BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Kemudian, film mengalami perubahan menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung, musik, drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi populer. Film merupakan salah satu bentuk media massa yang mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, hingga ke wilayah pedesaan. Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respons terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan terhormat (McQuail, 2010:35). Seiring berkembangnya perfilman, film mulai dijadikan bahan penelitian komunikasi. Awalnya penelitian tentang film hanya memfokuskan pada hubungan antara film dan masyarakat secara linier, yaitu film dianggap mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Perspektif ini kemudian memunculkan kritik yang didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat. Film merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan memproyeksikannya ke atas layar (Sobur, 2013:127). Menurut Turner (dalam Sobur, 2013), film tak sekedar refleksi dari realitas dalam masyarakat melainkan film merupakan representasi dari realitas dalam masyarakat. Film sebagai refleksi dari realitas berarti bahwa film sekedar “memindah” realitas ke atas layar tanpa mengubah realitas tersebut. Sementara, film sebagai representasi dari realitas berarti bahwa film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannnya. Salah satu film yang menarik untuk diteliti adalah Divergent. Film Divergent dipilih karena meskipun film ini dikemas dengan genre aksi yang mutakhir dan fiksi ilmiah yang imajinatif, alurnya dilingkupi dengan nilai-nilai feminisme. Film ini diangkat dari novel berjudul sama karangan Veronica Roth yang diterbitkan pada 25 1
2
April 2011. Film Divergent sendiri dirilis pada tahun 2014 dan disutradarai oleh Neil Burger. Divergent menceritakan tentang tentang sebuah dunia yang telah diatur, di mana manusia dikelompokkan
ke dalam faksi-faksi yang berbeda berdasarkan
kebajikan manusia. Kelima faksi tersebut adalah Candor (yang jujur), Abnegation (yang tanpa pamrih), Dauntless (pemberani), Amity (yang damai), dan Erudite ( yang cerdas). Kemudian bagi manusia yang memiliki lebih dari satu kebajikan tertentu dalam dirinya akan disebut sebagai divergent. Para divergent akan diasingkan dan hidup seperti gelandangan atau bahkan dibunuh, mereka dianggap berbahaya karena tidak dapat menyesuaikan diri hanya pada satu faksi tertentu saja dan itu akan merusak sistem faksi yang sudah terbentuk sejak lama. Sebelum manusia diklasifikasikan ke faksi mana yang akan mereka pilih, mereka akan menjalani sebuah ujian. Salah satu manusia yang menjalani ujian tersebut adalah karakter bernama Beatrice Prior atau yang lebih dikenal sebagai Tris. Tris menjalani ujian dan mendapati hasil bahwa dirinya seorang divergent. Namun sang penguji untuk Tris, memutuskan untuk menyelamatkan Tris dengan menyuruh Tris merahasiakan identitas dirinya yang merupakan divergent. Setelah mengetahui identitasnya tersebut, Tris harus berjuang keras agar dapat diterima dalam faksi Dauntless yang sangat ia kagumi. Tris berusaha supaya lulus dalam sejumlah tahapan inisiasi keberanian yang mengancam nyawanya, mulai dari terjun dari atas gedung, bertarung, dilempari pisau, hingga simulasi untuk menguji kepantasannya sebagai seorang Dauntless. Dalam perjuangan untuk tetap bertahan hidup di tengah persaingan dengan kaum laki-laki dan konspirasi untuk menyingkirkan para divergent, Tris terlihat sebagai sosok feminis yang memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi dirinya sebagai perempuan. Oleh karena perjuangan tokoh Tris yang begitu gigih membuat film Divergent kental dengan nilai-nilai fenimisme. Feminisme (feminism) – pandangan bahwa biologi bukan takdir dan bahwa stratifikasi menurut gender adalah pandangan yang salah dan harus dilawan – menghadapi tentangan kuat – baik oleh laki-laki yang enggan kehilangan privilese maupun oleh perempuan yang menerima status mereka sebagai hal yang secara moral benar (James M.Henslin, dalam Kamanto Sunarto, 2007:51). Seperti yang dikatakan oleh Lerner (dalam Ritzer, 2014) bahwa dalam satu pengertian, selalu ada perspektif feminis. Di mana pun perempuan disubordinasikan – dan mereka disubordinasikan hampir di mana saja – mereka tampaknya telah mengakui dan memproses situasi itu ke dalam berbagai bentuk. Kaum feminis menekankan bahwa
3
laki-laki dan perempuan seharusnya memiliki hak yang sama. Di kala mereka memandang hubungan antara hubungan antara laki-laki dan perempuan, mereka melihat suatu konflik yang dapat ditelusuri ke akar-akar sejarah. Sebagaimana halnya Marx yang menekankan pada konflik antara kapitalis dan pekerja, sedemikian banyak feminis menekankan pada konflik antara laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh bentuk penghargaan lebih terhadap kaum perempuan, diadakanlah sebuah acara yang mengangkat tema "Re-Gazing at Asia” (Menatap Ulang Asia) untuk menggarisbawahi peran penting sutradara dan produser perempuan dalam Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) yang diselenggarakan pada 2 Desember 2014. Diskusi ini dihadiri oleh beberapa pembicara, antara lain David Hanan (periset dari Australia), Novi Kurnia (periset), Olin Monteiro (penulis, editor, produser film dokumenter), dengan moderator Dyna Herlina (periset). Dalam diskusi ini dibahas tentang definisi feminisme, menurut Olin Monteiro, feminisme