BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan keagenan (agency relationship) merupakan hubungan yang di dalamnya principal mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan agent (Drever et al., 2007). Dengan demikian, agent sebagai pihak yang diberi otoritas harus mempertanggungjelaskan otoritas yang telah diberikan tersebut dengan memberikan laporan kepada principal. Pada
awalnya,
laporan
yang
diberikan
oleh
agent
untuk
mengkomunikasikan otoritas tersebut berupa laporan keuangan. Laporan keuangan memiliki peranan penting bagi terciptanya suatu komunikasi antara pihak manajemen (agent) dengan pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) seperti investor, penjamin emisi, dan lain-lain (Widiyastuti [2012]). Laporan keuangan ini masih bersifat sederhana yaitu memuat informasi kuantitatif (laporan posisi keuangan, laba rugi, perubahan ekuitas, aliran kas, dan catatan atas laporan keuangan). Namun, bisnis dan teknologi yang terus berkembang dari waktu ke waktu menuntut pihak manajemen informasi yang lebih luas, tidak hanya melaporkan informasi yang bersifat kuantitatif tetapi juga infomasi yang bersifat kualitatif (teks, foto, grafik, dan narative text) (Widiyastuti [2012]). Pengungkapan
informasi
yang
lebih
luas
dimaksudkan
untuk
menghindari adanya agency problem yang dapat terjadi pada agency relationship. Agency problem dapat terjadi oleh adanya information asymmetry yaitu salah satu
pihak dari hubungan keagenan memiliki informasi lebih yang tidak diungkapkan sehingga dapat merugikan pihak lain. Oleh karena itu, pengungkapan informasi yang lebih luas menjadi hal yang sangat penting yaitu tidak hanya terbatas pada informasi kuantitatif saja tetapi juga mencakup informasi kualitatif. Permintaan
pengungkapan
kualitatif
yang
signifikan
adalah
pengungkapan kinerja sosial dan lingkungan (mengacu pada sustainability reporting [SR]). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh KPMG International tahun 2011, perusahaan yang melaporkan pertanggungjawaban korporasi meningkat secara signifikan sejak tahun 1990-an. Perusahaan yang termasuk dalam N1001 dari tahun 1993 hingga tahun 2011 meningkat sebanyak 57 persen yang mengungkapkan kinerja keberlanjutan. Sementara, 95 persen perusahaan yang tergabung dalam G2502
pada tahun 2011 telah melaporkan kinerja
keberlanjutan mereka. Perkembangan laporan keberlanjutan juga terjadi di
Indonesia.
Berdasarkan Sustainability Reporting Award (SRA) 2014 yang dilakukan oleh National Center for Sustainability Reporting (NCSR) menyatakan bahwa pada tahun 2005 hanya satu perusahaan saja yang melaporkan kinerja keberlanjutan, hingga tahun 2014 telah 60 perusahaan yang melaporkan. Perkembangan pelaporan keberlanjutan tersebut menunjukkan adanya kesadaran organisasi bahwa pihak stakeholder mengharapkan akuntabilitas lebih dalam operasi bisnis mereka, tidak hanya pada bagian keuangan saja tetapi juga memberikan kontribusi pada nilai perusahaan secara keseluruhan (KPMG [2011]). 1 2
100 perusahaan terbesar dari 34 negara. 250 perusahaan terbesar di dunia.
Namun, seiring dengan perkembangan bisnis, sistem pelaporan juga semakin kompleks, sehingga sistem pelaporan juga berevolusi. Evolusi laporan dari sustainability reporting adalah integrated reporting (IR) yang dikeluarkan oleh International Integrated Reporting Council (IIRC). Integrated reporting merupakan inovasi baru sustainability reporting, namun bukan berarti IR adalah generasi penerus SR (Stubbs et al., 2013). Meskipun pada awalnya IR memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda dengan SR. Perbedaan tersebut terjadi setelah Rerangka Internasional Integrated Reporting dikeluarkan pada Desember 2013 yaitu adanya pergeseran fokus utama IR yang lebih kepada tindakan masa yang akan datang dan rencana penciptaan nilai. SR bertujuan untuk memberikan informasi sosial, lingkungan, dan ekonomik kepada lingkup stakeholders yang luas, sedangkan IR berfokus pada usaha menyajikan informasi terkait evaluasi resiko yang luas dan potensi pertumbuhan nilai masa yang akan datang sehingga mampu menarik penyedia modal dan investor yang potensial (de Viliers et al., 2014). Integrated reporting juga sekaligus memberikan solusi atas kekurangan sustainability reporting dalam menghubungkan informasi atas dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi. Integrated reporting secara konsisten mengembangkan pelaporan keuangan dan pelaporan lainnya yang tidak hanya menggabungkan laporan keuangan dengan non-keuangan. IIRC (2013:2) menyatakan bahwa: In particular, it focuses on the ability of an organization to create value in the short, medium and long term, and in so doing it: (i) has a combined emphasis on conciseness, strategic focus and future orientation, the connectivity of information and the capitals and their interdependencies; (ii) emphasizes the importance of integrated thinking within the organization.
