BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian Globalisasi yang terjadi di tengah perekonomian membawa dampak bagi
dunia usaha. Persaingan semakin ketat antar perusahaan menyebabkan perusahaan berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan menjadi yang terbaik di antara yang lain. Perusahaan yang tidak dapat menyesuaikan kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan akan mengalami penurunan bahkan ada kecenderungan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan perusahaan merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi di dalam dunia usaha yang dapat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal perusahaan. Misalnya saja dengan kenaikan biaya bahan baku dan biaya lain seperti biaya upah dan biaya listrik tanpa diimbangi dengan kenaikan pendapatan, adanya produk pesaing yang lebih unggul sehingga dapat berpengaruh terhadap penurunan penjualan dan laba. Ketidakmampuan manajer keuangan dalam mengelola perusahaan lambat laun akan berpengaruh terhadap penurunan kinerja perusahaan dan dapat menyebabkan timbulnya potensi kebangkrutan. Untuk mengantisipasi terjadinya kebangkrutan maka perusahaan harusnya memiliki perhitungan sejak awal untuk mencegah agar tidak terjadi hal yang tidak
1
2
diinginkan. Perusahaan diharapkan dapat menilai kondisi perusahaan yang sedang berjalan agar memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi perusahaan sekarang ini, sehingga perusahaan dapat mengetahui tindakan apa yang tepat untuk mempertahankan perusahaannya dan memperbaiki kekurangan agar perusahaan dapat bertahan dan memiliki daya saing. Informasi seperti ini dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan dan menentukan langkah-langkah yang tepat untuk melakukan inovasi atau perbaikan yang mempunyai dampak di masa yang akan datang. Jika suatu perusahaan bangkrut, maka akan banyak pihak yang dirugikan. Pihak tersebut adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut, terutama pihak eksternal seperti investor dan kreditor. Investor akan dirugikan karena telah menanamkan sahamnya di perusahaan dan kreditor yang akan rugi karena telah terlanjur memberikan pinjaman yang pada akhirnya tidak dapat dilunasi (tidak tertagih). Untuk itu, investor dan kreditor membutuhkan suatu alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi dan memprediksi terhadap adanya potensi (indikasi) kebangkrutan perusahaan. Dengan demikian, alat tersebut dapat dijadikan sebagai peringatan awal terhadap kemungkinan adanya kesulitan keuangan bahkan kebangkrutan yang nantinya dihadapi perusahaan. Bagi pihak manajemen, hal ini sangat bermanfaat dalam melakukan tindakan antisipatif melalui tindakan-tindakan perbaikan pada perusahaan. Salah satu alat yang digunakan perusahaan untuk menilai kondisi atau kinerja perusahaan adalah melalui evaluasi kinerja yang disusun menjadi laporan keuangan
3
yang dihasilkan setiap periodenya. Agar perusahaan dapat mengetahui lebih jelas kondisi perusahaan sekarang ini, maka perusahaan dapat membandingkan laporan keuangan setiap periodenya Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dapat membantu pihak internal maupun eksternal dalam menginterpretasikan keadaan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat mencerminkan keadaan perusahaan sebenarnya. Agar laporan keuangan lebih berguna terdapat teknik analisis yang sering digunakan agar dapat mengintepretasi laporan tersebut yaitu dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laba rugi baik secara individu maupun secara simultan (Jumingan, 2006:242) Seiring dengan berjalannya waktu, rasio-rasio keuangan bukan hanya untuk menginterpretasikan baik atau buruknya kondisi suatu keuangan dan hasil operasi perusahaan tetapi juga dapat digunakan dalam menganalisis dan memprediksi kecenderungan kebangkrutan suatu perusahaan yang berguna untuk melakukan peramalan terhadap bisnis maupun kebangkrutan itu sendiri. Salah satu metode peramalan kebangkrutan yang terbukti memberikan banyak manfaat adalah metode Z-score. Metode ini dikembangkan oleh Edward I Altman (1968), seorang ekonom keuangan. Metode ini merupakan pengembangan dari teknik statistik multiple discriminant yang menggabungkan efek beberapa variabel dalam metodenya. Metode Altman ini merupakan suatu metode analisis keuangan yang telah
4
