ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN: HIPOTERMI PADA BAYI NY. I DI RUANG PERISTI RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komperhensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
DisusunOleh: DEVI RAHAYU AGUSTIN A01301735
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2016
Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong Karya Tulis Ilmiah, 31 Juli 2016 Devi Rahayu Agustin, Isma Yuniar, M. Kep
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN: HIPOTERMI PADA BAYI NY. I DI RUANG PERISTIR RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
Latar Belakang. Hipotermi di negara berkembang merupakan penyebab kematian bayi baru lahir dan umum terjadi terutama pada BBLR yang belum mampu beradaptasi terhadap lingkungan baru dengan suhu lebih rendah dari rahim ibu (Sudarti, Fauziah, 2013) Tujuan. Karya tulis ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan dan memberikan tindakan pada bayi Ny. I dengan diagnosa gangguan rasa aman dan perlindungan: hipotermi. Asuhan Keperawatan. Pada 30 Mei 2016 didapatkan data klien belum pintar menghisap, kulit dingin, jaringan lemak subkutan tipis. Pemeriksaan didapatkan nadi 130x/ menit, suhu 35,5ºC, dan pernapasan 42x/ menit, laboratorium GDS adalah L49 mg/ dL, berat badan 1620 gram, diagnosa hipotermi berhubungan dengan stratum korneum imatur. Implementasi yang dilakukan menimbang berat badan, memberikan ASI 20cc, memonitor suhu inkubator, memonitor tanda vital, memonitor kulit, mengambil sample darah. Hasil implementasi selama 3 hari hipotermi dapat teratasi dengan memasukkan klien ke inkubator. Dibuktikan dengan suhu 36,4ºC, nadi 142x/ menit, pernapasan 42x/ menit, kadar glukosa L49 mg/ dL, jaringan lemak subkutan tipis, berat badan 1570 gram. Kesimpulan. Inkubator merupakan alat yang efisien untuk dapat menstabilkan suhu tubuh klien agar terhindar dari hipotermi. Bayi yang dimasukan inkubator berbasis LAN suhunya meningkat hingga 36,4ºC serta kelembaban meningkat 30-80%.
Kata kunci: asuhan keperawatan, hipotermi, inkubator
iv
Nursing Diploma III Study Program College of Health Sciences Muhammadiyah Gombong Scientific Paper, Juli 31th 2016 Devi Rahayu Agustin, Isma Yuniar. M. Kep
ABSTRACT
NURSING CARE MEETING DISRUPTION THE NEEDS OF SECURITY AND PROTECTION: HYPOTHERMIA IN INFANT NY. I IN PERISTI ROOM dr. SOEDIRMAN HOSPITAL KEBUMEN
Background. In infant with low weight birth requiring complex treatment. Hypothermia in developing countries is a cause of newborn deaths and is common especially in low weight birth who hasn’t beable to adapt to a new environment with a low temperature than the mother’s womb lenih (Sudarti, Fauziah, 2013). Aim. This paper aims to allow students to arrange nursing care and provide measures in infants disorders diagnoses of security and protection: Hypothermia. Nursing Care. On May 30 2016 show the client has not been good at sucking, cold skin, subcutaneous fat thin. After inspection obtained pulse 130x/ minute, temperature 35,5ºC, respiration 42x/ minute, laboratory L49, loss weight, diagnosis of hypothermia associated with an immature stratum corneum. Monitor the patient’s vital sign, monitor color of the skin, increase fluid and nutrition, and place in the incubator. Implementation is weigh, provide breast milk 20cc, monitor temperature of the incubator, vital signs, skin, take blood samples. Results of the conclusions drawn during the three days of hypothermia can be resolved by entering the client to incubator. Evidenced by temperature 36,4ºC, pulse 142x/ minute, respiration 42x/ minute, glucose l49 mg/ dL, fat subcutaneous thin, weight 1570 gr. Evaluation.Incubator is an efficient tool to be able to stabilize the body temperature clients to avoid hypothermia. Baby that is fed into the LAN-based incubator temperature is increased up to 36,4ºC and increased humidity up to 30-80%.
