Aturan Makanan Halal dan Haram NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
Oleh, Uskup Mar Nicholas H Toruan, CKC
Gereja Nasrani Indonesia (GNI) Keuskupan Nasrani Katolik Ortodoks Rasuli Kudus dan Satu
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
Torah Alaha ADALAH abadi sebagaimana Tahta-Nya "Jangan berpikir bahwa Aku datang untuk menghapuskan Torah atau Nabi-nabi; Aku datang tidak menghapuskan, tetapi untuk menggenapi." (Besora Mar Mattai 5:17).
Betapa kontras antara kata-kata Mshikha, dan ucapan mereka yang mengklaim bahwa Dia datang untuk MENGHAPUSKAN Torah Alaha dan juga menghapuskan Perjanjian Lama. Juruselamat kita, yang tahu semua perkara, memahami tipu muslihat Setan, jebakan-jebakan yang mana ia akan usahakan untuk memperangkap anak-anak manusia, dan begitulah menjadikan pernyataan ini positif untuk mencocokkan pertanyaan keraguan dan ketak-yakinan buta dari semua masa yang akan datang. Tapi ada suatu perintah (mitzvath) Torah yang dihapuskan, yang mana Mshikha "bawa perihal itu, memakukannya di Salib-Nya." Kol. 2:14. Paulus menyebutkannya "Perintahperintah Torah berisi aturan-aturan (halakhik)." Efesus 2:15. Mitzvoth upacara ini, diberikan oleh Alaha melalui Musa, dengan korban-korban persembahannya dan aturan-aturan, adalah mengikat kaum Ibrani hingga tipe ini bertemu anti-tipe dalam kematian Mshikha sebagai Anak Domba Alaha menghapus dosa dunia. Kemudian semua persembahan korban dan ibadat-ibadat dihapuskan. Paulus dan Para Rasul lainnya bekerja untuk memperlihatkan ini, dan mereka para guru yang meng-yahudi-kan dengan tegas mempertahankan yang mendeklarasikan bahwa orang-orang Kristen (Mshikhanim) harus menjalankan ibadat upacara Torah.
Mshikha berkata, "Sungguh Aku berkata kepadamu,” -- membuat keyakinan se-empatik mungkin,--"Hingga langit dan bumi berlalu, tidak satu titik atau satu huruf terkecil sekalipun dihapuskan dari Torah hingga semuanya dipenuhi." Mattai 5:18. Di sini Mshikha mengajarkan tidak hanya apa yang Torah Alaha klaim dan apa yang kemudian, tapi klaim-klaim ini harus dipegang teguh sepanjang lapisan-lapisan langit dan bumi tetap ada. Kesaksian ini harus selamanya menjawab pertanyaan. Torah Alaha adalah kekal seperti tahta-Nya. Page 2- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
Oleh karena itu kamu harus berhenti dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala-berhala, DARI DARAH, DARI DAGING BINATANG-BINATANG YANG MATI DICEKIK dan dari percabulan. Kamu harus melakukan ini dengan baik untuk menghindari hal-hal ini. Sekianlah, selamat (Kisah 15:29)” Ini adalah Aturan Makanan (the Dietary Laws) Gereja-gereja Ortodoks dan Biara-biara tradisional. Sementara terikat sejajar pada orang beriman dan biara, dan satu kali diikuti dengan ketat oleh semua Mshikhanim, Gereja-gereja modern sudah membuang Mitzvath Torah Alaha ini demi mengikuti ajaran-ajaran buatan manusia. Gereja Nasrani mengajarkan mitzvoth (aturan-aturan) makanan ini, tapi lebih sering daripada bukan orang-orang percaya yang mengabaikan pengajaran ini. Kami tidak mengikuti “KESUCIAN-KESUCIAN LEGAL” (kami tidak mengikuti aturan Kosher atau Mitzvoth Seremonial) tapi kami berhenti dari daging babi dan produkproduk yang bercampur daging babi dan kerang-kerangan, ikan bercangkang dan tidak mengkonsumsi darah binatang atau daging dari binatang-binatang mati dicekik. Beshora Mar Mattai 15:11, 17
"Bukan apa yang masuk mulut yang menajiskan manusia, tapi apa yang keluar dari mulut, inilah yang menajiskan manusia . . . Tidakkah kamu mengerti bahwa segala sesuatu yang masuk ke mulut langsung menuju perut, dan dibuang? Tapi segala sesuatu yang keluar dari mulut datang dari hati, dan itulah yang menajiskan manusia."
Banyak orang-orang Kristen percaya bahwa Yeshua menghapuskan Aturan Makanan Perjanjian Lama saat Dia membuat pernyataan-pernyataan ini. Ide ini diberikan lebih jauh mendukung terjemahan-terjemahan modern ayat-ayat paralel dalam Markus 7:19, di mana NASB menambahkan, "demikianlah Dia menyatakan semua makanan halal" dan NIV berkata, "dalam perkataan ini, Yeshua menyatakan semua makanan 'halal'."
Apa yang kebanyakan orang-orang Kristen tidak tahu bahwa ini adalah TAFSIR PARENTETIS (tafsir sisipan) terhadap kata-kata Yeshua yang tidak ada dalam Textus Receptus, edisi otoritatif Perjanjian Baru. Tafsir Parentetis ini terhadap kata-kata Yeshua adalah jelas suatu komentar yang ahli kitab menuliskannya dalam teks catatan kaki. Kemudian ahli kitab langsung merujuk kepada teks itu sendiri, sehingga pernyataan itu muncul hanyalah dalam teks-teks korupsi. Pernyataan itu tidak muncul dalam teks kuno berbahasa Yunani paling terkenal dan paling resmi diakui satu-satunya paling sah, disebut Textus Receptus. Mari kita menguji ayat ini, meskipun, dan lihat jika Yeshua sungguh sedang menyatakan semua makanan itu halal. Jika kita kembali membaca ke atas ayat-ayat sebelumnya, kita melihat Yeshua menegur para ahli kitab dan orang Farisi karena ketidaktaatan terhadap Perintah-perintah Alaha: "Mengapa kamu sendiri melanggar perintah Alaha?" (Mattai 15:3), Dia mempertanyakan mereka. "Mengabaikan perintah Alaha, kamu berpegang Page 3- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
pada adat istiadat manusia. Kamu mengesampingkan dengan baik perintahperintah Alaha agar menjalankan tradisi-tradisimu sendiri! Kamu menyatakan sabda Alaha tidak berlaku oleh tradisimu." Setelah membuat pernyataan-pernyataan seperti ini, apakah kita beranggapan bahwa Yeshua kemudian akan mengesampingkan dan menyatakan tidak berlaku satu dari perintah-perintah Alaha dengan menyatakan "semua makanan," termasuk daging yang dilarang Alaha, menjadi "halal"? Jika begitu, ini akan membuat Yeshua seorang munafik, atau bodoh, atau keduanya. Ini adalah perintah-perintah yang kita pastinya tidak mau menjadi menentang Dia! Namun ini tepatnya apa yang posisi orang Kristen umumnya lakukan melawan Dia. Arti yang sesungguhnya kata-kata Yeshua bisa diklarifikasi dengan melihat pada konteks. Kontroversi dalam pasal ini bukan atas apakah atau bukan masalah daging babi adalah kosher (halal). Kontroversi adalah dimulai saat ahli kitab dan kaum Farisi mengkritik murid-murid Yeshua karena makan dengan tangan tidak dicuci terlebih dahulu. Kaum Farisi meyakini bahwa Shibia, sesosok roh jahat, duduk di tangan pada malam hari, dan roh ini harus dibasuh sebelum makan. Keyakinan Yahudi tentang pembasuhan tangan dinyatakan dalam kitab Talmud:
"Orang yang memandang rendah pembasuhan tangan sebelum makan harus dikutuk." (Ber. 47b).
"Barangsiapa makan roti tanpa pertama kali membasuh tangannya adalah bagaikan ia telah berdosa tidur dengan seorang pelacur." (Sot. 4b). "Barangsiapa menganggap enteng pembasuhan tangannya akan dicabut dari dunia." (Sot. 4b).
"Barangsiapa makan roti tanpa menggosok tangan di air tangannya adalah bagaikan ia makan roti busuk yang najis." (Sot. 4b).
Keyakinan ini berakar dalam tradisi-tradisi buatan manusia, bukan dalam perintahperintah Alaha. Saat Yeshua membuat pernyataan-pernyataan-Nya itu seolah-olah tampaknya menjadi "deklarasi semua makanan halal," Dia tegasnya mengatakan bahwa makanan kosher tidaklah menjadi tidak kosher jika makanan itu dimakan tanpa membasuh tangan. Dia juga dengan lugas tak setuju dengan keyakinan bahwa "barangsiapa makan roti tanpa menggosok di air tangannya bagaikan ia makan roti najis." Pernyataan final-Nya menjadikan ini jelas bahwa ini adalah inti Dia sedang katakan: "… tapi makan dengan tangan tidak dibasuh tidaklah menajiskan manusia," (Mattai 15:20). Isu bukan persoalan apakah atau bukan tentang daging babi dan jenis kerang-kerangan adalah kosher. Alaha sudah membuat ini jelas dalam Torah. Isu apakah atau tangan tak dibasuh menyebabkan makanan kosher menjadi tidak kosher. Satu-satunya kita bisa katakan Dia "mendeklarasikan semua makanan halal" dengan demikian Ia Page 4- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
"mendeklarasikan semua makanan kosher halal,"meskipun dimakan dengan tangan tidak dibasuh. Yeshua, adalah seorang Yahudi pelaku jalan hidup Torah, tidak akan memandang daging babi atau kerang (ikan bercangkang) menjadi "makanan." Kisah Rasul 10 Kisah Rasul 10 memberitahukan tentang visipenglihatan Shimon Keipha selembar kain seperti Tallit besar yang turun dari langit. Kain itu berisi binatang-binatang haram, dan suatu suara berkata, "Bangkitlah, Keipha; sembelihlah dan makan." Keipha berkata, "Tidak bisa, Maran; sebab aku tidak pernah makan sesuatu yang tak biasa atau haram."
Ini terjadi selang beberapa tahun setelah Penyaliban dan Kebangkitan. Jika Yeshua "mendeklarasikan semua makanan halal" beberapa tahun sebelumnya, pastilah Keipha sudah tahu tentang hal ini! Namun banyak orang-orang Kristen percaya bahwa Alaha mengirimkan visi-penglihatan ini untuk memberitahu Keipha bahwa Maran Yeshua telah "mengubah pikiran-Nya" tentang aturan makanan (dietary laws), dan menghapuskan aturan ini. Namun, konteks menunjukkan bahwa visi-penglihatan tidak ada sama sekali kaitannya dengan merombak Aturan Makanan Alaha.
Pesan visi bahwa Alaha sedang membersihkan Bangsa-bangsa melalui iman dalam Mshikha, dan Alaha ingin Bangsa-bangsa ini menjadi bagian dari tubuh Mshikha, tubuh yang mana pada waktu ini hanya terdiri dari orang-orang terlahir Yahudi pribumi dan orang-orang proselit (Gerim ha-Berith) yang menjalani sepenuhnya, pertobatan formal kepada Yudaisme. Binatang-binatang haram dalam lembaran kain tallit adalah lambang Bangsa-bangsa non-Yahudi. Jenis lambang ini tidak akan tampak tak biasa bagi Keipha, seorang Yahudi yang akrab dengan Kitab Suci. Dalam tulisan-tulisan Para Nabi, Bangsabangsa non-Yahudi dilambangkan melalui binatang-binatang haram seperti elang, singa, beruang, dan macan tutul. (Lihat, Yehezkiel 17 dan Daniel 7). Untuk memahami secara tepat visi-penglihatan Keipha, kita hrus menempatkan diri kita sendiri dalam sepatunya Keipha. Seperti Mshikha ia ikuti, Keipha adalah orang pelaku jalan hidup Torah. Dia tahu Alaha dengan jelas telah memerintahkan umat-Nya untuk tidak makan daging binatang-binatang tertentu. Inilah sebabnya ia berkata, "Tidak bisa, Maran; sebab aku tidak pernah makan sesuatu yang tak biasa atau haram."
Page 5- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
Menempatkan diri anda sendiri dalam sepatu Keipha, bayangkan bahwa anda, sebagai seorang pria Kristen pelaku jalan hidup ortodoksi, mengalami keadaan trance (setengah sadar) dan melihat selembar kain besar turun dari langit. Lembaran kain itu berisi dengan wanita-wanita dari berbagai bangsa. Anda mendengar suatu suara ditujukan kepada anda dengan menyebut nama anda dan berkata, "Bangunlah, ambillah dan lakukanlah zinah!" Seperti Keipha, anda akan terkejut oleh visi penglihatan semacam itu, sebab anda tahu bahwa Kitab Suci tegas melarang perbuatan semacam itu. Satu-satunya kesimpulan yang bisa ditarik dari visi penglihatan semacam itu yakni: a) Visi ini berasal dari Iblis,
b) Visi ini berasal dari Maran, tapi tidak diartikan dalam pengertian literal.
Pada saat utusan-utusan Kornelius tiba, Keipha mengerti bahwa visi penglihatan itu sungguh berasal dari Maran. Faktanya orang-orang ini adalah Bangsa-bangsa asing membuat Keipha memahami arti sebenarnya dari penglihatan itu: "Alaha telah memperlihatkan kepadaku bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir" (Kisah 10:28). Penjelasan Keipha menjadikan visi ini jelas bahwa penglihatan dimaksudkan untuk dipahami dalam pengertian figuratif (kiasan). Keipha memiliki akal budi untuk mengetahui bahwa Alaha tidak akan menyuruh dia melakukan sesuatu yang Kitab Suci tegas larang. Keipha memahami bahwa visi tidak ada kaitannya dengan melakukan perubahan Aturan Makanan (Aturan Halal dan Haram Makanan) sama sekali; ini adalah cara Alaha memperlihatakan kepada Keipha maksudnya mengentenkan (graft) Bangsa-bangsa non-Yahudi kedalam persemakmuran Israel melalui iman mereka dalam Mshikha Israel. Dan mereka dientenkan (dicangkokkan) kedalam Israel harus mematuhi Perintah-perintah Alaha berikan kepada Israel.
