1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Pada dasarnya keberadaan bangun usaha di Indonesia terdiri dari Badan Usaha
Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta dan Badan Usaha Koperasi. Khusus badan usaha koperasi di Indonesia bahwa koperasi sebagai institusi (lembaga) bertumbuh atas dasar solidaritas tradisional dan kerjasama antar individu yang berkembang sejak awal sejarah manusia sampai pada awal Revolusi Industrial di Eropa pada akhir abad XVIII. Selama abad XIX sering disebut sebagai Koperasi Historis atau Koperasi Pra-Industri. Koperasi Modern didirikan pada akhir abad XVIII, terutama sebagai jawaban atas dasar munculnya masalah-masalah sosial pada tahap awal Revolusi Industri. Sedangkan di Indonesia sendiri bahwa ide-ide perkoperasian diperkenalkan pertama kali oleh Patih di Purwokerto Jawa Tengah yaitu R. Aria Wiraatmadja pada tahun 1896 dengan mendirikan sebuah Bank untuk Pegawai Negeri yang selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode. Tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan Verordeing op de Coopratieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling Indandschhe Cooperatiev. Sebagaimana Visi Kementerian Koperasi dan UKM dengan mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 09/M/2005 tanggal 31 Januari 2005 bahwa kedudukan Kementerian Koperasi dan UKM adalah unsur pelaksana pemerintah dengan tugas membantu Presiden untuk mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pemberdayaan Koperasi dan UMKM 1
2
di Indonesia. Tugas Kementerian Koperasi dan UKM adalah merumuskan kebijakan dan mengkoordinasikan perencanaan, pemantauan serta pengendalian pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. Sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsinya Kementerian Koperasi dan UKM telah menetapkan visi, yaitu: “Menjadi Lembaga Pemerintah yang kredibel dan efektif untuk mendinamisasi pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian”. Sedangkan rumusan misi Kementerian Koperasi dan UKM secara umum adalah “Memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional melalui perumusan kebijakan nasional; pengkoordinasian perencanaan pelaksanaan dan pengendalian kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM; serta peningkatan sinergi dan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi dan UMKM secara sistematis, berkelanjutan dan terintegrasi secara nasional.” Sebagaimana Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Timur 2005 – 2025 tentang Visi yang menyatakan bahwa Jawa Timur 2025 sebagai pusat agribisnis terkemuka berdaya saing dan berkelanjutan dan Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJIM) 2009 – 2014 yang menyatakan terwujudnya Jawa Timur yang makmur dan berakhlak dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan Visi dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) Provinsi Jawa Timur pada thun 2009 – 2014 adalah terdepan dalam pemberdayaan KUMKM yang mandiri dan berdaya saing di Jawa Timur. Seperti misi yang tertuang dalam RPJM 2009 – 2014 Provinsi Jawa Timur adalah mewujudkan makmur bersama wong cilik melalui APBD untuk rakyat, sedangkan misi dan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur adalah (1)
3
meningkatkan profesionalisme aparatur dalam mewujudkan pelayanan publik dalam pemberdayaan Koperasi dan UMKM, (2) melaksanakan pemberdayaan organisasi dan tatalaksana koperasi secara profesional didukung dengan penyuluhan, advokasi, hukum
dan
pengawasan
yang
baik
menuju
koperasi
berakuntabilitas,
(3) meningkatkan pangsa usaha koperasi yang mandiri dan berdaya saing, (4) meningkatkan kinerja Koperasi Simpan Pinjam (KSP) / Unit Simpan Pinjam (USP) koperasi yang sehat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggota, (5) mewujudkan UMKM yang mandiri dan berdaya saing, serta (6) meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia dalam merancang dan mengembangkan model pendidikan dan pelatihan. Strategi pembangunan di Jawa Timur yang dicanangkan adalah berbentuk piramida yakni mulai paling dasar sampai dengan puncak piramida yang mencakup, antara lain: (1) pro-poor: program gema sejahtera (misalnya gerdu taskin); (2) projob: revitalisasi bertaraf internasional, UPT, ISO, Diklat kemasyarakatan wirausaha baru; (3) pro-gender: pembentukan LKM Koperasi Wanita; dan (4) pro-growth: regulasi investasi, grahadi untuk gathering usaha besar. Sebagai arah kebijakan pemberdayaan Koperasi dan UMKM melalui Perda No.4 Tahun 2007 tentang pemberdayaan Koperasi dan UMKM, peraturan Gubernur No.38 Tahun 2009 tentang RPJMD Provinsi Jawa Timur, dan Renstra Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur. Program prioritas yang dijadikan pijakan pola pelaksanaan adalah (1) pemberdayaan usaha mikro, (2) penciptaan iklim usaha yang kondusif, dan (3) peningkatan kualitas kelembagaan koperasi. Sebagai program penunjang yang mengikutinya adalah menjadi urutan (4) pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil menengah, (5) pengembangan sistem pendukung usaha kecil menengah. Sementara itu bahwa program kegiatan prioritas Dinas
4
Koperasi dan UMKM di Jawa Timur dengan menggerakkan sektor riil meliputi: (1) pembentukan LKM Koperasi (sebagai lanjutan program tahun 2009) dengan sasaran 4.250 LKM @ Rp. 25 juta; (2) Gema Sejahtera (Ex. Gerdu Taskin) dengan sasaran 250 kelompok @Rp.15 Juta; (3) pengembangan usaha sektor riil (pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, dan industri) dengan sasaran 52 koperasi; dan (4) KSP / USP Koperasi dengan sasaran 22 KSP / USP Koperasi yang secara keseluruhan berupa bantuan permodalan. Sedangkan program kegiatan prioritas yang berupa kegiatan pemberdayaan untuk menggerakkan sektor riil dapat dilakukan melalui, antara lain: (1) sertifikasi Haki Produk UMKM sebanyak 2.000 UMKM; (2) promosi produk UMKM internasional, nasional dan regional sebanyak 100 UMKM; (3) Diklat kemasyarakatan / keterampilan anggota Koperasi Wanita sebanyak 2.000 orang; (4) Diklat keterampilan UMKM dan WUB (Wirausaha Baru) sebanyak
10.000
orang;
(5)
pemberdayaan
klinik
UMKM
sebanyak
38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Kondisi obyektif dari realitas perkoperasian di Kota Surabaya berdasarkan data per akhir tahun 2011 dari Kantor Dinas Koperasi dan UMKM Pemerintah Kota Surabaya menunjukkan lebih dari 1.517 Badan Usaha Koperasi. Dari jumlah yang terdaftar itu menunjukkan bahwa Koperasi yang yang aktif (dalam arti melakukan secara konsisten RAT dan RK/RAPB) adalah sebanyak 1.183 Koperasi. Bilamana dilihat dari besarnya volume usaha yang telah dapat dicapai per januari 2011 adalah sebesar Rp. 1.688.191.043.000,- dan banyaknya anggota koperasi yang masih aktif (dalam arti terdaftar di Kantor Dinas KUMKM Kota Surabaya) adalah 242.830 orang. Selain itu berdasarkan data dan informasi awal yang diperoleh dari Kantor Dinas KUMKM Kota Surabaya awal januari 2011 terdapat sebanyak 188 Badan Usaha Koperasi memiliki aset di atas Rp. 1 milyar. Sebagai kategori kinerja koperasi dilihat
5
dari kesehatannya dikelompokkan menjadi koperasi sehat dan cukup sehat. Adapun kinerja keuangan dilihat dari komposisi modal sendiri dan modal luarnya sebagian besar modal sendiri kurang dari 40 %, sehingga 60 % lebih banyak tergantung pada modal luar. Hal ini perlu kehati-hatian dalam melakukan manajemen kinerja koperasi bilamana suatu ketika modal luar yang lebih banyak dipergunakan mendekati jatuh tempo untuk pengembaliannya. Kinerja manajemen koperasi yang bukan keuangan juga tidak kalah pentingnya yakni adanya gejala kecenderungan tidak bertambahnya anggota koperasi yang juga menjadi perhatian bagi pengurus, karena berkurangnya anggota koperasi dapat mengindikasikan tidak baiknya kinerja koperasi dan banyak faktor yang menjadi penyebabnya, antara lain: pemberian pelayanan kepada anggota, unit-unit usaha yang tersedia masih belum efektif untuk memenuhi kebutuhan anggota, persaingan koperasi dengan lembaga keuangan bukan bank dalam pemberian pinjaman kepada masyarakat, dan masih banyak lagi faktor penyebab lainnya. Kota Surabaya sebagai salah satu kota nomor dua di Indonesia dan menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Timur yang pada tahun 2010 telah mencapai prestasi mengesankan dalam ranah perkoperasian di tingkat nasional yakni sebagai salah satu kota penggerak koperasi. Hal ini ditandai dengan beberapa koperasi di kota Surabaya telah dapat meraih prestasi tertinggi di tingkat nasional, disamping itu bahwa kota Surabaya memiliki jumlah koperasi terbanyak diantara kota / kabupaten di Jawa Timur. Sebagaimana Visi Kota Surabaya yang lebih menekankan pada Kota Jasa dan Perdagangan, sudah semestinya koperasi mengikutinya dengan berusaha mendirikan unit-unit usaha di bidang jasa dan perdagangan, disamping harus memenuhi kebutuhan anggotanya. Pengertian jasa dalam hal ini tidak selalu diterjemahkan dengan usaha simpan pinjam saja, tetapi bisa juga beraneka jasa yang masih banyak
