1. Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama. 2. Bobot jenis
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di peroleh dari pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis. Nilai bobot jenis minyak ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi kadar fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu penyulingan, penetrasi uap pada bahan berukuran kecil berlangsung lebih mudah karena jaringannya lebih terbuka sehingga jumlah uap air panas yang kontak dengan minyak lebih banyak. Kondisi tersebut mengakibatkan komponen fraksi berat minyaknya lebih mudah dan cepat diuapkan
3.Indeks Bias Indeks
bias
suatu
zat
adalah
perbandingan
kecepatan
cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat Refraktometer. Prinsip penggunaan media
alat
dengan
adalah kerapatan
penyinaran yang
yang
berbeda,
menembus
dua
kemudian
macam
terjadi
pembiasan (perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther, 1987). Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak
atsiri semakin
dengan
nilai
tinggi
indeks
bias
kadar patchouli
yang
kecil.
alcohol maka
Selain
semakin
itu, tinggi
pula indeks bias yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya
lebih
banyak
terkandung
dalam
minyak,
yang
mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi. Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri atas kelompok senyawa terpen-o yang mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih tinggi dibanding kelompok
senyawa
terpen, tetapi relatif mudah larut dalam air. Semakin lama penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut dalam air panas yang mengakibatkan kerapatan minyak menurun sehingga indeks
biasnya
menghasilkan
lebih
indeks
rendah.
bias
Kombinasi
paling
perlakuan
tinggi
(1,5641)
yang adalah
perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai indeks bias semua perlakuan lebih
berkisar
rendah
antara
dibanding
1,5515 standar
sampai mutu
1,5641;
dari
nilai
ini
Essential
Oil
Association of USA (EOA) tahun 1970 yang mensyaratkan nilai 1,5730 – 1,5910. 4. Kelarutan Dalam Alkohol Kelarutan perbandingan
dalam
banyaknya
minyak
alkohol atsiri
merupakan yang
larut
nilai sempurna
dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian minyak atsiri. Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang
yang
diketahui
larutdalam
dengan
konsentrasi.
air,
menggunakan
Untuk
menentukan
sehingga
kelarutannya
etanolpada kelarutan
mudah
berbagai
tingkat
minyak
atsiri
jugatergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak
atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga dapat berubah karena lamanya
penyimpanan.
Halini
polimerisasi
menurunkan
melarutkannya
diperlukan
disebabkan
daya
karena
kelarutan,
konsentrasi
proses
sehinggauntuk
etanol
yang
tinggi.
Kondisipenyimpanan kurang baik dapat mempercepat polimerisasi diantaranya
cahaya,udara,
dan
adanya
air
bisa
menimbulkan
pengaruh yang tidak baik. Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut
organik
dan
tidak
larut
dalam
air.
Berikut
adalah
hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam alkohol yang dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan dan kombinasinya. Uji BNJ terhadap pengaruh susunan bahan menunjukkan bahwa susunan bahan bertingkat (A1) menghasilkan minyak minyak yang secara
nyata
lebih
mudah
larut
dalam
alkohol,
dibanding
susunan tidak bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat kelarutan minyak dalam alkohol dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi senyawa yang dikandungnya. Menurut Heath (1978), minyak atsiri yang
konsentrasi
senyawa
terpennya
tinggi,
sukar
larut;
sedangkan yang banyak mengandung senyawa terpen-o mudah larut dalam etanol. Dalam penyulingan bertingkat, uap panas lebih mudah dan cepat menembus bahan yang susunannya tidak padat dibanding susunan tidak bertingkat, sehingga senyawa terpen-o yang titik didihnya lebih rendah, lebih banyak terdapat dalam minyak sehingga minyaknya mudah larut dalam alkohol. Uji BNJ pengaruh
ukuran
bahan
menunjukkan
bahwa
minyak
dari
bahan
berukuran besar (B2) secara sangat nyata lebih sukar larut dalam
alkohol
(Gambar
9).
dibanding
Bahan
yang
ukuran
kecil
berukuran
(B0)
lebih
dan
besar,
sedang lebih
(B1) sukar
diuapkan minyak atsirinya sehingga senyawa fraksi berat dalam minyak
terpolimerisasi
akibat
pengaruh panas terus menerus dalam penyulingan dan
polimer
yang
seperti terbentuk
seskuiterpen tidak
dapat
akan
diuapkan.
Kondisi
tersebut
mengakibatkan komposisi terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga minyaknya sukar larut dalam alkohol.
Uji minyak
BNJ
yang
terhadap
lama
dihasilkan
dari
penyulingan penyulingan
menunjukkan 6
jam
lebih
bahwa sukar
larut dibanding penyulingan 4 jam. Semakin lama penyulingan maka senyawa fraksi-fraksi berat dalam minyak akan lebih banyak sehingga kelarutannya dalam alkohol semakin rendah. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan minyak volume
yang
lebih
alkohol
mudah
dan
larut
minyak
dalam
1,25:1
alkohol adalah
dengan
nisbah
A1B1C0,
yaitu
perlakuan susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Menurut standar EOA (1970), kelarutan minyak dalam etanol 70% adalah dalam nisbah volume alkohol dengan minyak sebesar 3:1 atau lebih.
5. Bilangan Asam
Bilangan
asam
pada
minyak
atsiri
menandakan
adanya
kandungan asam organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara alamiah. Nilai bilangan asam
dapat
digunakan
untuk
menentukan
kualitas
minyak
(Kataren, 1985). Hasil
analisis
minyak
kilemo
menunjukkan
bahwa
minyak
kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus secara
visual
mempunyai
minyak
kilemo
dari
daun
yang
bilangan
asam
terendah.
daun
yang
mempunyai minyak
kilemo
adalah
1.22
dari dan
yang
bilangan
asam
tertinggi,
disuling
dengan
Besarnya
disuling
disuling
metode bilangan
dengan
dengan
sedangkan
metode
metode
rebus
rebus asam kukus 0.72
sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 4.20, dan yang disuling dengan metode rebus 1.72. Adanya perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo
hasil
penyulingan
daun
dan
kulit
batang
disebabkan
karena perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak. Sedangkan perbedaan
nilai
bilangan
asam
minyak
kilemo
yang
disuling
dengan sistem kukus dan rebus, kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada waktu penyulingan dengan sistem kukus
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks