Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Dermatitis Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan neurobehaviour II
Oleh : Bellani Octadiary 131511123089 AJ1 B18
Progam Studi Pendidikan Ners Universitas Airlangga Surabaya 2016 1
DERMATITIS 1. Pengertian Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai reseptor terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis (Djuanda Adhi, 2010 dalam NANDA, 2015) 2. Macam-Macam Dermatitis a. Dermatitis kontak (dermatitis venenata) Dermatitis kontak merupakan respon reaksi hipersensitifitas lambat tipe IV serta kelainan inflamasi yang sering bersifat ekzematosa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah unsur-unsur fisik, kimia, atau biologi, kebanyakan karena penggunaan popok. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia yang berulang-ulang. Terdapat berbagai macam tipe pada dermatitis kontak : Tipe
Etiologi
Alergik
Reaksi hipersensitifitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan bahan alergenik. Tipe ini memiliki periode sensitifitas 10-14 hari
Iritan
Terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau fisik merusak jaringan kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan ringan selama
Pemeriksaan Diagnostik 1. Vasodilatasi Tes patch 1. dan infiltrat (kontraindikasi) perivaskuler untuk dermatitis 2. pada dermis. yang akut dan 2. Edema intrasel menyebar luas 3. Biasanya 3. terlihat pada permukaan dorsal tangan 4. Gambaran klinis
Terapi
Hindari bahan penyebab Larutan burrowi atau kompres air dingin Kortikosteroid topikal untuk kasus-kasus yang ringan Antihistamin oral untuk mengurangi pruritus 1. Kekeringan Hasil tes patch 1. Identifikasi dan kulit yang negatif yang penghilangan berlangsung sesuai sumber iritasi beberapa hari 2. Pemberian krim hingga bulan hidrolotik atau 2. Vesikula, vaselin untuk fisura dan mendinginkan pecah-pecah kulit dan 3. Tangan dan mengurangi lengan bawah iritasi merupakan 3. Kortikosteroid bagian yang topikal dan obat paling sering kompres untuk terkena mengatasi lesi 2
waktu yang lama
Fototoksik
Fotoalergi k
Serupa dengan Tes Photopatch dermatitis iritan
Serupa dengan Tes photopatch dermatitis iritan
Sama seperti dermatitis alergik dan iritan
Faktor prediposisi Penyebab dermatitis kontak lainnya adalah getah pohon cemara (poison ivy) bahan kosmetika, sabun, detergen dan bahan kimia industri. Patofisiologi :
Menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan kombinasi sinar matahari dan bahan kimia untuk merusak dermatitis Menyerupai dermatitis alergik tetapi memerlukan pajanan cahaya di samping kontak alergen untuk menimbulkan reaktifitas imunologik
yang berair 4. Antibiotik untuk infeksi dan antihistamin oral untuk pruritus Sama seperti dermatitis alergik dan iritan
Kulit basah Peningkatan pH Fecal enzim Iritasi kimia Iritasi mekanik Infeksi (candida albicans)
Penekanan kulit : Peningkatan permeabilitas Peningkatan friction Peningkatan abrasi Peningkatan pertumbuhan mikrobial Peningkatan iritasi
Manifestasi klinis Keluhan gatal-gatal, rasa terbakar, eritema, lesi kulit (vesikel) dan edema yang diikuti oleh pengeluaran secret, pembentukan krusta srta akhirnya pengeringan dan pengelupasan kulit
3
Reaksi yang berulang-ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang mengalami ekskoriasi karena digosok atau digaruk. Pemeriksaan penunjang Patch Test dilakukan dibagian fleksor lengan bawah atou punggung zat yang tersangka sebagi kontaktan diletakan diatas kulit, kemudian ditutup dengan kain kasa dan bahan impremabel, kemudian ditutup dengan plester. Sesudah 24-48 jam, hasilnya dusebut 1 hingga plus 5, bila ada eritema, edema, papel, vesikel (dapat berkonfluesi) dan nekrosis. ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS KONTAK Pengkajian : Kaji adanya potensi iritasi baru atau yang berkelanjutan Kaji lesi kulit : ditribusi dan konfigurasi yang mengarah ke pruritus Untuk anak dengan diaper dermatitis, inspeksi area popok Kaji hygene dari infant Kaji pengetahuan orang tua tentang penggunaan popok Diagnosa Keperawatan : 1) Nyeri akut b.d inflamasi kulit NOC : Terjadi penurunan iritasi pada anak, penurunan eksoriasi dan peningkatan penyembuhan inflamasi 2) Resiko infeksi b.d menggaruk lesi pruritis NOC : Tidak ada tanda dan gejala dari infeksi bakterial 3) Defisit pengetahuan dari management dan pencegahan dari inflamasi kulit b.d tidak adekuatnya pemahaman dari kebersihan NOC : Anak dan keluarga dapat mengidentifikasi dan menghindari hal yang membuat iritasi dan mengambil tratmen yang tepat NIC : a. Beri penjelasan tentang menggaruk, pencegahan infeksi dan identifikasi dan menghindari faktor pencetus b. Kompres dingin dan tepid oatmeal (aveeno) mengurangi gatal c. Penggunaan krim topical steroid dapat digunakan di lapisan luar kulit setelah menggunakan pelembab d. Kolaborasi untuk pemberian antihistamin (benadryl) atau hydroxyne e. Sarankan orang tua untuk mengurangi aktivitas anak dan menjaga suhu ruangan tetap dingin f. Pertahankan kulit tetap bersih dan bantu anak untuk mengontrol menggaruk g. Sarankan orang tua untuk segera menghubungi dokter apabila anak mengalami demam