6
dan perlu didiversikasikan oleh badan usaha koperasi. Begitu juga perdagangan, dalam hal ini tidak selalu diterjemahkan dengan usaha pertokoan saja, tetapi bisa juga unit-unit usaha eceran atau grosir yang masih memungkinkan untuk dilakukan sebagai unit usaha koperasi. Namun demikian, kesemuanya itu harus bertumpu pada kebutuhan anggota koperasi dan perlu mengantisipasi gaya hidup anggota dengan semakin banyaknya pasar-pasar modern yang tumbuh dan berkembang di kota Surabaya. Kesemuanya itu menuntut pengurus dan pengelola koperasi sebagai pimpinan badan usaha koperasi yang dewasa ini perlu adanya pergeseran paradigma di dalam melakukan pengelolaan
yakni dari paradigma sosial kemasyarakatan bergeser
menjadi kearah paradigma bisnis yang profesional dengan tanpa meninggalkan jati diri koperasi dan harus memperhatikan kebutuhan anggota yang sejatinya selain menjadi konsumen internal sekaligus menjadi pemilik badan usaha koperasi. Hal ini perlu dilakukan oleh pengurus karena tingkat persaingan badan usaha swasta semakin banyak dan semakin kreatif serta inovatif di dalam menjalankan usahanya. Untuk itulah kinerja badan usaha koperasi dapat dicapai dengan sebaik-baiknya yang salah satu pilihannya terfokus pada pengurus yang memiliki pola kepemimpinan handal. Pola kepemimpinan yang handal dengan diikuti komitmen yang kuat sangat diperlukan untuk mengelola badan usaha koperasi yang pada dasarnya terdiri dari banyak orang sebagai anggota yang butuh dilayani secara baik di satu pihak, dan di pihak lain mampu mensejahterakan anggotanya melalui pengelolaan organisasi secara profesional agar dapat dicapai kinerja koperasi yang baik. Sebagai pengungkit penting untuk melakukan perumusan masalah penelitian, dikemukakan hasil penelitian kinerja organisasional yang berhubungan dengan salah satu pola kepemimpinan transformasional, dan komitmen organisasional yang tinggi
7
berdampak pada kinerja organisasional. Perlunya kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasional dengan mediasi yang berorientasi kewirausahaan akan mempengaruhi kinerja organisasional. Hasil penelitian yang terkait dengan kinerja organisasional dan dipengaruhi oleh kepemimpinan transformasional, komitmen organisasional dengan berorientasi kewirausahaan akan menjadi tumpuan penting untuk merumuskan masalah penelitian. Setelah rumusan penelitian dikemukakan, kemudian diketengahkan pula tujuan penelitian yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah penelitian dan dilanjutkan dengan manfaat penelitian serta ruang lingkup penelitian. Salah satu hasil penelitian kepemimpinan transformasional yang telah dilakukan oleh Kuepers (2010) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional yang ditunjukkan oleh setiap individu dalam praktik sebagai pemimpin dengan menterjemahkan maksudnya sendiri secara estetika terpadu dengan pengikutnya. Namun demikian, dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa hasil kinerja organisasi secara menyeluruh masih belum memuaskan, kendatipun ada beberapa bidang dalam fungsi organisasi kinerjanya sudah baik. Hasil penelitian ini dapat dikatakan tidak konsisten antara kinerja organisasi untuk semua bidang fungsi organisasi dengan kepemimpinan transformasional yang telah dilakukan. Hasil penelitian yang telah dilakukan Avolpo, Zhu, Koh dan Bhatia ( 2004) yang menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional secara signifikan mempengaruhi komitmen organisasional melalui mediasi pemberdayaan psikologikal, dan dapat juga mempengaruhi kinerja bidang-bidang fungsional dalam organisasional melalui moderator yang kuat dengan adanya rentang kendali secara struktural dalam organisasi perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa kinerja organisasi
perusahaan
secara
langsung
tidak
signifikan
dipengaruhi
oleh
8
kepemimpinan transformasional. Jadi kinerja organisasi perusahaan dipengaruhi oleh kepemimpinan transformasional adalah tidak tidak konsisten, dan akan konsisten bilamana