Pedoman pelaporan tersebut dirancang secara ringkas (concise) serta adanya konektivitas informasi yang dapat memudahkan pembaca untuk memahami dan menghubungkan informasi antara sosial, lingkungan, dan ekonomik. Fokus pada strategi dan orientasi masa yang akan datang tentu merupakan informasi yang sangat penting bagi penyedia modal untuk mengalokasikan modal mereka secara efisien dan efektif. Hal ini tentu merupakan manfaat yang besar bagi penyedia modal maupun stakeholders lainnya. Manfaat integrated reporting bagi penyedia modal tersebut pada dasarnya juga memberikan manfaat bagi perusahaan. Dumitru et al. (2013) menyatakan bahwa integrated reporting merupakan praktik manajemen yang lebih baik yang meningkatkan efisiensi pasar dan meningkatkan alokasi sumber daya untuk semua stakeholders dalam menciptakan sustainable society. Selanjutnya, Navi (2014) menyatakan bahwa integrated reporting memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan diantaranya menunjukkan bahwa perusahaan serius
dalam
memasukkan
keberlanjutan
dalam
core
business-nya,
mengidentifikasi cost saving dengan analisis metrik keuangan dan nonkeuangan, dan meningkatkan nilai brand dan loyalitas kustomer. Selain itu, CEO Cebr menyatakan bahwa mereka membutuhkan sistem akuntansi yang tidak hanya memperhitungkan modal keuangan dan fisis tetapi juga modal manusia, sosial, hubungan dan pengetahuan (FM Magazine [2013:10]). Modal yang dibutuhkan tersebut juga dijelaskan dan dikategorikan IIRC dalam Rerangka Internasional Integrated Reporting. Manfaat dan kebutuhan inilah yang memotivasi perusahaan untuk melakukan integrated reporting.
Kesempatan dan peluang juga diperoleh oleh integrated reporting dari teknologi baru serta pemenuhan kebutuhan akan transparansi, inklusivitas dan informasi lebih yang material bagi bisnis yang modern (integratedreporting.org). Selain itu, juga dijelaskan IIRC bahwa saat ini driver market masih belum puas dengan metode pelaporan yang kompleks dan penentuan tanggal pelaporan. Hal inilah yang memicu adanya evolusi pelaporan korporasi dan memotivasi pengembangan integrated reporting (integratedreporting.org). Pada dasarnya isu dan tantangan pelaporan korporasi berupa laporan yang terintegrasi telah terjadi sejak satu dekade lalu. Salah satu organisasi yang menjadi pionir dalam inovasi pelaporan organisasi ini adalah perusahaan Denmark yaitu Novo Nordisk dan telah memulainya sejak tahun 2003. Sementara pada tingkat negara sebagai regulator yang menjadi pionir adalah Afrika Selatan, yang dipicu oleh adanya permintaan untuk mempertanggungjawabkan kinerja non-keuangan organisasi bisnis (de Viliers et al., 2014). Namun, fokus IR di Afrika Selatan berbeda dengan yang dikeluarkan oleh IIRC. Di Afrika Selatan, Integrated Reporting Committe (IRC) berfokus pada penyediaan regulasi untuk tingkat nasional saja dan memiliki perpektif lingkup stakeholders yang lebih luas (sama dengan SR). Sementara, IIRC dikembangkan sebagai badan quasi-regulatory yang mencoba untuk memastikan adopsi secara universal yang luas dan fokus pada kepentingan dan informasi yang terkait dengan penyedia modal (de Villers et al., 2014). De Villers et al. (2014) menyatakan bahwa beberapa negara di dunia menunjukkan pengembangan integrated reporting pada organisasi individu belum
tersedia secara luas (misalnya, Inggris, Belanda dan Australia). Di Inggris proporsi pelaporan dampak sosial dan lingkungan menunjukkan proporsi yang rendah dari laporan terintegrasi mereka. Di Belanda kualitas pengungkapan laporan terintegrasi masih rendah. Di Australia, sebagian besar perusahaan di ASX 50 tidak mengungkapkan risiko nonkeuangan. Beberapa perusahaan yang telah go public di Indonesia juga sudah mulai menerapkan integrated reporting. Namun, hanya beberapa perusahaan saja yang secara eksplisit menunjukkan telah menerapkan pelaporan tersebut, diantaranya adalah PT Timah (Persero) Tbk, PT Pertamina EP dan PT Semen Indonesia Tbk. Seperti beberapa perusahaan pada negara-negara yang dirangkum oleh de Viller (2014) bahwa pelaporan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut masih belum sepenuhnya sesuai dengan rerangka yang dikeluarkan oleh IIRC pada akhir tahun 2013, masih terdapat kekurangan dalam pengungkapan pelaporan yang disyaratkan oleh IIRC tersebut. Demikian juga dengan beberapa perusahaan di Indonesia di atas, masih ada keraguan dalam penerapan pelaporan yang dilaksanakan. Hal ini akan dijabarkan pada perumusan masalah berikut ini. 1.2 Perumusan Masalah Selain bertujuan untuk meningkatkan kualitas informasi, Rerangka Internasional Integrated Reporting juga bertujuan untuk memudahkan pembaca laporan dengan menyediakan pedoman pelaporan yang ringkas, konsisten dan dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut suatu perusahaan perlu mengacu pada Rerangka Internasional IR. IIRC (2013:8) menyatakan bahwa setiap komunikasi
yang mengklaim laporan terintegrasi dan mengacu pada Rerangka Internasional IR harus menerapkan semua persyaratan yang diidentifikasi dalam huruf miring tebal. Persyaratan yang diidentifikasi tersebut adalah bentuk laporan dan hubungan dengan informasi lain, pertanggungjawaban laporan terintegrasi prinsip-prinsip pedoman, dan elemen-elemen konten integrated reporting. PT Timah (Persero) Tbk., PT Pertamina EP dan PT Semen Indonesia Tbk.
merupakan
perusahaan
yang
menunjukkan
secara
eksplisit
telah
menggunakan integrated reporting. PT Timah (Persero) Tbk. dan PT Pertamina EP merupakan peserta dalam penilaian pelaporan terintegrasi pada ajang SRA 2014 (laporan yang dinilai adalah laporan tahunan 2013) yang dilakukan oleh NCSR. Dengan demikian, kedua perusahaan tersebut telah menerapkan integrated reporting sebelum Rerangka Internasional IR dikeluarkan oleh IIRC. PT Semen Indonesia Tbk. meskipun tidak ikut menjadi peserta dalam penilaian pelaporan terintegrasi tetapi tia3 mengungkapkan bahwa Laporan Tahunan 2013 telah mencakup elemen-elemen rerangka integrated reporting dalam bentuk checklist. Pada dasarnya penerapan integrated reporting lebih dari pada sekedar checklist saja tetapi elemen-elemen tersebut juga saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan tidak bersifat mutually exclusive. Beberapa lembaga dunia (Australasian Reporting Award, EY Excellence in Integrated Reporting Award, dan PWC’s Building Public Trust ‘Excellence in Reporting’ Award) telah melakukan penilaian pada perusahaan atas penerapan integrated reporting pada tahun 2013 dan 2014 serta memberikan award bagi 3
Kata tia adalah kata penunjuk nomina yang merupakan varian kata dia (kata ganti penunjuk orang ketiga atau kata it dalam bahasa inggris). Dalam penalaran yang sama, kata ganti penunjuk nomina jamak akan digunakan kata meretia sebagai padan kata they.
perusahaan yang menyajikan pelaporan yang terbaik. Laporan perusahaan yang mendapat penghargaan tersebut diakui sebagai praktik unggulan oleh IIRC. Sementara itu, di Indonesia belum ada lembaga yang secara khusus menilai penerapan pelaporan tersebut. Meskipun, NCSR beberapa tahun terakhir melakukan penilaian terhadap laporan terintegrasi, tetapi pada dasarnya fokus utama NCSR lebih kepada sustainability reporting dan laporan tentang pengungkapan pertanggungjawaban sosial korporasi bukan pada integrated reporting. Oleh karena itu, penerapan dan perbandingan integrated reporting yang dilakukan oleh ketiga perusahaan tersebut sangat menarik untuk diteliti. Dengan demikian, dapat menunjukkan praktik aplikasi pelaporan terintegrasi tersebut secara mendalam yang mengacu pada Rerangka Internasional IR. 1.3 Pertanyaan Penelitian Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Apakah laporan tahunan PT Timah (Persero) Tbk., PT Pertamina EP dan PT Semen Indonesia Tbk. telah menerapkan pedoman integrated reporting dari Rerangka Internasional Integrated Reporting yang dikeluarkan oleh IIRC tahun 2013? Untuk menjawab pertanyaan tersebut akan dilihat dari jawaban empat pertanyaan berikut ini. a.
Bagaimana format laporan dan hubungan dengan informasi lain dari laporan tahunan (terintegrasi) PT Timah (Persero) Tbk., PT Pertamina EP dan PT Semen Indonesia Tbk.?
b.
