STUDI PERBANDINGAN KUALITAS UDARA TEMPAT PARKIR TERTUTUP , GEDUNG PARKIR, DAN TEMPAT PARKIR TERBUKA DITINJAU DARI PARAMETER KARBON MONOKSIDA (CO) (STUDI KASUS : MAL KELAPA GADING) Aulia Azwarani, Gabriel Andari Kristanto, El Khobar M. Nazech Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia Abstrak. Penelitian dilakukan di Gedung Parkir 3 Mal Kelapa Gading untuk mengetahui perbedaan nilai konsentrasi karbon monoksida (CO) pada tempat parkir tertutup, gedung parkir, dan tempat parkir terbuka. Gedung Parkir 3 memiliki 8 lantai, dengan 2 lantai berupa parkir basement. Kondisi sirkulasi udara lokasi parkir basement yang tertutup harus dijaga tetap baik agar polutan emisi kendaraan bermotor yang parkir tidak berada di ruangan dalam waktu yang lama. Salah satu polutan berbahaya adalah CO. CO menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia karena dapat berikatan dengan hemoglobin menggantikan Oksigen dalam darah yang mengalir ke jantung, otak, dan organ lain. Keberadaan CO tidak dapat terdeteksi secara fisik karena tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi maksimum CO terjadi di titik A3 (ruang tunggu supir), yaitu sebesar 19 ppm pada hari Senin siang. Konsentrasi minimum CO adalah 0 ppm yang terjadi di basement 2 (titik B1 dan B2), lantai P3 ( titik D1), dan parkir luar (titik E2) di hari Jumat pagi dan siang, titik lantai P 1 (titik C1), D2, dan E1 di hari Jumat pagi. Pada pengukuran hari Senin, seluruh nilai minimum CO sebesar 0 ppm terjadi di seluruh titik kecuali di titik A3 pada siang hari, yakni sebesar 17 ppm. Berdasarkan hasil uji-t, jumlah kendaraan berpengaruh terhadap nilai konsentrasi CO di udara ambien. Berdasarkan uji ANOVA, ada perbedaan nilai konsentrasi CO antara ketiga jenis tempat parkir tersebut. Kata Kunci : basement, CO, karbon monoksida, kualitas udara Abstract. This study took place at Gedung Parkir 3 Mal Kelapa Gading to know the differences of concentration value of carbon monoxide in basement parking, building parking, and field parking. Gedung Parkir 3 is a 8 stories building, with 2 floors are the basement parking and the other 6 floors are upperground parking structure. The basement parking that located in a confined space makes the manager should be able to ascertain how the conditions of the air circulation in the room can be maintained. CO is a dangerous pollutant because it’s odorless, tasteless, and colorless, so it can't be physically detected. Research conducted on Monday and Friday shows that the maximum concentration of CO accurs at point A3 (the driver's waiting room), amounting to 19 ppm on Monday afternoon. The minimum concentration of 0 ppm CO is occuring in basement 2 (point B1 and B2), p3 floor (point D), and outside parking (point E2) on friday morning and afternoon, the floor P1 (point C1), D2, and E1 on friday morning. On monday measurement, all minimum value of 0 ppm CO occurs at all points except at the point A3 in the afternoon, which amounted to 17 ppm. Based on the results of t-test, the concentration of CO in ambient air is affected by the amount of vehicles. Based on the ANOVA test, there are differences in the concentration of CO between the three types of parking spaces. Keywords: air quality, basement, carbon monoxide, CO
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, kebutuhan hidup manusia semakin bertambah dan tingkat
mobilisasi manusia semakin tinggi. Untuk menunjang kebutuhan mobilisasi, manusia memodifikasi berbagai jenis alat transportasi yang umumnya membutuhkan bahan bakar sebagai sumber energi. Bahan bakar yang banyak digunakan adalah bahan bakar fosil yang dapat menghasilkan emisi dari hasil pembakarannya, salah satunya adalah CO. Emisi ini berpotensi menjadi sumber pencemar di udara jika hadir dalam konsentrasi yang melebihi baku mutu. Permasalahan kebutuhan lahan akibat pertambahan penduduk juga semakin terlihat dengan jumlah populasi manusia yang tidak lagi sedikit dan menuntut adanya efisiensi lahan. Untuk itu, jenis bangunan bertingkat semakin banyak dijumpai. Tingkatan bangunan ini tidak hanya vertikal ke atas, tetapi juga ke bawah atau yang disebut dengan lantai bawah tanah atau basement. Basement biasanya digunakan untuk keperluan lahan parkir. Lahan parkir tipe ini sering ditemukan pada bangunan komersial seperti pusat perbelanjaan, hotel, dan kantor. Untuk lahan parkir di pusat perbelanjaan atau mal biasanya juga dilengkapi dengan ruang tunggu untuk supir. Letak basement yang tidak terkena sinar matahari membuat basement cenderung lebih gelap dan pengap jika dibandingkan dengan gedung parkir yang memiliki parapet dan parkir terbuka. Ruang parkir basement pun memiliki durasi yang lebih lama dalam menerima beban pencemaran dari emisi kendaraan bermotor karena emisi tersebut sulit keluar dan sulit terurai di dalam ruang parkir basement. Konsentrasinya pun akan semakin bertambah dan akhirnya menjadi polutan berbahaya di ruang parkir tersebut karena polutan tersebut dapat menyebabkan penyakit bagi manusia, seperti gangguan pernapasan, sakit kepala, kejang atau bahkan dapat menyebabkan kematian pada manusia. Gedung parkir biasanya memiliki beberapa orang petugas parkir dan penjaga gerbang karcis yang terdapat di dalam tempat parkir. Selain itu, ada para supir, karyawan mal atau individu lain yang memanfaatkan tersedianya ruang tunggu supir di dalam gedung parkir untuk sekedar menunggu atau beristirahat. Para individu ini merupakan objek yang rentan terhadap paparan polutan berbahaya. Konsentrasi CO akan meningkat terutama saat mesin kendaraan dalam kondisi idle (diam), yaitu sebesar 4-6%. Saat mesin mengalami percepatan dan perlambatan adalah sebesar 0-6% dan 2-4%. Kondisi emisi CO yang relatif rendah adalah saat kendaraan berjalan normal, yaitu sebesar 1-4%.(Rao dan Rao, 1994).
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
Selain itu, jenis bahan bakar juga memengaruhi emisi CO dari kendaraan. Kendaraan yang berbahan bakar diesel relatif menghasilkan polusi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar bensin. Kendaraan mesin diesel mengemisikan hanya satu per sepuluh CO dibandingkan kendaraan berbahan bakar bensin (Rao dan Rao, 1994), yang artinya di kawasan parkir pusat perbelanjaan yang mayoritas dikunjungi oleh mobil dengan bahan bakar bensin akan berpotensi besar tercemar oleh CO. Di dalam tempat parkir, ada beberapa keadaan mobil berada dalam kondisi idle, yakni saat mengambil karcis parkir saat masuk kawasan parkir, saat menunggu antrian mobil yang akan parkir, saat menunggu antrian mobil lain yang akan parkir, dan saat membayar tarif ketika keluar kawasan parkir. Keberadaan para petugas tersebut di tempat kerja sekurangkurangnya 8 jam per hari tentu merupakan waktu paparan yang cukup panjang dan dapat berdampak bagi kesehatan mereka secara akumulatif jika terjadi kondisi konsentrasi CO yang melewati baku mutu.
1.2
Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Gedung Parkir 3 (GP 3) Mal Kelapa Gading, kawasan pusat
perbelanjaan dengan konsep mal keluarga yang terletak di Sentra Kelapa Gading Jalan Bulevar Raya, Blok M, Jakarta Utara. GP 3 memiliki 8 lantai, yang terdiri dari lantai basement 1, basement 2, P 1, P 1A, P 2, P 2A, P 3, dan P 3A. Kapasitas total kendaraan yang dapat ditampung GP 3 adalah 1175 mobil.
Gambar 1. Peta Mal Kelapa Gading
1.3
Tujuan Penelitian a.
Mengetahui konsentrasi CO pada tempat parkir terbuka, gedung parkir, tempat parkir tertutup (basement) pada di kawasan parkir Mal Kelapa Gading.
b.
Mengetahui hubungan pengaruh jumlah kendaraan dengan konsentrasi CO.
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
c.
Mengetahui apakah ada perbedaan konsentrasi CO pada tempat parkir terbuka, gedung parkir, tempat parkir tertutup (basement) pada di kawasan parkir Mal Kelapa Gading.
d.
Mengetahui kondisi kenyamanan petugas parkir, pengunjung, dan supir dengan parameter gejala paparan CO yang dialami oleh individu tersebut.
2.
METODE PENELITIAN
2.1 2.1.1
Pengumpulan Data Titik Sampel
Titik pengambilan sampel divariasikan seperti yang ditampilkan pada tabel 1. Tabel 1. Titik Pengambilan Sampel Lokasi
Titik Sampel
Lokasi
A1
C1 Lantai P 1
Basement 1 A2 Ruang Tunggu Supir
Titik Sampel
C2
A3
D1 Lantai P 3
B1
D2
Basement 2 B2
Parkir Luar
E1 E2
Jam 08.00 – 10.00 12.00 – 14.00 08.00 – 10.00 12.00 – 14.00 08.00 – 10.00 12.00 – 14.00 08.00 – 10.00 12.00 – 14.00 08.00 – 10.00 12.00 – 14.00 08.00 – 10.00 12.00 – 14.00
Lokasi titik pengambilan sampel di setiap lantai ditunjukkan oleh gambar di bawah ini
Gambar 2. Lokasi Titik Sampling Basement 1 Sumber: HRD Mal Kelapa Gading
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
Gambar 3. Lokasi Titik Sampling Basement 2 Sumber: HRD Mal Kelapa Gading
Gambar 4. Lokasi Titik Sampling P 1
Gambar 5. Lokasi Titik Sampling P 3
Sumber: HRD Mal Kelapa Gading
Sumber: HRD Mal Kelapa Gading
Gambar 6. Lokasi Titik Sampling Parkir Luar Sumber: HRD Mal Kelapa Gading
2.1.2
Penelitian Lapangan
Data utama yang akan diambil adalah parameter kualitas udara CO. Selain itu akan diukur variabel bebas yaitu volume kendaraan, temperatur udara dan kelembaban relatif di titik penelitian.
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
2.1.3
Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu studi pustaka dan informasi mengenai Mal Kelapa Gading. Studi pustaka dilakukan dengan memanfaatkan sumber literatur berupa buku, jurnal, dan artikel. Informasi umum mengenai Mal Kelapa Gading didapatkan melalui situs resmi Mal Kelapa Gading. Informasi kondisi fisik lahan parkir dan manajemen parkir didapatkan melalui wawancara dengan pihak Mal Kelapa Gading. 2.1.4
Kuesioner
Kuesioner dibagikan kepada para responden yaitu petugas parkir, pengunjung, dan responden lain yang berada pada ruang tunggu supir untuk membantu mengetahui bagaimana pengaruh kualitas udara terhadap kesehatan dan kenyamanan para responden secara umum.
2.2
Analisis Data
2.2.1
Analisis Data Penelitian Lapangan
Analisis data penelitian lapangan berupa pengukuran CO didapatkan dari pembacaan langsung sampel udara akan dipompakan ke dalam bejana sensor kimia, dimana jumlah CO yang terkandung yang dalam udara secara teknis akan dikonversikan ke dalam bentuk data elektronik yang akan terbaca pada layar monitor alat dengan Monoxor III, Portable CO Analyzer. 2.2.2
Analisis Data Kuesioner
Dari data kuesioner dapat dilihat bagaimana tingkat kenyamanan dan kesehatan berdasarkan gejala paparan CO yang dialami para responden secara umum. Data kuesioner disajikan dalam bentuk diagram lingkaran (Pie-Chart). 2.2.3
Analisis Hubungan Variabel
Hubungan antar variabel dianalisis dengan uji-t untuk kemiringan garis regresi. Uji ini menunjukkan apakah variabel bebas memiliki hubungan dengan variabel terikat. 2.2.4
Analisis Hipotesis
Analisis hipotesis akan dilihat dengan uji statistik ANOVA satu faktor karena ada tiga sampel yang berbeda. Uji analisis ANOVA satu faktor akan memberikan sebuah kesimpulan dari data yang diperoleh secara statistik.
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Konsentrasi CO (ppm)
3.1
Perbandingan Konsentrasi CO di Tiap Lantai 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Keterangan: A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D2
E1
E2
A3
Titik Pengambilan Data
Nilai Konsentrasi CO Nilai Konsentrasi CO Maksimum
A1, A2 : Basement 1 B1, B2 : Basement 2 C1, C2 : Lantai P1 D1, D2 : Lantai P3 E1, E2 : Parkir Luar
Konsentrasi CO (ppm)
Gambar 7. Grafik Konsentrasi CO Hari Jumat Pagi
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Keterangan:
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D2
Titik Pengambilan Data Nilai Konsentrasi CO Nilai Konsentrasi CO Maksimum
E1
E2
A3
A1, A2 : Basement 1 B1, B2 : Basement 2 C1, C2 : Lantai P1 D1, D2 : Lantai P3 E1, E2 : Parkir Luar
Gambar 8. Grafik Konsentrasi CO Hari Jumat Siang
Jika dilihat dari kedua grafik perbandingan pada hari Jumat, nilai konsentrasi tertinggi terjadi di titik A2 pada hari Jumat siang yakni sebesar 8 ppm. Titik A2 berlokasi di dalam basement 1 GP 3 di sekitar blok parkir A8. Lokasi ini merupakan tempat yang tidak terkena sinar matahari dan memakai blower sebagai alat pertukaran udara. Namun pada saat penelitian berlangsung, hanya beberapa blower yang berada dalam kondisi aktif sehingga memungkinkan kurangnya kapasitas pertukaran udara saat itu yang menyebabkan tingginya nilai konsentrasi CO. Tingginya konsentrasi CO ini juga disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan yang telah melintasi titik ini. Menurut data diberikan oleh HRD Mal Kelapa Gading, ada 10.300 kendaraan yang masuk ke gedung parkir tersebut dan jam puncak dimulai pada pukul 12.00 siang. CO dapat dihasilkan oleh pembakaran mesin mobil berbahan bakar fosil seperti yang banyak digunakan di Indonesia yaitu bensin dan solar. Saat sebuah kendaraan menyala dan menghasilkan CO, CO dapat hilang dengan reaksi dengan ion hidroksil di udara ambien atau
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
terurai oleh bakteri tanah (Manahan, 2005). Polutan CO juga dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan adanya angin. Namun saat memasuki ruangan yang tertutup seperti basement, polutan seperti CO akan sulit untuk berpindah atau pun hilang karena adanya keterbatasan kapasitas pertukaran udara ambien. Hal ini dapat dilihat dari data pada tabel 2 yang menunjukan kondisi temperatur dan kelembaban pada lantai basement. Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.54 tahun 2008 mengenai Kualitas Udara Dalam Ruangan mengatur baku mutu untuk temperatur adalah sebesar 23-28oC dan baku mutu untuk kelembaban adalah sebesar 40-60%. Jika dibandingkan dengan PerGub tersebut, maka temperatur dan kelembaban ruangan basement melebihi baku mutu. Tabel 2. Kondisi Temperatur dan Kelembaban Lokasi Sampling Lokasi
Titik Sampling A1
Basement 1 A2 Ruang Tunggu Supir
A3 B1
Basement 2 B2
Jam 08.00 - 10.00 12.00 - 14.00 08.00 -10.00 12.00 - 14.00 08.00 - 10.00 12.00 - 14.00 08.00 - 10.00 12.00 -14.00 08.00 - 10.00 12.00 - 14.00
Temperatur (oC)
Kelembaban (%)
Jumat
Senin
Jumat
Senin
29,6 29,7 30 31 28,7 28 29,8 29,7 30 30,9
28,8 32,3 28,4 30,5 27,9 25,6 29,2 30,3 29 30,7
75 61 65 58 52 57 73 61 63 65
65,6 57,4 66,7 64,9 47 58,7 66 61,9 67,3 64,6
Temperatur dan kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan kesehatan bagi orang yang berada di ruangan tersebut. Pada lingkungan yang sangat lembab, dengan kelembaban relatif mendekati 100%, udara akan dipenuhi dengan uap air sehingga kadar oksigen di udara berkurang. Hal ini menyebabkan jantung sulit memperoleh oksigen yang dibutuhkan darah sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih cepat. Pada lingkungan yang sangat kering dengan kelembaban relatif mendekati 0%, penguapan berlangsung cepat. Pada kondisi ini, viskositas darah naik disebabkan karena cairan darah mengalami panguapan sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras untuk mengalirkan darah (Purnomo dan Rizal, 2000). Selain itu, lantai ruangan basement yang terbuat dari beton membuat polutan CO tidak dapat diurai oleh bakteri pengurai yang berada di tanah. Faktor ini yang dapat menyebabkan CO dapat bertahan lebih lama di ruangan tertutup jika dibandingkan ruangan terbuka.
