayah di suatu daerah. Dengan mempertimbangkan beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari atlas elektronik tersebut di atas maka atlas sumberdaya wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang memuat informasi sumberdaya wilayah baik spasial maupun non spasial disajikan dalam bentuk atlas elektronik yang interaktif, informatif, dan komunikatif dan dipublikasikan melalui CD-ROM sehingga 6
pengguna memperoleh pemahaman yang lebih baik serta menyeluruh mengenai fenomena yang dipetakan. Pencapaian sasaran yang diinginkan tersebut, maka memerlukan disain peta yang berhubungan dengan penyajian grafis suatu data dan informasi muka bumi. Suatu peta yang mudah dibaca mempunyai arti bahwa peta tersebut telah didisain dengan baik, sehingga informasi muka bumi yang disajikan dapat dimengerti dan digunakan dengan baik oleh pengguna peta. Perencanaan pembuatan atlas merupakan pekerjaan besar dan cukup berat, harus diperhatikan sejumlah aspek antara lain pemilihan format file, penggunaan fungsi kartografi modern seperti interaktif, video, dan suara. Keefektifan suatu media dalam melakukan penekanan tersendiri dan hal ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi. Berdasarkan latar belakang dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka muncul permasalahan dalam penelitian yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah menginventarisir data sumberdaya wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang tersebar di setiap instansi sehingga dapat disajikan secara informatif dan komunikatif? 2. Bagaimanakah menginventarisasikan data sumberdaya wilayah dalam bentuk atlas elektronik yang interaktif, informatif dan komunikatif? Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut maka diajukan suatu penelitian dengan judul : “Penyusunan Atlas Elektronik Sumberdaya Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara” 1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Inventarisi data sumberdaya wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara mencakup sumberdaya alam dan buatan yang berpotensi.
7
2. Menyusun atlas sumberdaya wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dalam bentuk atlas elektronik. 1.4.
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Memberikan
informasi
tentang
potensi
sumberdaya
wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara kepada masyarakat luas dengan mudah, cepat dan murah, dalam rangka memanfaatkan sumberdaya wilayah untuk kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup. 2. Menjadi salah satu masukan bagi peneliti yang lain dalam pembuatan spesifikasi teknis atlas elektronik sumberdaya. 3. Sebagai bahan pertimbangan pihak swasta dalam menanamkan investasi. Tersedianya informasi yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan bagi pengembangan suatu usaha yang berkaitan dengan pemanfaatan potensi wilayah mutlak diperlukan bagi para investor. 4. Menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah dalam penentuan kebijakan pengelolaan dan pengembangan, pengaturan, pengawasan serta pengendalian
pemanfaatan
sumberdaya
wilayah, agar strategi
pembangunan dan pengembangan yang dilaksanakan lebih terarah. 1.5.
Tinjauan Pustaka dan Penelitian Sebelumnya 1.5.1. Kartografi Kartografi adalah ilmu pengetahuan, seni, dan tekonologi tentang pembuatan peta (dalam hal ini sebagai suatu bentuk penyajian informasi keruangan), sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen ilmiah dan hasil karya seni (ICA; 1973). Definisi yang dibuat oleh International Cartographic Association
(1973),
dan
rekomendasi
pemutakhiran
definisi
oleh
International Cartographic Association (ICA) Working Group (1992), memandang kartografi sebagai ilmu faktual berhubungan dengan pembuatan peta berketepatan (akurasi) tinggi. Akurasi diperoleh melalui pengukuran berdasarkan model matematis yang membantu memindahkan gambaran
8
permukaan bumi pada bidang datar secara akurat. Sebagai ilmu kognitif, kartografi dipandang dari sudut penggunaan peta. Visualisasi peta yang menarik dan efektif dapat dihasilkan melalui model kognitif. Secara manualtradisional, kaidah kartografis mendasari penyajian keruangan dalam desain dan visualisasi peta. Kaidah kartografis adalah ketentuan ilmiah tentang desain dan visualisasi peta dalam berbagai komponen grafis (elemen grafis dan variabel grafis). Arti istilah “kartografi” menurut Kraak dan Ormeling, (2007) telah berubah secara fundamental sejak tahun 1960. Sebelumnya kartografi didefinisikan sebagai “pembuatan peta”. Perubahan yang terjadi disebabkan oleh (1) kenyataan bahwa kartografi telah dikelompokkan dalam bidang ilmu pengetahuan komunikasi dan (2) hadirnya teknologi komputer. Mengacu dari definisi kartografi sebelumnya, kartografi sekarang difefinisikan sebagai “penyampaian informasi geospasial dalam bentuk peta” hal ini yang menghasilkan pandangan tidak hanya sebagai pembuatan peta semata, tetapi penggunaan peta juga termasuk pada bidang kartografi dan benar hanya dengan menelaah penggunaan peta, dan pengolahan informasi yang dipetakan oleh pengguna, memungkinkan untuk mengecek apakah informasi di dalam peta dipresentasikan dengan cara yang terbaik. Menurut seorang ahli kartografi dari Perancis peta adalah suatu gambaran konvensional, sebagian besar dibuat di atas bidang datar yang menggambarkan fenomena nyata maupun abstrak yang terdapat dalam suatu ruang. Secara konvensional dimaksudkan bahwa seseorang bekerja sesuai kesepakatan, sebagai contoh : bahwa lautan disajikan dengan warna biru, Utara mengarah ke atas peta, atau beberapa lingkaran bertingkat menandakan permukiman dengan jumlah penduduk yang lebih besar. Yang dimaksud gambaran adalah penekanan pada karakter grafis suatu peta. Di bawah pengaruh dari meningkatnya komputer dan sistem informasi geografi dalam bidang pemetaan, definisi baru dari kartografi secara berangsur-angsur muncul: “pemindahan informasi yang terpusat pada basis data spasial yang dapat dipertimbangkan dengan sendirinya menjadi suatu
9
model yang beraneka ragam mengenai kenyataan geografi. Basis data spasial semacam itu kemudian bertindak sebagai pusat dari suatu keseluruhan urutan proses kertografi, menerima berbagai masukan data dan menyebarkan berbagai jenis produk informasi” (Guptill dan Starr, 1984). Menurut Rystedt B. (2001) dalam Trends and Developments in Cartography, Kartografi adalah disiplin ilmu yang menyatukan (dealing) antara
peta
dan
pemetaan.
Kartografi
menyatukan
(deals)
tampilan/representasi dari dua fenomena geografi, yaitu fenomena geografi nyata dan virtual. Basis data geografi dan realita virtual adalah hasil dari proses pemetaan, yang merupakan transformasi dari realita ke sebuah tampilan/representasi digital. 1.5.2. Kartografi Digital Seiring dengan perkembangan teknologi, mulailah dikenal Computer Assisted Carthography (CAC) – teknologi computer yang membantu proses pekerjaan kartografi, yang pada awal perkembangannya hanya ditujukan untuk mempercepat produksi peta. Revolusi yang terjadi di bidang kartografi bukan hanya penggunaan teknologi elektronik yang dikenal sebagai teknologi kartografi digital, tetapi juga pada media yang digunakan, bukan hanya media kertas tetapi sudah ke media elektronik yang dikenal sebagai internet. Pada era teknologi kartografi digital, hambatan yang dihadapi oleh para pembuat peta akan dapat diatasi, sebab pada sistem pemetaan elektronik dengan menggunakan desktop komputer, memungkinkan setiap orang untuk dapat membuat peta menjadi lebih mudah. Saat ini penanganan pekerjaan kartografi bersifat multi disiplin yaitu dengan cara pendekatan kelompok, karena untuk proses pembuatan peta tidak mungkin lagi bekerja tanpa didampingi oleh operator sistem komputer, pemrogram, dan manager sistem. Hasil akhir yang didapatkan dari pemetaan secara
digital
ini
akan
sangat
efisien,
dalam
arti
sudah
mulai
memperhitungkan bagaimana mengatur data (dalam bentuk basis data) agar proses pemutahiran data (up-dating) menjadi lebih mudah. Perkembangan
10
teknologi dibidang komputer yang begitu cepat berdampak pada bidang kartografi. Begitu pula para pengguna peta, lambat laun akan meninggalkan peta konvensional dan akan beralih ke peta digital. Kemajuan
teknologi
khusunya
dibidang
komputer,
juga
mengakibatkan suatu peta bukan hanya dalam bentuk nyata (pada selembar kertas, real maps atau hardcopy), tetapi juga dapat disimpan dalam bentuk digital serta disajikan pada layar monitor yang dikenal istilah dengan peta maya (virtual maps atau softcopy). Sistem Informasi Geografi menggunakan dan
memanfaatkan
keunggulan
peta
maya
yaitu
untuk
keperluan
penyimpanan data digital, analisis dan manipulasi peta. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan CAC dalam pekerjaan kartografi adalah sebagai berikut : a. Keuntungan (Advantage)
Menghilangkan kebosanan dari pekerjaan manual yang biasanya dikerjakan secarra berulang-ulang. Dalam kartografi ada beberapa pekerjaan mengulang yang lebih mudah dilakukan oleh komputer, seperti
memperbaiki ulang
garis
kontur sesudah
dilakukan
pengukuran, penggambaran ulang karena adanya perubahan skala, dan sebagainya.
Memberikan kemudahan bagi proses yang selanjutnya
Memungkinkan melakukan analisa dengan komputer
Menambah produktivitas, Karena waktu yang digunakan untuk membuat peta menjadi lebih cepat sehingga meningkatkan efisiensi waktu. Peta yang diproduksi dengan menggunakan CAC juga bertahan lebih lama daripada menggunakan metode tradisional.
b. Kerugian (Disadventage) atau konsekuensi dari pengguna teknologi komputer dalam kartografi :
Memerlukan investasi atau modal yang tinggi serta memerlukan biaya pemeliharaan.
11
Untuk memulai pelaksanaannya membutuhkan waktu yang lama. Hal ini berkaitan dengan pengertian dan pemahaman yang baik dalam menggunakan sistem CAC membutuhkan waktu yang cukup lama.
Memperbaharui organisasi untuk menyesuaikan dengan sistem yang baru, yang berbeda dengan hasil dari kartografi konvensional.
Memerlukan penguasaan teknologi baru bagi para staffnya. Dalam hal ini pakar geografi perlu mengetahui teknik tersebut dan dikembangkan untuk kepentingan ilmu kartografi. Dalam hal ini para pakar geografi dituntut untuk mengerti dasar tentang penanganan data secara digital. Revolusi komputer yang mempunyai dampak pada kartografi, di satu
sisi tetap mempertahankan elemen dasar ilmu kartografi, di sisi lain, kartografi digital menghasilkan dua produk yang satu sama lain memenuhi fungsi masing-masing, yaitu : 1. Basis data digital merupakan media penyimpan informasi geografis pengganti dari percetakan peta 2. Visualisasi kartografis pada sejumlah media yang berbeda merupakan fungsi pelayanan selain percetakan peta. Dalam memproduksi peta secara digital harus tersedia pusat basis data yang dapat menjaga data selalu baru dan setiap jaringan graphic station dapat mengakses ke pusat basis data jika diperlukan tambahan informasi, secara cepat dapat dipanggil kembali dalam bentuk yang berbeda seperti text, gambar dan dapat dimanipulasi lagi sesuai
dengan keperluan. Jika peta
tersebut diperlukan, dapat ditampilkan di layar monitor secara mudah tanpa boros material. Semua karakteristik ini, menjadikan graphic screen hampir sebagai media yang ideal untuk penyajian peta. Teknologi pemetaan digital telah melahirkan komoditi informasi digital yang bernilai ekonomi tinggi karena selain tidak memerlukan tempat yang luas sebagaimana lembaran kertas peta, informasi digital ini lebih mudah untuk diolah sesuai dengan informasi yang diperlukan dan juga lebih mudah untuk pemutakhiran (up date). Banyak kemungkinan yang dapat
12
dilakukan dalam produksi peta secara digital, daripada pembuatan peta secara konvensional. Suatu pilihan baru dalam industri perpetaan yang berkaitan dengan penyajian, yang secara langsung peta akan ditampilkan pada layar monitor. Adapun keuntungan peta digital bila dibandingkan dengan peta konvensional ialah : •
Mudah merubah atau memperbarui komponen dalam peta,
•
Mudah memperbesar bagian komponen yang penting,
•
Kemampuan untuk memperoleh peta, gambar, suara, dan teks,
•
Fasilitas tampilan lebih impresif,
•
Akses secara cepat kesejumlah besar tema peta, dan tidak boros material.
peta
untuk
menunjukkan
1.5.3. Sistem Informasi Geografi (SIG) Geografi adalah informasi mengenai permukaan bumi dan semua obyek yang berada diatasnya, yang menjadi kerangka bagi pengaturan dan pengorganisasian bagi semua tindakan selanjutnya. Gis adalah teknologi untuk mengolah, menganalisis dan menyebarkan informasi geografis. Menurut Richthoffen, Geographic adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi sesuai referensi, atau studi mengenai area-area yang berbeda dipermukaan bumi. Sedangkan menurut Vidal De La Blanche, geografi adalah
ilmu
mengenai
tempat-tempat
(place)
yang
sangat
mengkonsentrasikan diri pada kualitas-kualitas dan potensi-potensi suatu Negara. Dengan perkembangan teknologi komputer yang semakin pesat, batasan Sistem Informasi Geografi (SIG) mengalami banyak penyempurnaan dan perbaikan, maka dapat diartikan SIG merupakan seperangkat sistem yang berbasis komputer untuk menyimpan dan memanipulasi data yang mempunyai acuan kebumian untuk tujuan tertentu (Aronoff, 1989). Sistem
13
Informasi Geografi atau Geographical Information System (GIS) adalah sebuah sistem untuk mengelola, menyimpan, memproses atau memanipulasi, analisis dan menampilkan data, dimana data tersebut secara spasial terkait dengan muka bumi (Linden, 1987). GIS (Georaphic Information System) adalah sistem yang berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan data dan memanipulasikan informasi
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan,
menyimpan,
menggabungkan, mengatur, dan menstranformasikan data spasial. Ciri-ciri data spasial : 1. Memiliki geometri property seperti koordinat dan lokasi. 2. Terkait
dengan
aspek
keruangan
seperti
kota,
kawasan,
pembangunan. 3. Berhubungan dengan semua fenomena yang terdapat di bumi, misalnya data, kejadian, gejala atau obyek. 4. Digunakan
untuk
tujuan-tujuan
tertentu,
misanya
analisis,
pemantauan, dan pengolahan. Komponen SIG terdiri dari Hardware, Software, data dan user. Komponen SIG merupakan seluruh kesatuan cara kerja SIG yang dapat merepresentasikan kondisi dunia nyata kedalam komputer seperti peta yang mampu merepresentasikan keadaan dunia nyata diatas kertas. Adapun proses untuk merepresentasikannya adalah Input, Manipulation, Process, Query, Analysis, dan Visualization. 1.5.4. Basis Data Sarana terpenting dalam SIG adalah Basisdata yang terpadu. Tanpa penggunaan data secara bersama atau yang dikenal dengan istilah berbagai data maka penyajian hasil analisis yang optimal tidak akan terjamin. Perancangan basisdata SIG tidak jauh berbeda dengan perancangan basisdata SI (sistem informasi) lainnya. Perbedaan yang terjadi adalah terdapat dua jenis data yang harus disimpan dimana kedua jenis data tersebut terintegrasi untuk membangun SIG yang utuh. 14
Pengumpulan data, penyimpanan serta analisis obyek dan peristiwa dalam SIG dilakukan berdasarkan letak geografis yang memiliki karakteristik tertentu dan membutuhkan analisis kritis. Analisis kritis yang dimaksud adalah suatu pemikiran untuk melakukan tindakan yang cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan. Kemampuan dasar dari SIG adalah mengintegrasikan berbagai operasi data seperti query, menganalisanya dan menyimpan serta menampilkan dalam bentuk pemetaan berdasarkan letak geografisnya. Inilah yang membedakan SIG dengan Sistem Informasi lainnya. GIS adalah alat bantu yang dapat mempercepat pemrosesan dan pengolahan data. Pembangunan basis data, pemanfaatan, analisis, serta pengoperasian yang tepat sangat tergantung pada penggunaannya. Ilustrasi perencanaan mengenai pengguna, proses pengumpulan data, penganalisaan serta peranan SIG akan berakhir pada kondisi nyata obyek. 1.5.5. Atlas Atlas pada umumnya merupakan bentuk tampilan kartografi yang tinggi, karena dalam memproduksi peta garis menyangkut dua hal yakni perencanaan dan dimensi structural yang ekstra. Tidak hanya satu peta saja yang harus siap ditampilkan tetapi dapat sampai ratusan, dan peta tersebut harus mempunyai kesinambungan satu dengan yang lainnya. Atlas mempunyai susunan yang jelas dimana suatu informasi itu ada. Suatu atlas dapat diawali dengan gambaran dunia kemudian secara gradual diperbesar ke dalam daerah yang sempit, atau dapat dimulai dari daerah tertentu kemudian secara gradual ke daerah yang lebih besar dalam lingkungannya. Atlas merupakan suatu kumpulan data geografis yang sistematis dan koheren dalam bentuk analog maupun digital, yang menampilkan suatu wilayah tertentu dengan satu atau lebih tema geografis, dilengkapi dengan
15
alat-alat untuk navigasi, narasi, pengambilan data, tampilan dan analisis (Koop, 1993 dalam Ormeling, 1997). Konsep atlas dan hal-hal yang dapat dilakukannya terus berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ormeling (1997) mengemukakan beberapa konsep atlas yang berkembang saat ini, yaitu : 1. Atlas sebagai alat visualisasi (untuk menampilakan informasi) Sebuah atlas merupakan alat visualisasi yang hebat karena dapat menempatkan suatu informasi spasial dalam perspektif spasialnya, dan dapat mengkomunikasikan informasi spasial tersebut dengan baik. 2. Atlas sebagai alat penelusuran Sebuah atlas secara nyata sangat cocok untuk menelusuri bumi, bahkan ketika digunakan saat berada di rumah. Kebanyakan orang telah melihat bagian terjauh dari dunianya hanya pada atlas mereka. 3. Atlas sebagai antar muka (interface) dengan basis data yang ada di sebaliknya Bagian yang bernilai dari atlas untuk penelusuran informasi berperan sebagai antarmuka (interface) bagi suatu basis data. Setiap peta pada atlas didasarkan pada suatu sistem informasi dari penyunting (editor) atlas, yang terdiri atas beragam informasi. Dalam suatu atlas digital/elektronik yang memiliki cukup ruang penyimpanan untuk menggabungkan data-data, idealnya setiap obyek dalam lembar-lembar (layers) atlas dapat di-klik (clickable) untuk menyajikan informasi tambahan. Menurut Ormelling dalam Atlas Terminology and Atlas Concepts, altas dibagi menjaadi beberapa tipe yaitu :
Atlas berdasarkan pada sasaran/ tujuan komunikasi (communication objective) terdiri dari : 1. Atlas pendidikan (educational atlases)
16
Atlas ini berfungsi untuk memberikan gambaran yang jelas dan mudah untuk mengingat tentang pola persebaran fenomena geografi fisik dan juga geografi manusia. Selain itu atlas pendidikan
mempunyai
fungsi
khusus
yaitu
merangsang
keingintahuan mengenai kondisi lingkungan dan hubungannya, sehingga atlas pendidikan disusun sederhana mungkin tanpa mengurangi kandungan informasi didalamnya. 2. Atlas navigasi (navigation atlases) Atlas ini merupakan suatu sumber informasi yang digunakan sebagai alat petunjuk atau navigasi dalam melakukan suatu perjalanan baik lewat darat, laut maupun udara. Peta-peta didalamnya lebih sering digunakan oleh seorang pilot dalam perjalanan udara maupun kepentingan pelayaran. Isi peta-peta ini hamper sama dengan isi yang ada pada peta topografi, dimana didalamnya terdapat informasi tentang ketinggian atau elevasi suatu tempat. 3. Atlas perencanaan fisik (physical planning atlases) Atlas ini menampilkan keterpaduan antara elemen geografi fisik dengan hasil kerja manusia. Dari kategori atlas ini, sangat jelas bahwa atlas perencanaan fisik mempunyai peranan dalam perencanaan wilayah yang berkaitan dengan potensi fisisk yang dimiliki oleh suatu wilayah tersebut. Selain itu, atlas ini juga dapat digunakan untuk merencanakan ekonomi suatu Negara. 4. Atlas referensi (reference atlases) Atlas
ini
digunakan
untuk
kepentingan
referensi
atau
menunjukkan suatu lokasi, untuk itu atlas ini harus memuat namanama tempat atau posisi suatu daerah secara rinci dan lengkap.
