BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Indeks harga saham merupakan sebuah indikator yang memberikan informasi
tentang pergerakan harga-harga saham. Tindakan para investor dalam mengambil keputusan untuk menjual, membeli maupun menahan sahamnya biasanya tergantung dari pergerakan indeks. Maka dari itu indeks harga saham merupakan indikator yang penting dalam kegiatan pasar modal. Naik turunnya pergerakan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari indeks harga saham gabungan. Jadi tidak hanya para investor saja yang melihat pergerakan ekonomi suatu negaranya, namun semua orang juga bisa melihatnya. Bahkan semakin canggihnya teknologi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa juga tercantum di surat-surat kabar. Pergerakan ekonomi biasanya juga berpengaruh dengan kegiatan politik. Para analisator yang biasanya menganalisis adanya keterkaitan antara kegiatan politik dengan kegiatan investasi di pasar modal, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat dijadikan sebuah indikator untuk mengukur kebangkitan perekonomian suatu bangsa. Indeks harga saham, tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan kurs rupiah yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun merupakan beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan perekonomian suatu negara. Peristiwa ini dapat terlihat pada tabel berikut ini:
1
2
Tabel 1 Perkembangan IHSG, Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah tahun 2007 - 2011 Tingkat Suku Tahun IHSG Tingkat Inflasi Kurs Rp/ USD Bunga SBI 2007 2,210.98 6.40 8.63 9.210 2008
2,087.59
10.31
9.19
9.810
2009
2,014.07
4.79
7.27
10.410
2010
3,095.13
5.13
6.40
9.120
2011
3,746.07
5.38
6.90
8.820
Sumber: Bank Dunia dan Bank Indonesia
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2007 indeks harga saham mengalami peningkatan dan pada tahun 2008 sampai 2009 cukup stabil. Indeks harga saham terlihat mengalami peningkatan dengan rata-rata yang sangat tinggi yaitu pada tahun 2011. Tingkat Inflasi terendah terjadi pada tahun 2009 dan tertinggi tahun 2008. Rata-rata tingkat suku bunga SBI tertinggi adalah tahun 2008 dan terendah tahun 2010. Kurs rupiah stabil pada tahun 2007 sampai tahun 2008 dan mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2009, namun mengalami penurunan pada kurs rupiah tahun 2010 sampai tahun 2008. Inflasi merupakan salah satu fenomena ekonomi yang cukup menarik perhatian para ahli ekonomi, karena banyaknya dampak yang ditimbulkan dan saling berkaitan satu sama lain. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai dampak luas yang ditimbulkan oleh adanya inflasi terhadap perkembangan perekonomiannya. Adanya ketidakstabilan antara arus barang dan arus uang yang beredar menyebabkan kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus-menerus.
3
Naiknya harga-harga umum secara terus-menerus menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan produk-produk yang dihasilkan tidak habis terjual. Sehingga produsen memutuskan untuk tidak menambah besaran investasinya. Ketika besaran investasi menurun maka tingkat pendapatan negara juga pasti akan menurun. Akhirnya menyebabkan perekonomian negara tidak stabil dan salah satu dampak negatifnya adalah mengalami kerugian pada keuangan negara. Sutedi (2010:278) menyatakan bahwa inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Harga-harga yang menurun secara umum dan terus-menerus juga dapat dikatakan sebagai inflasi. Inflasi merupakan indikator perekonomian yang penting, karena tinggi rendahnya tingkat inflasi akan menggambarkan keadaan perekonomian suatu negara. Banyak dampak yang akan dialami oleh suatu negara, apabila negara tersebut tidak bisa mempertahankan inflasi menjadi rendah ataupun stabil. Menjaga kestabilan tingkat inflasi juga dipengaruhi oleh kestabilan jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang yang beredar berlebihan maka tingkat tingkat inflasi juga semakin tinggi. Inflasi biasanya terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang, contohnya adalah negara Indonesia.Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan uang asing lainnya mengalami depresiasi akibat kenaikan inflasi dan banyaknya hutang yang dimiliki Indonesia. Pada tahun 1968 Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Bank Sentral yang mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia menjadi terpisah dengan bankbank komersial lainnya dan dinyatakan sebagai Bank sentral. Namun krisis keuangan terjadi di Indonesia pada tahun 1998 dengan ditandainya tingkat suku
4
