BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah berada diantara keluarga dan rumah. Pada era Meiji ada istilah ryousaikenbo wanita Jepang diharapkan menjadi seorang istri yang baik dan ibu yang bijaksana ( Davies, Ikeno, 2004 ). Ryousaikenbou merupakan suatu sebutan bagi wanita Jepang yang mampu mengurus dan menjaga serta merawat keluarga, anak serta suami mereka dengan baik. Mereka akan bekerja hingga mereka menikah, namun pada kenyataannya mereka didorong untuk segera menikah dan memberikan keturunan yang merupakan penambahan sumber daya manusia bagi Jepang. Sejak perang Pasifik terdapat slogan “ Beri kelahiran, menaikkan populasi, lima anak dalam satu keluarga “, namun ketika buruh dengan penghasilan rendah dibutuhkan, maka wanita yang sudah menikah ini kembali ke pekerjaan mereka ( Lebra, Paulson, Power, 1976 : 56 ). Dengan perkembangan wanita dalam dunia kerja, pada tahun 1986, dideklarasikan hukum kesetaraan ketenagakerjaan antara pria dan wanita, dimana tidak ada diskriminasi lagi terhadap ketenagakerjaan wanita dalam hal gaji, kesempatan training dan promosi jabatan ( http://www.dawncenter.or.jp/english/publication/edawn/0212/women.html ). Kesempatan bekerja yang dijalani olah masyarakat Jepang saat ini merupakan latar belakang timbulnya beberapa masalah, diantaranya penundaan pernikahan, dan tidak sedikit juga yang memutuskan untuk tidak menikah atau biasa disebut シ ン グ ル ( single ).
1
Beberapa faktor lain yang mengakibatkan orang Jepang tidak ingin menikah adalah : biaya hidup yang tinggi dan keinginan hidup bebas ( tidak terikat dengan keluarga dan anak ). Hasil dari survei 読売新便 ( Yomiuri Shinbun ) tanggal 36 - 02 – 2005 ( salah satu surat kabar di Jepang ) mengemukakan 7 dari 10 wanita berkata bahwa lebih baik jika mereka hidup sendiri ( tidak menikah ). Mereka percaya bahwa mereka dapat hidup dengan gembira walaupun tidak menikah, terlebih lagi saat ini gaji pekerja ( khususnya wanita ) lama – kelamaan secara umum meningkat oleh karena itu dengan kesendirian mereka, mereka tetap merasa nyaman ( Iwao,1993 : 62 ). Hal ini adalah masalah serius bagi pemerintah Jepang, dimana jumlah pekerjaan semakin lama – semakin meningkat, namun tingkat populasi semakin menurun. Para pekerja ini khususnya wanita memutuskan untuk hidup melajang. Pekerjaan yang dimaksud disini adalah karir di perkantoran. Para wanita karir ini tidak malu bahkan menikmati keadaan dimana mereka hanya
cukup bekerja, jalan – jalan, berkumpul
dengan teman – teman mereka yang juga hidup melajang atau single dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan hidup mewah ( http://www.chinadaily.com.cn /english/doc /200502/26/content 419717.htm ). Fenomena yang terjadi ini menjadi sorotan publik dan juga membuat resah pemerintah. Pemerintah benar – benar memperhatikan masalah ini karena dampak yang ditimbulkan oleh masalah ini cukup serius. Komunitas yang hidup single ini makin lama berdampak pada menurunnya populasi di Jepang. Komunitas pasangan muda yang telah menikah namun memutuskan untuk tidak ingin memiliki anakpun sekarang ini banyak di Jepang, Hal – hal tersebut secara otomatis menyebabkan angka kelahiran di Jepang terus menurun seperti yang ditunjukkan oleh grafik dan data pada lampiran 1. Pada lampiran 1,
2
diagram 1.1 menggambarkan pembagian populasi menurut umur, yaitu umur 0 – 14 tahun, 15 – 64 tahun dan >65 tahun pada tahun 1984 – 2004. Di tahun 1984 Jumlah populasi yang berumur 0 – 14 masih terlihat lebih banyak dibandingkan dengan populasi yang berumur >65 tahun. Namun di tahun 1996 jumlah populasi umur 0 – 14 tahun dan yang berumur >65 tahun terlihat sama banyak, dan semenjak itu tiap tahunnya jumlah populasi yang berumur 0 – 14 tahun berkurang dan populasi yang berumur >65 tahun terus bertambah. Menurunnya angka kelahiran juga diikuti dengan semakin meningkatnya angka jumlah masyarakat yang berumur diatas 65 tahun. Pemerintah Jepang tentu saja harus mengeluarkan dana lebih untuk mereka yang sudah lanjut usia, antara lain untuk dana pensiunan. Diperkirakan 35 tahun mendatang populasi orang tua di Jepang akan mencapai 40% dari jumlah populasi Jepang ( http://www.uic.edu/classes/osci/osci590/ 153%20 Population%20Growth%20II.htm ). Para ahli mengatakan satu-satunya harapan untuk menstabilkan