BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini meneliti dampak globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan kemiskinan. Friedman (2006:5) mengemukakan fenomena globalisasi sebagai berikut: I assumed that the world was round, but what I encountered in the real India profoundly shook my faith in that notion. Columbus accidentally ran into America but thought he had discovered part of India. I actually found India and thought many of the people I met there were Americans. Some had actually taken American names, and others were doing great imitations of American accents at call centers and American business techniques at software labs. I returned home and shared my discovery only with my wife and only in a whisper. “Honey”, I confided “I think the world is flat”. Thomas L. Friedman menemukan fenomena flattening of the world pada kunjungannya ke kantor Infosys Technologies Limited di Bangalore, India. Bangalore adalah pusat pengembangan teknologi informasi di India. Bangalore di India bisa dianalogikan dengan Silicon Valley di Amerika. Infosys Technologies Limited di Bangalore menjalankan berbagai jasa untuk perusahaan multinasional Amerika dan Eropa, dari perawatan komputer, proyek penelitian, hingga menjawab telepon pelanggan perusahaan-perusahaan tersebut yang datang dari seluruh dunia. Nandan Nikelani, CEO Infosys Technologies Limited mengatakan bahwa “the playing field is being leveled”. Maksud Nikelani adalah globalisasi akan mendukung pembangunan negara berkembang. Pada gilirannya, negara
berkembang akan menjadi negara maju. Oleh karena itu, globalisasi dapat membuat negara berkembang berkompetisi secara sejajar dengan negara maju. Flattening of the world adalah salah satu aspek dari fenomena globalisasi yang berhasil ditangkap oleh Friedman. Friedman membedakan fenomena globalisasi menjadi tiga bagian berdasarkan waktu dan faktor pendorong utamanya. Globalisasi bagian pertama, yang disebut Globalization 1.0 oleh Friedman, dimulai sejak tahun 1492 hingga sekitar tahun 1800-an. Faktor pendorong utama Globalization 1.0 adalah kekuatan yang dimiliki setiap negara dan kemampuan untuk menyebarkan kekuatan tersebut ke seluruh dunia. Era kedua adalah Globalization 2.0 yang terjadi pada 1800 hingga 2000, diselingi oleh the Great Depression dan Perang Dunia I dan II.
Pada era ini, kekuatan
pendorong utamanya adalah inovasi perangkat keras (hardware), seperti mesin uap, kereta api, telepon, dan generasi pertama komputer. Kini, kita sedang menjalani era ketiga, yaitu Globalization 3.0. Faktor pendorong utama dari Globalization 3.0 adalah kemampuan individu untuk berkolaborasi dan berkompetisi secara global. Kemampuan individu untuk berkolaborasi dan berkompetisi secara global didukung oleh konvergensi komputer pribadi dengan kabel fiber optik dan inovasi pada perangkat lunak (software)1. Pada Globalization 1.0 dan Globalization 2.0, yang menjadi aktor pembentuk sistem dan pelaku globalisasi sebagian besar adalah negara, perusahaan, dan penjelajah dari Barat. Akan tetapi, Globalization 3.0 didorong oleh individu dari kelompok yang lebih beragam, contohnya adalah individu yang tidak termasuk kelompok kulit putih dan tidak berasal dari negara-negara Barat.
1
Thomas L. Friedman, Ibid., halaman 9-11.
