BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, perubahan kurikulum bukanlah suatu hal yang luar biasa. Bahkan idealnya, kurikulum harus diganti setiap lima tahun sekali. Hal ini logis mengingat kurikulum merupakan sekumpulan pengalaman belajar yang bertujuan memberi bekal hidup bagi setiap anak didik. Karena dunia terus berkembang dengan berbagai perubahannya, maka kurikulum pun harus disesuaikan dengan tuntutan jamannya. Di jaman global sekarang ini dimana sains dan teknologi terutama teknologi informasi berkembang sangat cepat, diperlukan suatu kurikulum yang bersifat global dan fleksibel. Filsafat konstruktivisme yang merajai cara pandang dunia saat ini membawa ciri kemandirian, keberagaman, dan kreativitas dimana setiap orang harus aktif namun tetap fleksibel dalam menghadapi persoalan kehidupan. Kurikulum itu sendiri adalah niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk atau rencana program pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. Isi kurikulum adalah ilmu pengetahuan ilmiah termasuk kegiatan dan pengalaman belajar yang disusun sesuai taraf perkembangan siswa. Kurikulum akan mempunyai arti dan
fungsi
untuk
mengubah
siswa
apabila
dilaksanakan
dan
ditransformasikan oleh guru kepada siswa dalam suatu kegiatan yang disebut dengan proses belajar mengajar. Dengan kata lain proses belajar mengajar adalah operasionalisasi dari kurikulum.(Nana Sudjana,1989:3) 1
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu jawaban menghadapi tantangan era globalisasi, maka guna menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang makin handal merupakan tugas yang harus diemban oleh lembaga-lembaga ataupun pelaksana pendidikan. Sekolah Menengah Pertama (SMP), adalah lembaga pendidikan menengah setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dituntut agar dapat melakukan reorientasi dan redefinisinya agar sepadan dan bahkan selangkah lebih maju dibandingkan SLTP umum yang lain di dalam menyiapkan kompetensi sumber daya yang dimiliki, serta pengelolaan input, proses dan outputnya. Inovasi terhadap pendidikan selalu dilakukan pemerintah terutama mengenai materi pendidikan agar dapat menyentuh kebutuhan riil kehidupan yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat guna menunjang kemajuan peradaban manusia. Untuk itulah dikeluarkan kurikulum baru yakni;
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK),
yang
merupakan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, sekalipun pelaksanaan secara riil baru dalam tahap persiapan atau permulaan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang baru saja digunakan secara serentak pada semua jenjang sekolah tampak berusaha menjawab tantangan tersebut. Meskipun perubahan kurikulum merupakan hal yang biasa, tetapi di lapangan penggunaan KBK telah mengundang berbagai kepedulian, pertanyaan, bahkan pro-kontra. Sebagai sebuah sumbangan pemikiran, tulisan ini mengulas mengenai KBK sebagai suatu harapan untuk peningkatan mutu pendidikan dan sebagai pengejawantahan dari paradigma baru pendidikan. Selain itu KBK diharapkan dapat mengatasi
2
masalah-masalah besar yang di alami di Indonesia salah satunya adlah masalah pendidikan di Indonesia yang sedang dihadapi yaitu tentang rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya prestasi belajar siswa
dan
selain
masalah
tersebut
masalah
pendekatan
dalam
pembelajaran juga masih menjadi kendala yaitu dalam pembelajaran terlalu di dominasi oleh peran guru. Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan subyek didik, pendidikan kita kurang memberi kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara menyeluruh, kreatif, objektif dan logis. Pendidikan juga belum memanfaatkan Quantum Learning sebagai salah satu paradigm menarik dalam pembelajaran serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan di Indonesia, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Kebanyakan guru dalam mengolah pembelajarannya begitu saja berpindah dari satuan pembelajan yang satu ke berikutnya tanpa menghiraukan siswa-siswa yang lamban dan kurang memahami. atau bahkan gagal mencapai kompetensi-kompetensi yang direncanakan. Akibatnya, tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran pula mutu pendidikan secara nasional masih rendah. Sistem persekolahan yang tidak memberikan pemdelajaran sampai tuntas ini telah menyebabkan pembororsan anggaran pendidikan.
3
Sesuai dengan cita-cita dan harapan dari tujuan pendidikan nasional, guru memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal siswa dalam merangsang keterlibatan siswa dalam strategi pembelajaran ataupun melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual. Karena itu bila kita berbicara tentang rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya ketrampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa, maka sebenarnya inti persoalannya adalah pada masalah ketuntasan belajar yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi atau unit bahan ajaran secara perorangan. Masalah ketuntasan dalam belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan siswa, terlebih bagi mereka yang mengalami kesulitan belajar. Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi siswa mencapai
penguasaan materi terhadap kompetensi tertentu. Dengan
menempatkan pembelajaran tuntas sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum 2004 atau KBK, maka berarti pembelajaran tuntas ini merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Pada kenyataannya, pembelajaran tuntas ini belum banyak dilaksanakan
4
disekolah, dan masih banyak sekolah yang melaksanakan pembelajarannya secara konvensional. Untuk itu perlu adanya pedoman yang memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang bagaimana KBK seharusnya dilaksanakan. Pembelajaran tuntas sendiri diartikan sebagai sistem pembelajaran yang mengharapkan setiap siswa harus mampu menguasai kompetensikompetensi dasar secara tuntas, yakni sekurang-kurangnya harus mencapai criteria minimal yaitu 75. B. Rumusan masalah Melihat penjelasan latar belakang di atas maka permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebagai Bentuk Penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Terhadap Kelas VIII Mata Pelajaran IPS ( Suatu Kajian di SMP N I Kedungjati Kabupaten Grobogan Jawa Tengah). C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Untuk mengetahui Bagaimanakah Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebagai Bentuk Penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Terhadap Kelas VIII Mata Pelajaran IPS ( Suatu Kajian di SMP N I Kedungjati Kabupaten Grobogan Jawa Tengah ).
5
2.
Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan penyelesaian dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebagai Bentuk Penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Terhadap Kelas VIII Mata Pelajaran IPS ( Suatu Kajian di SMP N I Kedungjati Kabupaten Grobogan Jawa Tengah ).
D. Manfaat Penelitian Melihat tujuan diatas dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : a. Dapat dijadikan data atau bahan masukan bagi pihak-pihak terkait, terutama untuk SMP Negeri 1 kedungjati dan, Departemen Pendidikan Nasional, dan warga masyarakat. b. Dapat dijadikan data masukan pihak-pihak pengelola pendidikan tentang pola pelaksanaan Kurikulum KTSP Sebagai Bentuk Penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
c. Dapat membantu warga sekolah SMP Negeri 1 Kedungjati Kabupaten Grobogan di dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan dengan menggunakan KTSP.
6