17
Atlas referensi didesain untuk membantu pengguna dalam mengenal kenampakkan geografis secara politik. 5. Atlas manajemen / monitor (management / monitoring atlases) Semua peta yang terdapat di dalam atlas merupakan alat visualisasi geografi spasial yang unggul. Atlas dasar visualisasi dan komunikasi tersebut, atlas bias dikomunikasikan ke berbagai bidang termasuk dalam bidang monitoring yaitu untuk melakukan pengawasan pada suatu wilayah dari waktu ke waktu. Atlas sumberdaya wilayah termasuk kedalam atlas monitor, karena atlas sumberdaya wilayah menunjukkan distribusi data pada suatu jangka waktu tertentu pada suatu wilayah tertentu dan memuat semua unsur-unsur yang dimiliki oleh suatu wilayah. Selain itu altas sumvberdaya wilayah juga bias dimasukkan kedalam atlas perencanaan fisik karena juga digunakan untuk melihat hubungan antara kegiatan manusia dengan kondisi fisik di suatu wilayah tertentu.
Atlas yang didasarkan pada tipe yang ingin dibangdingkan (types of comparison) terdiri dari : 1. Atlas geografi (geographical atlases), dimana didalam atlas ini yang dibandingkan adalah unsur area atau wilayah. 2. Atlas sejarah (historical atlases), yaitu atlas yang membandingkan antara waktu ayng disusun secara sistematik, sehingga user dapat melihat secara kronologis. 3. Atlas nasional (national atlases), yaitu atlas yang menggambarkan aspek kekhususan bagi suatu wilayah misalnya suatu Provinsi dan atau dengan pembagian administrasi lebih lanjut sampai kabupaten atau kecamatan dan seterusnya.
18
4. Atlas topografi (topography atlases), yang membandingkan dengan keadaan sebenarnya atau dengan lingkungannya. 5. Atlas
tematik
(thematic
atlases),
yang
digunakan
untuk
membandingkan area namun dengan tema-tema tertentu yang lebih spesifik dari tema-tema yang terdapat di dalam atlas regional. 1.5.6. Atlas Kertas Disamping dengan tingkat aksesibilitas dan dasar perbandingan atlas kertas dapat dibedakan berdasarkan tujuannya. Tujuan tersebut dalam tipe atlas yang berbeda-beda. Atlas kertas dapat dibedakan menjadi atlas referensi, atlas sekolah, atlas topografi, atlas topikal (yang hanya menggambarkan satu tema tertentu untuk daerah yang banyak). Kategori yang terakhir dapat didefinisikan sebagai atlas yang berisi kombinasi yang komprehensif dari kumpulan data geografi yang mempunyai resolusi tinggi masing-masing meliputi Negara yang sama. Atlas topografi adalah kumpulan peta topografi yang komplit, disatukan dalam bentuk buku, atau koleksi: bentanglahan yang khas, yang diperjelas detailnya dengan topografi. Adapun tipe atlas, atlas kertas memberikan kesan pemisahan dimana hanya memperlihatkan daerah tertentu, waktu tertentu, skala tertentu dan tema tertentu saja. 1.5.7. Atlas Elektronik Menurut Koop. 1993 (dalam Ormeling, 1997) atlas dideskripsikan sebagai suatu koleksi koheren dan sistematik data geografikal, baik disajikan dalam bentuk analog maupun digital, yang menggambarkan suatu daerah tertentu dan atau satu lebih tema geografis, didasarkan pada deskripsi, beserta alat atau sarananya untuk memperoleh informasi, analisis dan penyajiannya. Sedangkan menurut Amri (2000) atlas dideskripsikan sebagai kumpulan petapeta yang secara sistematis dibukukan atau diatur seri secara sistematis untuk menggambarkan karakteristik geografis suatu daerah tertentu baik secara nasional maupun sumberdaya wilayah.
19
Perkembangan teknologi komputer, pemetaan digital, teknologi informasi spasial, dan multimedia, memberikan alternative baru di dalam pembuatan atlas yaitu dalam bentuk atlas elektronik, suatu atlas berbasis computer dengan penyajian visualisasinya pada layar monitor. Kendatipun saat ini atlas sudah mengarah dalam bentuk elektronik, namun secara fungsional konsep dasar atlas tersebut tidak boleh begitu saja ditinggalkan. Mengapa kita perlu menyajikan informasi geografis dalam bentuk atau format atlas, dan bagaimana atlas seharusnya dipersiapkan merupakan dasar pertimbangan penyusunan atlas. Atlas diharapkan mampu menyajikan informasi geografikal dan membantu memberikan gambaran keruangan geografi secara integral (Ormeling, 1997). Menurut Kraak dan Ormeling (2007), dalam bukunya Cartography : Visualization of Geospatial Data Second editon ada beberapa tipe atlas elektronik, yaitu: 1. Atlas elektronik view-only Atlas elektronik ini dapat dianggap sebagai versi elektronik dari atlas kertas(paper atlases), tanpa fungsi kegunaan ekstra, namun memiliki kemampuan untuk mengakses peta secara acak (random) tidak harus linear sebagaimana pada atlas kertas. 2. Atlas elektronik interaktif Atlas elektronik ini diperuntukkan bagi pengguna komputer tingkat lanjut, yang membolehkan pengguna untuk memanipulasi set data. Dalam suatu lingkungan yang interaktif, pengguna dapat mengubah skema warna yang digunakan, mengatur metoda klasifikasi atau menambah jumlah kelas sesuai keinginan. 3. Atlas elektronik analitik Atlas elektronik ini memungkinkan penggunaan seluruh potensi lingkungan elektronik yang digunakan. Pengguna dapat menggali dan menelusuri informasi yang tersedia serta melakukan proses analisis dan manipulasi informasi, termasuk di dalamnya
20
penggunaan fungsi-fungsi sistem informasi geografis, untuk menghasilkan informasi spasial baru sekaligus menampilkannya. 1.5.8. Atlas Web Kemampuan komputer dan keunggulan untuk mengakses yang terdapat di web membuat kombinasi yang sempurna yang dikembangkan dengan meningkatnya jumlah atlas web. Apabila kita bandingkan ketiga bentuk visualisasi kertas, CD-ROM dan WWW, kita dapat melihat bahwa yang pertama itu yang terbaik dalam hal penampilan, peta yang menarik dan dapat ditangkap oleh pembacanya, demikian pula halnya dengan cara mengakses pada model CD, yang mana semua data dan peta tidak dapat dilihat (karena ini terlalu mahal dan tidak praktis) seperti pada atlas kertas. Meskipun atlas CD-ROM dapat dimutakhirkan secara cepat dengan mendistribusikan melalui pos ataupun internet, atlas tersebut dapat menjadi ketinggalan jaman sewaktu-waktu, dalam hal inilah yang menjadi keunggulan WWW : karena dapat dimutakhirkan secara terus-menerus, meskipun tidak mudah untuk mengakses jika terlalu banyak orang yang masuk ke site altas ini secara bersamaan. Perbedaan dalam fungsi inilah yang digunakan oleh beberapa pembuat altas menawarkan versi CD-ROM dan versi kertasnya secara bersamaan dan keduannya didukung adanya tujuan perbaharuan oleh website yang menyediakan informasi tambahan yang di update. 1.5.9. Disain dan Konstruksi Atlas Pembuatan disain peta adalah suatu tahapan penting dan merupakan awal dari suatu proses pembuatan peta. Atlas adalah sekumpulan peta yang dijadikan satu rangkaian untuk memberikan suatu informasi yang berhubungan dengan data dan informasi muka bumi, jadi masalah disain suatu atlas tidak lepas dari disain peta yang disajikan. Salah satu tujuan pembuatan peta adalah mengkumunikasikan informasi muka bumi secara efektif, informarif dan komunikatif kepada pengguna peta. Untuk dapat
21
mencapai sasaran yang diinginkan tersebut, suatu disain peta yang berhubungan dengan penampilang grafis suatu data dan informasi muka bumi. Suatu peta yang mudah dibaca mempunyai arti bahwa peta tersebut didisain dengan baik, sehingga informasi muka bumi yang disajikan dapat dimengerti dan digunakan dengan baik oleh pengguna peta. Langkah awal di dalam pembuatan disain atlas elektronik adalah memilih strategi operasional di dalam penyajian petanya. Terdapat dua macam bentuk visualisasi atlas elektronik, yaitu : atlas dengan tata letak hirarki dan atlas dengan tata letak tunggal. Pada atlas dengan tata letak secara hirarki, pengguna dapat merubah dari layer yang memberikan informasi secara umum ke layer yang memberikan informasi lebih detail (sebagai contoh : pengguna dapat merubah skala peta dari tingkat Negara/provinsi ke tingkat provinsi/kabupaten). Pada atlas dengan tata letak tunggal, pengguna dapat menukar layer dengan cara memperbesar sedang informasi yang diberikan sama. Pemilihan dalam strategi operasional tergantung pada tujuan pembuatan atlas dan jenis data yang tersedia, pengguna atlas serta metode visualisasi atlas. Meskipun atlas elektronik merupakan tahapan/langkah berikutnya dari keberadaan atlas konvensional, banyak perbedaan antara dua jenis atlas tersebut. Meskipun prinsip utama dan dasar tujuannya sama, perbedaan prospek dan metode produksi memberikan keuntungan dan kerugian antara pembuatan
atlas
konvensional
dengan
pembuatan
atlas
elektronik.
Karakteristik yang utama dari atlas elektronik dibandingkan atlas konvensional diantaranya yaitu : 1. Dari sistem pemetaan besar ke sistem pemetaan kecil 2. Dari peta statis ke peta dinamis 3. Dari pemetaan pasif ke pemetaan interaktif. Seperti halnya pada penyusunan atlas konvensional, sebelum atlas elektronik disusun perlu dipertimbangkan unsur-unsur pokok atlas, yaitu : a. Content (isi atlas)
22
Untuk memilih isi atlas (data-data grafis maupun data-data atribut yang dimasukkan dalam atlas), berkait erat dengan tujuan pembuatan atlas itu sendiri. b. Structure (susunan atlas) Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam susunan atlas yaitu geographic sequence (urutan georafis), thematic sequence (urutan tematik) dan temporal sequence (urutan waktu). Penyusun atlas elektronik dapat mengatur lembar-lembar peta sesuai dengan sequence yang diinginkan. c. Functionality (operasional atlas) Functionality pada atlas elektronik dapat disusun berdasarkan fungsi-fungsi yang diinginkan oleh penyusun atlas dan didasarkan pada tujuan penyusunan atlas dan pengguna atlas. Unsur ini merupakan navigasi atlas yang mengatur cara dan fasilitas
yang
dapat
digunakan
oleh
pengguna
untuk
menampilkan informasi yang diinginkan dari atlas misalnya fasilitas zooming, narasi dan lain-lain. 1.5.10. Peta dan World Wide Web (WWW) Di masa lalu, pembuatan peta adalah dunianya para kartografer saja. Kemampuan mereka tidak diragukan lagi dalam menghasilkan peta yang bagus dan benar. Munculnya sistem informasi geografi termasuk di dalamnya pemanfaatan media WWW, membuat semakin banyak orang yang terlibat dalam proses pembuatan peta. Tidak terkecuali, dari ahli kebumian sampai orang awam dapat dengan mudah meng-akses berbagai macam peta melalui media ini. Pada infrastuktur data geospasial tersebut, tampilan dan diseminasi peta-peta memanfaatkan media WWW. 1.5.11. Desain Peta Web Meskipun pada web menawarkan pilihan ekstra, namun disain peta tidak berubah. Lebih jauh lagi kemungkinan untuk menerbitkan atau
23
membuat peta yang up-to-date semakin meningkat, karenanya perlu diteliti penyusunan peta single atau peta-peta yang disusun dari kumpulan data. Dalam konsteks ini harus disadari bahwa WWW tidak meningkatkan prosedur peningkatan internal organisasi. Web sebagai media untuk menampilkan
peta
juga
mempunyai
kekurangan-kekurangan.
Ketika
membuat peta web seseorang harus memperhitungkan disain fisiknya, baik file maupun ukuran tampilannya. File merupakan aspek penting karena orang tidak mau menunggu lama hanya untuk download. Sedangkan ukuran tampilan scrollbar untuk mengambil/melihat peta. Disain peta web yang bagus tidak harus emaksakan pilihan-pilihan seperti yang dijelaskan di atas. Disain peta dapat dibuat sederhana, bahkan seperti peta kosong. Hal ini tidak perlu dipermasalahkan, karena seseorang dapat mendapatkan informasi di balik gambar peta atau di balik simbol individual. Pengaksesan informasi yang tersembunyi ini dapat diperoleh, dengan menggunakan teknik penggerak mouse atau dengan mengklik simbol peta. 1.5.12. Peta Web dan Multimedia WWW adalah media yang ideal untuk menggabungkan elemen multimedia yang berbeda dengan peta. Multimedia didefinisikan sebagai integrasi yang interaktif dari suara, animasi, teks, dan gambar (video). Dalam geodata, peta dapat dihubungkan dengan semua jenis informasi geografikal. Informasi tersebut dapat berupa dokumen teks yang menggambarkan parsil, foto obyek yang ada di GIS database atau video landscape dari daerah yang sedang dipelajari. Definisi multimedia yang digunakan disini adalah dari Laurini dan Thompson (1992): ‘variasi data analog dan data digital yang berasal dari jaringan komunikasi umum’. Untuk tipe multimedia kartografi dapat dilihat juga di Multimedia Cartography (Cartwright et al, 1999).