Globalisasi, dalam fenomena flattening of the world menurut Friedman, terjadi dalam jangka waktu yang cepat dan menyentuh lebih banyak individu di seluruh dunia. Diantara sepuluh faktor pendorong flattening of the world menurut Friedman, outsourcing adalah faktor yang paling ditekankan. Salah satu contohnya adalah Jerry Rao. Jerry Rao adalah orang asli Mumbai yang memiliki perusahaan bernama Mphasis. Rao memiliki tim akuntan India yang mengerjakan pekerjaan akunting dari berbagai daerah di Amerika Serikat dan dari pemerintah federal Amerika Serikat. Perusahaan milik Rao juga terikat dengan beberapa perusahaan akuntan publik skala kecil dan sedang di Amerika. Perusahaan milik Rao melakukan pekerjaan outsource akunting dari perusahaan akuntan publik di Amerika. Pertama-tama akuntan di Amerika memindai pajak tahunan, laporan penghasilan, laporan stok saham, bonus, dan berbagai berkas keuangan milik klien ke server komputer. Kemudian akuntan di India mendapatkan semua data mentah dan mengerjakan pekerjaannya di India berdasarkan informasi yang didapat lewat server di Amerika. Akuntan di India tidak mengetahui apapun mengenai identitas klien yang datanya sedang ia kerjakan sehingga klien seolaholah adalah anonim. Inti dari semua proses ini adalah mengoper pekerjaan akuntan yang seharusnya dikerjakan oleh perusahaan akuntan publik di Amerika ke akuntan-akuntan di India dengan biaya yang lebih murah. Dengan adanya proses seperti ini, bukan berarti akuntan di Amerika tidak melakukan apa-apa. Akuntan di Amerika melakukan pekerjaan yang lebih membutuhkan analisis mendalam, seperti merancang strategi untuk perlindungan dari pajak, membina hubungan dengan klien, dan konsultasi serta perencanaan keuangan klien.
Perusahaan milik Rao hanya mengerjakan „pekerjaan kasar‟ dari keseluruhan proses akunting. Seperti halnya daerah Bangalore di India, daerah Dalian di Tiongkok juga menjadi tempat outsourcing perusahaan di Jepang. Kenichi Ohmae memiliki bisnis yang bernama Ohmae & Associates. Yang dikerjakan perusahaan Ohmae di Tiongkok sebagian besar adalah pekerjaan data entry. Perusahaan Ohmae membuat program perangkat lunak yang dapat mengambil data yang telah dipindai dan memecah data ini menjadi beberapa paket data. Paket data ini dikirim ke berbagai daerah di Jepang dan Tiongkok sesuai spesialisasi yang dibutuhkan untuk diketik ulang menjadi basis data digital. Pekerja di Tiongkok menerima dokumen tulisan tangan berbahasa Jepang yang dikirim dari Jepang ke Tiongkok melalui faks atau surat elektronik setelah dipindai terlebih dahulu. Pekerja di Tiongkok mengetik ulang dokumen tersebut dalam karakter Bahasa Jepang sehingga menjadi basis data digital. Setelah menjadi basis data digital, paket data ini disatukan kembali di kantor pusat perusahaan di Tokyo. Perusahaan Ohmae mempekerjakan ribuan ibu rumah tangga yang memiliki spesialisasi dalam bidang terminologi medis dan ilmu hukum. Ibu rumah tangga yang dipekerjakan Ohmae ini melakukan pekerjaan data entry di rumah masingmasing. Ohmae mempelopori penyedia jasa outsourcing call center berbahasa Jepang, jasa data entry, dan jasa lainnya. Pekerjaan-pekerjaan ini adalah pekerjaan tingkat rendah di Jepang tetapi pekerjaan ini bisa memberikan pendapatan yang cukup besar bagi penduduk di Tiongkok. Selain pekerjaan data entry, penduduk di Dalian juga melakukan pekerjaan outsourcing pengembangan perangkat lunak dari perusahaan Jepang
dan Amerika Serikat. Walaupun pada awalnya penduduk Tiongkok terlihat hanya mengerjakan pekerjaan kasar dari perusahaan Jepang dan Amerika, itu adalah cara penduduk Tiongkok untuk terus belajar. Pada tahap awal penduduk Tiongkok menjadi pekerja untuk perusahaan Jepang dan Amerika. Setelah mereka mempelajari semua tahap dan proses, mereka bisa membuat perusahaan perangkat lunak milik mereka sendiri. Kegiatan outsourcing diantaranya dapat mencerminkan keterbukaan suatu negara terhadap negara lain dalam hal perekonomian. Kegiatan produksi pada prinsipnya memerlukan input yang efisien sehingga meminimisasi biaya. Produksi memerlukan input berupa tenaga kerja, modal, dan teknologi. Upah tenaga kerja di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang. Pekerjaan dengan karakteristik labor-insentive, seperti data entry dan call center, hampir tidak bisa