melalui
mediasi
komitmen
organisasional
dengan
pemberdayaan
psikologikal. Dengan demikian bahwa kinerja perusahaan tidak dipengaruhi secara langsung oleh kepemimpinan transformasional. Namun demikian, bilamana dikaitkan dengan kinerja untuk masing-masing bidang fungsional ternyata kepemimpinan transformasional secara signifikan ada juga yang berpengaruh terhadap kinerja, walaupun tidak semua bidang fungsional dalam perusahaan itu konsisten semuanya bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerjanya. Hasil penelitian tentang pola kepemimpinan diri sendiri (self-leadership) yang secara tegas dikemukakan oleh Neck, Chris dan Charles (1992) mengemukakan proposisi berkenaan dengan fakta dari aspek kepemimpinan diri sendiri (selfleadership) yang masih menjadi pemikirannya dengan menekankan dua elemen utama yakni pembedaan mental (mental imagery) dan tentang apa yang dibicarakan sendiri (self-talk). Proposisi yang dimaksud menunjukkan bahwa kepemimpinan diri sendiri (self-leadership) yang memunculkan apa yang dibicarakan sendiri (self-talk) dan pembedaan mental (mental imagery) akan menghasilkan kinerja individual. Hasil penelitian yang memunculkan proposisi ini menunjukkan adanya indikasi bahwa kepemimpinan diri sendiri berhubungan dengan kinerja individual. Hasil penelitian ini menyarankan perlu adanya tindak lanjut lebih jauh keterkaitannya dengan kinerja organisasional. Oleh karena itu, walaupun hasil penelitian yang memunculkan proposisi
yang
menyatakan
hubungan
kepemimpinan
diri
sendiri
yang
mengindikasikan berhubungan dengan kinerja individual, namun lebih lanjut disarankan perlunya dilakukan penelitian hubungan antara kepemimpinan diri sendiri dan kinerja organisasional. Hal ini perlu dicermati bahwa kepemimpinan diri sendiri
9
itu merupakan salah satu sifat dan karakter yang dimiliki oleh seorang wirausaha. Dengan demikian bahwa proposisi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat dikatakan belum ada konsistensi antara kepemimpinan diri sendiri (yang memiliki sifat dan karakter seorang wirausaha) yang berhubungan dengan kinerja organisasional dan masih sebatas pada kinerja individual. Sementara itu hasil penelitian Paarlberg, Laurie dan Bob (2010) terkait dengan kepemimpinan transformasional dan
motivasi untuk layanan publik dapat
mempengaruhi secara signifikan kinerja individual dan organisasional untuk mendorong kepuasan karyawan. Hasil penelitian ini bertujuan untuk memotivasi agar karyawan merasa puas yang ditunjukkan oleh adanya proses positif dalam memotivasi karyawan untuk memunculkan nilai moral dan gagasan-gagasan orisinal yang baik, percaya untuk pencapaian tujuan bagi pengikut yang memiliki kesediaan serta memacu minat diri sendiri yang kuat, dan mempengaruhi munculnya gagasan atau idealisme dengan menstimulasi intelektual dan memberikan motivasi serta inspirasi. Selain itu kepemimpinan transformasional dan motivasi berhubungan secara positif terhadap perilaku karyawan dalam pencapaian kinerja yang ditugaskan serta perilaku positif lainnya sebagai warga di perusahaan, sehingga kinerja karyawan akan meningkat yang beraneka ragam melalui mediasi praktik yang dijalankan, dan mampu untuk menciptakan berbagi nilai dengan jelas dalam mengartikulasikan dan memaknakan tujuannya serta memiliki model etika serta perilaku yang dapat dipercaya. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa peran pemimpin yang dimainkan menjadi pusat perhatian penting dan kemudian diikuti oleh pengikutnya, sehingga perilaku pengikut dapat mencerminkan maksud dan kehendak dari pemimpinnya. Oleh karena itu bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya konsistensi kinerja karyawan dipengaruhi oleh kepemimpinan transformasional dan motivasi untuk
10
layanan publik dengan prasyarat pemimpin memiliki sifat dan karakter seorang wirausaha (seperti: nilai moral, gagasan orisinal, percaya diri, minat kuat dari diri sendiri dan idealisme) Hal ini menunjukkan hasil penelitian mengindikasikan masih belum adanya konsistensi pengaruhnya terhadap kinerja organisasi
dan hanya