Terkait kepada pengentenan (pencangkokan) ini, tentu saja, tidak menurut halakhik Yudaisme umumnya, tetapi melalui inisiasi Mikveh (baptisan Air) – Mshikhna (Pengurapan) yang dilakukan melalui Para Rasul-Nya yang telah dilantik menjadi Imamimam Melkisedek dari Maran sendiri untuk disatukan dengan diri-Nya (Yokhanan 3:6-9; 15:6). Proses menjadi satu dengan Israel harus melalui diri-Nya sendiri termasuk semua keturunan Yahudi secara dagingpun harus menjalani inisiasi Perjanjian Baru dalam Mshikha, tidak ada otomatis menjadi umat-Nya. Bagi kaum Israel keturunan dengan kehadiran Yeshua sebagai Juruselamat dan Mshikha mereka direstorasi kembali menjadi Umat Israel Perjanjian Baru dan sistem keimamatan Harun-Lewi dalam Torah Musa dinyatakan sudah tidak berlaku lagi khususnya dalam hal perintah-perintah yang terkait dengan sistem Bait Suci dan Korban, digantikan dengan sistem keimamatan Melkisedek tetapi Mitzvoth (Perintah-perintah) lainnya tetap kekal tidak berubah, yakni terkait terhadap moralitas, etika sosial, kesehatan, aturan sipil, dll. Persoalan perintahperintah ibadah sistem Harun-Lewi sebenarnya juga tidak terlalu berbeda, hanya Page 6- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
berubah secara pelaksanaan tetapi pola tetap sama saja; contoh, imam Harun-Lewi mempersembahkan korban pendamaian dengan mengorbankan “binatang domba” dan lainnya dalam Bait Suci, demikian pula dalam konteks keimamatan Melkisedek para imam tertahbis Mshikha (mereka yang memiliki tahbisan suksesi rasuliah) tetap mempersembahkan korban pendamaian yang berupa Roti dan Anggur di mezbah setiap saat disertai dengan teshuva (pengakuan dosa) sebelum pelaksanaan terjadinya pendamaian dari pihak Alaha sendiri bagi umat-Nya. Pola dan bentuk tetap sama, tetapi pelaksanaan lebih disederhanakan, meluas, dan sejagat. Oleh karena itu, pembangunan Bait Suci Ketiga adalah sia-sia sebab tidak didukung Kitab Suci, kecuali cita-cita kaum Yahudi yang tidak percaya Mshikha belum datang. Bait Suci sudah digantikan dengan Tubuh Yeshua sendiri (Yokhanan 2:20-23; Wahyu 21:22) sebagai “Batu Penjuru” adalah Mshikha sendiri (Mattai 21:42) yang dibangun di atas Para Rasul (Mattai 16:18-19) dan semua orang percaya baik Yahudi dan Bangsa-bangsa lain yang percaya kepada-Nya (1 Kor.6:19; Yokhanan 1:12).
Apa fungsi Bait Suci? Dalam konsep Perjanjian Lama, Bait Suci memiliki Imam Harun – Lewi yang berfungsi sebagai perwakilan umat Israel dalam mempersembahkan korbankorban persembahan pendamaian kepada Alaha atas dosa-dosa Israel dan dari sisi Alaha fungsi para imam ini memberikan absolusi (pendamaian) dari phak Alaha melalui imam-imam tertahbis yang dilantik Alaha sendiri dengan menetapkan satu suku keturunan Lewi, melalui Harun, dan pada zaman raja Daud – Salomo keturunan yang menjadi pengantara antara umat Israel dan Alaha ditetapkan dari keturunan Imam Zadok (Yehezkiel 44:15-16); sejak zaman Pembuangan di Babilonia mulai bermunculan Sinagoga-sinagoga tempat ibadat Israel Pembuangan tetapi tidak melakukan sistem Torah dengan pengorbanan, melainkan ibadat tanpa korban dengan menafsirkan ucapan nabi Hosea dengan salah (Hosea 6:6). Akhirnya, melalui Nehemia-Ezra pembangunan Bait Suci dengan sistem “korban” ditegakkan kembali sebab sistem Sinagoga (ibadah tanpa korban) tidak pernah menjadi dasar sejak semula. Ibadahibadah Sinagoga hanyalah tempat pembelajaran umat akan Kitab Suci dan belajar moralitas Torah melalui para Rabbi yang terpelajar mengenai Kitab Suci. Tetapi sinagoga-sinagoga bukan tempat pelaksanaan korban-korban persembahan dan para rabbi tidak bisa memberikan pendamaian antara Alaha dan manusia, mereka harus datang ke Bait Suci yang dilayani para imam tertahbis secara keturunan Harun – Lewi. Tanpa adanya Bait Suci tidak ada pengampunan dari dosa-dosa sekalipun mereka umat Israel berdoa dan bertobat dari prilaku mereka yang salah, tetap saja Sinagoga dan Rabbi tidak berfungsi di sini. Kitab Suci menegaskan bahwa tanpa adanya pencurahan darah tidak ada pengampunan dosa-dosa (Ibrani 9:22).
Sejak masa Yeshua sistem korban menurut Torah Musa sudah berhenti tepatnya setelah Kebangkitan Yeshua dari Mati (Lukas 16:16; Yokh.2:20-23), sekarang sistem ibadat Bait Suci digantikan dalam diri Yeshua sendiri dan pengganti para imam Harun-Lewi adalah Para Rasul itu sendiri yang ditahbiskan oleh Imam Besar Melkisedek (Ibrani, pasal 7-8) sehingga mereka imam-imam Melkisedek ini sama seperti para imam Harun-Lewi memiliki otoritas “…melepas dan mengikat dosa orang…” (Mattai 16:19; 18:18; Page 7- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
Yokh.20:21-23), ini adalah hak keimamatan baik dalam Perjanjian Lama dan Baru. Sehingga mereka yang beribadah dalam Sinagoga-sinagoga yang dipimpin para rabbi sesungguhnya tidak pernah bisa diampuni dosa-dosanya, sebab tanpa korban tidak ada pendamaian. Sejak Bait Suci dihancurkan pada tahun 70 M., orang-orang Yahudi tidak memiliki lagi sarana “pendamaian” sampai sekarang. Begitu pula mereka Gereja-gereja Kristen yang tak memiliki sistem keimamatan Perjanjian Baru, melalui imam-imam Melkisedek tertahbis suksesi rasuliah (semikha) yang hanya menekankan kotbah – kotbah dan pengajaran tidak memiliki sarana pendamaian mereka mengaku dosa kepada Alaha. Sekalipun mereka orang-orang Kristen mengadakan “Perjamuan Kudus”, “Ekaristi”, atau “Perjamuan Tuhan” semua ini bersifat “Perjamuan Meja” (Table Meals) bukan sistem korban “Perjamuan Mezbah” yang dimaksudkan Kitab Suci. Mereka umumnya menganggap Perjamuan itu hanya simbol saja, tidak kurang lebih, dan perjamuan mereka adalah makan dan minum biasa sebab tidak punya otoritas keimamatan sama sekali dan perjamuan semacam ini tidak berdampak pada ‘pengudusan’, ‘pendamaian’, ‘kesembuhan’, dan ‘pemurnian kodrat Ilahiah pada diri manusia’, dan ini hanya merupakan suatu pertunjukan dramatisasi di panggung. Sama seperti dalam sistem Torah Musa bahwa para imam itu harus dipilih Alaha sendiri dan ditahbiskan secara berkelanjutan dari satu generasi ke generasi selanjutnya ini disebut proses SEMIKHAH (s'michát yadáyim): … dan anak-anak Israel harus meletakkan tangan (s'michát yadáyim) mereka pada kaum Lewi; dan Aaron harus mempersembahkan kaum Lewi di hadapan MarYAH, {seperti} persembahan hunjukan dari anak-anak Israel, bahwa mereka boleh melaksanakan pekerjaan MarYAH."(Bilangan 8:5-11).
Anak-anak Harun 1Inilah keluarga Harun dan Musa pada waktu MarYAH berbicara kepada Musa di atas Gunung Sinai. 2 Harun mempunyai empat anak laki-laki: Nadab yang sulung, kemudian Abihu, Eleazar dan Itamar. 3 Mereka ditahbiskan menjadi imam dengan upacara penuangan minyak di atas kepala. 4Tetapi Nadab dan Abihu mati di padang gurun Sinai, pada saat mereka menghadap MarYAH dengan api yang tidak halal. Mereka berdua tidak mempunyai anak. Jadi selama Harun masih hidup, Eleazar dan Itamar bertugas sebagai imam.
