BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP sebagai seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi, bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan
tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional yang sesuai dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh karena itu KTSP disusun dan dikembangkan oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum selain berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (Idi, 2011). Panduan pengembangan kurikulum yang disusun BSNP antara lain supaya dapat memberi kesempatan peserta didik untuk belajar: 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) memahami dan menghayati; 3) mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; 4) hidup bersama dan berguna
untuk orang lain; 5) membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (BSNP,2006). Standar isi (SI) mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, dan dijelaskan pada lampirannya.
Pada lampiran Permendiknas terdapat 16 mata pelajaran untuk
tingkat SMA kelas X , untuk kelas XI dan XII IPA atau IPS ada 13 mata pelajaran. Diantara mata pelajaran di atas terdapat mata pelajaran matematika dan mata pelajaran fisika yang akan diteliti dalam penelitian ini. Terutama pada susunan urutan kompetensi dasar dari kedua mata pelajaran tersebut. Berdasarkan
kajian
kebijakan
kurikulum
yang
dilakukan
oleh
Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum 2007. Baik untuk kurikulum mata pelajaran matematika maupun untuk kurikulum mata pelajaran IPA (fisika) Terdapat beberapa kekurangan atau kelemahan pada naskah Standar Isi, berkaitan dengan sistematika, kedalaman dan keluasan SK-KD, keterkaitan antara SK dengan KD, proporsi dan distribusi kompetensi atau materi, dan penggunaan bahasa (Depdiknas, 2007). Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006. Standar Kompetensi Lulusan
SMA/MA secara umum dikembangkan berdasarkan tujuan yakni:
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Materi pelajaran mengacu pada SKL. Satuan pendidikan dapat mengembangkan KTSP dengan tidak mengurangi isi dari SKL setiap mata pelajaran (Idi, 2011). Di SMA mata pelajaran fisika dikembangkan dengan mengacu pada pengembangan fisika yang bertujuan mendidik peserta didik (siswa) agar mampu mengembangkan observasi dan eksperimentasi serta berpikir taat asas. Hal ini didasari oleh tujuan fisika, yakni mengamati, memahami, dan memanfaatkan gejala-gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi. Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini lebih ditekankan pada melatih kemampuan berpikir eksperimental yang mencakup tata laksana percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan dalam pengukuran baik di dalam laboratorium maupun di lingkungan kehidupan siswa (Permen 22, 2006). Pelajaran Fisika sebagai salah satu ilmu yang membahas gejala dan perilaku alam, sepanjang dapat diamati oleh manusia. Cara mengungkapkannya tidak saja kualitatif tetapi juga kuantitatif. Dengan demikian ada empat cara memahami ilmu fisika tersebut. Pertama kita memerlukan kejelasan tentang matra atau wadah gejala dan prilaku alam itu berlangsung. Kedua kejelasan tentang objek yang menjadi fokus bahasan. Ketiga, kita perlu kenal alat dan media yang akan digunakan untuk menangkap gejala dan prilaku alam tersebut, dan keempat adalah bahasa
yang digunakan untuk
mengungkap
prilaku alam tersebut.
Bahasa yang digunakan untuk mengungkap peristiwa alam tersebut adalah bahasa matematika (Wanhar, 2008).