24
1.5.13. Penelitian Sebelumnya Bakosurtanal pada tahun 2000 membuat atlas flora dan fauna, dibuat untuk memenuhi sarana pengetahuan mengenai flora dan fauna yang ada di Indonesia kepada masyarakat umum, terutama bagi siswa sekolah dasar dan sekolah menengah. Latar belakang pembuatan atlas ini adalah adanya kekayaan flora dan fauna di Indonesia. Bakosurtanal bekerjasama dengan LIPI, Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Departemen Pertanian dan Departemen Pariwisata dan Kebudayaan. Noorhadi Rahardjo dalam tesisnya yang berjudul “Evaluation of Arcview Software To Produce An Elektronic Atlas” pada tahun 2001 yang mengambil studi kasus di Daerah Yogyakarta dengan tujuan meneliti kemampuan perangkat lunak ArcView versi 3.2 dalam mempresentasikan dan membuat altas elektronik. Beberapa tahapan yang dilakukan adalah 1) studi literatur, 2) pengembangan isi, struktur dan fungsionality dari atlas D.I. Yogyakarta, 3) pembuatan dan penyiapan peta/citra digital, 4) pembuatan test kemampuan dari ArcView. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perangkat lunak ArcView cukup baik dalam membuat atlas elektronik terutama pada komponen isi atlas dan agak terbatas pada komponen struktur dan fungsionalitinya. Pembuatan atlas elektronik menggunakan perangkat lunak ArcView dapat dipublikasikan pada media internet. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa perangkat lunak tertentu bisa untuk membuat atlas elektronik namun hanya pada bagian tertentu sedangkan bagian lainnya bisa kurang optimal. Noorhadi Rahardjo dan Sukoco (2002) membuat desain dan konstruksi atlas elektronik sebagai media informasi sumberdaya dan lingkungan daerah, yang mengambil contoh provinsi D.I. Yogyakarta. Dalam penelitiannya, rumusan masalah yang disajikan adalah bagaimana proses penyusunan dan desiminasi peta di Negara Indonesia. Dalam hal itu, ada beberapa unsur-unsur pokok yang perlu dipertimbangkan yaitu : 1. Status atlas yang akan dibuat, nasional atau sumberdaya wilayah 25
2. Penggunaan atlas, digunakan untuk kepentingan umum atau khusus 3. Bagaimana struktur atlas 4. Bagaimana sekuensi/urutan yang peta-peta yang ada dalam atlas 5. Teknologi yang akan digunakan, cetak pada kertas atau atlas elektronik Kesimpulan dari penelitian ini adalah atlas elektronik yang dihasilkan didistribusikan dalam bentuk media CD-ROM, sehingga hasilnya atlas dalam bentuk CD-interaktif. Hasil disain atlas tersebut juga dimungkinkan untuk dipublikasikan melalui fasilitas internet dan sangat dimungkinkan juga dibuat dalam bentuk atlas cetak (hardcopy) karena terdapat fasilitas cetak pada button main pagenya. Soendjojo (2002) memvisualisasikan atlas elektronik dalam bentuk berbagai media, dengan pembuatan atlas melalui media CD-ROM, melalui internet (situs web pemerintahan pusat dan daerah), sehingga informasi muka bumi dengan mudah, cepta dan murah dapat diketahui oleh masyarakat umumnya. Pada dasarnya semua data dan informasi yang berhubungan dengan muka bumi sudah tersedia di sejumlah instansi pemerintahan dan swasta yang ada di daerah masing-masing. Untuk menghimpun, mengolah, menyajikan data informasi kebumian yang tersebar tersebut, maka perlu dibangun suatu jejaring (networking) dengan sejumlah instansi pemerintahan dan swasta, penyatuan sistem pemetaan untuk pengolahan data dan visualisasi informasi muka bumi yang diperoleh dari sejumlah instansi pembuat peta, dan membuat suatu sistem untuk pemutakhiran data dan informasi muka bumi secara sistematik dan berkala. Salah satu faktor yang penting dalam pembuatan atlas agar dapat menarik dan mengenai sasarannya, dilakukan pembuatan rancang bangun (disain) atlas yang akan dibuat, serta pemilihan teknologi untuk penyajian hasil akhir. Disain dan pemilihan teknologi (software) saling keterkaitan satu sama lain, karena suatu desain yang baik harus ditunjang dengan pemilihan
26
teknologi (software) yang digunakan dalam proses pembuatan atlas tersebut. Tahapan yang dilaksanakan dalam pembuatan atlas elektronik adalah : 1. Pengumpulan data 2. Digitasi dan pembangunan basis data 3. Pengolahan data 4. Penyajian data dan visualisasi Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan dibangunnya jejaring antar pemilik data dan informasi yang terjalin dengan baik, maka dengan mudah antar instansi untuk saling tukar data (sharing data) dan public dengan mudah memperoleh data dan infromasi muka buni tersebut. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa : 1. Atlas merupakan satu produk penting dalam kartografi 2. Atlas dapat digunakan sebagai media informasi bagi pengguna untuk menentukan karakteristik suatu wilayah secara komprehensif 3. Perkembangan teknologi informasi telah memungkinkan setiap daerah (Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II) di Indonesia menyusun informasi petensi wilayahnya dalam bentuk atlas elektronik Adanya atlas elektronik memudahkan dalam pemutakhiran datanya, dimana data tersebut dapat menggambarkan informasi secara berkelanjutan (up to date) dari suatu wilayah atau obyek. Muhammad Rosidi (2003) dalam skripsinya yang berjudul “Evaluasi Kartografis Terhadap Atlas Elektronik pada Media Internet”, yang bertujuan untuk melakukan evaluasi secara kartografis terhadap atlas elektronik pada media internet yang online pada bulan Mei-Juli 2003, atlas elektronik dipublikasikan lewat internet biasanya disebut dengan atlas web. Atlas web sendiri secara definisi sama dengan atlas yang lain hanya medianya dibatasi yaitu dengan menggunakan internet (web). Media internet adalah salah satu media yang banyak digunakan untuk mempublikasikan produk-produk 27
kartografi misalnya atlas web. Hal ini disebabkan media internet adalah media yang mempunyai jangkauan yang luas (dunia) dengan akses data dua puluh empat jam tanpa dibatasi politik ataupun geografis dan juga yang ada di internet mengandung informasi terkini jika dipandang dari sisi pengguna, dan jika dilihat dari sisi pembuatnya maka untuk publikasinya dan dalam update datanya juga relatif mudah dibandingkan dengan menggunakan media lain. Pada tahap identifikasi sebelum melakukan evaluasi perlu dipahami karakteristik data yang akan dievaluasi. Data yang akan dievaluasi adalah berupa atlas-atlas elektronik yang terdapat pada media internet yang telah diperoleh pada tahap pengumpulan data, ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam mengidentifikasi atlas, yaitu mengetahui : 1. Jenis atlas, menurut Ormeling, 1977 dalam Noorhadi, 2001 jenis atlas terdiri dari atlas topografi, atlas citra dan foto, atlas geografik umum, atlas regional/nasional, atlas tematik dan atlas sejarah. 2. Kegunaan atlas (peta web), menurut MacEachren & Kraak, 1997 dalam Elzakker, 2001 menyatakan bahwa ada empat tujuan penggunaan peta, yaitu : eksplorasi (to explore), analisis (to analyse), sintesis (to synthesise) dan presentasi (to present). 3. Pengguna atlas, biasanya sesuai dengan jenis atlasnya misalnya untuk pendidikan, wisatawan dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap atlas elektronik yang dibagi dalam tiga kelompok atlas yaitu atlas regional, atlas nasional, dan atlas internasional. Masing-masing parameter yang digunakan pada evaluasi atlasatlas tersebut mulai dari simbolisasi, generalisasi, proyeksi, skala, legenda, lettering, struktur tematik, struktur temporal, struktur geografis dan fungsionality. Dari hasil evaluasi kartografis terhadap atlas elektronik pada media internet yang on-line pada bulan Mei-Juli 2003 diatas maka dapat diambil kesimpulan, atlas elektronik yang termasuk dalam kelompok atlas internasional 99,88% peta yang dievaluasi masuk klas II sudah sesuai dengan kaidah kartografis, pada kelompok atlas regional belum sesuai dengan kaidah
