BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Permasalahan
1.1.1
Kelayakan Proyek Atambua merupakan Ibukota Kabupaten Belu yang termasuk dalam wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan rencana induk pengembangan, Atambua akan diresmikan menjadi daerah Kotamadya. Atambua memiliki letak yang cukup strategis, karena berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Timor Leste. Keunggulan dan letak yang strategis ini dapat menjadi pertimbangan khusus dalam pengembangan kota dan masyarakatnya. Selain itu, hal ini dapat menjadi daya pendorong khusus dalam usaha memajukan Kota Atambua dengan sumber daya yang dimiliki. Cita-cita untuk memajukan daerah Belu, khususnya Atambua tergantung juga pada segala fasilitas pendukung yang mampu memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan kemampuannya di berbagai bidang. Bidang minat yang kemudian diangkat menjadi topik khusus dalam penelitian ini yaitu olahraga. Pepatah yang berbunyi ”Mensano in Corporesano”, yang mengandung pengertian bahwa di dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat, untuk membangun tubuh dan jiwa masyarakat kabupaten Belu yang sehat dan kuat harus juga didukung dengan fasilitas yang baik. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah wadah yang mampu menampung keinginan masyarakat dengan disediakan sebuah gedung olahraga. Pada gedung olahraga ini juga disediakan berbagai fasilitas yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan perawatan kesehatan dan kebugaran bagi tubuh manusia.
1.1.2 Ketersediaan Fasilitas Olahraga Di Atambua. Olahraga berprestasi sekarang ini, mulai di tingkatkan baik di pusat Ibukota Propinsi Nusa Tenggara Timur maupun di Kabupaten Belu
1
(Atambua). Atambua sebagai bagian dari Nusa Tenggara Timur mendapatkan kewajiban untuk
menyumbangkan bibit-bibit atlet yang berkualitas bagi
Kabupaten Belu (Atambua) itu sendiri. Sampai saat ini organisasi olahraga yang berkembang di Kota Atambua meliputi: olahraga tinju, sepeda santai, senam, sepakbola, fitness, voli, basket, bulutangkis, jogging, renang, billyard, dan karate. Tabel 1.1 Jumlah Organisasi Olahraga Berprestasi Di Kabupaten Belu (Atambua) Desember 2006-2007 Cabang Olahraga Tahun 2006 Tahun 2007 Jumlah Jumlah Anggota Jumlah Jumlah Anggota Organisasi (orang) Organisasi (orang) Sepak Bola 15 330 17 374 Voli 30 360 33 375 Bulutangkis 6 31 7 34 Tenis meja 3 21 3 21 Tinju 2 40 2 43 Basket 4 60 4 60 Karate 13 156 14 163 Tenis lapangan 5 24 5 24 Sepeda santai 1 60 1 56 Renang 1 30 1 35 Billiard 2 43 2 43 Senam 3 120 3 120 Sumber: Kabupaten Belu Dalam Angka 2006-2007, BPS Kabupaten Belu
Sampai saat ini Atambua telah mampu melahirkan atlet-atlet berprestasi di tingkat nasional. Terutama pada bidang olah raga tinju dan voli. Tersedianya begitu banyak atlet dan organisasi berprestasi yang ada, tidak ada satupun yang memiliki tempat/ wadah untuk berlatih maupun bertanding yang memadai, hal ini dapat dilihat dari aktivitas olahraga yang dilaukan, dimana mereka melakukan olahraga tinju di lapangan basket milik TNI angkatan darat.
2
Gambar 1.1 Pertandingan Tinju di Lapangan Basket Milik TNI AD Atambua Sumber : Koni Kabupaten Belu
Fasilitas lapangan basket yang ada di kota Atambua berjumlah 4 buah, masing-masing di SMA Surya, SMA 1, SMA Bina Karya, Seminari dan lapangan milik TNI Angkatan Darat. Jumlah ini tentunya juga tidak sebanding dengan jumlah atlet dan masyarakat yang ingin berlatih atau sekedar berolahraga. Selain itu juga lapangan milik keempat sekolah tersebut hanya dapat di pergunakan pada sore hari setelah jam pelajaran selesai, sedangkan untuk lapangan basket milik TNI Angkatan Darat biasanya digunakan oleh organisasi
yang telah menyewa lapangan tersebut untuk latihan tinju.
Olahraga voli lebih sering dilakukan karena banyaknya lapangan yang tersedia, misalnya di sekolah-sekolah, tempat ibadah, maupun perkantoran, namun fasilitas standar untuk suatu pertandingan masih sangat kurang.
Gambar 1.2 Lapangan Voli Di Lapangan Umum Kota Atambua Sumber : Dokumentasi Pribadi
3
Olahraga bulutangkis masih bisa dilakukan karena memiliki lapangan outdoor, namun jika cuaca tidak memungkinkan, maka kegitan olahraga ini tidak berlangsung. Fakta ini berbeda dengan olahraga tenis yang dapat di lakukan setiap harinya, namun para pengunanya harus mengantri terlebih dahulu karena minimnya lapangan yang tersedia. Keinginan untuk menghasilkan atlet yang berprestasi di Kota Atambua tentunya juga harus didukung dengan adanya fasilitas olah raga yang memadai yang dapat menampung dan mewadahi setiap kegiatan olahraga. Fakta ini mulai disadari oleh Pemda dan Koni di Kabupaten Belu dengan mulai membangun stadion dan mulai merencanakan untuk membangun gedung olahraga di Kota Atambua.
Gambar 1.3 Stadion Haliwen Di Kota Atambua Sumber : Dokumentasi Pribadi
Kehadiran fasilitas gedung olahraga di Kota Atambua menyimpan harapan bahwa Kota Atambua akan mampu menyumbang bibit-bibit atlet yang berkualitas bagi daerah maupun pada tingkat pusat. Gedung olahraga itu sendiri bisa digunakan sebagai tempat latihan dan event olahraga yang dapat dilakukan di dalam gedung, selain itu, gedung olahraga itu akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat memberikan kenyamanan kepada atlet dan mampu memacu semangat para atlet maupun masyarakat berolahraga.
4
1.2
Rumusan Masalah Bagaimana merancang Gedung Olahraga di Atambua, Nusa Tenggara Timur yang dapat mewadahi setiap jenis olahraga di dalam ruangan tanpa harus terganggu dengan situasi dan cuaca yang ada, dengan melakukan pendekatan terhadap Arsitektur Hemat Energi.
1.3
Tujuan Merancang Gedung Olahraga di Atambua, Nusa Tenggara Timur yang dapat mewadahi setiap jenis olahraga di dalam ruangan tanpa terganggu dengan situasi dan cuaca yang ada, dengan melakukan pendekatan terhadap Arsitektur Hemat Energi.
1.4
Sasaran Adapun sasaran yang dituju dalam penelitian dan pembahasan ini adalah : Melakukan studi tentang Olahraga. Melakukan studi tentang Olahraga di dalam ruangan. Melakukan studi tentang Energi. Melakukan studi tentang Arsitektur Hemat Energi. Melakukan studi tentang Gedung Olahraga yang mengacu pada bangunan Hemat Energi. Melakukan studi tentang kenyamanan Arsitektur Hemat Energi. Melakukan studi tentang Atambua, Nusa Tenggara Timur Melakukan studi tentang Situasi dan cuaca di Atambua, Nusa Tenggara Timur.
1.5
Lingkup Pembahasan: Adapun batasan jenis-jenis olahraga pada gedung olahraga ini yaitu: Tenis, Tinju, BolaVoli, Bola Basket, Bulutangkis, Renang, Fitnes, Billiard. Gedung olahraga dibatasi pada Gedung Olahraga di dalam ruangan.
5
Atambua dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site untuk bangunan tersebut. Arsitektur hemat energi dibatasi pada penggunaan sistem pencahayaan, penghawaan, dan material bangunan yang diterapkan pada bangunan.
1.6
Metode: Wawancara Ditujukan pada olahragawan di Atambua, pengelola gedung olahraga, Pengguna gedung olahraga. Kuisioner Ditujukan pada pemain, pengunjung fitness center yang ada di Atambua. Observasi Pengamatan langsung pada event-event olahraga di Atambua dan di Yogyakarta pada tanggal 26 april 2007. Studi Pustaka Mempelajari buku-buku tentang olahraga, gedung olahraga, energi, arsitektur hemat energi. Studi Banding Melihat langsung bangunan sejenis yang ada di Yogyakarta, Jakarta, dan Bandung seperti gedung olahraga UNY, UGM, Kridosono, serta dari pustaka.
1.7
Metode Menganalisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Kuantitatif Temuan-temuan
yang
di
komunikasikan
dengan
angka-angka
(numerik), contoh:Tabel jumlah olahragawan di Atambua, jumlah gedung
6
atau fasilitas olahraga di Atambua, dan tabel animo masyarakat terhadap olaraga. Kualitatif Merupakan metode pengolahan data yang menghasilkan suatu hipotesis/ dugaan secara naratif mengenai pentingnya sebuah bangunan gedung olahraga tipe B yang hemat energi.
1.8
Metode Perancangan Merancang gedung olahraga di Atambua dengan melakukan pendekatanpendekatan dari sisi program ruang, kondisi site, daya dukung alam setempat, dan material yang akan digunakan sebagai pedoman konsep arsitektur hemat energi.
1.9
Sistematika Penulisan Bab 1 Pendahuluan Berisi
garis
besar
pembahasan,
meliputi
Latar
Belakang
Permasalahan, Tinjauan Pustaka, Rumusan Masalah, Tujuan, Sasaran, Lingkup Pembahasan, serta penjelasan tentang Sistematika Penulisan. Bab 2 Tinjauan Kota Dan Fasilitas Olahraga Di Atambua Berisi berbagai data yang berhubungan dengan kota dan bangunan olahraga yang ada di Kota Atambua. Bab 3 Tinjauan Teoritis Gedung Olahraga Mengungkapkan design requirement Gedung Olahraga, disertai studi kasus bangunan olahraga yang sudah ada baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Misalnya dalam hal ukuran lapangan, luasan hall yang diperlukan dan sistem pengelolaan dan penggunaan pada gedung olahraga.
7
Bab 4 Tinjauan Teoritis Arsitektur Hemat Energi Berisi tinjauan mengenai arsitektur yang menekankan masalah penghematan energi dalam desain bangunannya. Bab 5 Analisis Menuju Konsep Perencanaan Dan Perancangan Gedung Olahraga di Atambua. Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada lokasi/ site. Misalnya dalam hal kriteria pemilihan site, kebutuhan ruang, dan penzoningannya. Bab 6 Konsep Perencanaan Dan Perancangan Pusat Gedung Olahraga Di Atambua. Mengungkapkan konsep-konsep yang akan di transformasikan dalam rancangan fisik arsitektural, misalnya dalam hal gubahan massa bangunan, serta strategi penerapan arsitektur hemat energi pada bangunan yang akan di desain.
8