Keywords: incubator, hypothermia, nursing care
1. University Student Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Science Instituse Of Gombong 2. Lecsturer Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Science Instituse Of Gombong
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan ujian akhir program dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
PEMENUHAN
KEBUTUHAN
RASA
AMAN
DAN
PERLINDUNGAN: HIPOTERMI PADA BAYI NY. I DI RUANG PERISTI RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN” Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Selesainya laporan ini tidak lain berkat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Madkhan Anis, S. Kep. Ns. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong 2. Sawiji Amani, S. Kep. Ns. M, Sc. Selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong 3. Isma Yuniar, M, Kep. selaku Pembimbing Akademik Karya Tulis Ilmiah 4. Ernawati, M, Kep. Selaku Penguji Karya Tulis Ilmiah. 5. Segenap Staf, Dosen, dan Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong 6. Samad sebagai ayah yang selalu mendukung dan memberi support baik fisik maupun rohani 7. Tukinah sebagai Ibu yang selalu memberikan dukungan dan support dalam segala hal 8. Nugraheni Agustiana sebagai adik yang selalu memberi semangat dan memberi dukungan 9. Teman-teman yang berjuang bersama dan memberikan masukan serta saran bagi penulis
vi
10. Seseorang yang namanya telah disebutkan di lauhulmahfudz insyallah kita akan segera dipertemukan 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya laporan ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ujian akhir program ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan kedepannya. Gombong, 21 Juni 2016
Devi Rahayu Agustin
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Rekomendasi Suhu Inkubator Sesuai Usia....…………...
16
Tabel 2.1
Penilaian Status Gizi Berdasarkan Berat Badan………...
21
Tabel 2.2
Rujukan BBu untuk Anak Perempuan Usia 0-6 bulan Menurut WHO – NCHS………………………………...
21
Tabel 3.1
Input Cairan……………………………………………..
22
Tabel 3.2
Output Cairan……………………………………………
22
Tabel 3.3
Input Cairan……………………………………………..
23
Tabel 3.4
Output Cairan……………………………………………
23
Tabel 3.5
Input Cairan……………………………………………..
23
Tabel 3.6
Output Cairan……………………………………………
24
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………….
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………………………
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI…………………………..…
iii
ABSTRAK………………………………………………………….
iv
KATA PENGANTAR……………………………………………...
vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………... viii DAFTAR ISI………………………………..………………………. ix BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN……………………………………..
1
A. Latar Belakang……………………………………
1
B. Tujuan……………………………………………..
6
C. Manfaat………………………………………........
6
TINJAUAN PUSTAKA………………………………
8
A. Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan………
8
B. Berat Badan Lahir Rendah………………………..
9
C. Hipotermi……………………………………….....
12
D. Inkubator…………………………………………..
15
RESUME KEPERAWATAN…………………………
19
A. Pengkajian…………………………………….......
19
B. Analisa Data………………………………………
27
C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi…………..
28
PEMBAHASAN………………………………………
37
A. Asuhan Keperawatan……………………………...
37
1. Hipotermi Berhubungan dengan Stratum Korneum Imatur………………………………
37
2. Pola Makan Bayi Tidak Efektif Berhubungan dengan Keterlambatan Neurologis……………
40
3. Resiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Invasif dan Imaturitas Organ………………….
ix
41
B. Analisa Tindakan..………………………………...
43
PENUTUP…………………………………………….
47
A. Kesimpulan………………………………………..
47
B. Saran………………………………………………
48
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………
49
LAMPIRAN………………………………………………………...
52
BAB V
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan. Seperti yang diungkapkan oleh Nuraeni (2009) bahwa hal yang tidak diinginkan dapat mengganggu proses pertumbuhan serta kelangsungan hidup bayi dan anak. Terjadinya suatu perpindahan kehidupan bayi dari dalam rahim ibu ke dunia. Hal ini menyebabkan bayi harus siap mengalami banyak perubahan seperti suhu lingkungan, proses tumbuh kembang dan dibutuhkan kematangan organ untuk dapat melalui proses fisik maupun psikologis tersebut. Pada bayi BBLR kematangan organ belum sempurna sehingga dapat beresiko terjadi gangguan perkembangan dan pertumbuhan bahkan kematian. Indikator derajat kesehatan dari kesejahteraan masyarakat ditandai dengan jumlah kematian