Catatan: Dalam proses pentahbisan keimamatan Melkisedek suksesi rasuliah dalam Jemaat Perdana sampai sekarang dalam Gereja-gereja Katolik Ortodoks tetap mengikuti format pentahbisan Imam dalam pola Torah Musa, yakni dengan “pencurahan minyak urapan” di atas kepala imam tertahbis sebagai wujud penerimaan daya kuasa Roh Kudus yang ditransmisikan dari Para Rasul sejak abad pertama pada saat turunnya Lidah-lidah Api di Yerusalem (Kisah 2) kepada Penatua-penatua (kohanim) para pengganti Para Rasul (Kisah 14:23). Pengurapan ini dilakukan bagi Imam, Raja, dan Page 8- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
Nabi. Peminyakan ini jelas digambarkan pada diri Yeshua sang Terurapi (ha Mashiakh), sehingga mereka yang percaya kepada Yeshua harus diurapi dengan minyak urapan setelah dibaptis melalui air dan yang mengurapi harus mereka para imam Melkisedek sah itu sendiri, tidak boleh sembarang orang. Mereka yang menerima pengurapan ini disebut sebagai “Mshikhani” yaitu pengikut Mshikha.
Mereka yang tidak ditahbiskan MarYAH Alaha jika melakukan kegiatan keagamaan seperti membaptis orang, mengurapi, dan mempersembahkan Perjamuan Kudus tanpa memiliki hak otoritas akan mati! Mereka ini sudah diperingatkan oleh Maran Yeshua, “… enyahlah Aku tidak mengenalmu, hai para pembuat kejahatan”! (Mattai 7:21-23); terlalu banyak orang-orang Kristen tidak mengenal rasa takut sama sekali kepada Alaha berani menjadi imam-imam palsu tanpa suksesi rasuliah! Orang-orang Lewi ditunjuk untuk melayani imam-imam
MarYAH berkata kepada Musa, “Suruhlah suku Lewi datang menghadap, dan tunjuklah mereka menjadi pelayan-pelayan Harun. Mereka bertugas di Kemah-Ku dan harus melayani para imam serta seluruh umat dengan pekerjaan mereka di Kemah-Ku itu. Tugas mereka ialah mengurus seluruh perlengkapan Kemah-Ku dan melakukan pekerjaan di Kemah-Ku itu sebagai pengganti orang-orang Israel. Dari bangsa Israel, hanya suku Lewi yang Kutugaskan menjadi pelayan tetap bagi Harun dan keturunannya. Tetapi Harun dan anak-anaknya harus kauangkat untuk menjalankan tugas sebagai imam; selain mereka, siapa saja yang mencoba melakukan tugas itu harus dihukum mati.” – Bilangan 3:110 Catatan: Terlalu banyak orang sekarang ini ingin menjadi imam dan pelayan Alaha dengan mengangkat dirinya sendiri atau diangkat oleh lembaga keagamaan yang tak punya mata rantai keimamatan Melkisedek sama sekali, mereka ini kelak akan dihukum Maran Yeshua karena telah menjadi pelayan palsu. Lalu MarYAH berfirman kepada Musa: "Ambillah Yosua bin Nun, seorang yang penuh roh letakkanlah tanganmu atasnya, suruhlah ia berdiri di depan imam Eleazar dan di depan segenap umat, lalu berikanlah kepadanya perintahmu di depan mata mereka itu dan berilah dia sebagian dari kewibawaanmu, supaya segenap umat Israel mendengarkan dia. Ia harus berdiri di depan imam Eleazar, supaya Eleazar menanyakan keputusan Urim bagi dia di hadapan MarYAH; atas titahnya mereka akan keluar dan atas titahnya mereka akan masuk, ia beserta semua orang Israel, segenap umat itu." Maka Musa melakukan seperti yang diperintahkan MarYAH kepadanya. Ia memanggil Yosua dan menyuruh dia berdiri di depan imam Eleazar dan di depan segenap umat itu, lalu ia meletakkan tangannya atas Yosua dan memberikan Page 9- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
kepadanya perintahnya, seperti yang difirmankan MarYAH dengan perantaraan Musa.
Catatan: Yeshua mentahbiskan Para Rasul sebagai pelayan dan imam yang ditunjukNya dengan memberikan otoritas melepas dan mengikat. Saat Yeshua mengatakan ini seperti tercatat dalam Kitab Suci bukan hanya “kata-kata saja” tetapi dalam Tradisi Tak Tertulis sesuai Aturan Torah: Yeshua mengurapi Para Rasul dengan minyak urapan, tumpang tangan, dan menghembusi mereka (Yokhanan 20:21-23), itulah sebabnya mereka bisa membaptiskan bersama Yeshua (Yokhanan 3:22), dan cara membaptis itulah yang kita ikuti sampai sekarang. Sementara gereja-gereja Reformasi Protestantisme bertengkar sesama mereka sendiri bagaimana cara membaptis seperti orang buta bertengkar dengan orang buta gajah itu seperti apa bentuknya! Kita lihat kebiasaan Perjanjian Lama ini berdasarkan Torah Alkitabiah bahwa rasul Paulus ditahbiskan oleh para uskup Gereja Antiokia (Syria) dengan tata cara Semikhah, Penghembusan dan Pengurapan (Kisah 13:3), begitupun selanjutnya Timotius ditahbiskan oleh rasul Paulus (2 Tim.1:6). Inilah bentuk Torah Musa, lalu bagaimana bisa ada orang lancang sekali mengatakan bahwa “Torah” tidak berlaku lagi dan sudah disalibkan di kayu Salib Yeshua? Orang-orang semacam ini memelintir isi Kitab Suci dan memakai satu ayat berlaku bagi semua. Selanjutnya marYAH berkata kepada Musa-Harun … dan berilah dia sebagian dari kewibawaanmu… Perintah Torah Musa inipun tetap dilaksanakan Yeshua dengan memberikan OTORITAS IMAM kepada Para Rasul dan seterus Para Rasul kepada Para pengganti Rasul (diakon, Imam, dan Uskup) seperti kita baca dalam kitab suci: Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. -- Mattai 16:19
Catatan: Dalam diri Imam ada otoritas Ilahi diberikan untuk mengikat dan melepas (termasuk dosa), sebagaimana Imam Harun – Lewi mengantarai antara Alaha dan Umat Israel saat mengakui dosa mereka kepada Alaha dan mempersembahkan korban pendamaian, begitu juga pada Imam – imam Melkisedek ada pengakuan dosa bagi umat yang dilakukan di dalam Jemaat (Mattai 18:17). Ingat dalam Jemaat ada imam tertahbis yang punya otoritas rasuliah dari Yeshua yang memberikan korban pendamaian. Salah contoh otoritas keimamatan adalah pengampunan dosa (Mattai 9:6) dimana “Anak Manusia” berkuasa mengampuni dosa orang, dan kuasa pengampunan ini diberikan kepada Para Rasul dengan melepas dan mengikat. Ada banyak orang lancang sekali dengan berkata, kita bisa langsung minta ampun kepada Alaha tidak perlu melalui imam! Mereka ini adalah menginjak-injak Kitab Suci dan Perintah-perintah Alaha serta Torah. Jika manusia bisa dengan mudahnya ‘langsung mengaku dosa” kepada Alaha tanpa saksi orang lain, maka tidak perlu ada sistem keimamatan Musa dan Melkisedek dan tidak perlu Yeshua mati Page 10- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
menjadi korban penghapus dosa manusia. Tetapi Alkitab tidak bisa dibantah “suatu perkara sah jika disaksikan lebih dari satu” (Ulangan 17:6; 19:15; 2 Kor.13:1). Ini adalah prinsip Torah. Mereka yang menolak mengaku dosa di hadapan imam adalah pelanggar Torah Musa dan Melkisedek (Perjanjian Baru) yang pada intinya adalah ‘kekerasan hati orang itu dan rasa sombong yang tinggi’, prinsip ini berdampak sosial bagi para pelanggar Torah karena saat ia mengaku di depan umum/imam ada kontrol sosial terjadi, tetapi pengakuan pribadi siapa yang bisa mengontrol? Dengan demikian sekali lagi Torah itu tak dihapuskan, sebab prinsip Torah Musa tetap berlaku dalam Torah Mshikha sang Imam Melkisedek. Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Alaha, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun." – Markus 4:11-12
Catatan: Kepada Para Rasul dan Para Rasul kepada Para Pengganti mereka (Shamasha/Lewi; Presbiter/Kohen; Mebaqqer/Uskup atau Rosh Kohen) telah diberikan “RAHASIA” (Aramaik, “Raza” atau “Qodaasha”), yaitu otoritas Ilahi untuk melepas dan mengikat serta HAK dan TANGGUNGJAWAB melakukan fungsi-fungsi keimamatan dan mandat Ilahi serta pengurapan Roh Kudus yang ditransmisikan dari Alaha sang Bapa kepada Yeshua Mshikha kepada Para Rasul (Shlikhim) dan kepada Para Pengganti Rasul: Diakon, Imam, dan Uskup, yaitu Daya Kuasa Roh Kudus sehingga apa yang diputuskan mereka adalah satu suara dengan Alaha (Kisah 15:28). Para Pengganti Rasul ini sekarang punya akses masuk kedalam Ruang Maha Kudus Ilahi melalui Roh Kudus untuk mempimpin mereka kedalam Kebenaran sebagaimana dijanjikan oleh Yeshua kepada Para Rasul (Yokhanan 16:13). Inipun sesuai dengan pola sistem Torah Musa bahwa hanya Imam Besar yang bisa masuk Ruang Maha Kudus yang pada akhirnya semua imam tertahbis berada dalam Mshikha berada dalam Ruang Maha Kudus. Yeshua berkata: … orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan… ini adalah benar, sebab kunci-kunci Kerajaan Sorga itu diberikan kepada Para Murid-Nya, yang seterusnya diberikan kepada Para Pengganti mereka melalui Semikhah Rasuliah. Ada banyak hal yang tak bisa dipahami oleh mereka yang tak menerima tahbisan suksesi rasuliah dan itu tak bisa disampaikan kepada umat. Sebab tidak semua orang harus tahu segala sesuatu,
Page 11- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
semua harus mengikuti porsi masing-masing emngikuti panggilannya. Oleh karena itu, penulis di sini tidak akan menjelaskan lebih rinci masalah ini, kecuali mereka yang masuk dalam ranah calon imam.
Oleh karena itu, bisakah semua orang boleh mengaku dan berkata: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus umat kepunyaan Alaha sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Alaha, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. – 1 Keipha 2:9-10
Surat Shimon Keipha ditujukan kepada “umat percaya Yahudi dan non Yahudi” yang ada di Asia Kecil, mereka ini dibaptiskan dalam konsep Torah dan Rasuliah, juga dipimpin oleh Imam Tertahbis Suksesi Rasuliah (Kisah 14:23). Ini merupakan refleksi dari Imamat Rajani bangsa Israel (Keluaran 19:5-6) yang tentu saja berdasarkan Torah Musa. Mereka dipimpin oleh Para Imam HarunLewi dan Sanhedrin (70 Tua-tua), kemudian Sanhedrin berubah menjadi “Hakim-hakim”, lalu diwujudkan dalam Kerajaan duniawi Saul-Daud-Salomo dan para penggantinya. Pada zaman Perjanjian Baru dibawah kepemimpinan Imamimam Melkisedek dan Keuskupan Agung yang disebut Dewan Sinode. Kata “Sinode” dari bahasa Yunani paralel dengan kata “Sanhedrin” yaitu Majelis Para Penatua yang anggotanya kebanyakan berusia 50 tahun ke atas. Sehingga apa yang dimaksud dalam Perjanjian Baru bahwa kita adalah bangsa yang terpilih adalah “umat Mshikha sendiri yang terdiri dari Yahudi dan non-Yahudi” (Roma 10:12) dan kita “warganegara kerajaan Alaha” (Efesus 2:19-20). Kita adalah Imamat Rajani yang artinya dipimpin oleh Imam-imam Tertahbis menjalankan Peribadatan bagi Alaha dan Raja-raja yaitu Para Uskup yang secara adminsitratif – sosial mengatur warga Jemaat Mshikha di bumi. Jadi Surat Shimon Keipha kepada umat Mshikha di Asia Kecil: Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia dan Bitinia tidak ada kaitannya kepada Gereja-gereja Reformasi Protestantisme yang lahir abad ke-16 sejak Reformasi yang digerakkan Reformator Martin Luther dari Jerman, John Calvin, John Knox, dll. Khususnya mereka yang tak memiliki “Tahbisan Suksesi Rasuliah” tidak bisa dikategorikan sebagai “imamat rajani”, jika ini tetap dibantah, maka biarlah kita serahkan kepada Alaha saja mereka seperti Paulus lakukan terhadap Himeneus dan Alexander (1 Tim.1:20),
Maran Yeshua sudah juga menubuatkan: Yeshua berkata kepada murid-muridNya: “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu!” -- Lukas 17:1-2 Page 12- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
Prinsip kita, hanya mengikuti “Ajaran-ajaran Rasuliah” sejak abad ke-1 sampai ke-3 Masehi dengan selektif selebihnya kita tolak sejak zaman Gereja Legal pada abad ke-4 M., dimana lahirlah Teologi Legal hasil dari embrio Teologia Pengganti yang sudah muncul sejak Abad Pertama sebagai perpanjangan perselisihan emosinal etnis antara kaum Yahudi – non-Yahudi di Kaesarea, masih sejak zaman Para Rasul itu sendiri seperti contoh kita baca tentang Diotrefes (3 Yokhanan 1:9-10).