Selanjutnya, dengan kemampuan matematis yang dimiliki lewat pelajaran matematika di SMA dan jenjang sebelumnya, peserta didik dilatih untuk mengembangkan kemampuan taat asas. Kemampuan berpikir ini dilatih melalui pengelolaan data yang kebenarannya tidak diragukan lagi untuk selanjutnya dengan menggunakan perangkat matematis dibangunlah konsep, prinsip, hukum, teori, dan postulat. Sejalan dengan uraian di depan, pelajaran matematika merupakan penunjang pelajaran fisika (Wanhar, 2008). Pelajaran matematika berfungsi mengembangkan
kemampuan
menghitung,
mengukur,
menurunkan
dan
menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam pelajaran fisika melalui materi pengukuran, geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri. Pelajaran matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel yang diperlukan untuk membangun konsep, prinsip, hukum, teori, dan postulat pada pelajaran fisika. Sehingga kemampuan matematis yang diperlukan pada suatu pokok materi pelajaran fisika telah dipelajari oleh siswa terlebih dahulu dari pelajaran matematika. Berdasarkan fakta banyak siswa yang kesulitan menyelesaikan soal-soal fisika karena pemahaman konsep matematikanya yang rendah. Sebagian orang mengangap matematika sulit, karena
matematika memerlukan banyak
pemahaman konsep-konsep matematika yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga diperlukan kecerdasan lebih, apalagi jika ingin menggunakan dan menghubungkannya dengan bidang lain. Disiplin ilmu yang
paling banyak menggunakan matematika adalah fisika. Jika seseorang ingin mengusai fisika maka harus kuat pemahaman konsep matematikanya (Wanhar, 2008). Keterkaitan yang sedemikian besar antara
matematika dengan fisika
menuntut penyusunan KD pelajaran matematika dengan KD pelajaran fisika pada kurikulum sekolah sesuai. Artinya urutan KD pelajaran matematika saling menunjang dengan KD pelajaran fisika, saling menunjang sehingga tercipta kurikulum yang lebih memudahkan siswa untuk mempelajari kedua mata pelajaran ini. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kurikulum yang berlaku mulai tahun 2006 sampai sekarang ini tidak demikian. Ada kurang keharmonisan antara urutan KD matematika dengan urutan KD fisika. Karena kemampuan matematika yang dibutuhkan sebagai prasyarat pada KD fisika banyak yang belum diajarkan pada pelajaran matematika atau sebaliknya, misalnya KD 1.1 yang berbunyi “Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor” pada mata pelajaran fisika di ajarkan pada kelas XI semester ganjil padahal kemampuan matematika tentang vektor baru di ajarkan di pelajaran matematika pada kelas XII semester ganjil yaitu KD 3.4 yang berbunyi “ Menggunakan sifat-sifat dan operasi aljabar vektor dalam pemecahan masalah”. Ini menunjukan penempatan KD tentang analisis gerak dengan menggunakan vektor dari pelajaran fisika kurang sesuai, perlu menyesuaikan dengan penenpatan KD tentang vektor pada pelajaran matematika atau sebaliknya, penempatan KD tentang vektor pada pelajaran matematika menyesuaikan dengan penempatan KD tentang tentang analisis gerak dengan menggunakan vektor dari pelajaran fisika.
Ketidaksesuaian seperti di atas dan hasil dari kajian kebijakan kurikulum matematika dan IPA mendorong penulis untuk menganalisis urutan standar isi pada tingkat SMA khususnya untuk pelajaran fisika dan pelajaran matematika agar didapatkan urutan KD matematika dan fisika yang saling menunjang sehingga memudahkan siswa dalam belajar mata pelajaran fisika dan matematika. B. Rumusan Masalah. Masalah yang akan diketengahkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana urutan KD mata pelajaran matematika pada standar isi tingkat SMA? 2. Bagaimana urutan KD mata pelajaran fisika pada standar isi tingkat SMA? 3. Bagaimana urutan yang sesuai antara KD mata pelajaran matematika dengan KD mata pelajaran fisika pada standar isi tingkat SMA? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis urutan KD mata pelajaran matematika pada standar isi tingkat SMA. 2. Menganalisis urutan KD mata pelajaran fisika pada standar isi tingkat SMA. 3. Mengetengahkan model urutan yang sesuai antara KD mata pelajaran matematika dengan KD mata pelajaran fisika pada standar isi tingkat SMA. D. Manfaat Penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat memilki manfaat untuk: 1. Menyediakan pengetahuan berbasis riset bagi para pemegang otoritas dan praktisi pendidikan tentang analisi urutan KD mata pelajaran matematika dan fisika pada standar isi tingkat SMA.
2. Bahan pertimbangan untuk pengembangan Kurikulum mata pelajaran matematika dan fisika pada satuan pendidikan khususnya SMA. E. Batasan Masalah. Analisis ini hanya pada standar isi tingkat SMA untuk mata pelajaran matematika jurusan IPA dan mata pelajaran fisika. F. Penegasan Istilah. Ada Istilah yang mesti dilakukan penegasan untuk menyamakan persepsi di dalam penelitin ini. 1. Kesesuaian Urutan Sistematika yang saling menunjang antara Kd mata pelajaran matematika dengan fisika, sehingga tercipta keterkaitan antara kedua mata pelajaran matematika dan fisika yang saling menunjang sehingga tercipta kurikulum yang lebih memudahkan siswa untuk mempelajari kedua mata pelajaran ini khususnya dan pelajaran yang lainnya pada umumnya. 2. KD (Kompetensi Dasar) Kompetensi minimal yang harus dipahami oleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar 3. Standar Isi Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006.