banyak digunakan di Amerika Serikat. Altman menggunakan laporan keuangan suatu periode sebelum perusahaan bangkrut. Dari 22 rasio keuangan yang digunakan terdapat 5 rasio keuangan yang ternyata ditemukan paling berkontribusi terhadap metode prediksi Altman. Kelima rasio tersebut adalah (1) Rasio modal kerja terhadap total aset, (2) Rasio laba ditahan terhadap total asset, (3) Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total asset, (4) Rasio nilai pasar terhadap nilai buku dan (5) Rasio penjualan terhadap total asset. Dalam perkembangannya Altman terus memodifikasi model ini. Sehingga pada tahun 1995 Altman mengeliminasi X5 yaitu sales to total assets karena menurut Altman nilai sales selalu berubah-ubah dalam industri. Oleh karena itu penulis memilih model Altman Modifikasi 1995. Selanjutnya Gordon L.V. Springate (1978) melakukan penelitian yang serupa untuk menemukan suatu metode yang dapat digunakan dalam memprediksi adanya potensi (indikasi) kebangkrutan perusahaan. Gordon L.V. Springate akhirnya menemukan 4 rasio yang dapat digunakan dalam memprediksi adanya potensi (indikasi) kebangkrutan perusahaan. Keempat rasio tersebut adalah (1) Rasio modal kerja terhadap total aset, (2) Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset, (3) Rasio laba sebelum pajak terhadap total liabilitas, dan (4) Rasio total penjualan terhadap total aset. Keempat rasio tersebut dikombinasikan dalam suatu formula yang dirumuskan Gordon L.V. Springate yang selanjutnya terkenal dengan istilah Metode Springate. Penggunaan metode prediksi Altman dan metode Springate dianggap cukup untuk dapat dihasilkannya suatu hasil analisis potensi suatu perusahaan (Adnan dkk.
5
: 2010), termasuk dalam hal ini adalah melakukan prediksi potensi kebangkrutan pada perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan industri telekomunikasi memegang peranan penting bagi kehidupan manusia di dunia, karena adanya sarana telekomunikasi memudahkan aktivitas komunikasi antar sesama manusia tanpa terbatas oleh jarak, tempat dan waktu yang diinginkan Kemajuan teknologi memacu persaingan yang semakin ketat antara perusahaan yang bergerak di dalam industri telekomunikasi baik nasional maupun internasional. Oleh karena itu, perusahaan yang bergerak di industri telekomunikasi selalu berusaha menawarkan jasa yang terbaik bagi masyarakat sebagai konsumen dengan terus mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam memasarkan produknya sehingga diharapkan perusahaan bisa berhasil dalam mencapai target penjualan yang telah ditetapkan. Telekomunikasi yang berkembang dengan pesat dewasa ini membawa banyak perubahan, hal ini dipengaruhi tuntutan zaman dimana masyarakat modern membutuhkan suatu informasi yang cepat, tepat dan akurat. Terdapat dua jenis jalur atau media komunikasi yaitu, melalui media kabel dan media nirkabel, dimana dalam penelitian ini peneliti memilih telekomunikasi nirkabel dikarenakan teknologi telekomunikasi nirkabel akhir-akhir ini lebih sering digunakan dibanding teknologi telekomunikasi kabel. Menurut
Silalahi
(2002:14)
telekomunikasi
nirkabel
berarti
sistem
telekomunikasi yang memberikan layanan komunikasi yang mobile kepada
6
pelanggannya, yang disebut dengan layanan telepon mobile. Saat ini lebih dikenal sebagai telepon selular atau ponsel, telepon genggam atau handphone dan atau telepon mobile. Terdapat dua teknologi layanan telepon mobile dalam media nirkabel, yang menggunakan basis berbeda dan tidak saling berhubungan, yaitu teknologi GSM dan CDMA. GSM (Global System for Mobiles) mengandung pengertian suatu sistem komunikasi digital yang memanfaatkan gelombang mikro serta pengiriman sinyal yang terbagi menurut waktu (TDMA) dan frekuensi (FDMA), hingga informasi yang diolah akan terkirim sampai ke tujuan melalui sinyal tersebut. Metode ini merupakan teknologi paling populer yang banyak dipakai pengguna di seantero dunia, hingga dijadikan standar global dalam teknologi selular. Sedangkan teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) mengandung arti yakni suatu sistem akses secara bersamasama yang dalam pembagian kanal bukan berdasarkan frekuensi (seperti pada FDMA) maupun waktu (pada TDMA), akan tetapi melalui pengkodean data dengan setiap kanal yang ada serta memakai karakter-karakter interferensi konstruktif dari kode-kode tertentu tersebut guna melakukan pemultipleksan. Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan, dari awalnya hanya terdapat satu perusahaan (1994) menjadi 10 perusahaan (2007), seperti terlihat pada tabel 1.1. Pada tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan jumlah perusahaan yang bergerak di industri telekomunikasi dari tahun 1994-2007. Namun jumlah tersebut berkurang pada tahun 2009 dengan terjadinya proses merger antara PT Mobile-8 telecom dengan PT Smart Telecom.
7
Tabel 1.1 Sejarah Perkembangan Industri Telekomunikasi di Indonesia Tahun No.
Nama Pe rus ahaan
Te knologi
Ke te rangan
1
PT. Satelit Palapa Indonesia (SATELINDO) sekarang PT. Indosat Tbk.
GSM
PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul sebagai operator GSM pertama di Indonesia (sekarang INDOSAT)
2
PT. Telekomunikasi SellulerTbk. (TELKOMSEL)
GSM
Pada tanggal 26 Mei 1995 didirikan sebuah perusahaan telekomunikasi bernama Telkomsel, sebagai operator GSM nasional kedua di Indonesia
1996
3
PT. EXCELLCOMINDO (XL) sekarang PT. XL AXIATA Tbk.
GSM
2002
4
PT. Telkom Tbk.
CDMA
5
PT. Bakrie Telecom Tbk.
CDMA
6
PT. Mobile-8 Telecom
CDMA
2004
7
PT. Natrindo Telepon Seluler sekarang PT AXIS Telekom Indonesia
GSM
2005
8
PT. Sampoerna Telekomunikasi
CDMA
9
PT. Hutchison Charoen Pokphand Telecom
GSM
Selanjutnya muncul kembali teknologi GSM pada tahun 2007 yang di usung oleh PT Hutchison Charoen Pokphand Telecom (HCPT) dengan produk andalannya 3 (tri).
10
PT. Smart Telecom
CDMA
Muncul Smart sebagai provider CDMA yang terakhir
1994
1995
2003
2007
PT Excelcomindo Pratama (Excelcom, sekarang XL Axiata) yang berbasis GSM muncul sebagai operator seluler nasional ketiga Pada Desember 2002, Flexi hadir sebagai operator CDMA pertama di Indonesia, di bawah pengawasan PT Telkom Indonesia, PT Bakrie Telecom meluncurkan produk esia sebagai operator CDMA kedua Kemudian hadir Fren sebagai merek dagang PT Mobile-8 Telecom pada Desember 2003 Pada tanggal 17 September 2004, PT Natrindo Telepon Seluler (Lippo Telecom, sekarang PT Axis Telekom Indonesia) melahirkan AXIS Kemudian muncul lagi operator CDMA yaitu Sampoerna Telekomunikasi Indonesia meluncurkan merk dagang bernama ceria
Sumber :diolah kembali dari http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_seluler_di_Indonesia
8
Pada tabel 1.2 terlihat pangsa pasar GSM masih mendominasi dibandingkan CDMA. Pangsa pasar pada tahun 2009 sebesar 83,53% dan meningkat menjadi 86,23% pada tahun 2012. Sedangkan dari 5 perusahaan telekomunikasi hanya terdapat 4 perusahaan yang Go Public.
9
Tabel 1.2 Perbandingan Perolehan Pelanggan Tahun 2009 dan Tahun 2012 Untuk Setiap Operator di Indonesia (dalam juta) No.
Perusahaan
Produk / Jaringan
Jumlah Pe langgan (dlm juta)
%
Jumlah Pe langgan (dlm juta)
%
2012
2009 1
PT. Hutchison Charoen Pokphand Telecom
3 / GSM
6,40
3,38%
21
7,48%
2
PT Indosat Tbk
IM3, Indosat Matrix, Indosat / GSM
33,10
17,50%
51,7
18,44%
3
PT. AXIS Telekom Indonesia
Axis / GSM
5,43
2,87%
5,05
1,80%
81,64
43,16%
121,56
43,36%
31,44 158,01
16,62% 83,53%
42,47 241,78
15,15% 86,23%
10,60
5,60%
14,6
5,21%
0,57
0,30%
0,197
0,07%
Fren, Mobi dan Hepi / CDMA
3,06
1,62% 9,6*
3,42%
PT. Smart Telecom Smart CDMA
2,65
1,40%
4
5 1 2 3 4
Kartu AS, Kartu PT. Telkomsel HALO dan Si mpati / GSM PT. XL Axiata XL / GSM TOTAL GSM PT. Bakrie Esia / CDMA Telecom StarOne / PT Indosat Tbk CDMA PT. Mobile-8
5
PT. Sampoerna Telekom
Ceria / CDMA
0,78
0,41%
6
PT. Telkom Tbk
Flexi /CDMA
13,49
7,13%
14,2
5,06%
31,147
16,47%
28,997
13,76%
TOTAL CDMA
TOTAL 189,16 100% 270,78 * merger pada tahun 2010 menjadi PT. SmartFren Telecom
100%
Sumber : Diolah kembali dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_seluler_di_Indonesia
10
Pada perusahaan yang bergerak di teknologi GSM, terlihat PT. Hutchison Charoen Pokphand Telecom yang masih tergolong pemain baru (muncul pada tahun 2007) mampu menaikan pangsa pasarnya, melebihi perusahaan lain dalam teknologi yang sama. Sedangkan untuk teknologi CDMA, secara total perbandingan proporsi pangsa pasar mengalami penurunan. Sehingga pada tahun 2009 terdapat 10 perusahaan yang bergerak didalam bidang telekomunikasi nirkabel dengan jumlah pelanggan 189,158 juta yang mengalami kenaikan sebesar 48,20% pada tahun 2012 sehingga menjadi 280,337 juta. Menurut fenomena (dikutip dari http://finance.detik.com diakses tanggal 28 Februari 2013) Laba bersih PT XL Axiata Tbk (EXCL) pada semester I-2012 mengalami penurunan 4,07% dari Rp 1,522 triliun menjadi Rp 1,46 triliun. Turunnya kinerja perseroan karena tingginya beban operasional, beban perseroan ternyata lebih besar dibandingkan pendapatan EXCL. Total beban mencapai Rp 7,91 triliun, naik dari periode sebelumnya Rp 6,64 triliun. Akumulasi terbesar ada pada beban operasi, mencapai Rp 3,46 triliun, dari sebelumnya hanya Rp 2,62 triliun. Selanjutnya (dikutip dari (http://www.tempo.co/read/news/2009/11/29/087210934/Laba-Bakrie-TelecomTurun) Bakrie Telecom (BTEL) mengalami penurunan laba bersih dari tahun 2008 sebesar Rp 121 miliar menjadi Rp 97 miliar. Penurunan laba bersih ini terutama dipicu kenaikan beban bunga dan dan biaya depresiasi seiring penambahan aset akibat perluasan jangkauan wilayah layanan
11
Penelitian ini akan penulis fokuskan pada perusahaan telekomunikasi yang go public di Bursa Efek Indonesia (PT. Telkom Tbk, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk dan PT Bakrie Telecom Tbk). Kemudian peneliti akan membandingkan metode bagaimana prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode analisis Altman Zscore dengan metode analisis Springate. Untuk kemudian akan diprediksi bangkrut atau tidaknya perusahaan tersebut dan kemudian dibandingkan hasil yang diperoleh dengan penelitian sebelumnya (Adnan dan Dicky:2010) Melihat kondisi tersebut, analisis kinerja keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja ketiga perusahaan tersebut, sehingga dapat menjadi referensi dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen, pihak investor dan pihak kreditor. Berdasarkan gambaran dan uraian yang telah dibahas dengan judul “Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Menggunakan Metode Altman ZScore dan Metode Springate pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011”,
12
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan masalah yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan dan analisis rasio keuangan dengan menggunakan metode Altman Z-score modifikasi dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011? 2. Bagaimana perkembangan dan analisis rasio keuangan dengan menggunakan metode Springate dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20082011?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana perkembangan rasio keuangan yang dipergunakan dalam
metode Altman Z-score dan mengetahui hasil dari prediksi
kebangkrutan perusahaan dengan analisis metode Altman Z-score pada perusahaan telekomunikasi.