dilakukan di negara maju karena tingginya upah tenaga kerja. Adanya globalisasi membuat proses produksi dapat mencari input yang efisien dengan biaya yang lebih rendah. Globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi membuat alokasi sumber daya menjadi lebih efisien. Proses produksi labor-insentive di negara berkembang, selain membuat alokasi sumber daya menjadi lebih efisien juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk di negara berkembang. Globalisasi secara tidak langsung menurunkan tingkat pengangguran. Dampak globalisasi yang jelas dapat ditangkap dari kegiatan outsourcing adalah transfer pengetahuan. Outsourcing jasa akunting di India mempekerjakan akuntan India yang merupakan sarjana muda dan minim pengalaman. Dengan mengerjakan berbagai dokumen keuangan klien dari Amerika Serikat, mereka terus-menerus berlatih untuk mempertajam pengetahuannya. Sama halnya dengan
pekerja di Dalian. Dengan mengerjakan pekerjaan kasar dalam proses pengembangan perangkat lunak, mereka sembari belajar membuat perangkat lunak. Ketika mereka sudah mempelajari semua tahap dan prosesnya, mereka siap untuk membuat perusahaan perangkat lunak sendiri. Kegiatan outsourcing di Tiongkok juga menjadi bukti bahwa globalisasi meningkatkan partisipasi wanita dalam angkatan kerja. Hal ini sejalan dengan Norberg (2003) yang mengungkapkan bahwa globalisasi meningkatkan kondisi lingkungan yang lebih baik untuk kaum perempuan yang bisa diukur diantaranya dengan tingkat pendidikan dan partisipasi dalam angkatan kerja. Peningkatan employment rate akibat adanya globalisasi selanjutnya juga akan meningkatkan pendapatan nasional. Peningkatan pendapatan nasional yang diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia hasil transfer pengetahuan akan mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini sejalan Mankiw (2012) yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi antar negara dapat dijelaskan dengan konsep produktivitas. Produktivitas sendiri ditentukan oleh empat faktor, yaitu modal fisik (physical capital), kualitas sumber daya manusia (human capital), sumber daya alam (natural resources), dan pengetahuan teknologi (technological knowledge). Globalisasi telah berkontribusi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengetahuan teknologi. Oleh karena itu, globalisasi dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada saat Friedman mengunjungi Infosys Technologies Limited, kondisi yang ditemui oleh Friedman di perjalanan menuju Infosys sangatlah berbeda dengan kondisi komplek perkantoran Infosys. Di perjalanan menuju Infosys, mobil yang ditumpangi Friedman berdesak-desakan bersama sapi, kereta kuda,
dan becak motor melewati jalanan yang rusak. Ketika Friedman memasuki gerbang Infosys, yang ia lihat adalah kondisi yang benar-benar berbeda dengan kondisi saat di perjalanan. Komplek Infosys dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi perkantoran dan juga beragam fasilitas, seperti berbagai restoran, pusat kebugaran, dan kolam renang seukuran kolam renang hotel bintang lima. Yang dapat ditangkap dari pengalaman Friedman adalah adanya dualisme dalam proses globalisasi. Hal ini membuat Penulis tertarik untuk meneliti bagaimana kue pertumbuhan ekonomi hasil globalisasi didistribusikan, selain meneliti dampak globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, bagaimana pengaruh globalisasi terhadap ketimpangan pendapatan. Permasalahan ketimpangan pendapatan erat kaitannya dengan kelompok masyarakat yang mendapat bagian paling sedikit dari kue pertumbuhan ekonomi. Kelompok masyarakat ini biasa disebut masyarakat miskin. Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum (Kuncoro 2003). Kemiskinan dapat diukur dengan perhitungan tingkat kemiskinan, yaitu rasio jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan dibagi dengan total penduduk. Pengaruh globalisasi terhadap kemiskinan telah dikaji oleh beberapa studi empiris, salah satunya yang dilakukan oleh Agénor (2004). Globalisasi diwakili oleh nilai variabel restriksi perdagangan yang semakin kecil dan nilai variabel FDI yang semakin besar. Agénor (2004) menemukan bahwa globalisasi pada mulanya cenderung meningkatkan tingkat kemiskinan tetapi globalisasi pada tingkat lanjut akan menurunkan tingkat kemiskinan.
