BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Sebagai upaya peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia, segala aspek
keterampilan berbahasa perlu dikuasai oleh peserta didik. Keterampilan berbahasa yang dimaksud adalah menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Namun, dengan karakteristik dan kemampuan siswa yang berbeda-beda, siswa cenderung hanya menyenangi salah satu aspek keterampilan bahasa saja. Setiap orang mempunyai kemampuan menerima informasi yang berbeda (Hajar, 2011: 41). Ada beberapa orang yang unggul pada visual sehingga lebih tertarik pada keterampilan membaca, sedangkan orang yang unggul pada auditori biasanya lebih menyenangi menyimak atau dengaran. Idealnya seorang siswa harus menguasai keempat aspek keterampilan berbahasa yang disebutkan di atas. Di era yang segalanya kini berkiblat pada perkembangan teknologi dan media sosial, siswa cenderung menjadi pasif serta kurang produktif dalam kesehariannya. Tidaklah heran jika hal yang paling tidak disukai siswa adalah berbicara dan menulis. Kompetensi berbahasa yang bersifat paling aktif produktif merupakan kemampuan yang menuntut kegiatan encoding, kegiatan untuk menghasilkan/menyampaikan bahasa kepada pihak lain , baik secara lisan maupun tertulis (Nurgiantoro, 2010: 397). Di antara keempat keterampilan berbahasa yang lain, berbicara dan menulis merupakan dua keterampilan bahasa yang produktif. Menulis merupakan produk yang tertuang dalam bentuk tulisan, sedangkan berbicara merupakan produk yang dihasilkan dalam bentuk lisan. Meskipun berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sama-sama bersifat aktif produktif, keduanya tetap memiliki perbedaan. 1
Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2
Pada kegiatan menulis, penulis secara sepihak menyampaikan gagasan dan pesannya yang tidak dapat secara langsung diterima dan direaksi oleh pihak pembaca yang dituju. Sebaliknya, pada kegiatan berbicara terjadi aktivitas memberi dan menerima bahasa, menyampaikan gagasan dan pesan kepada lawan bicara , dan pada waktu yang bersamaan pembicara akan menerima gagasan/pesan yang disampaikan lawan bicaranya tersebut (Nurgiantoro, 2010 : 397). Idealnya, pembelajaran berbicara di sekolah mampu menjadi sarana latihan siswa untuk melatih kecakapannya dalam berbicara di ranah manapun. Selain itu pula, tugas berbicara dalam pembelajaran di sekolah harus benar-benar memenuhi tuntutan asesmen otentik, yaitu kinerja dan bermakna. Oleh sebab itu, tes keterampilan berbicara harus dimodifikasi. Modifikasi tersebut dapat dimulai dari segi bahan berbicaranya, yang harus memiliki fungsi nyata dan kebermaknaan yang jelas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, secara tidak langsung siswa akan dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman saat ini, yang menginginkan peserta didik yang tidak hanya aktif tetapi juga kreatif. Beberapa aspek dalam berbicara meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Namun, banyak permasalahan yang muncul bukanlah dari segi kebahasaan karena sebetulnya siswa sudah paham mengenai teori-teori tentang berbicara. Jika diminta secara tertulis, siswa mampu menuliskan banyak hal mengenai sebuah topik dengan penggunaan bahasa yang baik dan sesuai dengan kaidah. Sementara itu, pada aspek nonkebahasaan siswa masih dirasa sangat kurang. Salah satunya adalah kepercayaan diri, penguasaan masalah, dan sikap saat berbicara di depan publik sangatlah memprihatinkan. Banyak siswa yang sebelumnya mampu menulis dengan sangat baik, tetapi pada saat berbicara mengalami kendala-kendala yang muncul bukan karena ketidakpahaman mengenai teori berbicara. Untuk mendukung validasi penelitian, diperlukan data mengenai permasalahan berbicara. Hojanto (2012:10) menyebutkan,
hasil survey yang
Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3
dilakukan oleh The People Almanac’s Book terhadap 3000 warga Amerika mengenai hal yang paling ditakuti, menempatkan berbicara di depan kelompok, merupakan ketakutan terbesar yang dialami oleh sekitar 630 jiwa dengan presentase 21%. Hasil observasi singkat yang dilakukan peneliti menunjukkan siswa kelas VII G di SMP Negeri 26 Bandung, 46% siswa pada saat diminta berbicara di depan kelas selalu menolak kemudian menunjuk seorang teman yang lain untuk menggantikannya. Gejala ini mengindikasikan bahwa siswa tidak senang berbicara di depan kelas.Dengan alasan ketidaksenangan berbicara itulah, siswa tidak pernah secara sukarela ketika diminta berbicara di depan publik. Kegagapan dan kehilangan konsentrasi adalah hal yang mungkin terjadi ketika siswa mulai gugup saat berbicara. Masalah ini diindikasi muncul akibat kepercayaan diri dan penguasaan masalah yang kurang dari siswa. Masalah yang sama pun dikeluhkan oleh guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP 26 Bandung. Siswa masih belum terampil dalam berbicara di depan umum. Sebagian besar siswa, masih kesulitan pada penyusunan kosa kata dan struktur kata dalam berbicara. Hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia Ibu Nani Widiastuti, S.Pd., mengemukakan bahwa kendala yang paling utama dalam berbicara siswa adalah kurangnya kepercayaan diri siswa. Pada kesempatan hari itu beliau menyebutkan bahwa keterampilan berbicara masih dipengaruhi beberapa kendala atau faktor yang muncul dari internal siswa, yaitu (1) pembelajaran berbicara masih dianggap sulit dan menakutkan (siswa tidak pernah secara sukarela berbicara di depan publik), (2) siswa masih kesulitan dalam menyusun kosa kata saat berbicara, (3) siswa masih merasa takut salah saat berbicara atau takut saat banyak orang yang menyaksikannya berbicara. Ibu Nani menilai, intensitas berbicara siswa yang kurang pun berperan besar dalam keterampilan berbicara siswa. Siswa yang aktif dalam berorganisasi yang notabene dituntut untuk pandai berbicara, memiliki kepercayaan diri yang Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4
lebih besar dibandingkan anak-anak yang kurang aktif dalam organisasi sekolah. Kepercayaan diri yang lebih besar berpengaruh pada peningkatan nilai berbicara. Apalagi jika guru memberikan motivasi, dan menjadikan dirinya sebagai panutan untuk dicontoh dalam hal berbicara. Jika kita menelaah lebih jauh lagi berdasarkan permasalahan di atas, kepercayaan diri adalah hal yang sangat penting dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari berbicara. Bagaimana mungkin seorang instruktur berbicara menghasilkan pembicara yang handal jika dalam pelatihannya hanya memberikan prinsip berbicara saja? Mungkin saja pembicara yang akan dihasilkan melalui metode tersebut hanya akan menghasilkan pembicara yang paham secara teoretis namun secara praktik, pembicara kurang bisa mengontrol rasa cemas dan ketakutan yang lumrah ada di setiap manusia pada saat berbicara. Bicara di depan publik terkait dengan keahlian mental dan fisik untuk tampil berbeda dengan keahlian yang dibutuhkan saat berbicara dalam keseharian. Dalam konteks berbicara, rasa takut bicara di depan publik sering diabaikan dan dianggap sebagai elemen yang terpisah, sekadar rasa cemas yang bisa dihilangkan dengan sedikit saran, petunjuk dan manipulasi (Rogers, 2008:15). Jika dianalogikan, kita tidak mungkin berani mengendarai mobil ke jalan raya jika sebelumnya kita tidak pernah berlatih mengendarai mobil sebelumnya. Kita juga harus memastikan pada saat mengendarai mobil kita memiliki kepercayadirian yang penuh bahwa kita mampu mengendarai mobil selamat sampai dengan tujuan. Hal tersebut juga berlaku pada konteks berbicara, peserta didik tidak akan mampu berbicara di depan publik jika tidak pernah diberikan kesempatan atau ajang untuk menunjukkan kemampuannya dalam hal berbicara. Siswa tidak mungkin secara tiba-tiba, (tanpa pernah diberikan latihan .atau pengarahan tertentu) kemudian langsung memiliki kemampuan berbicara yang sangat baik. Begitupun halnya dengan kepercayaan diri siswa, betapapun siswa yang telah latihan secara intensif namun masih memiliki ketidakpercayaan diri, kemungkinan Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5
hal-hal yang telah dipelajari selama latihan akan terbuang dan menguap karena dikuasai oleh rasa takut yang belebihan seperti jantung bedebar keras, tenggorokan terasa kering serta lutut bergetar. Pembicara yang belum terlatih, jika menerima rangsangan untuk berbicara di depan publik akan merasakan takut yang luar biasa dan merasa dirinya akan dipermalukan.
Akibatnya,
pembicara
tersebut
akan
melakukan
strategi
menghindar bukan mempersiapkan diri untuk berbicara di depan publik. Lain halnya dengan pembicara yang telah terlatih. Jika menerima rangsangan demikian, pembicara akan langsung berpikir positif bahwa ini merupakan momen untuk menunjukkan kemampuan dirinya, maka yang ia lakukan akan mempersiapkan dirinya sebaik mungkin untuk berbicara di depan publik tersebut. Hakikatnya, manusia diberikan sejumlah emosi termasuk rasa cemas dan rasa takut. Jika emosi tersebut muncul berlebihan dan di luar kuasa dari orang tersebut, segala yang telah dipersiapkan akan menjadi hilang karena efek „tertekan‟ yang dihasilkan dari kombinasi emosi-emosi tersebut. Hal ini tidak akan terjadi jika seseorang memiliki rasa kepercayaan diri dengan kemampuan dirinya sendiri. Kekuatan terbesar yang terkadang tidak pernah disadari adalah kekuatan diri sendiri. Cara pertama dimulai dari memercayai diri Anda sendiri bahwa Anda bisa menjadi apa yang Anda pikirkan “You are what you think”. Pemanfaatan alam bawah sadar menjadi cara yang paling ampuh dalam pembentukan kekuatan diri ini. Mengacu pada kondisi objektif di atas, peneliti tertarik dengan sebuah metode yang sedang dikembangkan dengan konsep pemanfaatan alam bawah sadar, yakni metode hypnoteaching. Hypnoteaching merupakan penggabungan antara ilmu hipnosis yang diaplikasikan pada pembelajaran. Hipnosis pada hakikatnya adalah sebuah ilmu rasional yang imiah, dan bisa dipelajari oleh siapapun tanpa perlu melakukan ritual-ritual yang bersinggungan dengan ilmu Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6
gaib atau ilmu di luar nalar. Hipnosis tidak hanya dikenal diterapkan dalam dunia pendidikan sebagai hypnoteaching, tetapi ilmu hipnosis ini juga dikembangkan sesuai dengan terapan ilmu yang dipakai. Salah satu terapan ilmu hipnosis sebagai berikut; (1) hypnoparenting ilmu hipnosis yang digunakan untuk mengasuh/mendidik anak, (2) hypnobeauty untuk kecantikan, (3) hypnoslim menggunakan ilmu hipnosis untuk membantu seseorang melakukan diet. Kesemua terapan metode hipnosis tersebut menekankan pemanfaatan kerja „otak bodoh‟. Cara kerja otak kiri dikenal dengan kerja „otak sadar‟ (conscious) dan berfungsi sebagai penentu IQ. Sementara itu, otak kanan disebut otak bawah sadar (subconcious) dan berfungsi sebagai „otak bodoh‟. Otak kanan bekerja menerima informasi tanpa saringan sehingga,
sugesti positif yang diberikan
mudah masuk dan tersimpan di long memory. Pemanfaatan „otak bodoh‟ inilah yang digunakan metode hypnoteaching dalam pemberian sugesti. Dampak dari pemberian sugesti tersebut, akan menjadikan sikap siswa sesuai dari isi sugesti tersebut. Di sinilah letak keunggulan dan keefektifan metode hypnoteaching. Pemberian sugesti yang positif secara bertahap membuat siswa akan menyerap serta menyimpan sugesti baik tersebut ke dalam alam bawah sadarnya. Pada saat otak memasuki penurunan gelombang, secara tidak sadar apa yang disugestikan diaplikasikan oleh siswa tersebut. Metode ini mampu menjawab permasalahan yang muncul dan diangkat dalam penelitian ini, terutama dalam menghilangkan ketakutan dan kecemasan serta menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa. Peranan guru yang paling dibutuhkan dalam menerapkan metode ini di dalam kelas yakni motivator, inspirator dan pengelola kelas. Sebagai seorang guru yang profesional, harus diingat bahwa yang Anda hadapi adalah makhluk hidup yakni, anak-anak yang juga memiliki emosi. Seorang guru haruslah memerhatikan emosi dan psikologis siswa, sehingga suasana pelajaran menjadi menyenangkan. Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
7
Guru yang baik tidak akan menciptakan momok atau ketakutan dalam kegiatan belajar dan mengajar. Suasana yang menyenangkan akan mempermudah siswa berada dalam kondisi subconcious dan santai. Kondisi tersebut mempermudah siswa menerima dan menyerap sugesti positif yang diberikan oleh hipnotis. Sebelumnya, penelitian mengenai hipnosis ini pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian pertama dilakukan oleh Handoko (2011) dengan judul “Hypnoteaching dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Fungsi Menu dan Ikon pada Program Pengolah Angka”. Penelitian ini diarahkan pada mata pelajaran TIK yang menuntut siswa mampu mengoperasikan komputer dan teknologi lainnya. Karakteristik TIK dan bahasa Indonesia yang berbeda mengakibatkan hasil penelitian ini tidak bisa diaplikasikan di mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian kedua mengenai hipnosis selanjutnya yang juga diaplikasikan pada pembelajaran pernah dilakukan oleh Haryadi (2011) dalam skripsinya yang berjudul
“Meningkatkan
Kemampuan
Menulis
Naskah
Drama
dengan
Menggunakan Metode Hipnosis”. Penelitian tersebut menekankan pada kompentensi menulis yang memang menuntut siswa untuk menghasilkan produk. Kompetensi dasar yang dibidik dalam penelitian tersebut adalah kompetensi menulis naskah drama. Sementara itu, metode hipnosis belum pernah diaplikasikan pada kompetensi dasar keterampilan berbicara. Beberapa penelitian mengenai pembelajaran berbicara juga pernah dilakukan dengan berbagai macam metode. Salah satunya penelitian yang dilakukan Fatimah (2012) dengan judul “Penerapan Metode Team Product dalam Pembelajaran Berbicara”. Penelitian ini menggunakan metode team product yang menekankan pada pengerjaan tugas secara bersama-sama atau kelompok. Penelitian ini tidak memanfaatkan potensi individu yang ada dalam diri siswa untuk dipergunakan dalam keterampilan berbicara. Sementara itu, metode Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
8
hypnoteaching yang akan diaplikasikan ini, lebih menekankan pada eksplorasi kemampuan masing-masing siswa (individu) dalam kemampuan berbicara. Karakteristik dan keunggulan metode hypnoteaching sugesti bangun dirasa sesuai dan tepat untuk memecahkan masalah yang telah dikemukakan di atas. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Hypnoteaching Sugesti Bangun dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)”.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan dalam latar belakang
masalah, peneliti melakukan identifikasi masalah yang ditemukan di SMP Negeri 26 Bandung sebagai berikut. 1) Siswa tidak senang berbicara di depan publik. 2) Siswa masih kesulitan merangkai kosa kata saat berbicara di depan publik. 3) Siswa masih takut dan gugup saat berbicara dan menganggap berbicara adalah ritual atau kegiatan yang menakutkan. 4) Siswa masih kurang percaya diri saat berbicara di depan publik.
1.3
Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak meluas, peneliti memberikan batasan dalam
penelitian ini. Masalah dalam penelitian ini, terkonsentrasi pada aspek siswa yang masih takut, gugup dan merasa kurang percaya diri pada saat berbicara. Masalah ini diangkat berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas VII di SMP Negeri 26 Bandung, yang menunjukkan banyaknya indikasi kekurangpercayadirian siswa pada saat berbicara.
Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
9
1.4
Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana perencanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode hypnoteaching sugesti bangun di kelas VII SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2012/2013? 2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode hypnoteaching sugesti bangun di kelas VII SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2012/2013? 3) Bagaimana hasil pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode hypnoteaching sugesti bangun di kelas VII SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2012/2013?
1.5
Tujuan Penelitian Hal-hal yang ingin dicapai oleh peneliti terangkum dalam tujuan
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut; 1) perencanaan
pembelajaran
berbicara
dengan
menggunakan
metode
hypnoteaching sugesti bangun di kelas VII SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2012/2013; 2) pelaksanaan
pembelajaran
berbicara
dengan
menggunakan
metode
hypnoteaching sugesti bangun di kelas VII SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2012/2013; 3) hasil pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode hypnoteaching sugesti bangun di kelas VII SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2012/2013.
1.6
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat secara teoretis maupun
praktis. Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini sebagai berikut.
Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
10
1.6.1 Manfaat secara teoretis Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya, mengembangkan juga memperbarui metode yang telah ada dalam menunjang pembelajaran berbicara. Penelitian ini juga diharapkan menjadi inovasi termutakhir dalam menyisati kesulitan berbicara. 1.6.2 Manfaat secara praktis Manfaat secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi (1) peneliti, (2) guru, dan (3) siswa. Adapun paparan setiap uraiannya sebagai berikut. (1) Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti yang notabene sebagi seorang calon pendidik. Pada hakikatnya seorang pendidik harus mampu menyiasati kesulitan belajar siswa serta membantu siswa dalam proses belajar dan mengajar. (2) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan pengetahuan guru terhadap metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan dalam pembelajaran berbicara yang dihadapi guru. (3) Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengalaman yang baru dan menarik dalam menguasai keterampilan berbicara. Siswa dapat merasakan pembelajaran berbicara yang menyenangkan, gembira dan ikhlas. 1.7
Definisi Operasional Berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi yang berkaitan dengan
penelitian ini. Dengan tujuan untuk menghindari penafsiran-penafsiran yang berbeda terhadap judul penelitian ini. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
11
1) Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang mengutamakan kemampuan berbahasa secara lisan salah satu contohnya menceritakan tokoh idola atau seseorang yang diidolai peserta didik. 2) Hypnoteaching adalah suatu metode yang digunakan untuk merangsang alam bawah sadar peserta didik agar mampu menyerap sugesti positif yang diberikan oleh guru. 3) Sugesti bangun adalah pemberian sugesti dengan kondisi mata terbuka. 4) Hypnoteaching sugesti bangun adalah pemanfaatan alam bawah sadar dalam pemberian sugesti positif, yang disampaikan pada suyet dengan kondisi mata terbuka/bangun.
Isna Istiana, 2013 Penerapan Metode Hynoteaching Sugesti Bangun Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu