BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Komunikasi
merupakan
upaya
individu
dalam
menjaga
dan
mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain dan komponen penting dalam praktik keperawatan. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus (Abdalati, 1989; Nasir, Muhith, Sajidin, Mubarak. 2009). Sebagai tenaga kesehatan yang paling lama dan sering berinteraksi dengan klien, perawat diharapkan dapat menjadi “obat” secara psikologis. Kehadiran dan interaksi yang dilakukan perawat hendaknya membawa kenyamanan dan kerinduan bagi klien (Mundakir, 2006). Untuk itu perawat memerlukan keterampilan khusus yang mencakup keterampilan intelektual, teknikal yang tercermin dalam perilaku berkomunikasi secara terapeutik dengan orang lain (Sheldon, 2009). Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak akan hanya mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, tetapi juga mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, dan meningkatkan citra profesi serta citra Rumah Sakit (Nasir, Muhith, Sajidin, Mubarak, 2009). Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan klien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat (Nunung, 2010).
Universitas Sumatra Utara
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus-menerus (Kariyo, 1998). Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya (Stuart & Sundeen, 1997; dalam Damaiyanti, 2008). Penelitian tentang komunikasi terapeutik yang dilakukan, diantaranya penelitian tentang hubungan karakteristik individu perawat dan organisasi dengan penerapan komunikasi terapeutik di ruang rawat inap Rumah Sakit Persahabatan Jakarta yang dilakukan oleh Manurung (2004) pada 147 perawat pelaksana yang bertugas, menunjukkan bahwa penerapan komunikasi masih relatif kurang (46,3%), baik (35,2%), dan cukup (18,5%). Hal ini di dukung oleh Windu (2006) dengan penelitian penerapan komunikasi terapeutik perawat dalam memberikan tindakan keperawatan di RSUD Undata Palu Sulawesi Tengah dari 68 sampel bahwa responden melakukan komunikasi dengan baik (13,24%), cukup (38,23%), kurang baik (26,47%), tidak baik (22,06%). Sedangkan menurut Jamilatum (2008) dalam penelitian hubungan komunikasi terapeutik perawat-klien dengan motivasi untuk sembuh pada pasien rawat inap di ruang Cempaka II RSD Kabupaten Kudus dengan sampel sebanyak 96 orang, responden dengan kategori baik (68,9%), sedang (5,2%), dan buruk (25,0%). Purwanto (2007), ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya komunikasi terapeutik perawat pada klien diantaranya dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan perawat dalam komunikasi terapeutik, sikap perawat,
Universitas Sumatra Utara
tingkat pendidikan, pengalaman, lingkungan, jumlah tenaga yang kurang dan lainlain. Rendahnya komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat berdampak terhadap ketidakpuasan pasien. Hal ini terlihat dengan Penelitian yang dilakukan Rosensttein (2002), menemukan bahwa ketidakpuasan hasil perawatan disebabkan oleh komunikasi perawat dan dokter serta staf penunjang. Hal ini di dukung oleh Jakson (2010) Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Estomihi Medan didapat kepuasan pasien rawat inap adalah cukup puas (52,5%), pasien yang merasa puas (35%), dan kurang puas (12,5%). Sitorus (2000) tentang kepuasan klien dan keluarga menunjukan bahwa tingkat kepuasan dengan ketegori baik (16,9 %), kategori sedang (81,5 %) dan kategori kurang (1,55 %). Nina (2008) dengan penelitian analisa tingkat kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan prima di RumahSakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Menunjukkan sangat memuaskan (18,5%), memuaskan (74,3%), tidak memuaskan (6,8%). Dermawan (2009) hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kepuasan klien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan di instalasi gawat darurat RSUD Dr Soedarso Pontianak Kalimantan Barat. Responden sebanyak 108 orang didapat kepuasan klien selama dirawat klien merasa puas (66.7 %). Seorang klien yang tidak puas, akan menghasilkan sikap atau perilaku tidak patuh pada seluruh prosedur keperawatan dan prosedur medis misalnya menolak pemasangan infus, menolak meminum obat, menolak untuk dikompres panas atau dingin, dan lain-lain. Akhirnya klien akan meninggalkan Rumah Sakit dan mencari jasa pelayanan yang bermutu di tempat yang lain. Oleh sebab itu