Terdapat beberapa studi empiris yang sudah menggunakan indeks globalisasi untuk menganalisis pengaruh globalisasi terhadap keadilan sosial (Kaunder dan Potrafke 2015), pengaruh globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi (Dreher 2006), pengaruh globalisasi terhadap ketimpangan pendapatan (Dreher dan Gaston 2008), dan pengaruh globalisasi terhadap kemiskinan (Bergh dan Nilsson 2014). Negara yang menjadi objek penelitian studi empiris yang dilakukan sebelumnya hanya berkisar pada negara-negara anggota OECD, negaranegara Eropa, dan beberapa negara maju di Asia, seperti Korea Selatan. Belum ada studi empiris yang menggunakan indeks globalisasi untuk meneliti pengaruh globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan tingkat kemiskinan secara khusus di negara-negara anggota ASEAN. Oleh karena itu, Penulis merasa perlu melakukan studi lebih lanjut mengenai pengaruh variabel globalisasi
terhadap
variabel
pertumbuhan
ekonomi,
variabel
tingkat
ketimpangan, dan variabel tingkat kemiskinan di negara-negara anggota ASEAN. Penelitian ini mengutip jurnal Globalization and Social Justice in OECD Countries yang ditulis oleh Björn Kaunder dan Niklas Potrafke pada tahun 2015. Penelitian Kaunder dan Potrafke (2015) menggunakan variabel indeks globalisasi untuk menganalisis pengaruh globalisasi terhadap keadilan sosial di 31 negara anggota OECD. Kesetaraan dan penanggulangan kemiskinan adalah indikator penting penyusun keadilan sosial dalam penelitian Kaunder dan Potrafke (2015). Untuk itu, penelitian ini menganalisis pengaruh globalisasi terhadap tingkat ketimpangan pendapatan dan tingkat kemiskinan. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi adalah faktor penting penentu tingkat ketimpangan pendapatan dan
tingkat kemiskinan. Merujuk pada Kaunder dan Potrafke (2015), penelitian ini menggunakan indeks globalisasi dalam menganalisis pengaruh variabel globalisasi
terhadap
variabel
pertumbuhan
ekonomi,
variabel
tingkat
ketimpangan, dan variabel tingkat kemiskinan. Penelitian ini juga menggunakan teknik analisis yang sama dengan yang digunakan oleh Kaunder dan Potrafke (2015), yaitu teknik ordinary least square (OLS). 1.2. Rumusan Masalah Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh produktivitas. Globalisasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas faktor-faktor pembentuk produktivitas. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi ini, globalisasi juga membawa dampak buruk terhadap ketimpangan pendapatan. Globalisasi membuat ketimpangan pendapatan semakin besar. Akibatnya kue pertumbuhan ekonomi tersebut tidak dapat dirasakan keuntungannya oleh seluruh masyarakat secara merata. Penelitian ini penting untuk menganalisis seberapa jauh suatu negara dapat terlibat dalam proses globalisasi. Secara spesifik, jalur globalisasi apa saja yang memberikan dampak baik dan buruk terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan, dan tingkat kemiskinan. Dengan informasi ini, pemerintah dapat mengatur tingkat keterbukaan negara terhadap masing-masing jalur globalisasi tersebut sehingga dapat meminimalkan dampak buruk globalisasi terhadap tingkat ketimpangan pendapatan dan tingkat kemiskinan. 1.3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah globalisasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi?