merupakan ideologi perjuangan untuk menuju keadilan melalui empati sesuai dengan versi masing-masing individu. Akan tetapi, istilah feminisme yang beredar di masyarakat saat ini, telah disalahpahami. Sampai-sampai, kebanyakan anggota masyarakat mengidentikkan seorang feminis dengan lesbian. Kenyataannya perihal feminisme dalam dunia perfilman tidak jarang melibatkan peran aktivis perempuan. Tema-tema yang diangkat juga mengenai isu-isu perempuan yang sehari-hari sudah berkembang di masyarakat, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pelecehan seksual, perempuan di wilayah konflik, dan sebagainya. Selain itu, Olin juga mengatakan bahwa tidak semua orang memiliki kesadaran atau empati terhadap isu perempuan atau feminisme. Maka, untuk menelaah lebih lanjut mengenai film dengan perspektif feminisme, diperlukan kajian tersendiri agar konsep film dengan perspektif ini menjadi lebih gamblang dan dapat dimengerti oleh masyarakat. Penelitian ini akan mencoba untuk memahami peran perempuan yang mencerminkan feminisme di dalam Film Divergent. Untuk dapat memahami peran perempuan yang mencerminkan feminisme akan diambil beberapa scene dari Film Divergent yang merepresentasikan nilai-nilai feminisme
tersebut. Masalah
representasi menjadi penting dalam penelitian komunikasi karena melalui representasi konsep tentang ‘sesuatu’ di dalam kepala manusia (konsep abstrak) yang ditampilkan melalui tanda, dapat dipahami dalam bentuk pemaknaan melalui perantaraan bahasa. Representasi bekerja pada hubungan tanda dan makna, serta merupakan sebuah proses yang dinamis dikarenakan makna seiring waktu juga
4
mengalami perubahan sesuai dengan kemampuan intelektual dan kebutuhan para pengguna tanda yang terus bergerak dan berubah yaitu manusia (Wibowo, 2013:150). Penelitian ini berbeda dari penelitian yang pernah ada sebelumnya, karena dalam penelitian ini akan diungkap hegemoni, yaitu dominasi oleh sebuah kelompok yang direpresentasikan oleh kaum laki-laki, terhadap kelompok sub-dominan yang direpresentasikan oleh kaum perempuan. Dengan membongkar struktur Film Divergent, fokus analisis penelitian ini dititikberatkan kepada tokoh utama perempuan dalam Film Divergent yaitu Tris, yang berusaha untuk melakukan counter-hegemony atas dominasi kaum laki-laki. Kedua, penelitian ini memberikan fokus terhadap elemen-elemen pokok naratif film, meliputi ruang dan waktu, tokoh, konflik, dan tujuan yang digunakan untuk membatasi penelitian ini agar tidak menjadi luas, melainkan mendalam, sehingga menjadi lebih menarik untuk diselami. Oleh sebab itu, maka diputuskan untuk menganalisa film ini lebih dalam lagi, guna menemukan representasi nilai-nilai feminisme yang terdapat di dalam Film Divergent melalui penanda dan petanda.
1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini dititikberatkan pada pertanyaan mengenai, “Bagaimana nilai-nilai feminisme tercermin melalui elemen-elemen pokok naratif Film Divergent?”
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus penelitian tersebut ditetapkan pertanyaan penelitian sebagai berikut : -
“Apa saja representasi feminisme yang ditunjukkan dalam Film Divergent?”
-
“Bagaimana feminisme ditampilkan dalam Film Divergent?”
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan representasi feminisme dan memperlihatkan cara feminisme ditampilkan dalam Film Divergent.
5
1.4.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang sekiranya dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain: Manfaat Akademis: 1. Menjadi karya ilmiah yang dapat memberi kontribusi dalam pemahaman semiotika pada film. 2. Menjadi sumber informasi serta referensi bagi peneliti yang sekiranya hendak melakukan penelitan sejenis di kemudian hari.
Manfaat Praktis: 1. Memotivasi para sineas perfilman untuk semakin giat mengangkat tema-tema bernilai dalam kehidupan sehari-hari yang selama ini banyak dipandang sebelah mata hanya karena pertimbangan kesukaan pasar. 2. Membangkitkan industri perfilman (Indonesia khususnya) agar terpacu untuk memproduksi film yang lebih berkualitas dan sarat makna. Masyarakat / Umum: 1. Menambah wawasan masyarakat, agar semakin menyadari akan pentingnya keadilan tanpa memandang gender tertentu. 2. Mendorong masyarakat untuk lebih meningkatkan kepekaan dalam memaknai pesan tersirat pada suatu film.
1.5 Sistematika Penulisan BAB 1
: PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi lima sub-bab yang meliputi, latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat, dan sistematika penulisan.
BAB 2
: KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan tentang teori – teori yang mendukung analisis penelitian ini. Di dalamnya terdapat teori – teori yang berhubungan dengan tema pembahasan topik ini.
6
BAB 3
: METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini terdapat penjabaran tentang pendekatan penelitian, jenis penelitian, metode
penelitian yang digunakan, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, serta teknik keabsahan data.
BAB 4
: HASIL PENELITIAN Dalam bab ini terdapat penjabaran tentang obyek penelitian, penyajian data penelitian, pengolahan terhadap data yang terkumpul dan
pembahasan
hasil
penelitian
berdasarkan
analisis
dan
korelasinya dengan teori yang digunakan.
BAB 5
: PENUTUP Dalam bab ini berisi penutup dari keseluruhan proses penelitian yang terdiri dari, kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran yang ditujukan untuk peneliti selanjutnya.