BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis Global yang belum mereda sangat mempengaruhi Industriindustri di India, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, Thailand, Vietnam dan juga bagi Indonesia. Hal ini terlihat dari terjadinya kecenderungan penurunan harga batu bara (Gambar 1.1). Penyebab penurunan harga batu bara diakibatkan oleh berkurangnya permintaan batu bara oleh Tiongkok dan India sebagai negara pengimpor batu bara terbesar di Dunia. Tiongkok menggunakan batu bara untuk bahan bakar pabrik elektronik
yang akan
diekspor ke
Eropa.
Adanya
krisis
global
mengakibatkan daya beli masyarakat Eropa akan produk ekspor Tiongkok berkurang, hal ini menyebabkan Tiongkok mengurangi permintaan batu bara, sehingga stock batu bara pun berlebih dan harga menurun.
Sumber: Data Internal PT.KPP
Gambar 1.1: Index Harga Batu bara NewCastle 1
Melihat trend penurunan harga batu bara yang terjadi sejak tahun 2012 hingga tahun 2015, masih terdapat ketidakpastian harga batu bara pada tahun 2016. Produksi batu bara memerlukan alat berat yang diimport dari Jepang. Untuk menaikkan devisa negara pasca bencana Tsunami, Jepang sebagai produsen alat berat telah menaikkan harga jual alat berat. Hal tersebut mengakibatkan naiknya biaya depresiasi, biaya perawatan, dan biaya perbaikan alat berat. Dampak dari masalah tersebut adalah kenaikan harga material pendukung seperti minyak pelumas, bahan peledak, tyre. Sebagai
gambaran,
harga
jasa
pengupasan
tanah
penutup
(overburden) untuk menghasilkan batu bara di Indonesia pada tahun 2003 adalah 1,25 s.d. 1,75 USD/BCM/Km sedangkan untuk tahun 2007 hingga 2011 meningkat hingga 2,25 s.d. 2,75 USD/BCM/Km. Menurut pengamat yang terdiri dari kalangan industri pertambangan, perbankan, akademisi dan jurnalis yang bergabung dalam konferensi coaltrans Asia ke-16 di Bali tahun 2014, bahwa krisis masih akan mempengaruhi industri batu bara dan diperkirakan belum ada kenaikan harga. Sedangkan menurut data world bank commodity price, mereka telah memperkirakan forecasting harga batu bara Australia akan mulai naik di tahun 2016 (Gambar 1.2)
2
Sumber: Data Word Bank Coal Price
Gambar 1.2: Forecast Harga Batu bara Australia
Adanya fakta dan analisa forecast harga batu bara diatas berakibat pada adanya penurunan aktivitas tambang akibat optimalisasi cost yang dikeluarkan. Menurut Dewanto (2011), dampak negatif yang paling dirasakan adalah pada tambang-tambang dengan nilai kalori yang rendah. Beberapa diantaranya adalah : 1. Pemilik tambang low CV dengan stripping Ratio di atas 5 akan koma. 2. Pemilik tambang high CV dengan stripping ratio di atas 10 akan koma juga. 3. Pemilik tambang yang tidak kuat modal akan menutupi tambangnya. 4. Pasar ekspor terpukul demikian juga domestik lambat laut terkoreksi juga sehingga volumenya berkurang.
3
Pihak pemilik tambang (owner) dalam menghadapi penurunan harga batu bara melalukan upaya dan strategi seperti pada Tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1: Strategi Pemilik Tambang Pada Saat Harga Batu bara Rendah
Sumber: Data Internal PT. KPP
PT. KPP merupakan kontraktor tambang batu bara, anak perusahaan dari PT. PAMA yang diperuntukan di segment medium
(Gambar 1.3)
mempunyai ijin usaha kontraktor tambang, pelabuhan, kontruksi jalan
4
tambang. Segmentasi PT. KPP dibandingkan kontraktor tambang batu bara lainnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Data Internal PT. KPP
Gambar 1.3: Segmentasi Kontraktor Batu bara Indonesia
Segmentasi diatas dibedakan menjadi dua kategori segmen yaitu segmen Broad merupakan kontraktor dengan produksi skala besar dengan pemilik tambang besar seperti PT. Adaro Indonesia, PT. Kideco Jaya Agung, PT. Arutmin, PT. Kaltim Prima Coal (KPC), PT. PTBA, sedangkan kategori narrow merupakan volume produksi skala kecil dan merupakan kontraktor dengan pemilik tambang kecil. PT. KPP sebagai kontraktor tambang batu bara yang berada di segmen narrow sangat merasakan dampak penurunan harga batu bara, seiring harga batu bara turun, pemilik tambang menegosiasi harga jasa kontraktor, sehingga profitabilitas PT. KPP sebagai kontraktor berkurang, untuk menaikan profitabilitas kembali, maka harus dilakukan efisiensi biaya di semua lini dengan cara yang bijak penuh kearifan sosial dan lingkungan. 5
Perusahaan saat ini sudah melakukan optimalisasi operasional yang begitu ketat dan merasa sudah berada pada limit penekanan biaya yang paling rendah (Gambar 1.4). Namun kondisi harga yang stuck pada posisi kisaran bawah ini menyebabkan usaha kontraktor tambang tidaklah cukup dan harus lebih keras lagi menemukan strategi-strategi operasional.