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
Konsentrasi CO (ppm)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Keterangan:
A1
A2
B1
B2 C1 C2 D1 D2 Titik Pengambilan Data Nilai Konsentrasi CO Nilai Konsentrasi CO Maksimum
E1
E2
A3
A1, A2 : Basement 1 B1, B2 : Basement 2 C1, C2 : Lantai P1 D1, D2 : Lantai P3 E1, E2 : Parkir Luar
Konsentrasi CO (ppm)
Gambar 9. Grafik Konsentrasi CO Hari Senin Pagi
22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Keterangan: A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D2
E1
Titik Pengambilan Data Nilai Konsentrasi CO Nilai Konsentrasi CO Maksimum
E2
A3
A1, A2 : Basement 1 B1, B2 : Basement 2 C1, C2 : Lantai P1 D1, D2 : Lantai P3 E1, E2 : Parkir Luar
Gambar 10. Grafik Konsentrasi CO Hari Senin Siang
Berdasarkan gambar 7, 8, 9, dan 10, nilai rata-rata konsentrasi CO yang lebih tinggi terjadi pada saat siang hari dimana kondisi jumlah kendaraan lebih tinggi. Nilai rata-rata tertinggi terjadi pada hari Senin siang yaitu sebesar 2,5 ppm. Tabel 3. Perbandingan Nilai Konsentrasi CO Rata - Rata Jumat (08.00 – 10.00) 1,4 ppm
Jumat (12.00-14.00) 2,4 ppm
Senin (08.00 – 10.00) 1,2 ppm
Senin (12.00-14.00) 2,5 ppm
Pada hari Senin siang, nilai konsentrasi CO tertinggi terjadi di ruang tunggu supir dengan nilai 19 ppm. Tingginya nilai CO ini dapat berasal dari hasil pembakaran rokok yang terjadi di dalam ruangan dan masuknya CO melalui celah pintu atau melalui kipas AC yang terletak di luar ruangan. Pada saat mengambil data, tidak ada mobil yang berada dalam kondisi idle maupun sedang parkir di sekitar ruang tunggu sehingga dapat dikatakan konsentrasi CO yang tinggi secara dominan disebabkan oleh asap rokok karena berdasarkan kondisi saat pengambilan data, terhirup bau asap rokok yang cukup menyengat di ruangan tersebut. Di ruangan ini telah dipasang tanda larangan merokok, namun beberapa individu masih melanggar peraturan ini.
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa nilai CO yang tinggi cenderung terjadi pada siang hari, yakni pukul 12.00-14.00. Hal ini dapat terjadi karena volume kendaraan yang masuk ke lokasi parkir sebagai penghasil polutan lebih tinggi pada pukul 12.00-14.00 jika dibandingkan dengan pukul 08.00-10.00. Dari ke-lima lantai penelitian, nilai CO tertinggi terjadi di lantai basement khususnya basement 1. Hal ini membuktikan bahwa ruangan yang lebih tertutup berpotensi menyimpan polutan yang lebih banyak karena kurangnya sirkulasi udara. Namun faktor lain yang juga penting adalah keberadaan sumber polutan. Hal ini dapat dilihat jika dibandingkan dengan basement 2. Lokasi basement 2 terletak dibawah basement 1 yang artinya basement 2 lebih tertutup daripada basement 1, namun konsentrasi CO di basement 2 tidak menunjukkan nilai yang tinggi karena pada saat penelitian tidak ada kendaraan yang lewat sebagai sumber polutan. Nilai tertinggi yang didapat saat di basement 2 hanya 1 ppm dan hal itu terjadi saat sebuah mobil melewati titik penelitian. Saat mobil tersebut sudah lewat beberapa saat, nilai CO sudah kembali turun menjadi 0 ppm. Dengan melihat hal ini juga dapat dikatakan kapasitas pertukaran udara di basement 2 pada jam penelitian sudah cukup baik karena dapat menghilangkan CO dari ruangan sehingga tidak bertahan lama. Konsentrasi CO maksimum sesaat sebesar 21 ppm pada kedua hari pengambilan data masih di bawah nilai baku mutu KepMenKes No.261 Tahun 1998 yang bernilai 25 ppm. Namun tetap ada kemungkinan naiknya nilai konsentrasi CO yang dapat terjadi saat jam puncak di hari Sabtu dan Minggu yang tidak terukur dalam penelitian ini.
3.2
Kuesioner Kuesioner diambil untuk mengetahui apakah ada paparan CO yang dialami para
responden dengan indikator gejala yang disesuaikan dengan tabel berikut Tabel 4. Efek CO bagi Manusia dan Konsentrasi HbCO dalam Darah Konsentrasi paparan ( µl/l) setelah 2 jam 0 – 10 10—50 50-100 100-200 200-400 400-600 600-800 800-1600 > 1600
Efek dan Gejala Tidak ada gangguan atau efek Sedikit kelelahan, kesiagaan melemah, berkurangnya ketangkasan / kecekatan Sedikit sakit kepala, kelelahan dan sensitif Sakit kepala sedang Sakit kepala berat, gangguan visual, mual-mual, lemas dan muntah Mirip di atas, namun dengan kemungkinan terjatuh / kolaps lebih besar Pingsan, peningkatan laju denyut jantung dan konvulsi / kejang Koma, melemahnya denyut jantung dan ada kemungkinan meninggal Kematian dalam periode pemajanan singkat Sumber: Wellburn, 1994
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
Kadar HbCO di dalam darah (%) 0-2 2—10 10—20 20-30 30-40 40-50 50-60 60-70 > 70
Gejala yang dipilih adalah kelelahan, sakit kepala, sakit kepala yang disertai mual, pingsan, dan kejang-kejang. Responden diambil secara acak dengan tiga kategori, yakni supir sebanyak 9 orang, petugas parkir sebanyak 9 orang, dan pengunjung sebanyak 10 orang. Berikut hasil dari kuesioner dari 28 responden tersebut. 3.2.1
Hasil Informasi Umum 12
14 2
< 2 jam
2 jam
> 2 jam
Gambar 11. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Paparan di Tempat Parkir
3
6
25
Merokok
22 Rekan Kerja Merokok
Tidak
Tidak
Gambar 12. Jumlah Responden Berdasarkan
Gambar 13. Jumlah Responden Berdasarkan
Kondisi Merokok
Kondisi Terpapar Asap Rokok Oleh Rekan Kerja
1 8
Merokok di Ruang Tunggu Supir
Tidak
Abstein
Keterangan : Data dalam diagram ini hanya diambil dari responden kategori supir yang berada di ruang tunggu supir dengan jumlah responden adalah 9 orang
Gambar 14. Jumlah Responden Berdasarkan Kondisi Merokok di Ruang Tunggu Supir
Kondisi merokok dijadikan sebuah pertimbangan karena perokok mendapat paparan CO terutama dari rokok yang dihisapnya. Pada penelitian ini, hanya satu orang responden yang merokok, yang berarti, responden lain yang menyatakan mengalami gejala terpapar CO adalah bukan CO yang berasal dari asap rokok. Gejala tersebut akan dibahas pada poin selanjutnya.
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
4
12
16
24 Sarapan
Makan Teratur
Tidak
Tidak
Gambar 15. Jumlah Responden Berdasarkan
Gambar 16. Jumlah Responden Berdasarkan
Kondisi Sarapan
Kondisi Keteraturan Makan
Kondisi sarapan dan keteraturan jadwal makan pada individu menjadi sebuah pertimbangan karena umumnya orang yang tidak sarapan dan makan tidak teratur akan tidak memiliki cadangan energi untuk melakukan aktivitasnya dengan baik. Akibatnya dapat timbul gejala yang mirip dengan gejala terpapar CO, yakni kelelahan, pusing bahkan pingsan akibat tidak mendapat asupan energi. 3 15
10
Tidur Cukup (≥ 7-8 jam)
Kurang
Abstein
Gambar 17. Jumlah Responden Berdasarkan Kondisi Kecukupan Waktu Tidur
Sama seperti kondisi jadwal makan, jumlah waktu tidur yang cukup akan mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Secara umum, waktu tidur yang dibutuhkan orang dewasa dengan usia 18 tahun keatas adalah 7- 8 jam (Bonnet dan Arand, 2011). Kekurangan waktu tidur dapat menyebabkan kelelahan, kelesuan, meningkatkan resiko flu dan permasalahan penyakit lainnya. (Smith et al., 2012). Berdasarkan pertimbangan tersebut, analisis gejala akibat paparan CO akan dijelaskan pada subbab berikut. 3.2.2
Hasil Berdasarkan Gejala Akibat Paparan CO 3
8
Selalu
Sering
5
15
5 Kadang-Kadang
Jarang
Tidak Pernah
12
Kelelahan Hilang
Tidak
Abstein
Gambar 18. Jumlah Responden Berdasarkan
Gambar 19. Jumlah Responden Berdasarkan
Gejala Kelelahan
Hilangnya Gejala Kelelahan Saat Tidak Berada di Lokasi Parkir
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
4
11
12
12
5 Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Jarang
Tidak Pernah
Sakit Kepala Hilang
Tidak
Gambar 20. Jumlah Responden Berdasarkan
Gambar 21. Jumlah Responden Berdasarkan
Gejala Sakit Kepala
Hilangnya Gejala Sakit Kepala Saat Tidak Berada di Lokasi Parkir
21 4
4 Selalu Jarang
3
3 Sering Tidak Pernah
Kadang-Kadang Abstein
Sakit Kepala dan Mual Hilang
Tidak
Abstein
Gambar 22. Jumlah Responden Berdasarkan
Gambar 23. Jumlah Responden Berdasarkan
Gejala Sakit Kepala dan Mual
Hilangnya Gejala Sakit Kepala dan Mual Saat Tidak Berada di Lokasi Parkir
25
22
1 Selalu Jarang
2
Sering Tidak Pernah
4
2 Kadang-Kadang Abstein
Pingsan di Lokasi Lain
Tidak
Abstein
Gambar 24. Jumlah Responden Berdasarkan
Gambar 25. Jumlah Responden Berdasarkan
Gejala Pingsan
Adanya Gejala Pingsan di Lokasi Lain
26
2 2
Selalu Jarang
Sering Tidak Pernah
Kadang-Kadang Abstein
Kejang Hilang
Tidak
Abstein
Gambar 26. Jumlah Responden Berdasarkan
Gambar 27. Jumlah Responden Berdasarkan
Gejala Kejang-Kejang
Hilangnya Gejala Kejang Saat Tidak Berada di Lokasi Parkir
Gejala terpapar CO memiliki kondisi yang menyerupai dengan gejala sakit yang ditimbulkan oleh penyebab lain. Gejala kelelahan, sakit kepala, sakit kepala disertai mual,
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
sulit bernafas, pingsan, dan kejang adalah gejala sakit yang umum yang bukan hanya disebabkan oleh terpapar CO. Kelelahan pada individu selain disebabkan oleh paparan CO, dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti misalnya kekurangan asupan energi untuk melakukan aktivitas, kekurangan waktu tidur, sebagai akibat dari suatu penyakit yang diderita. Jika dilihat pada hasil kuesioner, masih ada responden yang mengalami gejala kelelahan walaupun telah memiliki waktu makan dan tidur yang cukup. Hal ini membuktikan bahwa walaupun sudah mendapatkan sumber energi yang cukup, masih ada rasa kelelahan yang muncul yang disebabkan oleh faktor lain yang mungkin disebabkan oleh paparan CO. Responden yang memiliki frekuensi kelelahan yang tertinggi adalah dari kalangan petugas parkir, yakni mengalami kadang-kadang kelelahan sebanyak 6 orang. Seperti yang ada pada data sebelumnya, sebanyak 9 orang responden petugas parkir memiliki waktu paparan CO yang lebih lama dari 2 jam karena bekerja di tempat parkir selama kurang lebih 8 jam sehingga para petugas lebih berpotensi mengalami kelelahan. Responden yang mengalami kelelahan namun hilang setelah keluar dari tempat parkir menandakan para responden mengalami paparan CO selama berada di tempat parkir. Sakit kepala pada individu selain disebabkan oleh terpapar CO juga dapat disebabkan oleh kekurangan tidur, konsumsi alkohol, merokok, kelelahan, stres, rasa lapar, migrain, dan penyebab lainnya (Macnair, 2011). Pada gejala sakit kepala, masih ada individu yang merasakan sakit kepala walaupun memiliki waktu tidur yang cukup dan tidak merokok. Responden dengan gejala sakit kepala dengan frekuensi kadang-kadang sakit kepala paling banyak dialami oleh petugas parkir dan pengunjung. Seperti pada gejala sebelumnya, gejala sakit kepala banyak dialami para petugas parkir karena petugas parkir memiliki waktu paparan yang lebih lama jika dibandingkan dengan responden lain sehingga memungkinkan adanya paparan yang mencapai 50 ppm pada saat kondisi parkir sangat ramai. Kondisi konsentrasi CO sebesar 50 ppm ini memang tidak terekam saat pengambilan data tersebut, namun tetap ada kemungkinan petugas parkir terpapar disaat waktu yang bukan merupakan waktu pengambilan data. Gejala sakit kepala yang dialami pengunjung yang terpapar kurang dari 2 jam kemungkinan dapat disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang dilakukan. Responden dari kategori pengunjung memiliki pekerjaan yang bervariasi yakni konsultan, karyawan swasta, ibu rumah tangga, dan pelajar. Pekerjaan ini berpotensi menyebabkan stres pada responden karena dalam pekerjaan tersebut dikenal istilah “deadline pekerjaan” yang mengharuskan responden bekerja lebih cepat dan berfikir lebih keras dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
Responden yang mengalami sakit kepala dengan paparan kurang dari dua jam menandakan bahwa responden tidak mengalami gejala sakit kepala karena paparan CO, namun memang ada faktor lain yang menyebabkan sakit kepala yang dialami responden. Sakit kepala yang disertai mual pada individu dapat menjadi indikator terkena paparan CO sebesar 200-400 ppm setelah dua jam paparan. Selain terpapar CO, sakit kepala disertai mual dapat disebabkan oleh keracunan makanan, alergi makanan, kehamilan, terpapar asap beracun, penyakit ginjal (gagal ginjal, batu ginjal), luka di kepala, migrain, vertigo, diabetes, gastritis (maag), dan lain-lain (McDonough, 2010). Pada gejala sakit kepala yang disertai mual ini, ada dua orang responden dari kategori pengunjung dan petugas parkir. Berdasarkan data kuesioner yang telah didapatkan, ada satu orang pengunjung yang mengalami migrain, tiga orang pengunjung mengalami sakit maag dan tiga orang petugas parkir juga mengalami sakit maag. Untuk mengalami gejala sakit kepala yang disertai mual akibat terpapar CO, dibutuhkan konsentrasi CO yang mencapai 200-400 ppm (Wellburn, 1994). Namun jika dilakukan pengecekan silang dengan data pengukuran CO di lapangan, tidak ada hasil yang menunjukkan konsentrasi CO yang mencapai 200-400 ppm. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa sakit kepala yang disertai mual yang dialami para pengunjung dan petugas parkir merupakan akibat dari penyakit bawaan yang telah ada sebelumnya, bukan sebagai akibat dari paparan CO. Pingsan selain disebabkan oleh terkena paparan CO, dapat disebabkan oleh gangguan hati, gangguan pembuluh darah, tekanan darah rendah, dan lain-lain. (Benditt, 2012). Pingsan terjadi karena kurangnya asupan oksigen ke otak sehingga kesadaran individu menurun. Dari 28 orang responden, hanya satu orang yang mengalami pingsan di lokasi tempat parkir yang berasal dari kategori pengunjung. Berdasarkan data kuesioner, satu orang pengunjung yang mengalami pingsan ini tidak memiliki riwayat penyakit khusus. Namun jika ditinjau dari tabel 2.3 diatas, dibutuhkan konsentrasi CO 400-600 ppm untuk membuat seseorang pingsan setelah paparan selama dua jam. Seperti yang telah diketahui, tidak ada pengunjung yang berada di lokasi parkir selama lebih dari dua jam sehingga dapat disimpulkan responden yang mengalami pingsan saat berada di tempat parkir bukan akibat paparan CO yang sangat tinggi. Tidak ada responden yang mengalami kejang selama berada di lokasi parkir. Selain itu, tidak ada responden yang mengalami sakit yang dapat menyebabkan kejang sehingga dapat dipastikan tidak ada responden yang mengalami paparan CO sebesar 600-800 ppm setelah dua jam atau lebih berada di tempat parkir GP 3. Udara yang digunakan makhluk hidup, khususnya manusia, untuk bernapas memiliki berbagai partikel dan senyawa di dalamnya. Partikel di udara akan disebut polutan jika
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
keberadaanya melebihi baku mutu. Apabila partikel atau senyawa tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan manusia, maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan. CO yang termasuk ke dalam salah satu senyawa dalam udara dapat menjadi polutan jika kadarnya melebihi baku mutu. Konsentrasi CO di udara dapat meningkat terutama diakibatkan oleh pembakaran tidak sempurna. Jika melihat kondisi saat ini, salah satu sektor kegiatan yang menyumbangkan CO cukup besar adalah dari kegiatan manusia yakni pada sektor transportasi. Kendaraan yang masih menggunakan bahan bakar fosil akan menghasilkan sejumlah CO sebagai hasil pembakaran dalam mesinnya. Bertambahnya volume kendaraan berbahan bakar fosil akan berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi CO di udara. Menurut literatur, bahaya utama CO adalah dapat mengikat hemoglobin darah dan menggantikan oksigen. Hal ini akan membuat beberapa gejala turunan seperti yang dikaji pada pembagian kuesioner. Pencemaran udara akan meningkatkan probabilitas gangguan kesehatan pada manusia yang sehat karena pada umumnya polutan udara berbentuk gas dan tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Bahkan untuk polutan CO, tidak menghasilkan bau. Manusia sehat akan terpapar CO secara tidak sadar namun perlahan mengalami gejala sakit ringan seperti pusing, sakit kepala atau mual. Gejala terpapar CO yang menyerupai penyakit lain akan menyebabkan manusia tersebut semakin tidak menyadari bahwa dirinya telah terpapar dan dapat salah mendiagnosa sakit yang dideritanya. Karena yang dibutuhkan individu saat terpapar CO adalah udara bersih dan segar untuk menggantikan CO yang terikat di hemoglobin. Dengan melihat beberapa gejala yang ditimbulkan oleh paparan CO tersebut dan mengaitkannya dengan hasil pengukuran konsentrasi CO di udara ambien GP 3, maka dapat dikatakan bahwa konsentrasi CO yang berkisar antara 0 - 13 ppm dan bernilai maksimum 19 ppm di dalam ruang tunggu supir dapat menyebabkan kelelahan pada responden yang terpapar lebih dari 2 jam secara menerus.
3.3
Uji – t Variabel penelitian yang akan diujikan dengan uji-t adalah nilai konsentrasi CO dan
jumlah mobil yang melintas dan parkir di sekitar lokasi pengambilan data. Nilai x adalah jumlah mobil dan nilai y adalah konsentrasi CO. Berikut adalah hasil perhitungan uji-t dengan tingkat kepentingan 0,05. -
Pernyataan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) : :
=0 ≠0 Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
-
Derajat kebebasan (df) = n-2 , n adalah jumlah data pasangan : 40 data. ‡ df = 40-2 = 38
-
=
= 11,019
-
tcr = 2,0252‡ Berdasarkan Tabel Distribusi-t (Harinaldi, 2005)
-
Aturan pengambilan keputusan: Jika | tidak, maka sebaliknya.
|>|
|,
maka terima H1 dan tolak H0, jika
v Kesimpulan: Karena |11,019|>|2,0252|, maka H1 diterima. Artinya ada hubungan antara jumlah
kendaraan dan nilai konsentrasi CO. -
Derajat hubungan antara jumlah kendaraan dan nilai konsentrasi CO ditentukan dengan persamaan korelasi sederhana (-1 ≤ r ≤ 1) =
) − (∑ )(∑ )
(∑
) − (∑ ) }{ (∑
{ (∑
) − (∑ ) }
Maka didapatkan nilai r adalah sebesar 0,872 yang berarti tingkat hubungan antara jumlah kendaraan dan nilai konsentrasi CO adalah kuat karena mendekati 1.
3.4 -
Uji ANOVA Penentuan hipotesa awal: Ho : µ1= µ2= µ3 H1 : tidak seluruh mean populasi sama Dimana : µ1 adalah kadar CO yang berada di tempat parkir terbuka µ2 adalah kadar CO yang berada di gedung parkir µ3 adalah kadar CO yang berada di tempat parkir basement
-
Pemilihan tingkat kepentingan 0,05
-
Derajat kebebasan pembilang (dfnum) = k-1, k adalah jumlah sampel ‡ dfnum = 4-1 = 3
-
Derajat kebebasan penyebut (dfden) = T-k, T adalah jumlah total anggota sampel ‡ dfden = 44-4 = 40
-
Rasio uji =
=
=
(x − ̿ ) +
(x − ̿ ) + (x − ̿ ) + −1
Σd + Σd + Σd + Σd = 7,94 − =
(x − ̿ )
= 40,23
40,23 = 5,06 7,94
Fcr berdasarkan Tabel Distribusi-f (Harinaldi, 2005) ‡ Fcr = 2,84
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
-
Pernyataan aturan keputusan: Tolak H0 dan terima H1 jika RUF> Fcr, jika tidak demikian, terima H0 v Pengambilan keputusan: Karena 5,06 > 2,84 maka H1 diterima. Artinya ada perbedaan nilai konsentrasi CO di tempat parkir terbuka, gedung parkir, dan parkir basement.
4.
Kesimpulan Konsentrasi maksimum CO terjadi di titik A 3 (ruang tunggu supir), yaitu sebesar 19 ppm
pada hari Senin siang. Hal ini terjadi karena pada saat penelitian terdeteksi adanya bau asap rokok di ruangan tersebut yang dapat menjadi sumber CO. Konsentrasi minimum CO adalah 0 ppm yang terjadi pada titik B 1, B 2, D 1, dan E 2 di hari Jumat pagi dan siang, titik C 1, D 2, dan E 1 di hari Jumat pagi. Pada pengukuran hari Senin, seluruh nilai minimum CO sebesar 0 ppm terjadi di seluruh titik kecuali di titik A 3 pada siang hari, yakni sebesar 17 ppm. Berdasarkan uji –t , jumlah kendaraan berpengaruh pada konsentrasi CO. Semakin besar volume kendaraan, maka akan semakin tinggi nilai konsentrasi CO. Hal ini disebabkan adanya pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dari mesin kendaraan yang menghasilkan CO. Berdasarkan Uji ANOVA, ada perbedaan nilai konsentrasi CO antara ketiga tempat parkir. Berdasarkan parameter gejala paparan CO yang dialami oleh individu, dapat dikatakan bahwa kenyamanan petugas parkir, pengunjung, dan supir sudah terganggu karena para responden tersebut mengalami gejala kelelahan saat berada di tempat parkir. Konsentrasi CO tertinggi pada saat penelitian berlangsung tidak melebihi baku mutu, maka upaya pencegahan yang dilakukan dapat dilihat pada bahasan saran untuk penelitian.
5.
Saran
Saran yang dapat diberikan terkait hasil penelitian yaitu: a.
Pengelola Mal Kelapa Gading dapat lebih memperhatikan ruang tunggu supir yang masih dipakai sebagai tempat merokok padahal sudah diberi simbol larangan merokok.
b.
Untuk mengurangi paparan pada staf SPI khususnya bagi penjaga loket karcis, dapat dilakukan dengan mengatur kembali jadwal sistem shift atau dengan memberikan alat pelindung diri berupa masker untuk para karyawan.
c.
Mengarahkan pengunjung agar memilih parkir di tempat parkir terbuka atau gedung parkir agar tempat parkir tertutup (basement) semakin sedikit menerima beban emisi dari kendaraan. Untuk kondisi khusus seperti cuaca hujan, maka pengalihan kendaraan dapat
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012
dilakukan ke gedung parkir lantai upperground. Pengarahan ini mungkin dilakukan dengan melihat kondisi Mal Kelapa Gading yang memiliki tiga buah gedung parkir dan lahan parkir terbuka yang cukup luas. Dengan cara ini juga diharapkan pihak Mal Kelapa Gading tidak perlu menambah jumlah blower sebagai alat pertukaran udara untuk parkir basement nya. Pihak Mal Kelapa Gading hanya perlu mengatur kapasitas pemakaian blower dengan mempertimbangkan peak hour agar udara di parkir basement tetap terjaga pada baku mutu yang diperbolehkan. d.
Untuk keperluan perbaikan dan penelitian selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan penelitian pada pemilihan variasi hari dan waktu yang lebih tepat agar dapat terlihat apakah ada nilai konsentrasi CO di lokasi penelitian yang melebihi baku mutu.
6.
Kepustakaan
Benditt, David G., (2012). Painting. 22 Juni 2012. http://circ.ahajournals.org/content/106/9/1048.full#sec-1 Bonnet, Michael H., dan Donna L. Arand. (2011). How Much Sleep Do Adults Need. 22 Juni 2012. http://www.sleepfoundation.org/article/white-papers/how-much-sleep-do-adultsneed Harinaldi. (2005). Prinsip – Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta : Erlangga. Macnair, Patricia. (2011). Headaches. 22 Juni 2012. http://www.netdoctor.co.uk/diseases/facts/headache.htm Manahan, Stanley E. (2005). Environmental Chemistry (8th Ed.). United State of America: CRC Press. McDonough, Brian. (2010). Nausea : Causes. 22 Juni 2012. http://www.localhealth.com/article/nausea/causes Purnomo, Hari, Rizal (2000). Pengaruh Kelembaban, Temperatur Udara dan Beban Kerja terhadap Kondisi Faal Tubuh Manusia. Jurnal Penelitian Logika, Volume 4, Nomor 5.18 September 2012. http://data.dppm.uii.ac.id/uploads/l04050335-47.pdf Rao, M N. dan H V N Rao. Air Pollution. (1994). New Delhi : Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. Smith, Melinda, et al. (2012). How Much Sleep Do You Need. 22 Juni 2012.http://www.helpguide.org/life/sleeping.htm Wellburn, Alan. (1994). Air Pollution and Climate Change : The Biological Impact (2nd ed.). Singapore : Longman Singapore Publisher (Pte) Ltd.
Studi Perbandingan ..., Aulia Azwarani, FT UI, 2012