konsisten pengaruhnya terhadap kinerja individual karyawan. Hasil studi oleh Wang, Lie, Kim dan Leonel (2010) menunjukkan adanya pengaruh yang signfikan kemujaraban pemimpin (leader efficacy) yang diikuti perilaku para pengikutnya (followers behavior). Adapun hasil studi yang diketemukan menunjukkan bahwa terjadinya kemujaraban pemimpin (leader efficacy) yang berubah akan diikuti perubahan dalam bentuk umpan balik perilaku para pengikutnya (followers behavior feedback), baik kemujaraban pemimpin (leader efficacy) yang positif maupun yang negatif. Oleh karena itu, kinerja individual dalam organisasional dalam konteks kepemimpinan diri sendiri (self-leadership) masih ditunjukkan oleh beberapa proposisi yang
memberikan dampak kepada kinerja individual dalam
organisasi. Jadi proposisi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang diikuti oleh pengikutnya itu konsisten berpengaruh terhadap kinerja individual karyawan dan bukan dalam konteks pnegaruhnya terhadap kinerja organisasi perusahaan. Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Wang et al. (2010) dalam konteks kepemimpinan transformasional (transformational leaderships) berpengaruh secara konsisten dalam memotivasi individual karyawan agar mencapai kepuasannya dan juga memotivasi karyawan untuk memunculkan nilai-nilai moral serta gagasangagasan terbaiknya yang tinggi. Penelitian ini hampir mirip penelitian Paarlberg, Laurie dan Bob (2010), hanya saja yang membedakan pada obyek penelitiannya yakni
11
layanan publik dan mensyaratkan bahwa pemimpin itu memiliki sifat dan karakter wirausaha. Dalam pengelolaan organisasional yang bertumpu pada komitmen yang tinggi terhadap kinerja akan memerlukan peran kepercayaan (trust) dan keadilan (justice). Seperti
hasil penelitian Farndale, Elaine, Veronica dan Clare (2011) yang
menyatakan secara signifikan bahwa komitmen karyawan yang tinggi akan ditunjukkan oleh praktik kinerja inividual yang tinggi pula. Hasil penelitian ini diketemukan juga secara signifikan kalau terdapat keadilan interaksional, keadilan prosedural dan keadilan distribusi tugas yang dibebankan kepada karyawan, maka secara praktis memunculkan komitmen karyawan yang kuat berpengaruh terhadap kinerja organisasional yang tinggi. Hasil studi ini juga mengemukakan terdapatnya pengaruh komitmen karyawan dengan komitmen kinerja organisasional tetapi perlu diperkuat oleh variabel moderator dengan tingkat kepercayaan karyawan itu sendiri yang kuat pula. Tingkat kepercayaan karyawan akan berhubungan dengan tingkat yang dirasakan adanya keadilan organisasional. Hal ini dibuktikan secara signifikan adanya hubungan tingkat kepercayaan yang tinggi bagi karyawan dengan posisi manajemen senior dengan tingkat keadilan organisasional yang tinggi dirasakannya. Adapun tingkat kepercayaan karyawan dalam organisasional dalam studi ini dimoderatori oleh adanya hubungan praktis dari pengalaman manajemen kinerja yang berkomitmen tinggi dengan persepsi rasa keadilan organisasional. Hasil penelitian ini mensyaratkan secara individual (seperti: keadilan interaksional, prosedural dan disribusi tugas) akan menunjukkan secara signifikan pengaruh komitmen individual (karyawan asalkan mendapatkan trust) terhadap kinerja organisasional, sehingga hasil penelitian ini masih tidak konsisten adanya pengaruh secara langsung komitmen karyawan yang mempunyai posisi sebagai tingkatan manajemen senior terhadap
12
kinerja organisasional. Jadi kinerja organisasi perusahaan secara konsisten dipengaruhi komitmen karyawan masih perlu dimoderatori oleh terdapatnya trust yang kuat dari karyawan dalam organisasi perusahaan. Hasil studi lain yang dilakukan oleh Awang et al. (2009) menyatakan bahwa ada hubungan positif orientasi kewirausahaan dan kinerja perusahaan. Hal ini mensyaratkan terdapatnya sikap proaktif terhadap faktor lingkungan perusahaan yang dirasakan dan akan menunjukkan hubungan negatif terhadap kinerja perusahaan bilamana memasukkan dimensi risk taking. Seperti hasil studi yang telah dilakukan oleh
Zainol dan Selvamalar (2011) bahwa kinerja perusahaan secara signifikan