Sumber: Data Internal PT.KPP
Gambar 1.4: Total Biaya Kontraktor terhadap Pendapatan dan Profit PT. KPP telah melakukan efisiensi dimana biaya penambangan per ton sudah menurun, namun karena adanya negosiasi harga dari pemilik tambang menyebabkan profitabilitas (GPM) juga menurun, Upaya menaikan produksi dengan bernegosiasi dengan pemilik tambang yaitu target produksi di tahun 2015 naik sebesar 150% dari target produksi 2014 diharapkan dapat menurunkan biaya per-ton, namun PT. KPP perlu mewaspadai jika pemilik tambang tidak mampu berjualan dengan harga batu bara yang rendah sehingga terjadi penumpukan stock batu bara di ROM dan beimbas alat KPP tidak bisa diutilisasi secara optimal. Sudah menjadi 6
kewajiban Bisnis Development untuk mencari area baru untuk menutilisasikan kelebihan alat jika target kenaikan produksi di tahun 2015 tidak terealisasi sedangkan alat produksi telah tersedia. PT. KPP menyadari akan kebutuhan pemilik tambang, yaitu pengurangan biaya untuk membayar kontraktor, agar pemilik tambang masih bisa mendapat keuntungan dari harga jual batu bara yang rendah. PT. KPP terbuka untuk negosiasi diskon harga yang diminta oleh pemilik tambang. PT. KPP melakukan berbagai efisiensi dan peningkatan produktivitas agar bisa menggantikan profit yang berkurang karena pemberian diskon tersebut. PT. KPP mempunyai beberapa proyek dengan masing-masing proyek mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, terkait jenis alat, kedalaman dan jarak yang menghasilkan biaya penambangan yang berbeda-beda pula. Selain itu perbedaan biaya dikarenakan oleh adanya nilai Stripping Ratio yang berbeda tergantung kalori batu bara, perlakuan pembersihan batu bara yang berbeda dan biaya sewa lahan yang berbeda-beda, serta jumlah royalty yang berbeda pula terkait kalori batu bara. Perhitungan untuk masing-masing proyek PT. KPP harus dilakukan untuk mengetahui daya tahan masing-masing proyek PT. KPP pada Index Harga berapa akan stop operasi dan berapa besarnya diskon yang masih bisa diberikan oleh PT. KPP.
1.2. RUMUSAN MASALAH Sebagai kontraktor tambang, pada saat harga batu bara turun ikut merasakan dampaknya yaitu pemilik tambang meminta diskon harga jasa 7
penambangan kepada kontraktor yang mengakibatkan profitabilitas PT. KPP sebagai kontraktor menurun (Gambar 1.5).
Sumber: Data Internal PT. KPP
Gambar 1.5: Pertumbuhan KPP 2003-2014 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis mengambil perumusan masalahnya adalah pada saat trend harga batu bara turun upaya apa yang bisa dilakukan PT. KPP untuk bisa bertahan, dan sampai harga turun ke Index berapa, masing-masing proyek PT. KPP masih bisa hidup, ataupun akan stop operasi hingga harga batu bara kembali normal.
1.3. PERTANYAAN PENELITIAN Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan: 1.
Bagaimana ketahanan masing-masing proyek PT. KPP terhadap perubahan harga batu bara, sampai harga batu bara berapa, proyek tersebut tidak akan dihentikan?
2. Bagaimana agar sumber daya yang ada dapat dioptimalkan sehingga dapat menurunkan biaya operasional? 8
3.
Bagaimana ketahanan masing-masing proyek PT. KPP terhadap perubahan harga batu bara setelah melaksanakan optimasi sumber daya?
1.4. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui ketahanan masing-masing proyek PT. KPP terhadap perubahan harga batu bara, sampai harga batu bara berapa proyek tersebut tidak akan dihentikan. 2. Untuk menentukan rekomendasi agar sumber daya yang ada dapat dioptimalkan sehingga dapat menurunkan biaya operasional. 3. Mengetahui ketahanan masing-masing Proyek PT. KPP terhadap perubahan harga batu bara setelah melaksanakan optimasi sumber daya.
1.5. MANFAAT PENELITIAN Kegunaan akademis dari penelitian ini di harapkan : Mendemostrasikan alat-alat untuk optimasi sumber daya dengan Optimum Fleet Recommendation. Kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan : Mengetahui sensitivitas perubahan harga batu bara terhadap alokasi sumber daya yang berdampak pada profitabilitas proyek, implikasi dari analisis ini dapat digunakan untuk seleksi proyek kapan harus terus beroprasi atau dihentikan hingga harga membaik. 9
1.6. BATASAN PENELITIAN Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pada tambang terbuka, yang membahas kelayakan bisnis PT. KPP pada saat harga batu bara menurun, Manajemen PT. KPP akan menutup proyek apabila Gross Profit Margin kurang dari 8,00% 1.7. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penelitian ini akan disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1. PENDAHULUAN Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Pertanyaan
Penelitian,
Tujuan
Penelitian,
Manfaat
Penelitian,Batasan Penelitian dan Sistematika Penulisan BAB 2. LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang yang digunakan pada bab-bab berikutnya. BAB 3. METODOLOGI Bab ini membahas perihal Desain Penelitian, Definisi Istilah, Populasi dan Sampel, Instrumen Penelitian, Pengumpulan Data, dan Metode Analisa Data BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini membahas Data, Pengujian Data dan Pembahasan BAB 5. SIMPULAN, KETERBATASAN, & IMPLIKASI Bab ini membahas Simpulan dan saran penelitian 10