1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang indah, bervariasi, penuh kreasi, dan terkait dengan berbagai unsur sistem budaya dari masing-masing suku bangsa (UPTD. 2005: 5). Salah satu hal yang paling berpengaruh terhadap cara berpakaian tradisional masyarakat Indonesia adalah bahan dasar dan corak hias serta nilai-nilai yang terdapat pada pakaian tradisional masyarakat setempat. Pada masyarakat Jawa terdapat pakaian khas batik yang kelestariannya dipertahankan sampai saat ini, demikian juga pada masyarakat Nusa Tenggara Timur terdapat pakaian khas tradisional masyarakat setempat yakni kain tenun dengan beranekaragam corak hias yang menjadi warisan dari leluhur mereka dan menjadi harta milik yang tidak bernilai oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur. Keanekaragaman warisan lokal yang unik dan khas dari tiap-tiap suku di Indonesia, menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya dan unik dengan budaya lokal yang diwariskan oleh para leluhur, dan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang sudah melekat pada sendi-sendi kehidupan, yang terbentuk melalui proses yang panjang dan terbukti mengandung nilai-nilai yang luhur. Dalam tulisan Aloliliweri yang berjudul gatra-gatra komunikasi antarbudaya, dijelaskan juga bahawa kebudayaan sebagai keseluruhan simbol, pemaknaan, 1
2
penggambaran, struktur aturan, kebiasaan, nilai, yang dibagikan di antara anggota suatu sistem sosial dan kelompok sosial dalam suatu masyarakat. Arti dan makna simbol dapat dibedakan namun arti dan makna simbol itu tidak dapat dipisahkan. Simbol-simbol tersebut mewakili struktur aturan budaya (Alo liliweri. 2011: 4). Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sangat kaya akan kebudayaan, selain kaya dengan kebudayaan lokal, masyarakat Nusa Tenggara Timur memegang teguh nilai-nilai kebudaya lokal yang diwariskan oleh para leluhur mereka, salah satunya adalah tenun ikat yang hingga sekarang masih tetap dipertahankan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur khususnya masyarakat kabupaten Malaka meskipun dalam era persaingan yang semakin kuat. Kabupaten Malaka merupakan salah satu kabupaten yang baru mengalami pemekarkan menjadi kabupaten sendiri di provinsi Nusa Tenggara Timur, yang awalahnya sebagai salah satu kecamatan dari wilayah kabupaten Belu. Walaupun sudah berdiri menjadi salah satu kabupaten sendiri namun, kebudayaan, tradisi dan kehidupan sosial masyarakat setempat masih memiliki kesamaan dengan wilayah kabupaten Belu. Untuk wilayah kabupaten Belu terdapat empat suku yang mendiami wilayah ini yakni masyarakat suku Kemak, suku Bunaq, suku Dawan dan suku Tetun. Sedangkan untuk wilayah kabupaten Malaka terdapat juga empat suku yang sama, namun dari keempat suku tersebut lebih dominan adalah suku tetun. Dari ke empat suku ini masing-masing memiliki tradisi dan kebiasaannya termasuk kebiasaan dalam berpakaian, proses penenunan kain, serta kreasi corak motifnya masing-masing, dan hal tersebut tidak jauh berbeda dengan masyarakat lain yang berada di Provinsi Nusa
3