Bagaimana pertanggungjawaban laporan terintegrasi yang diberikan PT Timah (Persero) Tbk., PT Pertamina EP dan PT Semen Indonesia Tbk.?
c.
Bagaimana penerapan prinsip-prinsip pedoman Rerangka Internasional IR pada PT Timah (Persero) Tbk., PT Pertamina EP dan PT Semen Indonesia Tbk.?
d.
Bagaimana PT Timah (Persero) Tbk., PT Pertamina EP dan PT Semen Indonesia Tbk. mengungkapkan elemen-elemen konten Rerangka Internasional IR dalam pelaporan korporasi mereka?
2.
Bagaimana perbandingan penerapan pedoman tersebut pada pelaporan yang diterbitkan oleh ketiga perusahaan tersebut?
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut ini. 1.
Mendeskripsikan penerapan integrated reporting yang mengacu pada Rerangka Internasional Integrated Reporting pada PT Timah (Persero) Tbk., PT Pertamina EP dan PT Semen Indonesia Tbk, dengan melihat pada empat hal berikut: a. pengungkapan format laporan dan hubungannya dengan informasi lain; b. pertanggungjawaban laporan terintegrasi; c. penerapan prinsip-prinsip pedoman integrated reporting; d. pengungkapan elemen-elemen konten integrated reporting.
2.
Membandingkan penerapan pelaporan terintegrasi antar perusahaan tersebut.
1.5 Motivasi Penelitian Penelitian ini mendeskripsikan serta membandingkan bagaimana penerapan Rerangka Internasional Integrated Reporting pada PT Timah (Persero) Tbk., PT Pertamina EP dan PT Semen Indonesia Tbk. Penelitian ini penting dilakukan karena hal-hal sebagai berikut. 1. Integrated reporting merupakan evolusi pelaporan korporasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas informasi sehingga dapat menciptakan nilai dari waktu ke waktu. Di beberapa negara (Inggris, Belanda dan Australia) mulai mengembangkan dan menerapkan model pelaporan ini, namun seperti yang diuraikan pada latar belakang masih terdapat kekurangan di sana-sini. Sementara beberapa perusahaan di Indonesia yaitu PT Timah (Persero) Tbk., PT Pertamina EP dan PT Semen Indonesia Tbk. juga telah menerapkan integrated reporting, tetapi masih belum diketahui secara luas penerapan pelaporan tersebut. 2. Penelitian ini secara rinci mendeskripsikan penerapan integrated reporting yang mengacu pada Rerangka Internasional Integrated Reporting dengan melihat format pelaporan dan hubungannya dengan informasi lain, peratanggungjawaban laporan terintegrasi, penerapan prinsip-prinsip pedoman dan pengungkapan elemen-elemen konten integrated reporting PT Timah (Persero) Tbk., PT Pertamina EP dan PT Semen Indonesia Tbk. Dengan demikian, mampu memberikan contoh penyajian integrated reporting yang baik bagi perusahaan yang sudah menerapkan maupun yang belum menerapkan pelaporan tersebut.
1.6 Kontribusi Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak berikut ini. 1.
Praktisi. Pihak penyusun laporan yaitu perusahaan baik yang sudah terdaftar maupun yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pandangan dan pengetahuan dalam menyusun laporan terintegrasi menjadi lebih baik. Selain itu, juga diharapkan mampu menimbulkan
kesadaran
serta
memotivasi
pihak
perusahaan
untuk
menerapkan integrated reporting dengan adanya analisis terhadap praktik pelaporan tersebut. 2.
Akademisi. Bagi akademisi, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa pengetahuan dan wawasan tentang penerapan integrated reporting yang terjadi di Indonesia. Dengan demikian, dapat mendorong untuk melakukan penelitian lebih dalam pada kajian integrated reporting.
1.7 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan. Bab ini mengemukakan latar belakang penelitian ini, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan penelitian, menjabarkan tujuan penelitian, serta menunjukkan motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka. Merupakan bab yang berisi kajian literatur yang relevan dengan permasalahan yang diangkat serta menjabarkan Rerangka Internasional Integrated Reporting. Bab III Metode Penelitian. Bab ini membahas metode penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data dan analisis yang digunakan. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini membahas hasil penelitian berupa deskripsi mengenai penerapan pedoman integrated reporting dari Rerangka Internasional IR pada PT Timah (Persero) Tbk., PT Pertamina EP, dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. serta membandingkan penerapan yang dilakukan oleh ketiga perusahaan tersebut. Bab V Simpulan, Keterbatasan dan Rekomendasi. Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan dan reporting pada ketiga perusahaan tersebut dan untuk peneliti selanjutnya.