ibu, jumlah kematian bayi dan usia harapan hidup. Hingga kini kematian bayi merupakan salah satu masalah prioritas bidang kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Tingginya angka kematian bayi (AKB) serta lambatnya penurunan angka tersebut, menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan ibu dan anak sangat penting untuk diperhatikan lebih lanjut, agar terjadi penurunan angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Penurunan tersebut seharusnya diimbangi pula dengan pelayanan tenaga kesehatan yang memadai sehingga mencakup seluruh anggota masyarakat. Tujuan keempat dari MDGs pada tahun 2015 bagi Indonesia merupakan tantangan yang seharusnya dapat segera terpenuhi. Namun hal tersebut masih minim mengingat pertumbuhan ekonomi serta pelayanan peningkatan kesehatan yang kurang memadai untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Sesuai dengan kesepakatan
1
2
global Indonesia yang merencanakan tingkat penurunan angka kematian bayi menjadi 17 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (World Healthy Organization (WHO), 2010). Penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke tujuh setelah masa persalinan. Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran premature, dan berat badan lahir yang rendah, sekitar 40, 68% (Profil Depkes RI, 2006). Angka prevalensi BBLR menurut World Health Organization (WHO) 2010 diperkirakan 15% dari jumlah kelahiran didunia dengan batasan 3,3%3,8% dan lebih sering terjadi pada negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Prevalensi BBLR tahun 2013 adalah sebesar 10,2% didunia. Angka kematian bayi telah terjadi peningkatan dari tahun 2005 sebesar 26 orang sedangkan pada tahun 2006 sebesar 273 orang terjadi peningkatan 0,9% sekitar sepertiga dari jumlah BBLR ini meninggal sebelum stabil atau dalam 12 jam pertama kehidupan bayi. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2006 angka kematian bayi adalah 35/ 1000 kelahiran hidup. Jumlah bayi BBLR di RSUD Sragen tahun 2008 adalah sebesar 137 dari 566 kelahiran hidup (24,4%) dan pada tahun 2009 jumlah BBLR di RSUD Sragen sebesar 130 dari 661 jumlah kelahiran hidup (Rekam Medic RSUD Sragen, 2008-2009). Perubahan kondisi pada neonates yang baru lahir terjadi karena pada saat didalam tubuh ibunya, suhu tubuh selalu terjaga, namun begitu lahir maka neonates harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktivitas metabolismenya. Semakin kecil tubuh neonates, semakin sedikit cadangan lemaknya. Suhu permukaan kulit akan berubah seiring dengan perubahan lingkungan. Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya secara sempurna sehingga perubahan suhu lingkungan sekitar bayi akan mempengaruhi suhu tubuh neonates.
3
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan pada bayi baru lahir. Berat badan bayi baru lahir menurut M. Sholeh Kosim (2007) dalam rentang normal adalah 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. (Prawirohardjo, 2006). BBLR memerlukan perawatan yang baik secara terus menerus hingga kondisi bayi tersebut stabil. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari jumlah bayi yang diketahui penimbangan berat badan lahirnya waktu lahir 11,5% lahir dengan berat badan <2500 gram atau BBLR jika dilihat dari jenis kelamin, presentase BBLR lebih tinggi pada bayi perempuan disbanding laki-laki yaitu masing-masing 13% dan 10% (Depkes RI, 2009). Setiap tahun diperkirakan terdapat sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR). Salah satu penyebab BBLR adalah lahir kurang bulan (premature). Jumlah BBLR di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 21.184 meningkat banyak apabila dibandingkan tahun 2010 yaitu skitar 15.631, jika dilihat dari presentasenya yaitu 3,735 pada tahun 2011 dan 2,69% pada tahun 2010 (Depkes Jawa Tengah, 2012). Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun 2015 tentang kematian neonates terdapat 7, 29 per 1000 kelahiran hidup. Dan jumlah kematian bayi Tahun 2015 sebanyak 201 kasus dari jumlah 20.444 kelahiran hidup, atau 9,83/ 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian terbanyak adalah berat badan lahir rendah atau BBLR yaitu 56 kasus atau 27,86%. Bayi dengan berat lahir rendah belum tentu mempunyai tingkat kematangan dalam seluruh organ tubuh, termasuk pengaturan termoregulasi dalam tubuh. Hal tersebut disebabkan karena pada BBLR belum memilki lemak subkutan yang cukup memadai untuk mengatur termoregulasi tubuhnya terhadap lingkungan yang baru.