28
kartografis karena seluruh peta pada atlas ini masuk kelas I yang berarti belum sesuai dengan kaidah kartografis dan pada kelompok atlas elektronik nasional dari seluruh peta yang dievaluasi masuk klas II 97,8% sudah sesuai dengan kaidah kartografis. Atlas web, kemampuan komputer dan keunggulan untuk mengakses yang
terdapat
di
web
membuat
kombinasi
yang sempurna
yang
dikembangkan dengan meningkatkan jumlah atlas web. Apabila kita bandingkan bentuk ketiga visualisasi kertas, CD-ROM dan WWW, kita dapat melihat bahwa yang pertama itu yang terbaik dalam hal penampilan, peta yang menarik dan dapat ditangkap oleh pembacanya, demikian pula halnya dengan cara mengakses pada model CD, yang mana semua data dan peta tidak dapat dilihat (karena ini terlalu mahal dan tidak praktis) seperti pada atlas kertas. Meskipun atlas CD-ROM dapat dimutakhirkan secara cepat dengan mendistribusikan melalui pos ataupun internet, atlas tersebut dapat menjadi ketinggalan jaman sewaktu-waktu, dan hal inilah yang menjadi keunggulan WWW; karena dapat dimutakhirkan secara terus-menerus, meskipun tidak mudah untuk mengakses jika terlalu banyak orang yang masuk ke site atlas ini secara bersamaan. Pemrograman
menggunakan
script
avenue
digunakan
untuk
membentuk fungsi luar perangkat lunak ArcView yang standart, yang disesuaikan dengan aplikasi yang akan dibuat. Pembuatan sistem informasi dengan memodifikasikan dan menyederhanakan fasilitas yang disediakan oleh ArcView, selainm memudahkan user dalam berinteraksi dengan sistem informasi juga meningkatkan nilai estetika sistem informasi yang dibuat tanpa harus mengabaikan aturan-aturan kartografis yang berlaku. Sistem informasi berupa prototype Atlas Elektronik yang dihasilkan mempunyai kemampuan interaksi yang cukup baik dengan penggunanya karena didukung oleh menu, button, tool dan kotak dialog dalam bahasa Indonesia sebagai penghubung interaksi user dengan sistem informasi.
29
Agustina Weni CH (2003) dalam penelitian yang dilakukannya yaitu membuat prototype atlas tematik sumberdaya lahan untuk wilayah Kabupaten Bantul. Prototype atlas elektronik sumberdaya lahan Kabupaten Bantul yang disusun berisikan beberapa peta tematik yang berkaitan baik dari segi fisik maupun sosial ekonomi. Beberapa peta tematik yang disajikan dipilih dengan anggapan mampu mewakili kondisi sumberdaya lahan Kabupaten Bantul. Data yang meliputi data fisik dan sosial ekonomi didesain secara digital dengan kategori simbol abstrak. Jamilil Arkhaminingrum 2005, dalam penelitiannya yang berjudul “ Penyusunan Atlas Sumberdaya Wilayah Kab. Ponorogo dalam bentuk Atlas Elektronik” penelitian ini bertujuan untuk inventarisasi sumberdaya wilayah dan menyusun peta-peta fisik diantaranya adalah peta geologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta rawan bencana, peta penggunaan lahan, dll. Pada penelitian ini menggunakan data statistic dan informasi kebudayaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompilasi data sekunder dalam menghasilkan atlas elektronik sumberdaya wilayah Kab. Ponorogo. Ikhsan Prabowo 2008, menulis skripsi yang berjudul “Penyusunan Sistem Informasi Kemaritiman Indonesia Berbasis Web Kartografi” penelitian ini bertujuan menyusun sistem informasi kemaritiman dan melakukan analisis kartografis terhadap sistem infomasi kemaritiman. data yang digunakan merupakan data spasial (atlas sumberdaya kelautan dan peta digital Negara Republik Indonesia) dan data atribut. Penelitian ini merupakan penelitian informative dan menghasilkan sistem informasi kemaritiman spasial dan non-spasial. A. Besse Rimba 2009, dalam penelitiannya yang berjudul “ Penyusunan Atlas Elektronik Taman Nasional Taka Bonerate Kab. SelayarSulawesi Selatan” penelitian ini bertujuan untuk menyajikan potensi laut dan ancaman di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate dan menyajikannya
30
dalam bentuk atlas elektronik. Pada penelitian ini menggunakan data-data sekunder dari balai Taman Nasional Taka Bonerate dan COREMAP. Pembuatan atlas pada penelitian ini berbasis web agar atlas yang dihasilkan dapat lebih interaktif, informative dan komunikatif. Dalam desiminasi hasil penelitian ini disajikan melalui internet agar dapat diakses oleh siapapun dengan mudah, kapan dan di manapun. Prof.dr. F.J. Ormeling (2010) dalam papernya “Development of atlases and atlases for development” International seminar on “Strategis of Maps in Development” Fungsi Atlas pada media Kertas memiliki keterbatasan, sehingga sebaiknya harus dibuat dan diakses melalui daftar isi, indeks subyek yang terkandung oleh indeks dari nama tempat, daftar kata, referensi dan peta lain atau informasi lainnya. Setiap peta dapat ditambahkan beberapa
referensi
ke
peta
lain
sehingga
akan
menarik
untuk
membandingkannya. Untuk fungsionalitas Atlas digital dapat meningkat tajam: nama indeks topik dan lokasi anda langsung ke peta yang memenuhi persyaratan, dengan menggunakan mesin pencari. Sorot atau klik pada nama yang ada dalam daftar atau indeks, sehingga menampilkan peta yang menunjukkan nama objek pada skala terbesar yang tersedia. Di sisi lain, objek Mengklik pada peta akan memberikan nama: Atlas Kanada adalah contoh yang baik dari fungsi ini. Oleh karena itu perlu membuat nama pada peta. fitur lain yang terdapat pada alat digital untuk menghitung jarak, area permukaan, koordinat. Atlas narasi, Dalam pembuatan setiap Atlas, informasi harus dikumpulkan, keputusan yang akan diambil untuk memasukkan sesuatu atau tidak, memiliki teks tambahan atau ilustrasi atau tidak, dan keputusan ini hanya dapat dilakukan jika tujuan dari atlas jelas dinyatakan dan ditetapkan di muka. Konsep baru atlas, atlas selalu digunakan untuk penyimpanan informasi geografis. Atlas sekarang semakin digunakan sebagai perangkat untuk permintaan informasi geografis. Informasi lokasi yang terkait dengan keberadaan mereka dapat dilihat melalui peta, melalui media tematik atau
31
abjad. Atlas digital sangat mirip dengan sistem informasi geografis, perbedaannya adalah atlas didasarkan pada narasi dan memiliki tujuan komunikasi tertentu, berdasarkan set data yang telah dipilih dan telah diproses untuk menjadi sebanding, sedangkan sistem informasi geografis kurang selektif dan kurang terstruktur. Tetapi di atlas digital dapat menambahkan beberapa fitur GPS, dan yang memberikan kekuatan untuk bertindak sebagai geoprocessors, dengan peralatan pengukur geografis, dimana kita dapat mengukur pola atlas yang ada. Seperti yang terlihat dalam contoh dari atlas digital Swiss, Atlas juga dapat bertindak sebagai alat perendaman di dalam lingkungan kita. 1.6.