Jikalaupun ada Ajaran-ajaran Rasuliah yang masih bertahan pada abad ke-4 M., dan seterusnya, bukan tugas kaum Awam untuk menyatakannya benar atau salah, tetapi itu adalah wewenang Para Uskup untuk meneliti dan memutuskannya. Ada banyak kesalahan yang dilakukan kelompok-kelompok Mesianik Hebraik modern yang rindu kembali kepada Akar Ibrani dan Rasuliah, tetapi mereka semua adalah non-Imam yang tak memiliki tahbisan suksesi rasuliah sehingga apa yang mereka ajarkan itu dengan menggali teks-teks kuno dari berbagai tulisan Yudaisme Rabbinik dan Para Bapa Gereja menjadi bias dan menyesatkan sehingga mereka kembali jatuh dalam lubang yang sama seperti Para Reformator Protestantisme Abad ke-16 M., ingin kembali kepada kesinambungan Rasuliah tetapi pada akhirnya justru “jauh panggang dari api” sehingga mereka sampai hari ini tidak kembali kepada Pangkuan Iman Rasuliah tetapi justru menciptakan “Keagamaan-keagamaan Individual” (Ideologi-ideologi Keagamaan) , yaitu ide di atas ide ataupun sola di atas sola. Justru Iman Protestantisme adalah musuh dalam selimut yang menggunting dalam lipatan selimut. Kita tidak mempersalahkan individu pengikut Iman Protestan sebab banyak diantara mereka yang sangat tulus hatinya dan rendah hati, Maran Yeshua dengan keadilan-Nya akan menghakimi dan mengasihi orang-orang tulus yang disesatkan ini sesuai rahmat belas kasihnya sebab mereka adalah korban-korban akibat ajaran sesat dari pendiri Protestantisme; tetapi yang kita lawan bersama adalah “ide-ide bias dari roh Protestantisme” itu. Kolose 2:16
"Oleh karena itu jangan ada orang menghakimi kamu dalam soal makan daging dan mengenai minuman,"
Paulus menuliskan. Apakah ini berarti orang-orang Kristen bebas mutlak dari pembatasan aturan makanan haram dan halal? Jika itu masalahnya, kemudian saya bisa saja rakus melahap apa saja yang bisa dimakan dan bermabuk-mabukan. "Tapi kerakusan dan kemabukan dikutuk dalam ayat-ayat Alkitab lainnya!" Anda keberatan. Tapi benar, makan daging dari binatang-binatang najis dikutuk dalam ayat Alkitab lainnya juga. Sebagaimana dengan ayat-ayat Perjanjian Baru lainnya, kita hanya perlu melihat pada konteks pernyataan ini untuk memahami maksudnya. Ayat 13-14 memberitahukan kita bahwa kita itu diampuni sebab "surat hutang" sudah ditebus. Surat hutang ini ini Page 13- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
bukan Torah Alaha. Ini disebut dengan istilah cheirographon. Kata ini hanya satu kali saja digunakan dalam Perjanjian Baru. Ini adalah istilah yang digunakan dalam karya tulis ekstra - Alkitab berbahasa Yunani, dan ini artinya "surat kewajiban hutang" (Gingrich Lexicon). Dalam konteks ini, ini berarti bahwa catatan dari dosa-dosa kita sudah diselesaikan pada Pengadilan Alaha. Sebab Mshikha mati demi dosa-dosa kita, catatan pelanggaranpelanggaran ini bukti tidak dapat diterima dalam ruang Pengadilan Sorga. Sebab karya dari Perantara kita, Yeshua, kita mendapatkan kemenangan atas pendakwa kita (ayat 15). Untuk alasan inilah kita kita tidak bisa ada orang menghakimi kita: "Oleh karena itu, jangan biarkan ada orang menghakimi kamu . . . ." kata "oleh karena itu" menunjuk kepada kita kembali terhadap ayat-ayat sebelumnya yang saya telah diskusikan. Satu hal kita bisa parafrasekan ayat ini adalah: Kamu telah diampuni. (ayat 13)
Catatan dosa-dosamu telah dihapuskan dari ruang pengadilan Alaha melalui karya Perantara, Yeshua. (ayat 14) Dia menang atas pendakwamu, si jahat, jadi anda bisa menjadi pemenang atas dosa. (ayat. 15)
Untuk alasan ["oleh karena itu"], jangan berikan orang kesempatan untuk mengutukmu ["jangan biarkan ada orang menghakimimu"] masalah makan daging, atau minum, atau menghormati hari raya, atau bulan baru, atau hari-hari Sabat. Dengan kata lain, melalui Mshikha engkau punya kuasa untuk menaati perintah-perintah Alaha yang menetapkan aturan-aturan ini. Oleh karena itu berjalanlah dengan setia agar jangan ada manusia menghakimimu karena tidak taat terhadap Perintah-perintah Alaha mengenai makanan, minuman, hari raya, bulan baru, dan Sabat-sabat.
Perihal ini penting sebab semua itu adalah bayangan [bukan bayangan "telah"lewat masa lampau] tentang perkara-perkara yang akan datang [bukan "tentang perkara yang sudah terjadi"]. (ayat.17) Para frasa kata di atas menegaskan aturan makan Alaha ketimbang menghapuskannya. Seolah-olah ada orang menafsirkan Kolose 2:16 memaksudkan "jangan perdulikan masalah aturan makan," konteks ini memaksa kita untuk mengerti maksud sebenarnya "jangan cemas tentang aturan-aturan buatan manusia masalah makan dan minum." Seluruh ayat ini berkaitan dengan aturan-aturan buatan manusia dari manusia berasal: “. . . agar tidak ada orang membohongimu," (2:4)
"Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut tradisi turun-temurun manusia dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Mshikha." (2:8)
Page 14- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
"Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabatsabat."(2:16) "Janganlah kamu biarkan ada orang membohongimu yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi,"(2:18)
"Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Mshikha dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintahperintah dan ajaran-ajaran manusia." (2:20-22) Enam kali kata “manusia”/ “orang-orang” disebutkan dalam Kolose 2. Alkitab mengakui ayat-ayat ini berbicara, bukan tentang perintah-perintah Alaha, tetapi tentang aturan-aturan buatan manusia: Alkitab seksi ini "Bebas dari Aturan-aturan Manusia Melalui Hidup dengan Mshikha." Paulus berkaitan dengan guru-guru yang memaksakan aturan-aturan buatan manusia sebagai sarana menggapai kerohanian. Paulus tidak berkata bahwa Mitzvoth Torah Alaha tidak penting. Kata Torah atau Mitzvoth tidak muncul bahkan sekalipun dalam seluruh Kitab Kolose. Kesimpulan:
Rasul Paulus adalah seorang “rabbi” tidak mungkin menghapuskan Torah karena Torah adalah nafas hidup dan darah Yudaisme. Dalam kasus kitab Kolose; bukan masalah makanan dan minuman, bukan pula persoalan Hari Raya, Bulan baru, dan Sabat-sabat yang dipersoalkan Paulus, tetapi BAGAIMANA semua ini dilakukan, itu yang jadi persoalan. Ada guru-guru palsu dari kalangan Yahudi dan non-Yahudi yang coba mengajarkan bagaimana cara melakukan semua yang disebutkan di atas. Jadi ayat-ayat ini tidak ada berisi larangan penghapusan masalah hari raya, bulan baru, sabat-sabat, makanan halal dan haram semua ini wajib dilaksanakan orang percaya Mshikha. Pokok persoalannya cara melaksanakan itu yang salah dan ini yang ditegur Paulus. I Timotius 4:1-5 Paulus memberitahu Timotius bahwa "pada masa – masa akhir nanti ada sejumlah orang murtad dari iman, memberikan dirinya hanyut dipengaruhi roh-roh penyesat, dan doktrin-doktrin si jahat." Satu penanda tipuan kemurtadan ini adalah "memerintahkan untuk berhenti dari makan daging Page 15- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
yang Alaha telah ciptakan untuk diterima dengan ucapan syukur oleh mereka yang tahu kebenaran." Paulus selanjutnya berkata: "Sebab setiap mahluk Alaha adalah baik, dan tidak ada yang harus ditolak, jika itu diterima dengan rasa berterima kasih. Sebab semua itu dikuduskan oleh sabda Alaha dan doa."
Apakah ayat ini memberitahu kita bahwa kita bisa mengabaikan Mitzvoth Alaha yang melarang memakan makanan binatang-binatang najis? Kita barangkali langsung menyimpulkan hal demikian jika kita mengabaikan dua frasa kata yang mengkualifikasi dan membatasi arti kata "setiap mahluk." Kualifikasi pertama frasa kata ini "yang mana Alaha telah ciptakan untuk diterima [contoh, diterima sebagai makanan; diciptakan untuk dimakan]."
Yang mana sajakah Alaha ciptakan untuk diterima sebagai makanan? Apakah Alaha menciptakan babi, ikan jenis bercangkang (seperti udang, kepiting, kerang, dll), tikus, belatung, aneka jenis kadal, kelelawar, dan tikus mondok, dll., diterima sebagai makanan? Jelas sekali frasa kata "setiap mahluk" artinya "setiap mahluk yang Alaha ciptakan untuk diterima sebagai makanan."