4
Semua aktivitas tubuh diatur oleh system persyarafan kecuali beberapa organ vital seperti jantung dan paru-paru. Dan semua aktivitas hampir semuanya diatur dalam hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu. Pada bayi baru lahir pusat pengaturan suhu tubuhnya belum berfungsi secara sempurna, sehingga mudah terjadi perubahan suhu tubuh seperti hipotermi. Hal ini juga disebabkan karena suhu lingkungan yang belum menyatu sempurna dengan suhu tubuh bayi. Dengan adanya keseimbangan tersebut bayi baru lahir akan berusaha menyeimbangkan suhu tubuhnya erhadap factor-faktor penyebab hilangnya panas karena lingkungan. Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan oleh lingkungan intra uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin yang lebih dingin. Sehingga menyebabkan penurunan 2º-3ºC, terutama hilangnya panas karena evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera dikeringkan, yang dapat menimbulkan tubuh menjadi dingin merangsang respon metabolism dan produksi panas. Pada bayi dengan berat lahir rendah memerlukan perawatan yang kompleks. Hipotermi di Negara berkembang merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian bayi baru lahir dan umm terjadi pada bayi baru lahir terutama BBLR yang belum mampu beradaptasi terhadap lingkungan baru dengan suhu lebih rendah dari Rahim ibu (Sudarti, Fauziah, 2013; Jurnal Kesehatan Andalas, 2014; Wahyuni, 2011). Menurut Riskesdas (2007) penyebab kematian neonatas 0-6 hari adalah gangguan pernapasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%), dan kelainan kongenital (1%). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2012, hipotermi masih menjadi salah satu penyebab kematian neonates dengan angka kejadian sebanyak 6,8%. Lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat dari hipotermi pada bayi baru lahir akan terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan
5
hipoksemia dan mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, dan keterlambatan tumbuh kembang (Prawirohardjo, 2009). Hipotermia adalah suhu tubuh kurang dari 36,5ºC pada pengukuran suhu melalui ketiak dan menyebabkan perubahan metabolism tubuh yang 2007). Suhu normal pada neonates berkisar 36,5º-37,5ºC pada suhu ketiak (Maryanti, 2011). Hipotermi terjadi pada neonates terutama BBLR karena pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum sempurna, permukaan tubuh bayi yang relative luas, kemampuan produksi dan penyimpanan panas terbatas (Depkes, 2007). Gejala awal hipotermia apabila suhu <36ºC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin bila seluruh tubuh bayi sudah teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32ºC sampai 36ºC). Disebut hipotermi kuat bila suhu tubuh <32ºC. Untuk mengukur suhu digunakan thermometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25ºC (Sarwono, 2009). Berbagai upaya dibidang pendidikan dan kemajuan teknologi kedokteran telah diterapkan guna mempertahankan kelangsungan hidup bayi kurang bulan dari berbagai tingkat perawatan. Namun belum sepenuhnya dapat mengatasi masalah kesehatan seperti hipotermia. Penanganan hipotermi dahulu menggunakan teknik manual yaitu dengan teknik menyelimuti, teknik menghangatkan menggunakan lampu, dan teknik menggunakan botol berisi air panas. Seiring berkembangnya teknologi di bidang kesehatan kini penanganan hipotermi telah menggunakan alat pengganti yang disebut inkubator. Berdasarkan data diatas didapatkan hasil bahwa masih banyak bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah memiliki angka kematian yang cukup tinggi khususnya dikarenakan hipotermi sehingga penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan Perlindungan: Hipotermi Pada Bayi Ny. I Di Ruang Peristi Rsud dr. Soedirman Kebumen”.
6
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Karya tulis ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan dalam memberikan tindakan pada bayi Ny. I dengan masalah keperawatan gangguan rasa aman dan perlindungan: hipotermi. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengkajian mengenai pengkajian terhadap Bayi Ny. I dengan gangguan rasa aman dan perlindungan: hipotermi b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan kepada Bayi Ny. I dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan khususnya hipotermia c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada Bayi Ny. I dalam upayapemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan khususnya hipotermia. d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan untuk menangani masalah keperawatan gangguan rasa aman dan perlindungan: hipotermi e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan terhadap rencana tindakan yang sudah dilakukan f. Mendeskripsikan analisa tindakan menggunakan inkubator pada Bayi Ny. I dengan masalah keperawatan gangguan rasa aman dan perlindungan: hipotermia
C. Manfaat 1. Manfaat Keilmuan Secara
keilmuan
karya
tulis
ini
bermanfaat
untuk
mengembangkan keilmuan dalam bidang pendidikan dan keperawatan khususnya tentang efektivitas penerapan penggunaan inkubator untuk mengatasi masalah keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan: hipotermia di ruang peristi RSUD dr. Soedirman Kebumen. 2. Manfaat Aplikatif
7
a. Bagi rumah sakit Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menentukan tindakan preventif dengan memberikan penyuluhan meliputi berbagai hal yang dapat mengurangi hipotermia b. Bagi Institusi Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar mengajar terhadap pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa aman dan perlindungan khususnya hipotermia.