dipengaruhi oleh perilaku personalitas yang berjiwa kewirausahaan. Hasil penelitian ini dipertegas lagi bahwa kinerja perusahaan berhubungan dengan orientasi kewirausahaan dalam perusahaan keluarga di malaysia. Oleh karena itu, adanya pengaruh yang signifikan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan karena pengelola perusahaan memiliki perilaku personalitas wirausaha dan berlangsung pada perusahaan keluarga. Suatu hasil studi yang berkenaan dengan orientasi kewirausahaan dan kinerja bisnis oleh Rauch, Wiklund, Lumkin dan Freese (2004) bahwa orientasi kewirausahaan berhubungan dengan kinerja bisnis, baik keuangan maupun bukan keuangan. Sebagaimana hasil studi tentang kewirausahaan korporat dan kinerja organisasional yang dilakukan Antorcic dan Scarlat (2005) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan kewirausahaan korporat dan kinerja; hasil studi ini menyatakan pula secara signifikan ada hubungan kewirausahaan korporat dan kinerja berikut kekayaan yang dimiliki oleh korporat. Sedangkan studi empirik yang dilakukan di China dengan menggunakan metode kualitatif oleh Wang dan Li-Hua (2006) menunjukkan bahwa implikasi dari
13
kinerja perusahaan dengan operasionalisasi kewirausahaan korporat menyatakan bahwa kinerja perusahaan membutuhkan kewirausahaan korporat, sedangkan kinerja perusahaan yang dimaksud harus dipastikan indikator keberhasilannya yang dicerminkan oleh masing-masing dimensi kewirausahaan korporatnya. Oleh karena itu, kewirausahaan korporat menjadi faktor penentu sebagai implikasi keberhasilan kinerja perusahaan yang perlu diselidiki secara terus menerus. Hasil penelitian ini perlu dicermati lebih lanjut hubungan orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan, karena terjadinya hubungan itu masih ada beberapa yang memberikan isyarat yang berbeda-beda, sehingga menarik untuk dilakukan studi. Hal ini perlu ditegaskan karena orientasi kewirausahaan
mengisyaratkan
pentingnya perilaku
personalitas, sensitifitas terhadap lingkungan perusahaan, dan berlaku pula pada perusahaan yang berindikasi kekeluargaan serta ditegaskan juga adanya keharusan kepastian indikator dimensi kewirausahaan yang berlaku dalam perusahaan itu sendiri. Berdasarkan beberapa hasil studi yang dikemukakan terdapat variabel-variabel penting yang dapat diidentifikasikan yakni: kepemimpinan transformasional, kepemimpinan diri sendiri, pembedaan mental, kemujaraban pemimpin, kepuasan individual, komitmen individual, motivasi individual,
komitmen organisasional,
kinerja individual, kinerja fungsional dalam bidang organisasi, kinerja semua bidang fungsional organisasi perusahaan atau kinerja perusahaan, kinerja keuangan, kinerja bukan keuangan, orientasi kewirausahaan, sikap proaktif, perilaku personalitas wirausaha, dimensi risk taking, perilaku kewirausahaan, dan kewirausahaan korporat serta lingkungan perusahaan.
Selain itu terdapat pula variabel mediasi atau
intervening dan / atau moderator yang dapat menjembatani atau memperkuat hubungan antar variabel, seperti : peran pemberdayaan psikologikal, nilai moral dan
14
gagasan orisinal, kepercayaan diri, kesediaan dan minat diri sendiri yang kuat, idealisme, stimulan intelektual, inspirasi, pengalaman individual, rasa keadilan interaksional, keadilan prosedural, dan keadilan distribusi tugas yang dibebankan secara individual, serta peranan rentang kendali struktural dalam organisasi. Dengan beberapa hasil penelitian yang telah diidentifikasikan dapat ditunjukkan beberapa hubungan antar variabel seperti : (a) hasil studi Kuepers (2010) menunjukkan hubungan tidak konsisten antara kepemimpinan transformasionaldan kinerja organisasional, kecuali pada beberapa fungsi organisasi; (b) Avolpo, Zhu, Koh dan Bhatia (2004) dari hasil studinya menunjukkan kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasional mempengaruhi kinerja organisasional hanya saja dimoderatori oleh rentang kendali struktural dalam organisasi, sehingga hasil studi secara tegas menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasional itu berpengaruh langsung terhadap kinerja organisasi; (c) Neck, Chris dan Charles (1992) menyatakan proposisi dari hasil studinya bahwa kepemimpinan iri sendiri berhubungan dengan kinerja individual dan lebih lanjut menyarankan perlunya dilakukan penelitian yang dihubungkan dengan kinerja organisasi; (d) hasil studi Paarberg,
Laurie
dan
Bob
(2010)
menunjukkan
bahwa
kepemimpinan
transformasional dan motivasi secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja individual dan kinerja organisasional dengan tujuan mendorong kepuasan karyawan dalam pelayanan publik, selain itu hasil studinya menunjukkan pula adanya hubungan komitmen organisasional yang tinggi dan kinerja organisasi dengan syarat perlu adanya peran kepercayaan dan keadilan bagi karyawan yang menjalankan tugas dan pekerjaannya; (e) Wang, Lie, Kim dan Leonel (2010) dari hasil studinya menunjukkan adanya pengaruh signifikan kemujaraban pemimpin yang diikuti oleh pengikutnya terhadap kinerja individual yang akibat selanjutnya berpengaruh terhadap