populasi penduduk Jepang adalah imigrasi besar-besaran, dan harus terjadi selama bertahun-tahun. Kecemasan pemerintahan Jepang terlihat dalam pernyataan Menteri Keuangan Jepang, dalam pidatonya di depan parlemen awal tahun ini, telah memperingatkan tentang hal tersebut. Untuk memulihkan keseimbangan demografinya, Jepang membutuhkan sekitar 17 juta imigran baru pada 2050. Sesuai dengan laporan yang dikeluarkan PBB baru-baru ini. Komai seorang pakar kependudukan dari Universitas Tsukuba ( Jepang akan menghadapi kekurangan penduduk 17 juta : 2004 ) mengatakan, ” Selama seperempat abad kami hanya menerima satu persen imigran”. Maka hal ini tidaklah mungkin. Satu – satunya cara untuk meningkatkan angka kelahiran di Jepang adalah dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat Jepang untuk berpartisipasi mencegah dampak 3
buruk
yang
akan
ditimbulkan
oleh
menurunnya
angka
kelahiran
( http://www.bkkbn.go.id/print.php?tid=2&rid=1 ). Jika seseorang memilih untuk hidup tanpa pasangan pastilah mempunyai alasan tersendiri. Ada yang mungkin disebabkan patah hati, tak percaya pada lawan jenis, dan sebagian lainnya menganggap memang jodohnya belum tiba. Ada pula yang menghadapi masalah beda agama, beda prinsip, tidak ada kecocokan dalam komunikasi, dan tidak ingin karirnya terganggu. Salah satu faktor yang menyebabkan generasi muda Jepang untuk tidak menikah atau tidak ingin memiliki anak adalah terjadinya dilema antara memilih karir atau kehidupan bersama keluarga, karena di Jepang jika seseorang sudah menikah maka ia harus mengurus rumah tangganya, pria Jepang tidak mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan rumah tangganya karena waktu mereka sudah terfokus pada pekerjaan di kantor. Jika banyak yang memilih untuk menjadi single maka di Jepang akan terus mengalami penurunan angka kelahiran dan dengan segera mengalami krisis generasi penerus bangsa, dan tentu saja ini merupakan masalah yang besar bagi Jepang dikemudian hari.
1.2 Rumusan Permasalahan Pekerja pria dan wanita Jepang saat ini lebih memilih untuk bekerja daripada menikah. Akibat dari hal ini populasi Jepang makin lama makin menurun, karena jumlah angka kelahiran semakin menurun. Dalam skripsi ini saya akan menganalisa dampak karir terhadap menurunnya jumlah angka kelahiran di Jepang.
4
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Dalam skripsi ini, saya akan menganalisa dampak karir terhadap menurunnya angka kelahiran di Jepang khususnya pada tahun 1985 – 2004.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bahwa karir memberikan dampak terhadap menurunnya angka kelahiran pada tahun 1985 – 2004.
1.5 Metode Penulisan Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode kepustakaan dalam mengumpulkan data - data yang diperlukan. Penulis mengumpulkan data dari perpustakaan The Japan Foundation, perpustakaan Bina Nusantara serta koleksi pribadi dosen. Dan untuk mengkaji masalah serta contoh – contoh kasus peneliti menggunakan metode deskriptif analisis, dimana masalah yang dibahas akan di jelaskan serta diberi keterangan yang terdapat pada data.
1.6 Sistem Penulisan Sistematika penulisan yang ada dalam penulisan skripsi ini secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut :
BAB 1
PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini dijelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul, permasalahan yang timbul, tujuan penulisan,
5
ruang lingkup dan metode penelitian yang digunakan serta sistematika penulisan skripsi ini.
BAB 2
LANDASAN TEORI Pada bab ini menjelaskan tentang teori – teori yang digunakan untuk mendapatkan jawaban permasalahan dalam skripsi ini.
BAB 3
ANALISIS DATA Pada bab ini saya akan menganalisa data – data dengan menggunakan teori yang sesuai, tentang adanya kaitan antara pekerjaan dengan menurunnya angka kelahiran di Jepang.
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini saya akan memberikan simpulan sebagai jawaban atas penulisan yang ada dan memberikan saran terhadap masalah yang diangkat dalam penulisan skripsi ini.
BAB 5
RINGKASAN SKRIPSI Dalam bab ini saya akan menjelaskan skripsi secara singkat mulai dari latar belakang penelitian ini hingga hasil penelitian sebagai jalan keluar dari masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
6