2. Apakah globalisasi berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan? 3. Apakah globalisasi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan? Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data indeks globalisasi yang dipublikasikan oleh Konjunkturforschungsstelle (KOF) Swiss Economic Institute pada tahun 2014. Data untuk variabel pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan, tingkat kemiskinan, dan variabel lainnya berasal dari World Bank database. Sampel penelitian ini adalah 9 negara yang terdiri dari 6 negara anggota ASEAN dan 3 negara Asia lainnya, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan data tahunan dalam periode waktu 30 tahun sejak 1980 hingga 2009. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian
ini
akan
mengestimasi
dampak
globalisasi
terhadap
pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan tingkat kemiskinan. Penelitian ini mengukur globalisasi dengan menggunakan indeks globalisasi KOF dan dua komponen penyusunnya, yaitu indeks globalisasi ekonomi KOF dan indeks globalisasi sosial KOF. Penelitian ini hanya menggunakan dua dari tiga komponen indeks globalisasi KOF dan tidak menggunakan indeks globalisasi politik KOF karena jurnal acuan utama, yaitu Kaunder dan Potrafke (2015), tidak menggunakan indeks globalisasi politik KOF. Selain itu, variabel-variabel penyusun indeks globalisasi politik KOF tidak relevan dengan variabel dependen pada penelitian ini.
Penggunaan indeks globalisasi KOF memungkinkan globalisasi untuk diukur secara lebih komprehensif. Indeks globalisasi ekonomi KOF, contohnya, disusun oleh data keterbukaan perdagangan, keterbukaan pasar modal, restriksi perdagangan, dan lainnya, sehingga globalisasi bukan hanya diukur menggunakan satu variabel tapi suatu indeks yang terdiri dari beberapa variabel. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan rata-rata lima tahunan pertumbuhan PNB per kapita. Tingkat ketimpangan pendapatan diukur dengan koefisien Gini. Tingkat kemiskinan diukur dengan rasio jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan $2 PPP per hari dibagi dengan total penduduk. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat menambah literatur di bidang makroekonomi dan ekonomika internasional. Penelitian ini juga dapat menambah studi empiris mengenai peran globalisasi dan jalur yang dilalui globalisasi dalam pengaruhnya terhadap
pertumbuhan
ekonomi,
ketimpangan
pendapatan,
dan
tingkat
kemiskinan. 1.6. Sistematika Penulisan Penelitian ini dibuat dengan urutan penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas latar belakang penulisan penelitian ini. Selain itu, Bab I juga membahas rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI
Bab II memaparkan landasan teori dan studi empiris yang mendasari penelitian ini. Landasan teori yang akan dibahas di Bab II adalah mengenai konsep globalisasi, teori pertumbuhan ekonomi, konsep ketimpangan pendapatan, dan konsep tingkat kemiskinan. Bab II juga akan membahas interaksi dari tiap konsep yang dibahas tadi. Studi empiris yang dipaparkan pada Bab II adalah studi empiris yang berhubungan dengan penelitian ini. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III memaparkan metodologi penelitian yang digunakan dalam menganalisis pengaruh globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan, dan tingkat kemiskinan. Bab III juga menjelaskan jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Bab ini juga menjelaskan mengenai pembentukan dan spesifikasi model ekonometrika serta definisi teknis variabel yang digunakan. BAB IV ANALISIS HASIL ESTIMASI Bab IV membahas interpretasi hasil estimasi regresi linier berganda pada tiga persamaan yang diolah dengan data panel. Selain itu, bab ini juga membahas tentang indeks globalisasi yang menjadi fitur utama penelitian ini. BAB V KESIMPULAN Bab V berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini yang didasarkan pada hasil analisis.