Bagaimana kita tahu mahluk yang mana saja Alaha ciptakan menjadi diterima sebagai makanan? Jawaban untuk pertanyaan ini dalam frasa kata kualifikasi kedua, "DIKUDUSKAN atau DISUCIKAN oleh Sabda Alaha." Dimanakah Sabda Alaha memberitahu kita binatang-binatang mana saja disucikan atau dikuduskan dan dipisahkan untuk diterima sebagai makanan? Dalam kitab Imamat 11 dan Ulangan 14, pasal-pasal yang memberikan Aturan Makanan Halal-Haram. Jika kita berkata bahwa "setiap mahluk " tidak dibatasi dan dikualifikasi oleh frasa kata "yang Alaha telah ciptakan untuk diterima" dan "disucikan oleh sabda Alaha," kemudian kita mendapatkan masalah, sebab daging dari beberapa binatang adalah beracun dan akan membunuh orang. Mahluk-mahluk ini jelas tidak dimaksudkan diterima sebagai makanan.
Kata-kata sebagaimana semua dan setiap binatang seringkali dibatasi dalam artinya. Dalam Surat Kiriman yang sama ini Paulus memberitahu Timotius bahwa Alaha "dengan murah hati memberikan kita semua hal untuk bersukacita" (6:17). Apakah "arti kata semua dalam ayat ini adalah "semua" dalam pengertian tak terbatas? Apakah Alaha memberikan kita majalah Playboy dan pornografi lainnya untuk bersukacita? Apakah Dia memberikan istri tetangga kita untuk bersukacita? Apakah Dia memberikan kita heroin, kokain, dan marijuana untuk bersukacita? Jelaslah, "semua hal" tidak termasuk perihal-perihal yang Alaha larang, maupun segala sesuatu yang mematikan. Dalam hal yang sama, "setiap mahluk" tidak termasuk binatang-binatang yang Alaha larang. Jadi singkat kata, frasa kata “semua mahluk” tidak berarti semua boleh tetapi hanya SEMUA yang diperbolehkan Alaha saja yang boleh dimakan dan diminum. Semua yang dilarang tidak boleh dimakan atau diminum, semua yang diperbolehkan boleh di makan dan diminum.
Page 16- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
Kita melihat perihal yang sama dipakai dari kata "setiap" dalam kitab Kejadian 1:29, di mana Alaha berkata kepada Adam, "lihatlah, Aku berikan kepadamu SETIAP tumbuhan yang mengandung biji-bijian yang ada di atas semua permukaan bumi ... untukmu itu harus menjadi makanan." Apakah ini artinya bahwa semua jenis tumbuhan adalah boleh dimakan? Bagaimana tentang cemara beracun, tumbuhan menjalar yang beracun, dan marijuana? Posisi standar Kristen mendeklarasikan bahwa tidak ada batasan terhadap apa yang kita dimakan. Tapi orang-orang Kristen tidak berpikir implikasi logis dari posisi teologis ini. Jika tidak ada batasan, kemudian kita tidak bisa mengkritik orang yang memakan kue brownis marijuana, mereka tidak boleh melarang orang memakan ganja dalam makanan, dll. Kita tidak bisa mengkritik kerakusan dan mabuk-mabukan. Kita tak bisa mengkritik kanibal, sebab manusia juga satu dari mahluk Alaha. Lukas 10:8 dan I Korintus 10:27 “. . . Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu. – Lukas 10:8
" . . . Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. – 1 Korintus 10:27
Apakah Yeshua maksudkan bahwa ketika kita adalah tamu kita harus makan sesuatu yang tuan rumah sediakan bagi kita, meskipun daging yang Alaha telah larang dalam Torah? Apakah Paulus bermaksud bahwa kita tidak menanyakan apakah atau tidak daging itu adalah dari binatang najis?
Ada beberapa hal yang kita perlu pertimbangkan. Marilah kita lihat pada Injil Lukas 10:8 pertama kali. Yeshua mengatakan kata-kata ini saat Dia mengutus Tujuh Puluh murid. Mereka ini adalah Tujuh Puluh orang Yahudi penganut Torah yang mengikuti Rabbi penganut Torah. Kedua belas murid itu diutus oleh Yeshua dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, MELAINKAN pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. – Lukas 10:5-6
Page 17- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
Ini jelas dari pernyataan ini bahwa para murid akan tinggal di rumah orang Yahudi penganut Torah, dimana aturan makanan kosher diikuti. Ini adalah aneh beranggapan para murid barangkali ditawari makanan daging babi dalam rumah orang Yahudi. Meskipun hal ini bisa saja terjadi, para murid sudah tahu persis bahwa ini bukanlah apa yang dimaksud Guru mereka ketika Dia berkata, " makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu." Dia maksudkan sederhananya berpuaslah dengan makanan yang disediakan tuan rumah. Pernyataan Paulus dalam I Korintus sangat mirip dengan pernyataan Yeshua, tapi konteksnya sangat berbeda. Paulus berurusan dengan pertanyaan tentang makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Perjanjian Baru dengan jelas mengaj arkan bahwa itu salah bagi orang Kristen untuk makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Empat kali ini ditulis, dalam Kisah Para Rasul 15:20, 21:25; Wahyu 2:14, 20. Di permukaan, ajaran Paulus dalam I Kor. 8 tampaknya bertentangan ayat-ayat ini dalam Kisah Para Rasul dan Wahyu. Tetapi Paulus menjelaskan masalah ini dalam I Kor. 10, ketika ia menulis bahwa "hal-hal yang bukan Yahudi mengorbankan [berhala], mereka mempersembahkan korban kepada setan, dan tidak kepada Alaha: dan aku tidak ingin supaya kamu bersekutu dengan setan, kamu tidak bisa minum dari cawan Maran, dan Cawan setan: kamu tidak bisa mengambil bagian dari mezbah Maran, (perjamuan Ekaristi yang hari ini disebut Misa) dan meja setan, "(ayat 2021). Masalah jemaat Korintus hadapi adalah ini: mereka tidak mau makan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala. Kadang-kadang daging yang dijual di pasar umum berasal dari hewan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Mungkin sulit atau tidak mungkin untuk mengetahui apakah atau tidak dipotong khusus daging sapi yang berasal dari sapi yang telah dipersembahkan kepada berhala. Haruskah orang Kristen di Korintus terus membeli daging di pasar umum, tidak tahu apakah atau tidak hewan telah dipersembahkan kepada berhala?
Paulus menjawab pertanyaan ini: "Apa pun yang dijual di pasar, yang makan, meminta tidak ada pertanyaan demi hati nurani," (I Kor 10:25). Rupanya, Paulus mengatakan pada jemaat Korintus bahwa seseorang bersalah karena makan daging yang dipersembahkan kepada berhala hanya jika ia tahu bahwa daging telah dipersembahkan kepada berhala. Jika tuan rumah menawarkan daging padamu dengan berkata, "daging ini sudah dipersembahkan kepada berhala," kata Paulus bahwa seorang Kristen harus "jangan makan," (10:28). Tetapi jika tuan rumah tidak mengatakan apapun, maka orang Kristen bebas untuk makan daging itu. Dalam konteks ini Paulus menulis "apapun yang diberikan padamu, makanlah, tanpa pertanyaan dalam hati nurani," (10:27). Dengan kata lain, jangan tanya apakah daging itu telah dipersembahkan kepada berhala. Namun, ini tidak berarti bahwa kita tidak bisa bertanya apa jenis hewan daging itu. Page 18- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
Pengertian “Najis” dalam Roma 14 Apakah pernyataan Paulus dalam Roma 14:14 bahwa "aku tahu dan aku yakin melalui Maran Yeshua, bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri" berarti bahwa tidak ada perbedaan antara daging halal dan haram pada Gereja Awal?
