BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian Era globalisasi saat ini
menuntut perusahaan untuk selalu
mengembangkan strategi agar dapat bertahan, pada perekonomian di indonesia sendiri yang semakin berkembang dan disertai dengan persaiangan-persaingan yang ketat dimana akan terjadinya persaingan yang
tidak sehat dan saling menjatuhkan yang dapat mengakibatkan beberapa perusahaan akan mengalami kebangkurtan. Maka dari itu salah satu strategi
yang dapat digunakan adalah memahami informasi tentang laporan keuangan dengan mempelajari kaitan antara pergerakan harga saham dan volume perdagangan dipasar modal.
Pada tanggal 27 September – 3 Oktober 2010 disebutkan bahwa
telekomunikasi sebagai wahana bagi pertukaran informasi akan semakin memperlihatkan aspek kualitas jasa, selain itu perkembangan di bidang dunia informasi saat ini begitu pesat baik dilihat dari isi maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Dengan meningkatnya persaiangan
usaha tersebut pada akhirnya akan berdampak terhadap nilai ekonomis perusahaan. Dengan meningkatnya jumlah pesaing penciptaan nilai tambah ekonomis
bagi
perusahaan
akan
mengalami
penurunan.
Selama
2010
kecenderungan ini menuntut manager sebagai pengelola perusahaan agar semakin baik dan cermat dalam mengambil berbagai kebijakan sehingga kebijakan yang diambil dapat meningkatkan nilai tambah ekonomis perusahaan. Salah satu kebijakan yang disinyalir mempengaruhi nilai tambah ekonomis perusahaan adalah struktur modal. Kebijakan struktur modal berkaitan langsung dengan keputusan penggunaan modal dan hutang untuk kegiatan perusahaan, dengan perencanaan yang matang ketika menentukan struktur modal maka dapat meningkatkan laba perusahaan (www.bisniskeuangan.kompas.com). Kinerja bisnis biasanya diukur dan dievaluasi dengan menggunakan rasio. Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROE), Return On Capital
1
2
Employed (ROCE) merupakan beberapa rasio yang sering dipakai oleh investor untuk menilai kinerja sebuah bisnis. Karena ingin mendongkrak rasio ini (terutama ROE), perusahaan sering berusaha memperkecil ekuitasnya dengan memakai utang (debt) sebagai leverage. Di saat ekonomi baik, utang bekerja sebagai leverage positif. Perusahaan akan memiliki ROE yang bagus terusmenerus. Sebaliknya, di saat krisis menerpa, utang ini akan menjadi beban. Perusahaan yang terlalu banyak memakai leverage dari utang kemungkinan besar akan mengalami kesulitan di saat ekonomi sulit, misalnya di krisis global 2008/2009. Tahun 1990-an, Bennett Stewart dan Joel Stern mengemukakan konsep EVA (Economic Value Added) sebagai alat ukur penciptaan nilai (value creator). Konsep pengukuran penciptaan nilai dengan EVA ini begitu diakuinya sampai perusahaan sekelas Coca- Cola, GE dan AT&T pun menggunakan konsep ini sebagai alat manajemennya. Rasio ini menjelaskan segalanya dengan gamblang mengenai kinerja sebuah bisnis. Apabila EVA Momentumnya positif, artinya kinerjanya tumbuh. Apabila negatif, artinya kinerjanya mundur. Tidak ada multiinterprestasi atas rasio ini. Stewart menyatakan bahwa rasio EVA Momentum merupakan rasio yang lebih baik (www.swa.co.id). Majalah SWA telah mengurutkan peringkat 100 perusahaan Indonesia dengan Wealth Added Index (WAI) terbesar 2014. Berdasarkan perhitungan harian data dari Bloomberg dalam periode 5 tahun: 2009 – 2013, SWA memeringkat terlebih dahulu 100 perusahaan berkapitalisasi terbesar di awal perhitungan. Setelah dihitung perolehan WAI-nya, kemudian diperingkat kembali untuk menentukan perusahaan yang berhasil memberi nilai tambah (WAI) terbesar dalam 5 tahun terakhir. Besarnya angka WAI ini dipengaruhi oleh besar perusahaan yang diukur dengan nilai kapitalisasi pasarnya (harga saham dikalikan jumlah saham). WAI belakangan menjadi salah satu rujukan untuk menentukan perusahaan yang prospektif untuk berinvestasi dan merupakan salah satu faktor penentu dalam memilih perusahaan yang prospektif untuk investasi. Perusahaan sektor telekomunikasi juga masuk kedalam peringkat 100 besar yang berhasil memberikan nilai tambah pada perusahaan (www.howmoneyindonesia.com).
3
Dengan keadaan sektor telekomunikasi yang sebelumnya dibahas, para investor yang ingin berinvestasi di sektor telekomunikasi perlu melakukan penilaian yang cermat. Sarana yang biasa digunakan untuk berinvestasi adalah pasar modal. Pasar modal merupakan suatu pasar yang terdiri atas instrumen keuangan jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan swasta dan dapat diperdagangkan dalam bentuk hutang maupun modal. Sehubungan dengan perkembangan pasar modal di Indonesia, banyak analisa yang muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini disebabkan pasar modal memiliki karakteristik dan daya pikat tertentu. Salah satu karakteristik pasar modal adalah adanya ketidakpastian nilai perusahaan di masa yang akan datang, sedangkan daya pikat yang dimiliki pasar modal adalah merupakan suatu media untuk pengumpulan dana selain perbankan dan para investor dapat memilih jenis investasi berdasarkan preferensi yang diinginkan. Tujuan utama yang diinginkan para investor adalah saat mereka setuju untuk menginvestasikan dananya dalam pasar modal, mereka mendapatkan return dari hasil investasinya yang aman dan terjamin. Rasa aman tersebut diperoleh ketika para investor memperoleh informasi yang terbuka, adil, tepat waktu dan dapat dipercaya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Para investor yang ingin mempertahankan investasinya harus memiliki perencanaan investasi yang efektif. Menurut Fahmi (2012) Investasi dapat didefinisikan sebagai bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menemukan dana tersebut pada alokasi yang diperkirakan akan memberikan tambahan keuntungan. Perencanaan investasi yang efektif ini dimulai dari perhatian terhadap tingkat resiko dan return yang seimbang dalam setiap transaksi. Para investor akan lebih senang untuk memilih berinvestasi pada saham perusahaan yang dianggap akan memberikan return paling menguntungkan dari jumlah dana yang diinvestasikan. Apabila perusahaan menganggap semua investor adalah investor yang rasional maka dengan return ekspektasi yang tinggi tentu saja akan semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli sekuritas yang dikeluarkan oleh perusahaan emiten sehingga tujuan pendanaan yang
4
diinginkan perusahaan melalui pasar modal terpenuhi. Secara teori, semakin tinggi tingkat return yang diharapkan para investor, semakin tinggi pula resiko yang dihadapinya, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, para investor sangat membutuhkan informasi dalam menganalisa tingkat resiko dan memprediksi tingkat pengembalian dari investasinya. Salah satu sumber informasi yang dapat digunakan oleh investor adalah laporan keuangan. Untuk memahami informasi tentang laporan keuangan, maka analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan. Analisa keuangan meliputi perhitungan dan interprestasi rasio keuangan dimana analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pihak pemerintah dan para pemakai lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatau perusahaan serta dapat memprediksi laba perusahaan. Informasi tersebut akan memiliki manfaat bagi investor dipasar modal, dimana transaksi ini tercermin melalui perubahan harga saham dan volume perdagangan saham. Seberapa jauh relevansi suatu informasi dapat dilihat dengan mempelajari kaitan antara pergerakan harga saham dan volume perdagangan di pasar modal. Di Indonesia, terdapat perusahaan telekomunikasi yang telah go public seperti PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT. Indosat Tbk, XL Axiata Tbk, dan PT. Smartfren Telecom Tbk. Perusahaan-perusahaan teleomunikasi ini telah cukup lama go public menerbitkan sahamnya kepada masyarakat. Saham dari perusahaan-perusahaan
tersebut
setiap
tahunnya
memiliki
return
untuk
pemiliknya, dengan nilai return yang berbeda-beda. Berikut adalah nilai return saham perusahaan-perusahaan telekomunikasi tersebut selama periode 2008-2015:
5
Grafik 1.1 Grafik Kondisi Return Saham pada Perusahaan Sektor Telekomunikasi Periode 2008-2015 2.5
2
1.5
EXCL
1
ISAT
FREN
0.5
0
-0.5
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
TLKM
-1
Sumber: Data diolah Data di atas menunjukan bahwa perkembangan return saham perusahaanperusahaan telekomunikasi menunjukan pergerakan fluktuatif dari tahun ke tahun. Pergerakan return seperti ini mengindikasikan bahwa keadaan keuangan masingmasing perusahaan tersebut tidak stabil sehingga berdampak pada return saham yang dihasilkan. Ketidakpastian ini tentunya akan membuat kekhawatiran tersendiri bagi calon investor yang akan berinvestasi saham pada perusahaan telekomunikasi ini. Perusahaan yang telah listing di pasar modal akan mengeluarkan laporan keuangan yang berguna bagi investor dalam menilai kondisi dan kinerja keuangan. Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi utama bagi kepentingan manajemen maupun dalam pengambilan keputusan investasi bagi investor di pasar modal. Laporan ini mencakup dua hal pokok yaitu laporan rugi laba dan neraca. Investor juga dapat mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya jumlah nilai return dari suatu saham.
6
Return saham merupakan tujuan utama seorang investor dalam berinvestasi yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari investasinya tersebut. Investor
yang melakukan investasi
dalam
bentuk saham
akan
selalu
memperhitungkan hasil atas return yang diperolehnya. Investor tersebut akan memperoleh dua bentuk hasil dari investasi saham yang berupa dividen dan capital gain. Pada penelitian ini, return digunakan pada suatu investasi untuk mengukur hasil kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut Gumanti (2011) pengertian return saham adalah: “Tingkat pengambalian atau return suatu investasi diukur sebagai total keuntungan atau kerugian yang diterima investor (pemilik) selama suatu periode tertentu”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa return saham merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil jual beli saham. Economic Value Added (EVA) merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan. Pada penelitian yang ditulis Pinangkaan (2012) dalam hal investasi, Economic Value Added (EVA) mampu mendorong manajer berpikir untuk memilih investasi yang memaksimumkan pengembalian dengan biaya modal yang minimum sehingga nilai perusahaan bisa ditingkatkan. Selain itu, faktor biaya modal yang terdapat dalam Economic Value Added (EVA) mendorong manajer untuk berhati-hati dalam menentukan kebijakan struktur modal perusahaannya. Dengan perhitungan Economic Value Added (EVA) diharapkan dapat memperoleh hasil perhitungan pada upaya penciptaan nilai perusahaan yang lebih realistis. Hanafi (2012), mendefinisikan Economic Value Added (EVA) sebagai berikut: “Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut”. Economic Value Added (EVA) dapat dinyatakan sebagai perhitungan profiabilitas suatu operasi perusahaan yang tidak hanya mengurangkan biaya
7
operasi dari pendapatan yang ada namun juga mengurangkan biaya modal yang terkait dengan operasi tersebut terhadap total pendapatan. Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Puspitawati dan Supardi (2008), Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dirumuskan bahwa return on investment dan Economic Value Added baik secara parsial maupun bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham pada perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Jakarta periode 2004 sampai dengan 2006. Secara konseptual Economic Value Added (EVA) dinilai memiliki keunggulan dibandingkan dengan ukuran kinerja konvensional seperti earnings, tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan kondisi nyata di lapangan kurang mendukung penerapan Economic Value Added (EVA) di pasar modal Indonesia oleh sebab itu pengukuran kinerja berdasarkan Economic Value Added (EVA) seharusnya dijadikan parameter oleh manajer perusahaan sebagai pengelola perusahaan dan investor sebagai landasan untuk berinvestasi dalam saham. Sedangkan penelitian menurut Pradhono (2004), hasil pengujian menunjukkan bahwa EVA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Selama periode penelitian, dalam masing-masing tahunnya. Hanya sebanyak 13-15 perusahaan yang memiliki EVA positif, yang berarti kurang dari 50%. Untuk menghitung EVA, diperlukan banyak data, terutama untuk penyesuaian akuntansi dan perhitungan WACC, yang berasal dari catatan atas laporan keuangan ataupun sumber lainnya. Sebagai akibat dari kerumitan ini, para pelaku pasar modal menghadapi kendala waktu untuk mengambil keputusan investasi berdasarkan EVA. Berdasarkan