Kerangka Pemikiran Sumberdaya alam dan sumberdaya manusia merupakan aset negara yang
sangat penting sebagaimana telah diatur dalam UUD 1945 pasal 33 dimana pemerintah berkewajiban untuk mengelola sumberdaya alam tersebut untuk kemakmuran rakyat. Sumberdaya alam terbagi menjadi dua yaitu semberdaya alam yang dapat diperbaharui dan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui ketersediaannya cukup terbatas dan hal ini tidak sebanding dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat. Oleh karena itu kegiatan untuk menginventarisasi terhadap potensi sumberdaya alam perlu dilakukan kegiatan perencanaan, pengelolaan dan pengembangan dalam berbagai macam sektor. Kegiatan inventarisasi ini harus terkoordinasi baik di tingkat nasional maupun daerah. Hal ini didukung dengan dikeluarkannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah akan mempunyai implikasi yang besar bagi pembangunan pemerintahan daerah, dimana masing-masing daerah mempunyai kebebasan untuk mengembangkan potensi sumberdaya wilayahnya. Berbagai macam potensi sumberdaya wilayah ini membutuhkan suatu sistem dan media informasi yang tepat dan efektif yang mengembangkan pola prosedur untuk mengumpulkan dan mendata potensi sumberdaya wilayah berikut menyebarluaskannya kepada mereka yang membutuhkan informasi tersebut.
32
Melalui media informasi tersebut diharapkan terbentuk suatu jaringan informasi dan komunikasi antara pusat dan daerah serta antar daerah lainnya secara timbal balik dalam rangka mendukung pembangunan nasional serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Atlas elektronik sumberdaya wilayah yang merupakan kumpulan data digital dari sejumlah peta dengan ilustrasi, informasi, tabel dan teks, dapat sebagai salah satu alternatif media informasi untuk memvisualisasikan informasi potensi wilayah tersebut. Atlas elektronik sumberdaya wilayah dapat menggabungkan indikator statistikal, sejumlah tabel, teks dan grafik, sejumlah peta, gambar, dan video secara penuh, efektif dan mampu menyajikan presentasi yang dapat memberikan kenyamanan para pengguna atlas dengan baik. Atlas elektronik dapat dikatakan sebagai suatu sistem informasi data secara interaktif dari basis data spasial dan nonspasial. Penyusunan atlas elektronik sumberdaya wilayah ini dimulai dengan tahap pengumpulan data mengenai daerah penelitian. Data yang dikumpulkan berupa peta-peta serta data statistik yang menyangkut potensi sumberdaya wilayah daerah penelitian yaitu sebagai berikut : 1.
Peta RBI skala 1: 250.000
2.
Peta kemiringan lereng skala 1:100.000
3.
Peta ketinggian tempat skala 1:100.000
4.
Peta jenis tanah skala 1:100.000
5.
Peta curah hujan skala 1:100.000
6.
Peta penggunaan lahan skala 1:100.000
7.
Peta kependudukan skala 1:100.000
8.
Peta kerawanan bencana skala 1:100.000
9.
Data statistik “Kutai Kartanegara dalam angka 2009”
10. Informasi kebudayaan dan pariwisata berupa foto, video, leaflet, dan buku sejarah kebudayaan Kutai Kartanegara Data tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait seperti Bappeda Kabupaten Kutai Kartanegara, BPS, Dinas Pertambangan dan Dinas Pariwisata & Kebudayaan. Data yang sudah terkumpul kemudian
33
diklasifikasikan sesuai kategori yang telah dibuat dengan struktur basis data tertentu seperti nama obyek, posisi absolut dan relatif, jenis dan kategori obyek, keterangan. Kegiatan ini menghasilkan basis data tematis potensi sumberdaya wilayah untuk selanjutnya disain simbol informasi potensi sumberdaya wilayah dapat dibuat. Data peta dibuat dengan melakukan digitasi terhadap dari peta RBI sebagai peta dasar. Setelah digitasi peta dilakukan kemudian dilakukan editing untuk membenahi dan membentuk tipologi peta. Proses transformasi selanjutnya dilakukan terhadap tipologi peta untuk memperoleh orientasi dan koordinat spasial yang benar. Rangkaian kegiatan ini menghasilkan peta dasar digital yang memuat informasi dasar berupa jalan, sungai/pola aliran, batas administrasi dan toponimi. Digitasi peta juga dilakukan pada peta-peta tematik sekunder yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Kutai Kartanegara, serta peta-peta hasil pengolahan data statistik. Integrasi antara data grafis (peta dasar dan peta tematik digital) dengan data atribut dapat dilakukan hingga membentuk suatu basis data yang komprehensif. Proses integrasi ini juga melakukan penempatan simbol informasi potensi sumberdaya wilayah berdasarkan posisi keruangannya di lapangan ke dalam peta dasar dan tematik digital. Proses selanjutnya adalah proses pemrograman dan disain visual atlas. Berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian yang dilakukan, menetapkan relasi antar data yang terkait, membuat hirarki data yang telah ditetapkan, serta menyusun dan menetapkan disain visual atlas. Dari disain basis yang telah ditetapkan, menyusun dan menyiapkan sistem manajemen basis data untuk mendukung terselenggaranya sistem
informasi basis data atlas yang lebih
komprehensif, terpadu, komunikatif, informatif, interaktif dan berkelanjutan. Langkah akhir dari proses pembuatan atlas elektronik sumberdaya wilayah ini adalah tahap penyajian data dan atau visualisasi. Mekanisme penyajian atlas disusun sedemikian rupa hingga terbentuk e-atlas yang disimpan dalam media CD-ROM. Pada proses disain visual ditujukan untuk membuat suatu bentuk
34
visualisasi/tampilan yang menarik dari atlas yang disusun dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini : 1. Disain dan konstruksi peta 2. Disain dan konstruksi atlas 3. Disain visualisasi atlas 4. Disain otomatisasi atlas
35