13
2. Mengetahui bagaimana perkembangan rasio keuangan yang dipergunakan dalam metode Springate dan mengetahui hasil dari prediksi kebangkrutan perusahaan
dengan
analisis
metode
Springate
pada
perusahaan
telekomunikasi.
1.4.
Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis a. Mengaplikasikan teori-teori manajemen khususnya manajemen keuangan yang telah dipelajari kedalam permasalahan yang terjadi dalam kehidupan nyata. b. Memberikan
sumbangsih
pendidikan
untuk
semua
pihak
yang
membutuhkan. c. Membandingkan hasil dari analisis metode Altman Z-score dengan analisis metode Springate dalam menganalisis kebangkrutan suatu perusahaan. 2. Kegunaan Praktis a. Menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, dan mengetahui sejauh mana hubungan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek yang terjadi di lapangan. b. Sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk
14
mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan mengetahui kemungkinan kelangsungan hidup yang akan terjadi pada perusahaan di masa yang akan datang.
1.5.
Kerangka Pemikiran Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau
lembaga dengan tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Disamping itu ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam persaingan, berkembang (growth) serta dapat melaksanakan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan global akan mengakibatkan mengecilnya volume usaha yang pada akhirnya mungkin mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Risiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan disusun secara periodik. Periode yang biasa digunakan adalah tahun yang dimulai dari misalnya 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember. Periode seperti ini disebut dengan periode tahun kalender. Selain tahun kalender, periode akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1
15
Januari. Istilah periode akuntansi yang seperti ini sering disebut dengan isilah periode tahun buku. Periode tahun buku yang digunakan dapat secara tahunan, atau menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek misalnya bulanan, triwulan atau kwartalan. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input yaitu informasi yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan. Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penguraian pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan sangat membantu manajemen dalam menilai kinerja perusahaannya sehingga dapat mengambil keputusan lebih lanjut baik itu dalam hal investasi, ekspansi, ataupun pendanaan perusahaan. Di lain pihak analisis laporan keuangan juga membantu investor yang ingin menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Kebangkrutan
(bankruptcy)
biasanya
diartikan
sebagai
kegagalan
perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan (menurut Hanafi 2003:263). yaitu : 1
Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed) berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi
16
biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan. 2
Kegagalan Keuangan (Financial distressed) mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed.
Dalam menilai suatu kegagalan keuangan terdapat beberapa metode, namun dalam penelitian ini penulis hanya memilih dua metode yaitu Altman Z-score dengan Springate untuk kemudian dibandingkan hasilnya. Metode yang pertama dinamakan Z-score dalam bentuk aslinya adalah metode linier dengan rasio keuangan yang diberi bobot untuk memaksimalkan kemampuan metode tersebut dalam memprediksi. Metode ini pada dasarnya hendak mencari nilai “Z” yaitu nilai yang menunjukkan kondisi perusahaan, apakah dalam keadaan sehat atau tidak dan menunjukkan kinerja perusahaan yang sekaligus merefleksikan prospek perusahaan dimasa mendatang (Ramadhani dan Lukviarman : 2009). Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel yang dipilih, Altman menghasilkan metode kebangkrutan pertama. yang ditujukan untuk memprediksi sebuah perusahaan publik manufaktur. Persamaan dari metode Altman pertama yaitu Z = 1,2XI + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5
17
Keterangan: Z = Bankruptcy Index X1 = Working Capital / Total Asset X2 = Retained Earnings / Total Asset X3 = Earning Before Interest And Taxes/Total Asset X4 = Market Value Of Equity / Book Value Of Total Debt X5 = Sales / Total Asset. Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai Z yang dapat menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang dan yang dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Jika nilai Z < 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b. Jika nilai 1,8 < Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). c. Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. Terdapat 3 metode Altman Z-score, yaitu : 1. Altman Z-score 1968 original (untuk perusahaan Go Public) 2. Altman Z-score 1983 (untuk perusahaan non Go Public) 3. Altman Z-score 1995 (untuk semua perusahaan) Penulis memilih metode Altman Z-score 1995 dalam penulisan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adnan dkk (2010). Sedangkan metode yang kedua dikembangkan pada tahun 1978 oleh Gorgon L.V. Springate, sehingga disebut
18
metode Springate. Metode ini mengikuti prosedur yang dikembangkan Altman, Springate mengunakan step – wise multiple discriminate analysis untuk memilih empat dari 19 rasio keuangan yang popular sehingga dapat membedakan perusahaan yang berada dalam zona bangkrut atau zona aman. Metode Springate merumuskan sebagai berikut :
S=1.03A + 3.07B +0.66C +0.4D Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada metode Springate yaitu:
= =
=
=
Dengan nilai cut-off untuk perhitungan metode springate sebagai berikut : a. Z < 0,82 , maka perusahaan dinyatakan bangkrut (perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius) b. Z > 0,82 , maka perusahaan dinyatakan tidak bangkrut (perusahaan tidak mengalami masalah dengan kondisi keuangan)
19
Penggunaan metode ini di ujikan oleh Springate pada 40 perusahaan dengan tingkat keakuratan sebesar 92,5% (Adnan dkk. : 2010)
20
LAPORAN KEUANGAN
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KEBANGKRUTAN
METODE PREDIKSI KEBANGKRUTAN
METODE ALTMAN Z-SCORE (1995)
X1
Z < 1,1 BANGKRUT
X2
X3
1,1 < Z < 2,6 GREY AREA
METODE SPRINGATE
A
X4
Z > 2,6 TIDAK BANGKRUT
B
Z < 0,82 BANGKRUT
C
D
Z > 0,82 TIDAK BANGKRUT
Gambar 1.1 Skema Evaluasi Kinerja Perusahaan Keterangan : Metode Altman Z-score (1995)
Metode Springate
X1 = Working Capital / Total Asset
A=Working Capital/Total Asset
X2 = Retained Earnings / Total Asset
B = EBIT / Total Asset
X3 = EBIT / Total Asset
C = EBT / Current Liabilities
X4 = Book Value of Equity / Total Liabilities
D = Sales / Total Assets
21
1.6
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metode deskriptif secara
mendalam untuk memprediksi kondisi yang kemungkinan terjadi saat ini. Menururt Muhammad Nazir (2005:89), metode deskriptif adalah : “Studi untuk menentukan fakta dengan interpretasi yang tepat, dimana termasuk didalamnya studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan individu, serta studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimalisasikan bias dan memaksimumkan realibilitas”. Penelitian dengan metode ini dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Tujuan penelitian deskriptif adalah memberikan kepada peneliti sebuah riwaya tatau untuk menggambarkan aspek - aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri, atau lainnya yang kemudian penelitian ini membantu peneliti untuk memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut atau membuat keputusan tertentu yang sederhana. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari web-web masing-masing perusahaan dan situs resmi BEI (www.idx.co.id) yaitu berupa laporan keuangan.
22
Adapun Schedule penyusunan skripsi sebagai berikut : BULAN KEGIATAN
1 I
II III IV
2 I
II III IV
I
3 II III IV
I
4 II III IV
PENGUMPULAN DATA BAB I REVISI BAB 1 PENGUMPULAN TEORI BAB 2 REVISI BAB 2 PENGUMPULAN TEORI BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 4 REVISI BAB 4 KESIMPULAN BAB 5 OVER ALL SIDANG SKRIPSI
1.8 Penelitian Terdahulu Sebagai salah satu acuan untuk penelitian ini, peneliti menarik contoh dari beberapa penelitian terdahulu yang dapat dilihat di tabel 1.3
23
24
25