BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Dewasa ini pengukuran kinerja menjadi suatu komponen penting bagi
pihak manajemen dalam menilai performa perusahaannya. Hal ini dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat mengetahui hal – hal apa saja yang perlu diperbaiki dalam meningkatkan performa perusahaan. Namun hingga saat ini, masih banyak perusahaan bahkan perusahaan besar sekalipun yang masih melakukan pengukuran kinerja yang hanya diukur melalui perspektif keuangannya saja. Padahal masih banyak perspektif – perspektif lain yang juga mendukung kemajuan atau peningkatan performa dalam suatu perusahaan. Menurut Kaplan & Norton (2000 : 19) Sistem pengukuran yang diterapkan perusahaan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perilaku manusia di dalam maupun di luar organisasi. Untuk berhasil dan tumbuh dalam persaingan abad informasi, perusahaan harus menggunakan sistem pengukuran dan manajemen yang diturunkan dari strategi dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan. Sayangnya, banyak perusahaan yang mencanangkan strategi tentang hubungan dengan pelanggan, kompetensi utama, dan kapabilitas perusahaan ketika proses memotivasi dan mengukur kinerja masih dilaksanakan dengan menggunakan berbagai ukuran finansial.
1
2
Untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan, diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif: keuangan, customer, proses, dan pembelajaran serta pertumbuhan. Ukuran ini disebut Balanced Scorecard, yang dipandang cukup komprehensif untuk memotivasi eksekutif dalam mewujudkan kinerja dalam keempat perspektif tersebut, agar keberhasilan keuangan yang diwujudkan perusahaan bersifat berkesinambungan (sustainable). Dengan memperluas ukuran kinerja eksekutif ke kinerja non keuangan, ukuran kinerja eksekutif menjadi komprehensif (penilaian secara terukur, terencana, dan menyeluruh). Balanced Scorecard memperluas ukuran kinerja eksekutif keempat perpektif: keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard, kinerja keuangan yang dihasilkan oleh eksekutif harus merupakan akibat diwujudkannya kinerja dalam pemuasan kebutuhan customer, pelaksanaan proses yang produktif dan cost-effective, dan / atau pembangunan personel yang produktif dan berkomitmen. Metode Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton memberikan solusi bagi para pihak manajemen untuk dapat melakukan penilaian terhadap performa perusahaaannya yang tidak hanya dilakukan berdasarkan pada perspektif keuangan saja namun juga melalui perspektif – perspektif non keuangan. Pengukuran kinerja yang dilakukan dengan menerapkan metode Balanced Scorecard dapat memberikan gambaran bagi pihak manajemen perusahaan sebagai sebuah kerangka kerja untuk mewujudkan visi, misi dan strategi perusahaan sebagai suatu ukuran kinerja yang telah tergolong dalam 4 perspektif, yaitu: (1) Perspektif Keuangan (Financial Perspective), (2) Perspektif
3
Pelanggan (Customer Perspective), (3) Perspektif Bisnis Internal (Internal Bussiness Perspective), dan
(4) Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
(Learning and Growth Perspective). Oleh karena itu, metode Balanced Scorecard merupakan suatu alat pengukur kinerja yang memiliki keistimewaan yang cukup komprehensif (penilaian secara terukur, terencana, dan menyeluruh) karena disamping melakukan pengukuran kinerja dengan berdasar pada aspek keuangan juga melakukan pengukuran kinerja yang berdasarkan pada aspek non keuangan. Disamping itu dengan adanya 4 perpektif yang terdapat pada metode Balanced Scorecard diharapkan mampu mengarahkan seluruh elemen pegawai dari tingkat atas hingga tingkat bawah untuk lebih mengenal visi dan misi perusahaan sehingga seluruh elemen pegawai mampu mengemban tugas secara bersama-sama dalam mewujudkan tujuan perusahaan yang selaras dengan visi dan misi perusahaan. Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana metode Balanced Scorecard mampu menjadi suatu metode pengukuran kinerja yang baik dan mampu menjadi suatu sistem bagi pihak manajemen perusahaan dalam upaya peningkatan mutu perusahaan dalam pencapaian visi dan misi pada perusahaan otomotif PT Smart Mulia Abadi Sidoarjo.
4
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas,
maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah: 1.
Sejauh mana
metode balanced scorecard dapat membantu upaya PT
Smart Mulia Abadi Sidoarjo dalam pencapaian visi dan misi perusahaan? 2.
Apakah kinerja yang telah dilakukan oleh PT Smart Mulia Abadi Sidoarjo sudah dapat dikatakan baik jika dinilai berdasarkan perspektif – perspektif dalam balanced scorecard?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah: 1.
Agar dapat mengetahui sejauh mana metode balanced scorecard sebagai alat pengukur kinerja yang komprehensif (penilaian yang bersifat terukur, terencana, dan menyeluruh) dan koheren (saling berkaitan) pada suatu perusahaan.
2.
Agar dapat mengetahui bagaimana jika perspektif – perspektif pada balanced scorecard diterapkan pada PT Smart Mulia Abadi Sidoarjo dalam pencapain visi, misi perusahaan.
5
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan oleh peneliti sehubungan dengan dilakukannya
penelitian ini adalah: 1. Kontribusi Praktis a. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan kinerja manajemen pada PT Smart Mulia Abadi Sidoarjo. b. Dapat dijadikan sebagai alternatif penerapan strategi pengukuran kinerja yang dapat diterapkan guna mewujudkan pencapaian visi dan misi perusahaan.
2. Kontribusi Teoritis a) Dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau perbandingan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik penelitian yang sejenis. b) Berguna bagi penulis maupun pembaca lainnya sebagai penambah wawasan dan pengetahuan tentang pengukuran kinerja dengan metode Balanced Scorecard.
3. Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi para pihak manajemen perusahaan untuk digunakan sebagai Perencanaan Laba Jangka Panjang yang komprehensif dan koheren.
6
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan pada pokok permasalahan yang timbul pada permasalahan
yang telah dikemukakan diatas, maka penulis membatasi pembahasan hanya sebatas pada proses implementasi metode Balanced Scorecard pada PT Smart Mulia Abadi Sidoarjo yang didasarkan pada 4 perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang akan dibandingkan dengan tingkat persentase tahun sebelumnya untuk mengetahui peningkatan atau penurunan tingkat kinerja yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini dilakukan menggunakan data pada periode kurun waktu 2 tahun terakhir (2011 – 2012).