PENDAHULUAN
Bab 1 Pendahuluan
H
ampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Jika tidak secara langsung, mungkin pernah melihat gambarnya dari buku-buku atau dalam film di mana ada orang bertopeng. Jika itu pun tidak, mungkin pernah mendengar atau bahkan menggunakan kata “topeng.” Bahkan, di antara Anda mungkin ada yang pernah memakai topeng—dalam sebuah pawai atau pertunjukan panggung—dan ada pula yang pernah membuat topeng. Persebaran topeng di dunia dapat dikatakan tidak terbatas. Topeng terdapat di berbagai pelosok dengan bentuk, ukuran, bahan, cara memainkan, dan fungsinya yang beraneka ragam. Sampai kini belum ada kolektor atau museum yang memiliki koleksi topeng yang lengkap. Demikian juga dengan buku, belum ada buku tentang topeng yang mencakup seluruh jenis topeng. Karena, seperti halnya jenis kesenian lain, topeng memiliki berbagai bentuk disertai perubahan-perubahan yang dinamis. Peradaban dunia telah menunjukkan bahwa topeng memiliki perwujudan imajinasi, kreativitas, dan daya ekspresi spiritual manusia yang tak terhingga. Ada topeng yang “polos” seperti topeng Panji dari Cirebon, ada yang memuat berbagai simbol seperti dari Srilangka, ada yang dekoratif seperti dari Kalimantan, dan ada yang “ekspresif ” seperti topeng Celuluk dari Bali. Penggambarannya, ada yang realistis seperti topeng dari Bali, dan ada pula yang abstrak seperti dari Papua.
1
2
TOPENG
Gbr. 1-1: Topeng Panji dari Cirebon, Jawa Barat, yang “polos,” dengan garis-garis yang “sederhana.”
Gbr. 1-2: Celuluk, topeng dari Bali, yang sangat ekspresif.
Gbr. 1-4: Topeng dari Papua yang abstrak.
Gbr. 1-3: Topeng (hudoq) dari Kalimantan yang
Gbr. 1-6: (Replika) topeng keramik kuno ditemukan di Italia, sekitar 5000
Gbr. 1-5: Somegune Kolame, topeng dari Srilangka yang memiliki banyak citra atau simbol. “Boneka” di atas muka itu bisa
(bahasa Jawa Kuno), tapel (Bali, Lombok), kedok (JawaSunda), hudoq (Dayak), toping (Batak Simalungun), gundala-gundala (Karo), dan lain-lain. Kata topeng terkadang memiliki pengertian yang sempit, dan sebaliknya juga meluas. Pertunjukan yang memakai topeng, seperti wayang wong di Yogyakarta dan di Bali, tidak disebut topeng. Artinya, tidak semua pertunjukan bertopeng disebut topeng. Sebaliknya, pertunjukan yang tidak memakai topeng seperti yang sekarang terdapat di sekitar Betawi dan Banten, justru disebut topeng.
PENDAHULUAN
Gbr. 1-7: Topeng kepala babi, dari keramik, peninggalan kebudayaan Macedonia, sekitar 5000-
Gbr. 1-11: Toping dari Simalungun,
Gbr. 1-8: Topeng keramik dari Meksiko, sekitar 3000 tahun
Gbr. 1-9: Topeng terbuat dari lempengan emas, yang ditemukan di Pasir Angin, Jawa
Gbr. 1-10: Topeng kematian terbuat dari emas, dari kebudayaan Mesir kuno, sekitar 2500
Gbr. 1-12: Tapel Inak Bongkol dari Lombok.
Gbr. 1-13: Kedok Togog dari
Gbr. 1-14: Tapel Jauk dari Bali.
Budaya topeng terbukti berumur amat panjang. Penelitian arkeologis menemukan banyak jenis topeng dari zaman prasejarah yang telah berumur ribuan tahun. Topengtopeng peninggalan budaya Yunani dan Mesir, misalnya, berasal dari sekitar 6000 tahun yang lalu. Penelitian sejarah menemukan manuskripmanuskrip lama yang mengandung banyak informasi mengenai topeng. Penelitian antropologi, etnografi, dan kesenian menemukan bahwa sekarang ini berbagai jenis topeng dan praktik pemakaiannya ada di mana-mana. Masing-masing daerah memiliki istilah sendiri untuk “topeng”: tapuk
Gbr. 1-15: Hudoq dari Dayak Modang,
Gbr. 1-16: Gundalagundala dari
3
4
TOPENG
Gbr. 1-17: Cimuntu, topeng dari daerah Nagari Andaleh, Tanah
Gbr. 1-18 & 1-19: Anoman dan raksasa dalam wayang wong Yogyakarta
Gbr. 1-20: Wayang wong gaya Keraton Yogyakarta. Banyak pemain (terutama peran kera dan raksasa), seperti peran Anoman (paling kiri) memakai topeng, tapi pertunjukan ini tidak disebut topeng.
Kesenian topeng tidak hanya dimiliki budaya tradisional. Sampai sekarang, berbagai bentuk topeng baru selalu bermunculan, mulai dari karya seniman modern, pop, sampai karya anak-anak; mulai dari bahan emas, kayu, kertas, sampai ke rongsokan. Bahkan dalam kehidupan keseharian pun, baik dewasa maupun anak-anak, kehadiran budaya topeng dapat kita saksikan. Pendeknya, topeng hidup sejak zaman purba sampai sekarang, baik dalam dunia seni panggung, ritual masyarakat, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Karena keberadaan budaya topeng sudah dimulai sejak dahulu hingga kini, budaya itu menjadi salah satu media “pencatat” sejarah kebudayaan umat sepanjang zaman.
1.1 Batasan Topeng
PENDAHULUAN
Gbr. 1-21
Gbr. 1-22
Gbr. 1-23
Gbr. 1-21, 1-22, dan 1-23: Tiga buah topeng Didik Nini Thowok dalam karya tari baru ciptaannya. Dua buah dipakai sekaligus, satu menutupi mukanya, satu lagi di kepala menghadap ke belakang. Melalui kepandaian gerak tangannya yang dapat selaras dengan gerak kepala, ketika ia membelakangi pun seolah ia menghadap ke depan. Tariannya disebut Dwimuka (yang berarti “dua muka”) atau Japindo
Gbr. 1-26: Topeng kupukupu buatan baru, yang biasa dipakai anak-anak pada acara Halloween,
Gbr. 1-24
Gbr. 1-25 Gbr. 1-24 & 1-25: Dua buah topeng baru karya Galis dari Jakarta.
Gbr. 1-27: Topeng-topeng plastik yang biasa didagangkan untuk mainan anak-anak. Dahulu, dan juga sekarang di desa-desa, topeng seperti ini umumnya terbuat dari kertas, dan bentuknya lebih dekat
5
6
TOPENG
Karena keberagaman topeng yang tinggi, sulit bagi kita untuk membuat sebuah definisi “topeng” yang singkat dan universal. Topeng pada umumnya diidentikkan dengan muka. Topeng berfungsi menutupi atau mengganti perwujudan muka pemakainya. Namun, ternyata topeng tidak dapat hanya didefinisikan sebagai penutup muka, karena terbukti banyak topeng yang dipakai tidak persis di depan muka. Beberapa jenis topeng banyak yang dipegang, dimainkan dengan posisi jauh dari muka pemainnya, sehingga gerak topeng tak berhubungan lagi dengan gerak muka pemainnya. Ada pula topeng yang digunakan di atas kepala, atau di perut; ada yang lebih besar dan lebih kecil dari ukuran muka; secara keseluruhan nantinya akan dibahas dalam bagian berikut. 1.1.1 Topeng Besar Kerumitan mendefinisikan “topeng” di antaranya muncul pada saat kita
Gbr. 1-28: Topeng perut.
menemukan topeng-topeng besar, yakni topeng yang berbeda ukuran, posisi, dan gerak muka pemainnya. Topeng reyog Ponorogo, yang besar dan berat itu (35 kg), terkadang harus diusung pundak dan dipegang, tapi secara menakjubkan pemain bahkan mampu menahannya dengan digigit. Dengan demikian, posisi topeng reyog Ponorogo hampir selalu berada di depan muka pemainnya. Akan tetapi, jenis-jenis topeng barongan, seperti barong Bali, berok Cirebon, dan barongsay Tionghoa, cara memakainya dipegang dan posisinya bisa di bawah, di samping, atau di atas muka pemain. Adapun ondel-ondel Betawi dan
PENDAHULUAN
Gbr. 1-29: Pemain reyog Ponorogo sedang mengangkat topeng untuk ditarikan, beratnya
Gbr. 1-30: Topeng kepala harimau reyog Ponorogo disebut dada merak, karena bulu-bulunya terbuat
Gbr. 1-31: Topeng besar dari India sedang diusung, untuk dimainkan dalam sebuah
Gbr. 1-32: Ondel-ondel Betawi: Kepala pemain sejajar dengan dada atau perut ondel-ondelnya. Secara keseluruhan perwujudannya seperti boneka besar, karena menutupi seluruh tubuh,
7
8
TOPENG
barong landung Bali posisi topeng berada di atas kepala, sehingga wujudnya menyerupai boneka besar, yang ukurannya melebihi manusia. Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa topeng tidak bisa didefinisikan sebagai “penutup muka” pemakainya. Lebih jauh dari itu, topeng naga dalam liong Tionghoa digerakkan dengan tangkai panjang, sehingga sosok para pemainnya tidak lagi menjadi bagian dari wujud liong. Naga itu terlihat seperti terbang meliuk-liuk di atas pemainnya, atau seperti membelit tubuh para pemainnya. Artinya, wujud liong tidak berhubungan dengan tubuh pemainnya. Wujud keduanya dapat terlihat. Apakah muka liong ini bisa disebut topeng, boneka, patung, atau wayang? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu kita bandingkan liong dengan barong dan ondel-ondel. Menurut pandangan umum, muka barong dianggap lebih mirip topeng daripada liong. Berbeda dengan liong, dalam barong tubuh pemainnya masuk menjadi satu dengan wujud barongnya, muka barong
Gbr. 1-33: Barongsay merupakan perwujudan binatang “aneh,” stilasinya seperti singa, seperti jenis topeng barong dari wilayah Jawa dan Bali. Topengnya tidak ditempelkan pada muka, melainkan dimainkan dengan