BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke didefinisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak dan akibat gangguan pembuluh darah di otak (Pinzon et.al, 2010).Stroke merupakan penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia.Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang (Feigin, 2007). Stroke juga merupakan penyebab kecatatan yang utama (Pinzon, et.al 2010). Yayasan Stroke Indonesia tahun 2011 menyatakan Indonesia sebagai negara dengan jumlah stroke terbesar di Asia. Gejala stroke dapat bersifat fisik, dan psikologis. Gejala fisik paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya sensasi di wajah, lengan, atau tungkai di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami (tanpa gangguan pendengaran), kesulitan menelan, dan hilangnya sebagian penglihatan di salah satu sisi (Feigin, 2010). Dari segi neurologik, tindakan medis dan upaya pemulihan yang dilakukan berdasarkan pada usaha untuk mencega kerusakan sel otak yang lebih luas, kemungkinan terbentuk sirkuit-sirkuit atau lintasan-lintasan penghubung yang baru, dan fungsi yang lebih aktif dari sel-sel otak yang semula pasif atau menjadi hipoaktif. Dengan perkatan lain berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin keberadaan sel-sel otak yang masi sehat (Enny Mulyatsih, 2008).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Strok
memerupakan
penyebab
kematian
terbesar
ketiga
didunia
denganlaju mortalitas 18 - 37 % untuk strokepertama dan 62 % untuk stroke berulang (Smeltzer, 2007), artinya penderita stroke berulang memiliki resiko kematian duakali lebih besar dibandingkan penderita stroke. Tingginya insiden kematian padapenderita stroke maupun strokeberulang perlu mendapatkan perhatian khusus karena diperkirakan 25% orang yang sembuh dari stroke pertama akan mendapatkan strokeberulang dalam waktu 1 - 5 tahun (Adientya & Handayani,2012). Bagi penderita stroke, mengalami stroke merupakan salah satu pukulan yang sangat berat. Hal ini dikarenakan ketidak mampuan penderita stroke untuk melakukan aktivitas secara baik karena kecacatan yang dialami penderita stroke ini berupa cacat fisik (meliputi ketidak mampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, mengganti pakaian hingga dalam proses buang air besar dan buang air kecil) dan cacatan mental (meliputi kehilangan fungsi memori, kognitif, berbahasa, tingka laku, orientasi abstraksi dan afek). Gangguan emosi terutama ansietas, frustasi dan depresi juga merupakan masalah umum yang dijumpai pada penderita stroke. Diperkirakan 50% yang hidup tidak lagi dapat bekerja seperti biasa dan sekitar 26-60 menunjukan gejala klinis seperti depresi (Lumbantobing, 2009). Karena yang menderita stroke yang menjadi cacat baik ringan maupun berat maka selain mengawasi intensif dari dokter yang merawat enderita stroke juga sangat menentukan kesembuhannya (Gustiana, 2010). Kecacatan berat pada pasien paska stroke misalnya keadaan kehilangan fungsi motorik (hemiplegi), kehilangan komunikasi atau kesulitan berbicara
Universitas Sumatera Utara
3
(disatria), gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, atau disfungsi kandung kemih, bahkan pasien mengalami keadaan bedrest total. Karena itu, perawatan yang diberikan kepada pasien stroke harus dilakukan secara terus menerus (Pinzon et.al, 2009).Keluarga sangat berperan dalam rehabilitasi pasien paska stroke, karena pemulihan pasien akan sangat terbantu jika keluarga memberikan dorongan, memperlihatkan kepercayaan pada perbaikan pasien, dan memungkinkan pasien melakukan sebanyak mungkin hal yang dapat mereka lakukan dan hidup semandiri mungkin (Feigin et.al, 2007). Pratt (1982) dalam Mubarak et.al (2010) mengatakan bahwa tugas keluarga adalah memberikan perawatan kesehatan yang preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga.Merawat anggota keluarga secara terus-menerus dapat menjadi pekerjaan yang sulit dan melelahkan. Apalagi harus mengubah rutinitas dan gaya hidup untuk merawat anggota keluarganya yang sedang sakit (Waston,2010). Stroke menduduki urutan ketiga terbesarpenyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker,dengan laju mortalitas18 % sampai 37 % untuk stroke pertama dan 62 % untuk sroke berulang. Diperkirakan 25 % orang yang sembuh dari stroke yang pertama akan mendapatkan strokeberulang dalam kurun waktu 5 tahun . Hasil penelitian epidemiologis menunujukan bahwa terjadinya resiko kematian pada 5 tahun pasca stroke adalah 45% -61 % dan terjadinya stroke berulang 25 % - 37 % (Yulianto, 2011). Masalah-masalah yang timbul pada penderita stroke menyebabkan stres berat pada keluarga, persoalan kecil menjadi besar, kadang menimbulkan kemarahan yang akhirnya menyebabkan perpisahan antara anggota keluarga,
Universitas Sumatera Utara
4
saudara laki-laki dan perempuan bertengkar masalah tanggung jawab, sementara yang lainnya merasa depresi dan ingin bunuh diri. Kebanyakan keluarga ingin membantu orang-orang yang mereka sayangi, mereka kadang tidak mengerti atau tahu harus berbuat apa (Shimberg, 2010). Masa pengobatan adalah masa-masa menyusahkan seperti goncangan yang disebabkan oleh serangan stroke yang tiba-tiba, biaya pengobatan yang sangat besar dan memerlukan perawatan secara terus-menurus dalam jangka waktu lama. Melihat keadaan ini keluarga merasa frustasi dan menghawatirkan tentang apa yang akan terjadi kemudian hari (Henderson,2007). WHO (World Health Organization) menetapkan bahwa stroke merupakan suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vascular. Data statistik dunia bersama WHO Tahun 2002-2006, menunjukkan 15 juta orang menderita stroke diseluruh dunia setiap tahun. Sebanyak 5 juta orang lainnya mengalami kematian dan 5 juta orang mengalami kecacatan yang menetap. Diperkirakan setiap tahun sekitar 500.000 orang penduduk Indonesia terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat berat ataupun ringan (Ovina,Riowastu &Yuwono, 2013). Berdasarkan data dari seluruh duniadidapatkankan 15 juta orang terkena strokesetiap tahunnya yang sepertiganya akanmeninggal pada tahun berikutnya dansepertiganya bertahan hidup dengan kecacatan,dan sepertiga sisanya dapat sembuh kembaliseperti semula (Ramadhini & Angliadi, 2011).
Universitas Sumatera Utara
5
Kasus stroke meningkat di negara majuseperti Amerika Serikat. Berdasarkan datastatistik di Amerika, setiap tahunnya terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika.Dari datatersebut menunjukan bahwa setiap 45 menit, adasatu orang di Amerika yang terkena seranganstroke. Dan pada tahun 2020 diperkirakan 7,6juta orang akan meninggal karena stroke (Ramadhini & Angliadi, 2011). Di Indonesia, stroke menduduki peringkat ke tiga sebagai penyakit mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan menurut survey tahun 2004 stroke merupakan pembunuh nomor 1 di RS pemerintah di seluruh Indonesia. Usia ratarata stroke dari data 28 rumah sakit di Indonesia adalah 58,8 tahun ±13,3 tahun . Usia rata - rata wanita lebih tua darilaki-laki (60,4 ± 13,8 tahun versus 57,5 ± 12,7 tahun). Usia kurang dari 45 tahun sebanyak 12,9 % dan lebih dari 65 tahun sebanyak 35,8 % (Yulianto,2011) Peningkatan angka stroke di Indonesia diperkirakan berhubungan dengan peningkatanangka kejadian faktor risiko stroke. Faktor risikostroke adalah diabetes
mellitus,
gangguankesehatan
mental,
merokok,
obesitas,
danhipertensi.Hipertensi adalah masalah yangsering dijumpai pada pasien stroke, dan menetapsetelah serangan stroke (Ramadhini & Angliadi, 2011). Menurut data Riskesdas Depkes RI, 2007 data laporan nasionalnya mendapatkan bahwa penyebab kematian utama untuk semua umur adalah stroke (15,4%), tuberkolosis (7,5%), hipertensi (6,8%). Bila dibandingkan dengan hasil SKRT 1995 dan 2001, menurut 4 kelompok penyebab kematian, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi yang ikut transisi demografi, dan akan berjalan terus. Di Rumah Sakit Umum pusat Dr. Kardiadi,
Universitas Sumatera Utara
6
stroke juga selalu menduduki urutan ketiga dari seluruh jumlah pasien yang dirawat di bangsal saraf (Depkes, 2007). Situasi dan tuntunan yang menimbulkan stress memaksa keluarga untuk dapat beradaptasi dan mengatasi tuntunan tersebut agar keluarga dapat berlangsung hidup dan terus berkembang (Frietman, 2009). Reaksi suatu prilaku dalam mengatasi tuntunan dan situasi yang menimbulkan stres tersebut (Siswono,2008). Penderita stroke yang dirawat inap di Rumah Sakit Propinsi Sumatra utara tahun 2006 pada golongan umur diatas atau sama dengan 60 tahun adalah 174 orang pada tahun 2020 diperkirakan sebanyak 7,6 juta jiwa akan meninggal akibat stroke (Siswono, 2008). Akankah jumla anggota keluarga merawat anggota yang menderita stroke juga meningkat? Berdasarkan penjelasan diatas bahwa stroke dapat menyebabkan utama kematian di Indonesia peneliti juga perna mengalami stress ketika merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Secara teori merawat anggota keluarga yang sakit mengalami stres (Sienye,2009) dan peneliti ingin meneliti beban tersebut. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.” Stress pada keluarga dengan stroke. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah stres keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.?
Universitas Sumatera Utara
7
1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi mengidentifikasi stres keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2015. 1.5 Tujuan Khusus Mengidentifikasi stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke, dalam tingkat stress ringan, sedang dan berat. 1.6 Manfaat penelitian 1.7 Pendidikan Keperawatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya tentang stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke di poli stroke rumah sakit umum pusat haji adam malik medan. 1.8 Pelayanan Keperawatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi perawat agar lebih menyadari kondisi pasien stroke sehingga dapat memberikan dan mengembangkan intervensi keperawatan yang tepat. 1.9 Penelitian Keperawatan Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan yang berhubungan dengan stres keluarga.
Universitas Sumatera Utara