BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Pupuk merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi petani untuk membantu meningkatkan produktivitas mereka dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk dan menjaga kesejahteraan petani, Menteri Perindustrian dan Perdagangan mengambil kebijakan dengan mengadakan dan mendistribusikan pupuk bersubsidi. Pupuk yang ditetapkan sebagai pupuk bersubsidi adalah pupuk Urea, SP-36, ZA, NPK, dan Organik. Kebijakan tersebut diatur dalam Keputusan
Menteri
melalui
Surat
Keputusan
Menperindag
No.
70/MPP/Kep/2/2003 tanggal 11 Februari 2003, tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan dapat membantu petani dalam memperoleh pupuk dengan harga yang terjangkau. PT Pusri Palembang merupakan salah satu BUMN dan pelopor produsen pupuk urea di Indonesia yang ditunjuk Pemerintah untuk melakukan distribusi dan pemasaran pupuk bersubsidi kepada petani, khususnya pupuk urea dan organik, sebagai bentuk pelaksanaan Public Service Obligation (PSO). Pada saat ini, wilayah yang menjadi tanggung jawab PT Pusri Palembang untuk melakukan penyaluran pupuk bersubsidi ditetapkan dalam surat dari Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) nomor U909/A00000.UM/2011 tanggal 11 Agustus 2011.
PT Pusri Palembang
bertanggung jawab untuk seluruh kabupaten/kota pada wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Banten, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah 1 (Cilacap, Banyumas, Tegal, Brebes, Kota Tegal, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Grobongan, Kudus, Jepara, Demak, Semarang, Temanggung, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, dan Kota Pekalongan) dalam pegadaan dan penyaluran pupuk urea bersubsidi, sedangkan pengadaan dan penyaluran pupuk organik bersubsidi bertanggung jawab pada wilayah Jambi, Sumsel, Lampung, Bengkulu, Babel, Banten, Kalbar, dan Kalselteng. Dengan adanya tugas sebagai perusahaan PSO maka tujuan utama PT Pusri Palembang bukanlah memaksimalkan laba melainkan memaksimalkan pelayanan yang akan diberikan. PT Pusri Palembang diwajibkan untuk mendistribusikan pupuk urea dan organik setiap bulan sesuai jumlah pupuk yang dibutuhkan petani di masingmasing wilayah tanggung jawabnya dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang
telah
ditetapkan
dalam
Peraturan
Menteri
Pertanian
nomor
69/Permentan/SR.130/11/2012 tanggal 30 November 2012 tentang kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2013 (per 01 Januari 2013). Menteri Pertanian telah menetapkan HET untuk pupuk urea bersubsidi sebesar Rp1.800 per kg dan HET untuk pupuk organik bersubsidi sebesar Rp500 per kg.
Dalam realisasinya, biaya produksi pupuk oleh PT Pusri Palembang diatas HET yang telah ditetapkan Menteri Pertanian. Maka dari itu, selisih dari biaya produksi dengan HET memerlukan adanya subsidi dari pemerintah untuk membantu PT Pusri Palembang dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Jumlah subsidi yang diberikan Pemerintah merupakan selisih dari Harga Pokok Penjualan dengan HET dikalikan tonase penyaluran pupuk kepada petani. Bagian Akuntansi Biaya Departemen Akuntansi PT Pusri Palembang merupakan bagian yang memiliki tanggung jawab atas perhitungan dan penagihan subsidi pupuk. Bagian Akuntansi Biaya menggunakan metode full costing dalam menghitung harga pokok produksi pupuk yang dihasilkan. Namun untuk perlakuan terhadap pupuk subsidi, komponen perhitungan harga pokok penjualan harus berdasarkan dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 01/Permentan/SR.130/1/2012 tentang Komponen Harga Pokok Penjualan Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian. Menteri Pertanian telah menetapkan harga pokok penjualan untuk PT Pusri Palembang yang akan digunakan sebagai dasar penagihan subsidi pupuk tiap bulan. Akan tetapi, pada kenyataannya terjadi perbedaan antara harga pokok penjualan yang ditetapkan dengan realisasi harga pokok penjualan di PT Pusri Palembang.