Universitas Sumatra Utara
sudah saatnya kepuasaan klien menjadi bagian integral dalam misi dan tujuan profesi keperawatan karena semakin meningkatnya intensitas kompetensi global dan domestik, serta berubahnya preferensi dan perilaku dari klien untuk mencari pelayanan jasa keperawatan yang bermutu (Haryanti, 2000). Kepuasan klien adalah hal utama yang perlu diprioritaskan oleh rumah sakit agar dapat bertahan, bersaing dan mempertahankan pasar yang sudah ada karena rumah sakit merupakan badan usaha yang bergerak dibidang jasa pelayanan kesehatan (Irawan, 2002). Menurut laporan data Sensus Nasional (2001) pelayanan kesehatan untuk rawat inap yang banyak dimanfaatkan adalah rumah sakit pemerintah adalah (37,1%) dan rumah sakit swasta (34,3%) sisanya adalah rumah sakit bersalin dan puskesmas, sedangkan untuk pelayanan komunikasi terapeutik disimpulkan bahwa ketidakpuasan dari pelayanan komunikasi terapeutik rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta untuk rawat jalan dan rawat inap semakin meningkat. Kepuasan pelayanan komunikasi terapeutik di rumah sakit pemerintah secara umum lebih rendah dibandingkan dengan rumah sakit swasta. Rumah sakit umum daerah Doloksanggul adalah rumah sakit milik pemerintah yang diklisifikasikan sebagai kelas C dan sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu, murah, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Doloksanggul. Hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada beberapa pasien yang menjalani rawat inap di RSUD Doloksanggul bahwa ungkapan ketidak puasan pasien akan pelayanan asuhan keperawatan antara lain: perawat jarang menyediakan waktu untuk mendengarkankan keluhan pasien tentang sakit yang
Universitas Sumatra Utara
dirasakannya,
perawat
kurang memberikan
penjelasan
tentang
tindakan
keperawatan yang dilakukan kepada pasien, perawat tidak bisa memberikan keyakinan bahwa tindakan keperawatan yang diberikan adalah untuk kesembuhan, perawat terkesan membiarkan pasien tanpa ada perhatian dan akan datang ke ruang perawatan pasien apabila keluarga pasien datang ke pos jaga perawatan memanggil misalnya mengganti infus, menyampaikan keluhan. Rumah Sakit HKBP Balige merupakan rumah sakit swasta di Kabupaten Tobasa yang didirikan oleh misionaris Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) dengan klasifikasi tipe C. Berdasarkan studi di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan komunikasi terapeutik perawat dan kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul dan Rumah Sakit Umum HKBP Balige”. 1.1.Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah komunikasi terapeutik perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul dan Rumah Sakit Umum HKBP Balige? 2. Bagaimanakah kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul dan Rumah Sakit Umum HKBP Balige? 3. Bagaimanakah hubungan komunikasi terapeutik perawat dan kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul? 4. Bagaimanakah hubungan komunikasi terapeutik perawat dan kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum HKBP Balige?
Universitas Sumatra Utara
1.2.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahuai hubungan komunikasi terapeutik perawat dan kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul dan Rumah Sakit Umum HKBP Balige. 2. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui komunikasi terapeutik perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul dan Rumah Sakit Umum HKBP Balige. 2) Untuk mengetahui kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul dan Rumah Sakit Umum HKBP Balige 3) Untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dan kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul 4) Untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dan kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum HKBP Balige 1.3.Manfaat Penelitian Untuk Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit, hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi perawat dalam membina hubungan yang terapeutik dengan klien. Serta bahan informasi dan pertimbangan dalam membuat aturan atau kebijakan untuk meningkatkan kinerja perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik.
Universitas Sumatra Utara