BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA A. Pendahuluan Salah satu objek dalam studi sastra atau cabang ilmu sastra yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra, yaitu kritik sastra. Kritik sastra merupakan studi yang berhubungan dengan pendefinisian, penggolongan, analisis dan evaluasi (penilaian) karya sastra. Fokus sastra adalah kreativitas (puisi, drama, novel, dan cerpen) dan fokus studi sastra (teori, kritik, dan sejarah). Pertanggungjawaban sastra adalah estetika, pertanggungjawaban
studi
sastra:
logika.
Dengan
demikian,
karya
sastra
dapat
diinterpretasikan dengan menggunakan berbagai teori yang relevan, yaitu melalui kritik. Kritik sastra penting dalam pendidikan sastra, yaitu untuk meningkatkan apresiasi para pelajar dan mahasiswa. Dengan memahami definisi kritik sastra, maka pembaca sastra terutama mahasiswa tidak hanya sebatas menjadi pembaca (penikmat) karya sastra namun juga dapat memahami, menganalisis, menafsirkan, dan menilai karya sastra. B. Definisi Kritik Sastra Kritik sastra ialah studi sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan langsung , menganalisis, menginterpretasi,memberikan komentar dan penilaian. Kritik sastra berguna bagi penyusunan sejarahdan teori sastra. Kritikus melakukan analisis, memberi komentar, menerangkan struktur atau teknik penulisannya, juga memberikan interpretasi mengenai bahasa sastranya, kiasan-kiasan dan sebagainya. Dengan adanya analisis, komentar, dan penilaian kritikus terhadap karya sastra, masyarakat mudah memahaminya. Kritik sastra juga penting dalam pendidikan sastra, yaitu untuk meningkatkan apresiasi para pelajar dan mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakatnya. Kritik ini berupa uraian, analisis, dan interpretasi terhadap karya-karya sastra tertentu.
HB Jassin (1959: 44, 45) mengungkapkan bahwa kritik sastra itu pertimbangan baik buruk karya sastra, penerangan, dan penghakiman karya sastra. Sementara itu pradopo (2002: 32) mengungkapkan bahwa kritik sastra itu merupakan bidang studi sastra untuk “menghakimi” karya sastra, untuk memberi penilaian mengenai bermutu atau tidaknya suatu karya sastra. Dalam kritik sastra, suatu karya diuraikan atau dianalisis unsur-unsurnta atau norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu persatu kemudian ditentukan berdasarkan “hikum-hukum” penilaian karya sastra. Kritik sastra dapat dibagi dua, yaitu kritk teoretis dan kritik praktik atau kritik terapan (Pradopo, 2002: 34) Menurut Pradopo melalui wellek warren (2002: 34) Kritik sastra merupakan salah satu cabang studi sastra yang meliputi teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra. Ketika cabang tersebut sanngat erat berkaitan. Teori sastra adalah bidang studi sastra yang berhubungan dengan teori kesusasteraan, seperti studi tentang apakah kesusasteraan itu, bagaimana unsur-unsur atau lapis-lapis normanya, dan sebagainya. Pokoknya pembicaraan yang berkaitan dengan lingkup teori sastra. Sejarah sastra adalah studi sastra yang membicarakan lahirnya kesusasteraan indonesia modern, sejarah jenis sastra, periode-periode sastra, dsb. Pokoknya semua pembicaraan yang berhubungan dengan kesejarahan sastra baik pembicaraan jenis, bentuk, pikiran-pikiran, gaya bahasa dari karya sastra yang terdapat dalam periode ke periode. Kritik sastra ialah studi sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan langsung, menganalisis, menginterpretasi,memberikan komentar dan penilaian. Kritik sastra berguna bagi penyusunan sejarah dan teori sastra. Kritikus melakukan analisis, memberi komentar, menerangkan struktur atau teknik penulisannya, juga memberikan interpretasi mengenai bahasa sastranya, kiasan-kiasan dan sebagainya. Dengan adanya analisis, komentar, dan penilaian kritikus terhadap karya sastra, masyarakat mudah memahaminya. Kritik sastra juga penting dalam pendidikan sastra, yaitu untuk meningkatkan apresiasi para pelajar dan mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakatnya. Kritik ini berupa uraian, analisis, dan interpretasi terhadap karya-karya sastra tertentu. Penelitian dan pembicaraan kritik sastra, pada dasarnya menyangkut pembicaraan mengenai pengertian kritik sastra, kedudukan kritik sastra (diantara cabang studi sastra yang lain), guna kritik sastra, jenis-jenis kritik sastra, aspek-aspek kritik sastra (menganalisis, interpretasi/penafsiran, dan penilaian), teori kritik, dan metode kritik.
C. Manfaat Kritik Sastra. 1) Kritik sastra berguna bagi perkembangan sastra Dalam melakukan kritik, kritikus akan menunjukkan hal yang bernilai/tidak bernilai dari suatu karya sastra. Kritikus bisa jadi akan menunjukkan kebaruan-kebaruan dalam karya sastra, hal-hal apa saja yang belum digarap oleh sastrawan. Dengan demikian sastrawan dapat belajar dari kritik sastra untuk lebih meningkatkan kecakapannya dan memperluas cakrawala kreativitas, corak, dan mutu karya sastranya. Jika sastrawan-sastrawan dalam di negara tertentu menghasilkan karya-karya yang baru, kreatif, dan berbobot, maka perkembangan sastra negara tersebut juga akan meningkat pesat, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa kritik yang dilakukan kritikus akan meningkatkan kualitas dan kreativitas sastrawan, dan pada gilirannya akan meningkatkan perkembangan sastra itu sendiri.
2) Kritik sastra berguna untuk penerangan bagi pembaca Dalam melakukan kritik, kritikus akan memberikan ulasan, komentar, menafsirkan kerumitan-kerumitan, kegelapan-kegelapan makna dalam karya sastra yang dikritik. Dengan demikian, pembaca awam akan mudah memahami karya sastra yang dikritik oleh kritikus. Di sisi lain, ketika masyarakat sudah terbiasa dengan apresiasi sastra, maka daya apresiasi masyarakat terhadap karya sastra akan semakin baik. Masyarakat dapat memilih karya sastra yang bermutu tinggi (karya sastra yang berisi nilai-nilai kehidupan, memperhalus budi, mempertajam pikiran, kemanusiaan, dan kebenaran).
3) Kritik sastra berguna bagi ilmu sastra itu sendiri Analisis yang dulakukan kritikus dalam mengkritik tentulah didasarkan pada referensi-referensi, teori-teori yang akurat. Tidak jarang pula, perkembangan teori sastra lebih lambat dibandingkan dengan kemajuan proses kreatif pengarang. Untuk itu, dalam melakukan kritik, kritikus seringkali harus meramu teori-teori baru. Teori-teori sastra yang baru inilah yang justru akan semakin memperkembangkan ilmu sastra itu sendiri.
4) Memberi sumbangan pendapat untuk menyusun sejarah sastra Dalam melakukan kritik, kritikus tentu akan menunjukkan ciri-ciri karya sastra yang dikritik secara struktural (ciri-ciri intrinsik). Tidak jarang pula kritikus akan mencoba mengelompokkan karya sastra yang dikritik ke dalam karya sastra yang berciri sama. Kenyataan inilah yang dapat disimpulkan bahwa kritik sastra sungguh membantu penyusunan sejarah sastra.
D. Aktivitas Kritik Sastra Dari pengertian kritik sastra pada pembahasan di awal, terkandung secara jelas aktivitas kritik sastra. Secara rinci, aktivitas kritik sastra mencakup 3 (tiga) hal, yakni 1. menganalisis, 2. menafsirkan, dan 3. menilai. Analisis adalah menguraikan unsur-unsur yang membangun karya sastra dan menarik hubungan antarnsur-unsur tersebut. Sementara menafsirkan (interpretasi) dapat diartikan sebagai memperjelas/memperjernih maksud karya sastra dengan cara: (a) memusatkan interpretasi pada ambiguitas, kias, atau kegelapan dalam karya sastra, (b) memperjelas makna karya sastra dengan jalan menjelaskan unsur-unsur dan jenis karya sastra. Sedangkan penilaian dapat diartikan menunjukkan nilai karya sastra dengan bertitik tolak dari analisis dan penafsiran yang telah dilakukan. Penilaian seorang kritikus sangat bergantung pada aliran-aliran, jenis-jenis, dan dasar-dasar kritik sastra yang dianut/dipakai/dipahami seorang kritikus. E. Teori Stilistika dan Implementasi Kritik Sastra Menurut Umar Junus (1988: ix-xi) menyatakan bahwa stilistik adalah ilmu tentang style atau gaya. Hal ini berbeda dengan Soediro Soetoto yang menyatakan bahwa stilistika merupakan pendekatan atau kajian yang memperhatikan gaya integritas seluruh tingkat dalam hierarki linguistik suatu teks atau discourse 'wacana', dan dalam aplikasinya dapat diterapkan terhadap prosa, puisi, dan drama. Selain itu, stilistika juga merupakan
bidang sastra yang paling peka dengan retorika, yaitu retorika dalam
berargumentasi dan pidato. Kedudukan stilistika adalah sebagai teori dan pendekatan penelitian karya sastra yang berorientasi linguistik sehingga stilistika memiliki beberapa tujuan dalam penerapannya, yaitu: (1) Untuk menghubungkan kritikus sastra dalam apresiasi (2) Untuk menelaah bagaimana unsur-unsur bahasa ditempatkan dalam menghasilkan pesan-pesan aktual lewat pola-pola yang digunakan dalam sebuah karya sastra (3) Untuk membantu memberikan pemahaman yang labih baik mengenai gaya bahasa (4) Untuk menemukan prinsip-prnsip artistic yang mendasari pemilihan bahasa seorang pengarang Sementara itu, Kutha Ratna (2009: 3) memberi batasan mengenai studi stilistik sebagai ilmu tentang gaya bahasa. Lebih lanjut, Kutha Ratna juga menyatakan bahwa stilistika berkaitan erat dengan pengertian ilmu tentang gaya secara umum, baik dalam aspek kehidupan manusia maupun dalam sastra. Namun demikian, pemahaman stilistika lebih banyak diaplikasikan dalam sastra. Ada istilah lain mengenai gaya yang berkaitan erat dengan proses analisis gaya, yaitu majas. Jenis-jenis majaspun sangat beragam misalnya hiperbola, paradoks, ironi, litotes dan sebagainya. Namun demikian, secara garis besar, majas dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu majas penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran. Turner (melalui Pradopo, 1999: 94) mendefinisikan bahwa stilistika adalah ilmu bagian linguistik yang memusatkan diri pada variasi-variasi penggunaan bahasa yang tidak secara ekslusif. Stilistika lebih terasa digunakan dalam kasusasteraan. Sedangkan Hartoko dan Rahmanto (1986: 137) menyatakan bahwa gaya bahasa adalah cara yang khas dipakai seseorang untuk mengungkapkan diri (gaya pribadi). Secara intuitif, pada umumnya orang telah mengerti gaya bahasa. Namun demikian, tidaklah mudah membuat batasan dan merumuskan pengertian gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan cara penggunaan gaya bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu. dalam karya sastra, efek ini adalah efek estetis yang turut menyebabkan karya sastra bernilai seni. Dengan demikian, sangatlah besar sumbangan gaya bahasa terhadap pencapaian nilai seni karya sastra. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada bermacam-macam definisi mengenai pengertian gaya. Namun demikian, beberapa definisi mengenai
stilistika tersebut terdapat persamaan, yaitu gaya bahasa merupakan cara bertutur secara tertentu untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetis. Sementara itu, Abrams (1981: 193) mengemukakan bahwa unsur-unsur stile (stylistic features) terdiri dari unsur fonologi, sintaksis, leksikal, retorika (berupa kharakteristik penggunaan bahasa figuratif, pencitraan, dsb). Namun demikian, berbagai ragam unsur tersebut tidak semuanya akan dibahas dalam tulisan ini karena terlampau banyak kajian unsur dalam stilistika. Dalam tulisan ini hanya akan membahas unsur yang dianggap sering digunakan dalaeuwsam penciptaan sebuah karya sastra, yaitu unsur retorika. Unsur retorika itu sendiri terdiri dari beberapa, yaitu pemajasan, penyiasatan struktur, dan pencitraan. Secara singkat digambarkan dalam diagram, sebagai berikut.
-------------------------------Kritik Sastra-------------------------------alfactory Hiperbola
visual
Metonomia Personifikasi
Pemajasan
STILISTIKA
auditory Pencitraan
thermal
Metafora
kinesthetic
Simile,dll
tactile
Gambar 1. Stilistika dalam lingkup kritik sastra
SUMBER REFERENSI Abrams, M.H.1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rineheart and Winston. Pradopo, Rachmat Djoko. 1999. “Penelitian Stilistika Genetik: Kasus Gaya Bahasa W.S. Rendra dalam Balada Orang-Orang Tercinta dan Blues untuk Bonnie”. Dalam Humaniora, nomor 12 September-Desember. Pradopo, Rachmat Djoko .2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media. Ratna, Nyoman Kutha. 1995. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh Melani Budianta. Jakarta : Gramedia.