Tenggara Timur. Kreasi para penenun sungguh menakjubkan dari kampung ke kampung terdapat perbedaan-perbedaan atau variasi motif, bahan, dan warna yang menjadi ciri khas suatu kelompok masyarakat tersebut. Dengan beranekaragam suku yang ada di Nusa Tenggara Timur ini menyebabkan terdapat beragamnya motif yang dihasilkan pada tenunan, dan pada setiap wilayah memiliki keunikannya masingmasing. Tenun ikat merupakan salah satu dari sekian banyak produk tradisional bangsa Indonesia yang dibuat secara tradisional namun bernilai sangat tinggi dan indah. Kain tenun juga merupakan harta yang sangat berharga dan bernilai tinggi bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur khususnya masyarakat kabupaten Malaka. Namun dalam perkembangannya saat ini, tenun ikat berangsur-angsur mulai mengalami pemudaran, adat istiadat yang telah terpelihara berabad-abad akan mundur, berubah, surut dan akan dilupakan hanya dalam periode yang singkat. Perkembangan arus globalisasi yang sangat pesat saat ini, mulai mengeser posisi nilai tenunan tradisional masyarakat Nusa Tenggara Timur, khususnya masyarakat kabupaten Malaka yang sekarang berada dalam masa peralihan, masa keadaan dimana terdapat persaingan antara nilainilai spiritual dan aturan seni budaya turun temurun melawan kecenderungan budaya tekstil baru yang berkembang sangat pesat saat ini. Corak motif yang dikembangkan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur berbeda-beda, khusus di wilayah kabupaten Malaka corak motif yang dikembangkan turun temurun pada umumnya adalah corak motif ema, lafaek, manu, surik ulun, tokek, dikur, fitun, kuda,dan aifunan sebagai model kreasi baru. Corak motif yang
4
tertera di atas, bisa juga terdapat pada masyarakat yang ada di kabupaten lain, dan bahkan pada provinsi di Indonesia. Menurut kepercayaan masyarakat zaman dahulu, para leluhur mereka selalu mengelompokkan setiap motif yang ada berdasarkan status sosial dalam masyarakat, namun dalam perkembangan era yang semakin maju, hal demikian tidak lagi diperhatikan. Seiring perkembangan zaman yang semakin modern dalam hal teknologi maupun ilmu pengetahuan, memaksa masyarakat untuk meninggalkan kebudayaan dan tradisi-tradisi luhur yang sudah diwariskan kepada mereka. Melihat begitu pentingnya peranan tenun ikat dalam kehidupan masyarakat setempat, maka perlu adanya usaha yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat setempat dalam mempertahankan dan melestarikan nilai budaya luhur yang terkandung dalam tenun ikat masyarakat Nusa Tenggara Timur sebagai warisan nenek moyang mereka yang perlu tetap eksisi dalam era globalisasi yang semakin maju saat ini. Perkembangan zaman yang semakin maju, turut mempengaruhi para generasi muda untuk berpikir ke arah yang lebih praktis atau modern tanpa melihat fungsi dan nilai yang terkandung di dalam tenun ikat, bahkan banyak peserta didik yang mulai tidak peduli terhadap kebudayaan lokal setempat yang menjadi ciri khas daerah mereka. Akan menjadi sebuah permasalahan jika peserta didik tidak dapat mengenal jati diri daerah sendiri, tidak mengenal akar budaya para leluhur mereka, dan pabila fenomena ini dibiarkan terus berlanjut, maka cepat atau lambat para generasi muda akan menjadi orang asing di daerah sendiri.
5
Pendidikan sebagai lembaga yang menyediakan nilai-nilai budaya, dan dari keanekaragaman kebudayaan yang ada turut mewarnai bentuk pendidikan yang data dipakai sebagai alat dalam kemajuan bangsa. Kebudayaan memiliki nilai-nilai budaya yang berfungsi dalam membentuk karakter para generasi muda, dan melalui Pengembangan model dengan berbasis pada kearifan lokal daerah sendiri, bertujuan untuk kembali menggugah kesadaran dan perhatian dari lembaga pendidikan dalam menggali dan mengembangkan pendidikan yang berbasis kebudayaan lokal yang bersumber dari potensi daerah sendiri. Sekolah merupakan wahana untuk proses pendidikan dan bagian dari masyarakat, oleh karena itu sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekitar ataupun daerah dimana sekolah itu berada. Usaha untuk merealisasikan ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada peserta didik tentang apa yang menjadi karakteristik lingkungannya baik yang berkaitan dengan kondisi alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya maupun yang menjadi kebutuhan daerah (Abdullah. 2014: 203). Salah satu upaya untuk mencegah agar tetap terjaga kelestarian dan keberlangsungan kain tenun sebagai salah satu kearifan lokal masyarakat yakni melalui pendidikan. Pendidikan sebagai suatu lembaga yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk turut berpartisipasi dalam usaha pelestarian nilai-nilai kebudayaan lokal, dengan cara mengintegrasikannya pembelajaran sejarah, karena mata pelajaran sejarah dianggap penting sebab melalui pembelajaran ini, eksistensi
6
budaya lokal suatu daerah dapat diangkat dan digali kembali, dalam hal ini yang menjadi fokus
penelitian ini adalah budaya lokal tenun ikat masyarakat Nusa
Tenggara Timur khususnya masyarakat kabupaten Malaka. Melalui pemaparan singkat diatas, sangat diharapkan penelitian ini mampu menanamkan dan menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat Nusa Tenggara Timur pada umumnya, dan peserta didik pada khususnya.Untuk mewujudkannya, maka peranan lembaga pendidikan dan pengajar sangat penting, seperti yang sudah dijelaskan diatas, dan model pembelajaran seperti apa yang akan digunakan juga sangat menentukan dalam proses belajar mengajar. SMA 17 Agustus Rabasa Biris, kabupaten Malaka dipilih oleh peneliti sebagai temapat pelaksanaan penelitian karena SMA 17 Agustus merupakan salah satu SMA Swasta favorit yang ada di wilayah kabupaten Malaka, dan berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru mata pelajaran sejarah dan wakil kepala sekolah pada masa observasi dijelaskan bahwa di wilayah kabupaten Malaka memiliki kebudayaan yang hamper sama dengan wilayah lain di Nusa Tenggara Timur, dalam hal ini kearifan lokal tenun ikat masyarakat kabupaten Malaka yang sampai saat ini terdapat beberapa jenis tenun ikat dan motif yang masih dipertahankan, dan juga terdapat jenis corak motif dan nilai-nilainya yang hampir hilang dan tidak dikenal oleh generasi muda saat ini, dan melihat begitu pentingnya untuk memperkenalkan kembali ciri khas dari daerah mereka sendiri, maka pihak sekolah sangat menyambut baik dengan maksud peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut melalui pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat.
7
Melalui pengembangan pembelajaran sejarah, diharapkan siswa SMA 17 Agustus Rabasa Biris mampu menguasai kompetensi akademik tentang tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa Praaksara dan masa Aksara serta mampu memahami warisan dari para leluhur yang sudah menjadi turun temurun sampai saat ini. Selain itu, melalui penelitian pengembangan ini mampu menyadarkan siswa SMA 17 Agustus Rabasa Biris untuk mencintai dan lebih mengenal ciri khas dari daerah mereka sendiri yang menjadi salah satu warisan yang memiliki nilai tinggi dalam kehidupan mereka. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut mengenaikebudayaan lokal Tenun Ikat sebagai salah satu warisan budaya lokal masyarakat kabupaten Malakayang mengandung nilai-nilai yang sangat luhurbagi masyarakat setempat, sebagai bahan penulisan proposal tesis yang dirumuskan dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai-nilai FilosofisTenun Ikat Untuk Menumbuhkan Kesadaran Budaya Lokal Siswa SMA 17 Agustsus Rabasa Biris Kabupaten Malaka Nusa Tenggara Timur” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa masalah yang akan dirumuskan oleh peneliti diantaranya: 1. Bagaimana model pembelajaran sejarah yang dilaksanakan di SMA 17 Agustus Rabasa Biris Kabupaten Malaka sebelum pengembangan model pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai-nilai Filosofis tenun ikat ?
8
2. Bagaimana pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat untuk menumbuhkan kesadaran budaya lokal siswa SMA 17 Agustus Rabasa Biris Kabupaten Malaka ? 3. Bagaimana efektivitas model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat untuk menumbuhkan kesadaran budaya lokal siswa SMA 17 Agustus Rabasa Biris Kabupaten Malaka ?