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, S. (2008). Peran Lemak Coklat Dalam Mekanisme Produksi Panas Pada Bayi. Bellienni CV, Cordelli DM, Caliani C, Camila P, Franci N, Perrone S, dkk. Interobserver reliability of two pain scale for newborns. J Earl Hum Dev. 2007; 83:549-52. Bulecheck, Gloria M, Butcher, Howard K, Dochterman, J. McCloskey. 2012. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Lowba: Mosby Elsavier. Dep. Kes. RI. (2009). Modul Manajemen BBLR, Jakarta. Dep. Kes. RI. (2010). Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Kematian Bayi Perlu Kerja Keras. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 21 Juni 2016. Dinkes Jawa Tengah, 2011. Profil Kesehatan Jawa Tengah, Semarang: Depkes Jateng. Dinkes Kabupaten Kebumen, 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen, Kebumen: Depkes Kabupaten Kebumen. Fitri, D. I., Chundrayetti, E., & Semiarty, R. (2014). Hubungan pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi umur 6 bulan di Puskesmas Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2). Fitriani, V. Y., Widyati, W., Huibeis, A., 7Wisanti, R. (2010). Studi Efek samping Obat Pada Pasien Neonatus yang Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry, 1(1). Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. Tenth Edition. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell. Jhonson, Marion. 2012. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth Edition. St. Louis, Missouri: Mosby. Kepera, A., & Balige, A. K. H. (2013). JURNAL KEPERAWATAN. Jurnal Keperawatan HKBP Balige, 1(2).
49
50
Khoirunisa, Endang. (2010). Asuhan Kebidanan, Bayi, dan Anak Balita.. Yogyakarta: Nuha Medika Kliegman, Robert M., etc. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18’th Edition. United States of America: Elseiver. Kosim, M,S., dkk., 2010. Buku Ajar Neonatalogi, Cetakan Kedua, Badan Penerbit IDAI, Jakarta. Kurniawan, A. (2012). Perancangan Inkubator Bayi Portable. Maryanti Dwi. 2011. Buku Ajar Neonatal Bayi, dan Balita. Jakarta: Salemba Medika. Medforth, Janet, et al. 2012. Kebidanan Oxford: Dari Bidan Untuk Bidan. Jakarta: EGC. Muhammad Mahsyar D. M. (2013). Tujuan Kriminologis Terhadap Kejahatan Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak. Studi Kasus Kabupaten Mamuju Tahun 2010-2012. Universitas Hasanudin: Makassar. Pantiawati. 2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika Paticia W. Ladewig, M. L. (2006). Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC Peter Stalker, 2008. Uapaya Pencapaian MDG’s di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. Pratiwi1, D. P., Rizal, A., & Hadiyoso, S. (2014). Pada Sistem Pemantauan dan Pengaturan Suhu Berbasis Inkubator Bayi Berbasis Wifi. Fakultas Teknik Elektro: Universitas Telkom. Prawirohardjo, S., Winkjosastro, H., Sumapraja, S. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono; 2007. Proverawati dan Cahyo Ismawati. 2010. BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika. Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI. Rekam Medik RSUD Kabupaten Sragen, 2010. Buku Laporan Tahunan Pasien Bedah Bangsal Mawar. Rekam Medik RSUD Kabupaten Sragen.
51
Restiani, R., & Arif, A. (2013). Hubungan Umur Dan Paritas Dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). E-Jurnal Obstretika, 1(1). Ronger. Steven, A. (2013). Core Concept: Thermoregulation in The Newborn, Part II: Prevention of Abberant Body Temeprature. American: American Academy of Pediatrics. Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Saktie, I. P. (2011). Manajemen dan Sistem Monitoring Inkubator Bayi Berbasis LAN (Local Area Network). EEPIS Final Project. Santoso, Usman Ady, Wahyu Susihono, and Ade Sri Mariawati. "Perancangan Inkubator untuk Bayi Prematur dengan Metode Rasional." Jurnal Teknik Industri Untirta 2.3 (2014). Sarwono. (2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Subakir, Bekti, 2008. Kadar MDA dan HSP 70 Pada Placenta Penderita Pre Eklampsia. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta: Makara Kesehatan. Sudarti, Afroh. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika Sukarni, I dan Sudarti. (2014). Patologi Kehamilan dan Masa Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Surasmi, dkk. (2006). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC Unicef-WHO. (2010). Low Birth Weight: Country, Regional, and Global Estimate. New York: Unicef-WHO. Zakiah, Z., Noor, N. B., & Setiawati, E. (2016). Efektifitas Peningkatan Suhu Tubuh Pada Perawatan Metode Kanguru Dengan Perawatan Inkubator Di Blud Rs H. Boejasin Pelaihari Tanah Laut Tahun 2013. Jurnal Skala Kesehatan, 5(1). ZR, Arief, Weni Kristiyana Sari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.