Bab 1 Pendahuluan
1.
Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun berada, manusia tidak akan pernah lepas dari
aktifitas berbicara yang menandai adanya interaksi antar sesama manusia. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam melakukan interaksi dengan sesama manusia. Salah satunya ialah melalui bahasa. Sutedi (2003, hal.2), menjabarkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990, hal.164), bahasa merupakan salah satu dari tujuh unsur yang paling utama dalam suatu kebudayaan.
Melalui beberapa pemikiran dan pendapat dari para ahli diatas, bahasa memiliki peranan penting bagi keberlangsungan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain dalam kehidupan individu dan berbudaya. Bahasa menjadi modal utama agar manusia satu dengan yang lainnya dapat saling menukar informasi. Berbicara mengenai bahasa dan masyarakat, tentu tidak akan pernah terlepas dari kebudayaan. Budaya ini berada ditengah-tengah masyarakat, yang berkembang seiring dengan kemajuan bahasa. Budaya sangat berperan penting dalam terciptanya sebuah bahasa yang dapat dimengerti oleh penggunanya di sebuah negara. Terkadang, kita mampu menjelaskan sesuatu yang dianggap boleh dan tidak boleh untuk kita lakukan. Akan tetapi,
kita sendiri tidak tahu persis dari mana norma tersebut bisa dianggap boleh dan tidak boleh untuk dilakukan. Pada titik ini, kebudayaanlah yang mampu menjelaskannya semuanya. Pada umumnya, diberbagai negara, masyarakat menggunakan bahasa ibu untuk berbicara satu sama lainnya. Seperti bangsa Indonesia yang menggunkaan Bahasa Indonesia (
インドネシア語 ),
dan negara Jepang yang menggunakan bahasa Jepang (
日本語 ).
Masing-masing bahasa pasti memiliki perbedaan, baik dalam pengucapan, penulisan, partikel, hingga berbagai gaya bahasa yang digunakan. Seperti yang telah banyak diketahui, bahasa Jepang merupakan bahasa yang kompleks dalam penggunaannya. Selain itu, bahasa Jepang juga banyak dibumbui dengan beragam ungkapan (ekspresi). Hal inilah yang mempengaruhi bahasa Jepang memiliki banyak pola, dan terkadang sukar untuk dipahami secara langsung. Hal tersebut dikarenakan, bahasa Jepang juga harus dikaitkan dengan beragam ekspresi maupun kebudayaan masyarakat Jepang itu sendiri. Salah satu ekspresi yang ada didalam bahasa Jepang yakni ekspresi marah (dalam bahasa Jepang disebut ikari,) yang memiliki perbedaan yang cukup jelas dibandingkan dengan bahasa lain, khususnya bahasa Indonesia. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa budaya memiliki peranan yang teramat penting bagi keberlangsungan bahasa di sebuah negara, dan bahasa merupakan bagian dari budaya. Di dalam bahasa Indonesia, kita telah mempelajari berbagai macam hal yang berkaitan dengan bahasa Indonesia itu sendiri. Salah satu yang pernah kita pelajari dalam bahasa
Indonesia ialah majas. Menurut Zaimar (2002, hal.1), majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, akan tetapi sebenarnya majas termasuk gaya bahasa. Menurut Harimurti dalam Zaimar (2002, hal.1), gaya bahasa memiliki tiga pengertian dan salah satu diantaranya adalah pemakaian ragam untuk efek tertentu. Dari pernyataan tersebut, dapat dikaitkan pula bahwa majas memberikan warna tersendiri didalam bahasa, yang berguna pula sebagai “pelembut” sebuah kalimat yang memiliki makna tidak menyenangkan, akan tetapi disampaikan dengan kata-kata yang lebih baik tanpa harus menyinggung perasaan orang lain. Pendapat inipun sejalan dengan majas yang terdapat dalam bahasa Indonesia, yakni majas eufemisme. Menurut Zaimar (2002, hal.15), majas eufemisme merupakan ungkapan yang dihaluskan dalam mengemukakan suatu gagasan. Dari permasalahan-permasalahan inilah penulis merasa tertarik untuk menganalisa tema ini lebih lanjut. Penulis memilih tema ini, karena ingin memahami lebih lanjut mengenai majas eufemisme atau dalam bahasa Jepang disebut enkyokuhou (
婉曲法), yang dihubungkan
dengan sebuah konsep yang terjadi pada masyarakat Jepang, yakni konsep marah atau ikari
怒り). Adapun sumber yang akan diteliti lebih lanjut mengenai masalah tersebut, diambil
(
雪国) yang berarti Negeri Bersalju karya
dari sebuah novel Jepang berjudul Yuki Guni ( Kawabata Yasunari.