bunga, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dan memicu adanya inflasi. Kondisi ini mempengaruhi para investor dalam melakukan investasi karena takut mengalami kerugian. Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan moneter yang akan tetap mempertahankan tingkat inlasi yang rendah. Pada tahun 1999 sesuai dengan Undang-Undang No.23/1999 menetapkan bahwa Bank Indonesia mempunyai tujuan tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Seiring berjalannnya waktu, keadaan perekonomian Indonesia mulai membaik dan menunjukkan respon positif dari para investor. Terbukti banyaknya investor yang berinvestasi pada pasar modal, karena perkembangan Bursa Efek Indonesia yang mengalami perkembangan yang cukup signifikan dengan menyediakan informasi tentang pergerakan harga saham pada Indeks Harga Saham Gabungan. Hal inilah yang mempermudah para investor untuk membuat keputusan dalam berinvestasi. Meskipun ada banyak faktor yang mempengaruhi jumlah permintan uang, namun suku bunga merupakan faktor yang digaris bawahi oleh teori preferensi. Karena dengan adanya suku bunga maka akan ada kesempatan untuk memiliki uang. Contohnya adalah jika kita mempunyai uang di dompet dan tidak berupa obligasi berbunga, maka kita tidak mempunyai kesempatan untuk mendapatkan bunga yang seharusnya kita dapatkan apabila uang kita berupa obligasi. Menurut teori preferen likuiditas, suku bunga berubah-ubah untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang. Suku bunga keseimbangan adalah jenis suku bunga yang menyebabkan jumlah permintaan uang tepat seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Apabila suku bunga
5
bunga berada di tingkat lain, orang akan berusaha menyesuaikan portofolio aset mereka sehingga mendorong suku bunga ke titik keseimbangannya. Sektor property dan real estate merupakan sektor yang dibutuhkan oleh semua orang untuk melakukan aktivitas-ativitasnya sehari-hari. Misalnya kantor untuk bekerja, sekolah untuk belajar dan menuntut ilmu, rumah sakit untuk tempat berobat, pusat perbelanjaan untuk membeli bahan-bahan makanan dan minuman, tempat hiburan untuk refreshing dan yang terpenting adalah rumah atau appartemen untuk tempat tinggal. Manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu mempunyai rumah atau appartement untuk tempat tinggal. Jadi bagaimanapun kondisi perekonomian suatu negara maka rumah atau appartmen menjadi sektor yang harus dimiliki oleh semua orang. Begitu juga dengan pertumbuhan sektor property dan real estate yang semakin lama semakin berkembang. Hal ini terlihat dari semakin naiknya harga tanah dan bangunan. Tersedianya tanah yang bersifat tetap sedangkan permintaan yang cenderung meningkat pada tanah dan bangunan setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk yang
semakin
meningkat
menyebabkan
meningkatnya
juga
kebutuhan
masayarakat pada rumah, rumah sakit, sekolah, universitas, pusat perbelanjaan dan tempat hiburan. Hal ini membuat para investor tertarik untuk bernvestasi pada sektor property dan real estate karena sektor ini dianggap memilki nilai yang cukup tinggi, cukup stabil, dan aman.
6
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perusahan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2014? 2. Apakah ada pengaruh tingkat suku bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perusahan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2014? 3. Apakah ada pengaruh nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perusahan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2014? 1.3
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan tingkat inflasi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2014. 2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan tingkat suku bunga pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2014. 3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan nilai tukar rupiah pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2014.
7
1.4
Manfaat Penelitian a. Kontribusi Praktis Menjadi bahan pembanding mengenai dampak dari perubahan tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham (IHSG) perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia. b. Konstribusi Teoritis Menjadi informasi maupun referensi bagi para peneliti untuk melakukan penelitian-penelitian lain di masa yang akan datang. c. Kontribusi Kebijakan Memberikan bahan pertimbangan kepada para investor agar dapat menentukan langkah-langkah sebelum melakukan investasi.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Agar peneliti dapat memfokuskan permasalahan pada penelitian ini, maka peneliti hanya akan memfokuskan tentang pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2014.