Pemahaman tentang terminologi Yunani dapat membantu kita di sini. Adalah penting untuk menyadari bahwa dua konsep "najis" yang dimaksud dalam Perjanjian Baru, dengan kata-kata Yunani yang berbeda yang digunakan untuk menyampaikan ide-ide tersebut. "Haram" bisa merujuk kepada hewan tidak dimaksudkan untuk menjadi makanan (Imamat 11; Ulangan 14). "Haram" juga bisa merujuk kepada upacara atau ritual kenajisan. Dalam Roma 14 Paulus menggunakan kata koinos, yang berarti "umum" (Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1985, p. 649). Selain arti "umum" atau "biasa," seperti yang digunakan saat ini dalam bahasa Inggris (Kisah Para Rasul 2:44; 04:32; Titus 1:4; Ibrani 10:29, Yudas 3), kata ini juga diterapkan untuk hal-hal dianggap tercemar atau najis. Ini kata yang sama, bersama dengan bentuk kata kerja koinoo, digunakan dalam Markus 07:02, 15-23, di mana jelas mengacu pada kenajisan seremonial karena para murid makan dengan tangan kotor. Koinos dan koinoo digunakan di seluruh Perjanjian Baru untuk merujuk kepada kecemaran seremonial, BUKAN untuk hewan najis atau daging sebagaimana dimaksud dalam Kitab Suci. Sesuatu bisa menjadi "umum"-najis-namun tidak muncul di daftar daging terlarang yang alkitabiah haram.
Sebuah kata yang sama sekali berbeda, akathartos, digunakan untuk daging haram dalam Perjanjian Baru. Dalam Septuaginta (terjemahan Yunani dari Perjanjian Lama yang umum digunakan di zaman Paulus dan hari ini dilestarikan dalam Alkitab Ortodoks), akathartos digunakan untuk menunjuk daging haram tercantum dalam Imamat 11 dan Ulangan 14. Dalam Kisah Para Rasul 10 baik koinos dan akathartos menggambarkan visi Keipha lembaran kain diisi dengan "segala macam hewan berkaki empat di bumi, binatang buas, binatang melata, dan burung-burung di udara" (ayat 12), keduanya halal dan haram. Petrus sendiri dibedakan antara dua konsep "najis" dengan menggunakan kedua kata dalam ayat 14. Setelah diberitahu untuk "membunuh dan makan," jawab Keipha, "Aku tidak pernah makan sesuatu yang umum [koinos] atau haram [akathartos]." Kebanyakan terjemahan Alkitab membedakan antara makna dari dua kata yang digunakan di sini. Keipha menggunakan istilah yang sama dalam ayat 28 dan Kisah Para Rasul 11:8 dalam membahas visi. Ketika Paulus berkata dalam Roma 14:14 bahwa "aku tahu dan aku yakin melalui Maran Yeshua, bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri," dia membuat Page 19- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
penegasan yang sama ia telah katakan sebelumnya kepada jemaat di Korintus: Hanya daging yang dinyatakan dilarang dimakan karena terkait dengan penyembahan berhala tidak berarti bahwa daging itu tidak lagi layak untuk dikonsumsi manusia. Seperti yang terlihat dari konteks, Paulus tidak membahas pembatasan aturan makan dalam Alkitab sama sekali. Paulus melanjutkan dengan menyatakan dalam Roma 14:20 bahwa "semua makanan halal." Kata yang diterjemahkan "bersih - halal" adalah katharos, "bebas dari campuran, tanpa cacat, bersih" (Vine, hal. 103). Daging halal atau bersih seperti ini tidak dibahas dalam Perjanjian Baru, sehingga tidak ada kata tertentu untuk menggambarkannya. Katharos digunakan untuk menggambarkan semua jenis kebersihan dan kemurnian, termasuk piring bersih (Matius 23:26), badan (Yokhanan 13:10) dan pakaian (Wahyu 15:6; 19:08, 14), agama "murni" (Yakobus 1:27), emas dan kaca (Wahyu 21:18).
Sadarilah juga bahwa, dalam kedua ayat 14 dan 20 dari Roma 14, kata makanan atau daging tidak dalam kata-kata asli. Tidak ada obyek tertentu disebutkan relatif terhadap kebersihan atau kenajisan. Pengertian ayat-ayat ini hanyalah bahwa "tidak ada [adalah] najis [koinos: biasa atau najis] dari dirinya sendiri" dan "semua bersih [katharos: bebas dari campuran murni, tanpa cacat, bersih]." Maksud Paulus adalah bahwa setiap menyangkut makanan dengan aktivitas berhala tidak memiliki landasan apakah makanan cocok untuk dimakan. Gereja-gereja Katolik Ortodoks Rasuliah yang menerapkan Makanan Kosher sesuai Ajaran-ajaran Rasuliah. Memang ada banyak sekte-sekte Kekristenan Protestantisme seperti Gereja Adventis, Baptis Hari Ketujuh, Gereja Alaha (Church of God), Kelompokkelompok Unitarian, Armstrongianisme, dan banyak lagi lainnya, dan juga Gerakan Mesianik Hebraik modern. Persoalannya, kelompok-kelompok sektarian ini baru saja bermunculan di abad modern ini bukan kelanjutan selama berabad-abad dari zaman Rasuliah. Mereka ini hanya terpicu arus pergerakan Akar Ibrani yang berusaha mencaricari sumber ajaran dan tradisi dari berbagai sumber yang mereka anggap layak dipakai sebagai pemahaman.
Pemahaman mereka ini di atas masih simpang siur dan bias, tidak mewarisi pemahaman Rasuliah Kuno yang katolik dan ortodoks. Daftar dibawah ini yang bisa kita pakai sebagaian acuan pemahaman dalam mengikuti Aturan Kosher dalam konsep Perjanjian Baru yang langsung merupakan keturunan-keturunan Yahudi dalam Jemaatjemaat Rasuliah: 1. Gereja-gereja Katolik Ortodoks Keltik, Gallikan, Irish, Scotland. 2. Gereja Etiopia Tewahedo Ortodoks. 3. Gereja Katolik Knananya India
4. Gereja-gereja Nasrani India keturunan Yahudi (Thomasin Ortodoks). Page 20- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:06/GNI/A/Pel.Umum/IV/2015
5. Gereja Katolik Arian Inggris. 6. Gereja-gereja Katolik Lama.
7. Gereja-gereja Ortodoks Russia Kalender Lama. 8. Biara-biara Katolik dan Ortodoks. Kesimpulan: Aturan Makanan Alkitabiah tetap berlaku selama manusia masih hidup di bumi ini, sebab Aturan itu berasal dari Alaha. Tidak ada perbedaan antara manusia zaman purbakala dengan zaman modern, mulut manusia terus mengkonsumsi makanan. Alaha telah mengklasifikasi jenis makanan yang pantas bagi hidup manusia makan agar manusia itu tetap sehat, kuat, dan metabolisme organ tubuh manusia berjalan dengan baik. Melalui riset ilmiah manusia pemakan segalanya lebih pendek usianya ketimbang manusia memakan makanan Kosher. Aturan Makanan Kosher tidak hanya berlaku hanya bagi kaum Israel tetapi bersifat universal (sejagat raya), mereka hanya proyek percontohan Ilahi saja diantara Bangsa-bangsa di bumi ini. Semua makanan itu bisa dimakan tetapi tidak semua makana itu berguna bagi tubuh.
UNTUK KALANGAN SENDIRI!!! Untuk memperbanyak MATERI PENGAJARAN GNI ini dipersilahkan untuk meminta izin tertulis:
[email protected] 0813.19190730 021.70403378 www.nasraniindonesia.org
____________________________________ Daftar Pustaka:
1. E-mail Bishop Brian.J. Kennedy, O.S.B/ 2013 2. E-mail Bishop Rev. John Dillard, OC/2012 3.http://people.opposingviews.com/ortho dox-pork-8291.html 4. http://www.everyculture.com/CrGa/Ethiopia.html
Page 21- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015