15
kinerja organisasional; (f) hasil studi Wang et al. (2010) dalam konteks kepemimpinan transformasional menunjukkan adanya pengaruh secara konsisten dalam memotivasi individu karyawan untuk memunculkan nilai-nilai moral dan ideide kreatifnya; (g) hasil studi Farndale, Elaine, Veronica dan Clare (2011) menyatakan komitmen karyawan yang tinggi akan menghasilkan kinerja individu yang tinggi dan secara signifikan harus terdapat keadilan interaksional, keadilan prosedural dan keadilan ditribusi tugas yang dibebankan karyawan sehingga berpengaruh terhadap kinerja organisasional; (h) Awang et al. (2009) dalam studinya menunjukkan adanya hubungan positif orientasi kewirausahaan dan kinerja perusahaan, kecuali itu juga mensyaratkan perlunya sikap proaktif terhadap faktor lingkungan perusahaan dan akan menunjukkan hubungan negatif terhadap kinerja perusahaan bilamana memasukkan dimensi faktor risiko; (i) hasil studi Zainol dan Selvamalar (2011) menunjukkan bahwa kinerja perusahaan secara signifikan dipengaruhi perilaku personalitas yang memiliki jiwa kewirausahaan; (j) Rauch, Wiklund, Lumkin dan Freese (2004) dari hasil studinya menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan berhubungan dengan kinerja bisnis, baik keuangan maupun bukan keuangan; (k) hasil studi Antorcic dan Scarlat (2005) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan kewirausahaan dan kinerja korporat, termasuk dalam pengelolaan kekayaannya; (l) di China menurut hasil studi kualitatif Wang dan Li-Hua (2006) menunjukkan
bahwa
implikasi
kinerja
perusahaan
dengan
operasionalisasi
kewirausahaan menyatakan kinerja perusahaan membutuhkan kewirausahaan korporat, karena kewirausahaan korporat menjadi faktor penentu keberhasilan kinerja perusahaan yang secara terus-menerus perlu diinvestigasi. Dengan memperhatikan hasil studi yang telah dikemukakan maka berbagai hubungan antar variabel dapat diidentifikasikan yang terkait dengan variabel
16
kepemimpinan transformasional, komitmen organisasional dan kinerja organisasi perusahaan dengan mediasi orientasi kewirausahaan. Hubungan antar variabel yang diidentifikasikan ini dapat menjadi celah penelitian yang akan dilakukan studi lebih lanjut dengan obyek badan usaha koperasi di kota Surabaya.
1.2
Rumusan Masalah Sebagaimana berbagai hasil studi yang menunjukkan hubungan antar variabel
yang telah diketemukan dan memperhatikan fakta dan fenomena badan usaha koperasi sebagai obyek penelitian seperti telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, maka pengurus dalam menjalankan badan usaha koperasi berkenaan dengan kinerja organisasional perlu dipicu untuk melakukan pergeseran paradigma dari pengelolaan yang konvensional menjadi pengelolaan yang berorientasi pada kewirausahaan. Hal ini penting sekali dalam upaya untuk meraih kinerja badan usaha koperasi agar berkualitas dengan memperhatikan keaktifan badan usaha koperasi itu sendiri sesuai dengan jati dirinya, kinerja badan usaha yang menimbulkan daya saing, aspek kohesivitas dan partisipasi anggota, orientasi kepada pelayanan anggota, orientasi pelayanan kepada masyarakat, dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah. Untuk itu beberapa masalah yang dirumuskan adalah : 1. Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap orientasi kewirausahaan pada badan usaha koperasi di kota Surabaya ? 2. Apakah
komitmen
organisasional
berpengaruh
terhadap
orientasi
kewirausahaan pada badan usaha koperasi di kota Surabaya ? 3. Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja organisasional pada badan usaha koperasi di kota Surabaya ?
17
4. Apakah
komitmen
organisasional
berpengaruh
terhadap
kinerja
organisasional pada badan usaha koperasi di kota Surabaya? 5. Apakah orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja organisasional pada badan usaha koperasi di kota Surabaya ? 6. Apakah kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasional berpengaruh terhadap orientasi kewirausahaan pada badan usaha koperasi di kota Surabaya ?