C. Tujuan Penelitian Untuk memberikan arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini, dan berdasarkan pada rumusan masalah yang diajukan, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu untuk : 1. Mendeskripsikan model pembelajaran sejarah yang dilaksanakan di SMA 17 Agustus Rabasa Biris Kabupaten Malaka Nusa Tenggara Timur sebelum pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat. 2. Mendeskripsikan pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosois tenun ikat untuk menumbuhkan kesadaran budaya lokal siswa SMA 17 Agustus Rabasa Biris Kab.Malaka Nusa Tenggara Timur yang meliputi. 3. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat untuk menumbuhkan kesadaran budaya lokal siswa SMA 17 Agustus Rabasa Biris Kab. Malaka Nusa Tenggara Timur.
9
D. Mamfaat Penelitian Yang menjadi produk utama dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang mengangkat kearifan lokal suatu daerah dalam pembelajaran sejarah yakni nilainilai filosofis tenun ikat untuk menumbuhkan kesadaran siswa di SMA 17 Agustus Rabasa Biris. Mamfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mamfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat secara ilmiah mengenai pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat dalam menumbuhkan kesadaran budaya lokal siswa. b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat. 2. Mamfaat Praktis a. Bagi guru; melalui penelitian ini dapat memacu kreatifitas guru dalam mengoptimalkan penggunaan berbagai model pembelajaran dan memberikan solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran sejarah. b. Bagi siswa: penelitian ini membantu meningkatkan keaktifan siswa, kesungguhan dalam memahami materi yang disampaikan, dan dapat memberikan pengetahuan serta menumbuhkan kesadaran terhadap kearifan lokal yang ada di daerah sendiri sebagai hasil peninggalan kebudayaan sejarah.
10
c. Bagi Sekolah: sebagai kajian lebih lanjut dalam menyusun suatu rancangan pembelajaran sejarah dengan model pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi sekolah.
E. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan Melalui pengembangan model pembelajaran sejarah, yang berpedoman pada kurikulum KTSP dan silabus SMA kelas X, maka peneliti mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya akan memuat materi tentang perpaduan antara tradisi sejarah dalam masyarakat Indonensia masa praaksara dan masa aksara serta warisan masyarakat masa praaksara, untuk menganalisis akulturasi budaya maka peneliti menambahkan materi tentang nilai-nilai filosofis tenun ikat yang akan digunakan sebagai bahan diskusi.
F. Pentingnya Pengembangan Banyak muncul berbagai pendapat bahwa mata pelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat menjenuhkan, karena yang dibahas hanya seputar orang-orang besar, tanggal, dan peristiwa yang terjadi di pusat-pusat ibu kota, serta bentuk peninggalan-peninggalan sejarah yang sulit ditemukan dan jauh dari lokasi sekolah. Melalui model pembelajaran sejarah, peserta didik juga dapat dikenalkan pada ciri khas daerah mereka sendiri seperti kebudayaan lokal yang menjadi khas di daerah tersebut misalnya pahlawan-pahlawan daerah, peristiwa lokal, bentuk peninggalan daerah setempat serta kebudayaan daerah setempat.
11
Perkembangan era globalisasi saat ini sangat memiliki peranan yang penting dalam membantu pengajar untuk mewujudkan kebutuhan peserta didik dengan cara memadukan materi pelajaran yang sesuai dengan SK dan KD dalam Pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat, dan akan berguna jika model yang diharapkan memiliki kualitas baik dalam isinya. Pentingnya pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis nilai-nilai filosofis tenun ikat ini adalah menambah pengetahuan dan metode cara mengajar guru dalam pembelajaran sehingga dapat menarik perhatian dari peserta didik khususnya dalam pembelajaran sejarah, dapat memperdalam dan menumbuhka kesadaran peserta didik terhadap kebudayaan lokal daerah setempat.