Tabel 1.1 Harga Pokok Penjualan Pupuk Subsidi
Jenis Pupuk
Harga Jual ke Petani (per ton)
Harga Pokok Penjualan yang digunakan pada Tahun 2013 (per ton)
Realisasi Harga Pokok Penjualan pada Tahun 2013 (per ton)
Urea
Rp 1.800.000,00
Rp 2.605.057,49
Rp 3.487.180,27
Rp
Rp 1.809.372,00
Rp 1.971.047,60
Organik
500.000,00
Sumber: SK Mentan dan PT. Pusri Palembang
Perbedaan harga pokok penjualan ini tentunya akan berdampak pada jumlah subsidi yang akan diterima PT Pusri Palembang tiap bulan. Hal ini dapat mempengaruhi cash flow perusahaan dan menjadi kendala bagi PT Pusri
Palembang
untuk
menjalankan
operasionalnya
dalam
hal
memproduksi dan menyediakan pupuk tiap bulan sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan
petani
di
masing-masing
wilayah
yang
menjadi
tanggung jawab PT Pusri Palembang. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Perbedaan Harga Pokok Penjualan PT Pusri Palembang dengan Ketentuan Harga Pokok Penjualan Menurut Pemerintah Terkait Pupuk Bersubsidi Tahun 2013.”
1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah adanya perbedaan yang terjadi antara Harga Pokok Penjualan PT Pusri Palembang dengan ketentuan Harga Pokok
Penjualan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai dasar penagihan subsidi pupuk pada PT Pusri Palembang.
1.3 PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penetapan Harga Pokok Penjualan yang tepat untuk digunakan sebagai dasar penagihan subsidi pupuk pada PT Pusri Palembang?”.
1.4 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah mengidentifikasi harga pokok penjualan yang tepat untuk digunakan sebagai dasar penagihan subsidi pupuk pada PT Pusri Palembang.
1.5 MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari dilakukannya penelitian ini, yaitu: 1. Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini memberikan informasi untuk membantu mengambil keputusan yang tepat dalam penentuan harga pokok penjualan yang digunakan sebagai dasar penagihan subsidi pupuk tiap bulan.
2. Bagi PT Pusri Palembang, penelitian ini memberikan informasi kepada perusahaan mengenai efisiensi biaya produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produksi pupuk yang dihasilkan. Dengan adanya
informasi tersebut diharapkan manajemen PT Pusri Palembang dapat merencanakan strategi untuk menjaga biaya produksi pupuk agar tidak terlalu tinggi.
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini menganalisis perbedaan harga pokok penjualan PT Pusri Palembang terkait subsidi pupuk. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian mengenai efesiensi biaya produksi yang dihasilkan PT Pusri Palembang dan membandingkannya dengan harga pokok penjualan yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian untuk digunakan sebagai dasar penagihan subsidi pupuk tiap bulan. Penulis menarik kesimpulan mengenai harga pokok penjualan yang tepat digunakan sebagai dasar penagihan subsidi pupuk tiap bulan. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini langsung diperoleh dari PT Pusri Palembang.
1.7 METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam 2 tahap: 1. Studi Kepustakaan (Library Research) Pada tahap pertama, penulis mencari landasan teori yang berhubungan dengan penelitian ini untuk menjadi acuan dalam menganalisis permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.
2. Studi Lapangan (Field Research) Pada tahap kedua, penulis mengambil data primer dengan melakukan wawancara dan observasi ke Departemen Akuntansi dan Departemen Anggaran PT Pusri Palembang serta melakukan studi dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.8 METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis varians. Menurut Sugiyono (2004:169), analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Metode kedua adalah analisis varians yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis perbedaan (selisih) antara biaya aktual dengan standar yang ditetapkan.
1.9 SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini akan disusun dalam beberapa bab sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bagian ini menjelaskan latar belakang penulis melakukan penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini berisi teori-teori yang diperoleh dari studi kepustakaan. Landasan teori tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam menganalisis data yang diperoleh.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bagian ini menjelaskan perusahaan tempat penelitian dilakukan, yaitu PT Pusri Palembang. Penjelasan dalam bagian ini berupa sejarah dan perkembangan PT Pusri Palembang, visi dan misi, struktur organisasi, tata nilai perusahaan, serta laporan keuangan PT Pusri Palembang.
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bagian ini menjelaskan analisis penulis berdasarkan data yang telah diperoleh dan menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisi kesimpulan serta saran yang diberikan penulis berdasarkan analisis yang telah dilakukan.