1.3
Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan perumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan
yang akan dicapai untuk menganalisis dan menguji pengaruh : 1. Kepemimpinan transformasional terhadap orientasi kewirausahaan pada badan usaha koperasi di kota Surabaya. 2. Komitmen organisasional terhadap orientasi kewirausahaan pada badan usaha koperasi di kota Surabaya. 3. Kepemimpinan transformasional terhadap kinerja organisasional pada badan usaha koperasi di kota Surabaya. 4. Komitmen organisasional terhadap kinerja organisasional pada badan usaha koperasi di kota Surabaya. 5. Orientasi kewirausahaan terhadap kinerja organisasional pada badan usaha koperasi di kota Surabaya. 6. Kepemimpinan transformasional dan komitmern organisasional terhadap Orientasi kewirausahaan pada badan usaha koperasi di kota Surabaya.
18
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis yakni : 1. Sebagai masukan dalam pengembangan teori perilaku keorganisasian terutama berkaitan dengan kepemimpinan transformasional, komitmen organisasional, orientasi kewirausahaan dan kinerja organisasional. 2. Memberikan kontribusi berupa penjelasan secara komprehensif dan bukti empiris tentang : (a) pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap orientasi kewirausahaan, (b) pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja organisasional, (c) pengaruh komitmen organisasional terhadap orientasi kewirausahaan, (d) pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja organisasional dan (e) pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja organisasional. 3. Secara praktis bermanfaat bagi pengurus badan usaha koperasi dalam pembuatan keputusan untuk kesejahteraan anggota dan bagi para pemangku kepentingan lainnya dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk melakukan pembinaan dan pengembangan badan usaha koperasi guna kemaslahatan masyarakat pada umumnya.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Sebagai ruang lingkup penelitian adalah badan usaha koperasi primer di kota
Surabaya yang memiliki aset lebih dari Rp. 1 milyar dan memiliki dua atau lebih unit usaha koperasi. Selain itu keberadaan badan usaha koperasi sudah berdiri sekurangkurangnya sepuluh tahun dan keaktifan beroperasinya ditunjukkan dengan selama tiga tahun berturut-turut telah menjalankan Rencana Kerja (RK) / Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja (RAPB) serta Rapat Anggota Tahunan (RAT). Sedangkan jenis
19
koperasi yang diteliti sesuai dengan pasal 16 Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya, antara lain: Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran, dan Koperasi Jasa. Dalam praktik bahwa kebiasaan penyebutan jenis koperasi akan ditentukan oleh salah satu dari jenis koperasi yang menjadi core business-nya. Oleh karena itu, penelitian yang akan dijadikan obyek adalah organisasi badan usaha koperasinya. Adapun subyek penelitiannya adalah para pengurus guna merespon kinerja organisasi dan annggotanya merespon kepemimpinan transformasional, komitmen organisasional, dan orientasi kewirausahaan bagi pengurusnya. Sedangkan jenis koperasi yang ada di kota Surabaya ini sebagian besar termasuk jenis Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Pemasaran dan Koperasi Jasa. Dalam praktik untuk penelitian ini tertuju pada
jenis koperasi primer
berdasarkan semangat dalam pendiriannya dapat diklasifikasikan yakni: Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI), Koperasi Karyawan (Kopkar) badan usaha swasta, Koperasi Tentara Republik Indonesia dan Polri, dan Koperasi Masyarakat (koperasi yang tidak terikat berdirinya dengan badan usaha atau lembaga apapun). Cakupan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk pengembangan kinerja organisasional yang efektif dan efisien dengan pola kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasional yang berorientasi pada
kewirausahaan. Beberapa
variabel yang terkait dengan pengembangan kinerja organisasional yang efektif dan efisien akan digali lebih jauh tentang kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasional yang bertumpu pada orientasi kewirausahaan agar kinerja badan usaha koperasi berlangsung secara berkelanjutan. Untuk itu terlebih dahulu diperlukan adanya kesahihan dan kehandalan variabel-variabel yang akan direspon oleh anggota
20
koperasi dengan apa yang telah dirasakan terkait
dengan kepemimpinan
transformasional, komitmen organisasional dan orientasi kewirausahaan yang diperankan oleh pengurus badan usaha koperasi, serta variabel kinerja organisasional yang direspon oleh pengurus badan usaha koperasi. Perlu ditekankan pula bahwa penelitian ini merujuk pada bagian kedua pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian bahwa tujuan berkoperasi untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.