b. Dermatitis atopik Dermatitis atopik atau eczema, merupakan kelainan hipersensitifitas segera (immediate hypersensitivity) tipe I dengan ciri khasnya yaitu severe pruritus. Penyebabnya tidak diketahui tetapi riwayat dalam keluarga lazim dijumpai. Faktor yang mempengaruhi termasuk kulit kering, kulit sensitif, alergi, dan stress emosional. Insidennya banyak terjadi 4
pada bayi dan anak-anak usia 2-3 tahun (walaupun dapat muncul ketika masa dewasa), kebanyakan yang mempunyai riwayat asma, alergi serbuk bunga, kenaikan jumlah eosinofil perifer dan kadar IgE serum yang signifikan. Terapinya harus bersifat individual menurut kebutuhan masing-masing pasien. Data dari Prevention and Insidence of Asthma and Mite Allergy Studi menunjukan resiko dermatitis atopik pada infant, termasuk tidak adekuatnya pemberian ASI (Kerkhof et all, 2003 dalam James and Ashwil, 2007). Gejala lebih parah ketika sedang berlangsung musim dingin.
Fase Klinis - Dermatitis atopik infantil (2 bulan-2 tahun) Paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada bulan kedua. Lesi mula-mula tampak di daerah muka (dahi-pipi) berupa eritema, papul-vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya membentuk krusta. Lesi bisa meluas ke kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. Sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak. - Dermatitis anak (2-10 tahun) Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (de novo). Lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher. Rum berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi sekunder. DA berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan. - Dermatitis pada remaja dan dewasa Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, samping leher, dahi, sekitar mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir /9kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu atau skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah di daerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati eksoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi. Umumnya DA remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan dan sebagian kecil sampai tua.
Manifestasi klinis: 1) Pruritus dan hiperiritabilitas (jumlah histamin berlebihan di dalam kulit) 2) Keluhan utama gatal 3) Kekeringan kulit (perubahan pada kandungan lemak, aktivitas kelenjar sebasea serta pengeluaran keringat) 4) Kemerahan (reaksi garukan kemudian dalam waktu 15-30 detik akan diikuti oleh gambaran pucat selama 3 menit) 5) Adanya obrasi dan visura 6) Lesi (trauma garukan dan akan tampak pada tempat-tempat dengan peningkatan pengeluaran keringat serta hipervaskularisasi)
Patofisiologi : 5
Alergi/kolonisasi S. Aureus Fungsi sel T yang maturasinya lambat Pengeluaran histamin berlebihan Respon inflamasi Eritema, edema, dan pruritus Gatal Lesi
Pemeriksaan penunjang Dapat dilakukan beberapa test untuk menyokong diagnosa seperti “ white demographis “ dan test asitkolin pada kulit normal bila digores benda tajam akan terjadi “ tripel respon “ yang berturut-turut . - Pertama timbul garis merah pda tempat digores selama 15 menit - Timbul kemerahan disekitarnya beberapa detik - Akhirnya timbul edema setelah beberapa menit Pada seorang penderita dermatitis atopik garis merah selama 2-5 menit, sedangkan edema tidak timbul. Peristiwa tersebut dikenal sebagai “white dermographisme“. “test asitikolin“. Bila kulit nortmal disuntik asetikolin intrakutan ( larutan 1 : 5000 ) akan timbul hiperemer. Sedangkan pada penderita dermatitis atopik malah timbul warna pucat selama lebih kurang 1 jam akibat terjadinya vaskontraksi. ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS ATOPIK Pengkajian Kaji riwayat alergi pada keluarga Kaji tentang fakto lingkungan atau nutrii yang memperburuk kondisi Determine pengobatan yang pernah dilakukan dan efektifitasnya Kaji tipe, distribusi dari lesi Kaji tingkat kenyamanan anak Kaji perasaan dan koping keluarga Diagnosa Keperawatan Gangguan integritas kulit b.d faktor lingkungan dan imun NOC : Kulit anak terhindar dari kekeringan, iritasi dan eksoriasi Nyeri akut b.d kulit kering, infeksi sekunder dan iritasi eksternal NOC : Dapat meminimalkan nyeri pada anak dan pruritus, penurunan iritabilitas, mengurangi menggaruk, dan dapat tidur Resiko infeksi b.d eksoriasi kulit NOC : Tidak ada tanda dan gejala dari infeksi sekunder, suhu tubuh normal dan tidak ada pus 6
Defisit pengetahuan tentang pengontolan menggaruk pencegahan infeksi sekunder dan indentifikasi aggravating factor b.d kecemasan dan tidak adekuatnya informasi NOC : Anak dan keluarga dapat mengidentifikasi dan menghidari alergen dan faktor pencetus. Perubahan proses keluarga b.d pruritus anak dan terapi NOC : Anak dan keluarga akan mendiskusikan tentang perasaan dan perhatian mereka Gangguan body image bd perubahan penampilan NOC : Anak akan engage dalam beraktivitas dengan anak lain. NIC : 1. Pastikan anak tidak menggaruk sehingga menyebabkan luka 2. Pastikan kuku tetap pendek dan bersih untuk menghindari infeksu sekunder 3. Luangkan waktu dengan anak untuk mengutarakan perasaan dan diskusikan untuk penerimaan 4. Hindari penyebab alergen, jangan gunakan pakaian/selimut berbulu 5. Pertahankan personal hygiene, mandi lebih sering menggunakan air hangat, hindari penggunaan sabun, oil dan bedak 6. Kompres basah bila perlu c.
Dermatitis Seborea Dermatitis seborea merupakan kelainan inflamasi kronik kulit dengan predileksi di daerah yang banyak dipasok dengan kelenjar sebasea atau yang terletak di antara lipatan kulit tempat bakteri terdapat jumlah yang besar. Dermatitis seborea mulai terjadi pada usia 2-3 minggu dan penggunaan popok pada usia 12 bulan. Seborea merupakan keadaan terjadinya produksi sebum yang berlebihan pada daerahdaerah tempat kelenjar tersebut terdapat dalam jumlah yang besar (wajah, kulit kepala, alis mata, kelopak mata, pada kedua sisi hidung serta bibir atas, daerah malar (pipi), telinga, aksila, di bawah payudara, lipat paha dan lipatan gluteus di daerah pantat).
Faktor predisposisi : Genetik, hormon, status nutrisi, infeksi serta stres emosional. Manifestasi klinis : 1) Bentuk berminyak Tampak basah dan mengkilap. Mungkin terdapat bercak-bercak kulit yang berwarna pucat, mengkilap dengan atau tanpa deskuamasi dan eritema ringan terutama di daerah dahi, lipatan nasolabial, daerah janggut sert kulit kepala dan di antara permukaan kulit yang saling berdekatan seperti di daerah aksila, lipatan paha dan payudara. Dapat terlihat pustula atau papulopustula kecil-kecil yang menyerupai jerawat. 2) Bentuk kering Terdiri dari deskuamasi kulit kepala dengan sisik yang halus dan berbentuk serbuk dalam jumlah yang besar umumnya disebut ketombe (dandruff). Hal ini bersifat asimptomatik. Kalau terjadi deskuamasi biasanya disertai pruritus yang membuat
7
pasien menggaruk dan menimbulkan komplikasi sekunder seperti infeksi serta ekskoriasi.
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS SEBOREA Pengkajian : Inspeksi kulit kepala atau daerah yang terkena lesi dan inflamasi Kaji personal hygiene untuk membersihkan kulit kepala Diagnosa Keperawatan 1) Resiko gangguan integritas kulit b.d reaksi inflamasi NOC : Kulit terhindar dari inflamasi sekunder NIC :
1. Beri penjelasan tentang mengurangi kebiasaan menggaruk dan menggosok bagian yang gatal 2. Pertahankan lipatan kulit agar tetap bersih serta kering 3. Anjurkan untuk menggunakan sampo obat atau antoseborea (sampo yang mengandung suspensi selenium sulfida, sampo zinc pyrithione, sampo asam salisilat-sulfur dan sampo tar yang mengandung sulfur dan asam salisilat) 4. Anjurkan untuk menghindari kondisi lingkungan suhu panas yang berlebihan
DAFTAR RUJUKAN : 1. Sularsito, Dr. Sri Adi, Et all. 1986. Dermatologi Praktis. Edisi I. Jakarta : Perkumpulan Ahli Dermato-Venereologi Indonesia 2. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC, Jakarta. 3. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth alih bahasa, Agung Waluyo ... et all, Edisi 8,Volume 3. Jakarta: EGC 4. Hockenberry, Wilson. 2011. Wong`s Nursing Care of Infants and Children, 9th Edition. Canada : Mosby Elseiver 5. James, Susan Rowen, Jean Weiler Ashwill. 2013. Nursing Care of Children, 4th Edition. China : Elseiver Saunders 6. NANDA. 2015. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta: MediaAction
8