hasil-hasil penilitian terdahulu diperoleh adanya
perbedaan hasil penelitian (research gap) yang dilakukan oleh para peneliti dan berdasarkan fenomena diatas dapat dijadikan permasalahan dalam
penelitian ini. Hal ini mengkaji ulang penelitian sebelumnya dan
memperbaharui periode penelitian. Dengan demikian, penelitian ini
dituangkan dengan judul: “ANALISIS ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) dan EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP RETURN SAHAM
PADA
8
PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2015”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu dari
variabel return saham dan adanya hasil penelitian yang menunjukan bahwa variabel Economic Value Added menurut I Made (2006) merupakan metode pengukuran yang lebih baik, maka permasalaha yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Bagaimana Perkembangan
Economic Value Added (EVA) Pada
Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2015?
2. Bagaimana Perkembangan
Earning Per Share (EPS) Pada
Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2015?
3. Bagaimana Perkembangan Return Saham pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2015?
4. Bagaimana pengaruh Economic Value Added (Eva) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2015 secara parsial dan simultan? 1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Pada penelitian ini, penelitian memiliki maksud untuk memperoleh
informasi mengenai return saham serta kinerja keuangan perusahaan sektor telekomunikasi
dengan
menggunakan
economic value added (EVA).
Kemudian, informasi yang telah diproleh akan disajikan dalam bentuk skripsi
9
sebagai salah satu syarat kelulusan pada program S-1 Fakultas Bisnis dan Menejemen Universitas Widyatama.
Sedangkan tujuan di lakukannya penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui Perkembangan Economic Value Added (EVA) Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2015
2. Mengetahui Perkembangan Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2015
3. Mengetahui perkembangan return saham Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2015
4. Mengetahui Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan
Earning Per Share (EPS) Terhadap Return saham Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2015 secara parsial dan simultan
1.4
Kegunaan Hasil Penelitian Adapun penelitian Ini diharapkan mampu memberi kegunaan secara
teoritis dan praktis. Kegunaan teoritis tersebut antara lain: 1. Sisi penulis
Mampu menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah ke dalam bentuk penelitian serta dapat membandingkan antara konsep teori dengan peristiwa faktual yang terjadi.
2. Sisi akademik
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam
bidang menejemen keuangan, yang dapar memperkaya ilmu dan pengetahuan para pembaca
Sedangkan kegunaan praktisi yang diharapkan antara lain: 1. Sisi perusahaan
10
Mampu memperlengkap konsep kinerja keuangan, keuntungan investasi, dan keuntungan pemegang saham perusahaan yang bersangkutan. 1.5
Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Menurut Moh. Nazir (2013) “metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”
Metode ini digunakan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang
ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Sementara itu, penelitian ini juga termasuk kategori event study yaitu
penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas. 1.6
Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian pada
perusahaan telekomuniasi yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI), pada
periode 2011-2015 , indonsia Capital Market Directory. Data penelitian diperoleh melalui website www.idx.co.id. Dengan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan selesai.