Selain itu, penulis merasa tertarik mengenai bagaimanakah cara pengunaan majas eufemisme yang dalam bahasa Jepang disebut dengan enkyokuhou (
婉曲法), dan ingin
menggali lebih dalam ciri khas penggunaan majas eufemisme dalam percakapan sehari-hari. Teori yang akan penulis gunakan pada skripsi kali ini adalah oleh teori semantik yang menerangkan tentang makna kata dan makna frase dalam sebuah kalimat langsung maupun tertulis. Didalam semantik dijelaskan berbagai makna kata denotasi maupun konotasi, yang sejalan dengan penggunaan majas eufemisme dalam bahasa Indonesia. Teori selanjutnya ialah konsep marah yang dihubungkan dengan teori sebelumnya guna mencari makna dan sebab-sebab timbulnya emosi marah “ikari” di dalam novel. Serta, mengetahui lebih dalam mengenai konsep marah yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat Jepang. Teori yang telah dibuat dalam penulisan ini, selanjutnya akan dikaitkan dengan analisis data pada bab 3 analisis data. Hal ini bertujuan sebagai landasan untuk menganalisis data guna membuktikan keterkaitan antara majas eufemisme dengan konsep marah “ikari”, dalam pola percakapan antara para tokoh di dalam novel Yuki Guni. Penulis akan menganalisis dengan menggunakan korpus data novel Yuki Guni karya Kawabata Yasunari. Dalam novel tersebut, penulis akan meneliti melalui pola hubungan tiga tokoh utama bernama Shimamura, Yoko, dan Komako untuk melakukan penelitian ini.
1.1 Perumusan Masalah Penulisan kali ini berfokus pada penggunaan majas eufemisme atau dalam bahasa Jepang disebut dengan enkyokuhou didalam novel Yuki Guni (Negeri bersalju) karya Kawabata Yasunari, yang dihubungkan dengan konsep marah atau biasa disebut ikari pada masyrakat Jepang.
1.2 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan dalam skripsi ini, yaitu hanya akan menganalisis mengenai penggunaan majas eufemisme yang dihubungkan dengan konsep marah (ikari). Adapun majas eufemisme yang akan penulis analisis adalah yang terdapat dalam tindak percakapan yang dilakukan oleh tiga tokoh dalam novel Yuki Guni (Negeri bersalju). Penulis akan mencoba menganalisis dengan cara melihat hubungan antara tiga tokoh utama, yaitu Komako, Yoko dan Shimamura, sebelum membaginya menurut fungsi pemakaian eufemisme yang berkaitan dengan konsep marah (ikari).
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami lebih dalam mengenai penggunaan majas eufemisme dalam sebuah novel yang berkitan dengan emosi marah (ikari). Penulis juga ingin memberikan sumbangsih melalui ilmu pengetahuan yang penulis jelaskan dalam
skripsi ini, kepada para pembelajar khususnya mahasiswa Sastra Jepang, Universitas Bina Nusantara. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini antara lain ialah, mengembangkan rasa keingintahuan penulis akan sebuah masalah, yang dikaitkan pada sebuah teori yang penulis jelaskan. Sehingga, dari keingintahuan tersebut akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang dapat diuji kebenarannya. Selain itu, penulis juga dapat mempelajari lebih mendalam mengenai topik permasalahan yang sedang diteliti. Pada akhirnya, penulis lebih mampu mengembangkan diri dan sekaligus memberikan sebuah informasi pendidikan kepada para adik kelas “Kohai” di Jurusan Sastra Jepang, Binus University, Jakarta.
1.4 Metode Penelitian Dalam menganalisis masalah yang telah dikemukakan di latarbelakang penulisan ini, penulis mengumpulkan seluruh data pendukung dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian yang bertujuan mendreskripsikan apa-apa yang terjadi saat ini yang didalamnya terdapat usaha deskripsi, pencatatan analisis, dan menginterpretasikan apa-apa yang terjadi saat ini (Sutedi, 2004,hal.24). Serta Metode Kepustakaan dimana penulis gunakan pada saat mengumpulkan data. Metode kepustakaan adalah metode yang dilakukan dengan mencari, mengumpulkan, membaca, dan mempelajari data yang diperoleh dari sumber data (Susilo, 2007, hal.11)
1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan tahapan-tahapan dalam penelitian ini meliputi bagian pada Bab pertama, bagian pendahuluan ini membahas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan data, kerangka teori, dan sistematika penyajian. Pada Bab kedua, penulis akan menjelaskan mengenai Landasan Teori yang terdiri dari teori-teori yang penulis pakai untuk memperkuat analisis data, guna memperkuat sebuah pendapat yang penulis kemukakan pada penulisan ini. Bab ketiga, penulis akan menerangkan tentang analisis data yaitu beberapa teks percakapan yang penulis ambil dari novel Yuki Guni (negeri salju), yang kemudian dikaitkan dengan teori yang ada. Sedangkan, Pada Bab keempat terdiri dari kesimpulan dan saran bagi para pembaca, dan khususnya kepada para pembelajar bahasa Jepang. Terakhir, Bab kelima yakni sebuah ringkasan mengenai novel Yuki Guni (negeri salju) karya Kawabata Yasunari secara menyeluruh. Setelah itu ditutup dengan daftar pustaka.